DOCRPIJM 1504575130BAB 4. FINAL RPIJM TJB oke

  R e n c a n a P r o g r a m R e n c a n a P r o g r a m I n v e s t a s i I n f r a s t r u k t u r I n v e s t a s i I n f r a s t r u k t u r

4.1. Rencana Program Investasi Permukiman 4.1.1.

   Petunjuk Umum

  Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Pada wilayah perdesaan arah pengembangan dijabarkan menurut program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah wilayah diantaranya yaitu:

4.1.1.1. Program Pengembangan Perumahan 1.

  Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH a.

  Target: o Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri. o Sesuai dengan RUTR Pemerintah Daerah. o

  Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS o Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS,TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah o

  Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah b.

  Penanganan: o Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba

  BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan POLRI. o

  Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan kawasan baru c.

  Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota o Review minimal setahun sekali 2. Penyediaan PS dalam Rangka Penanganan Bencana a.

  Target: o Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan sarana dasar permukimannya. o

  Sudah ada laporan dari Pemerintah Daerah atau media massa mengenai kejadian bencana, jenis kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman serta jumlah korban yang ditimbulkan b. Penanganan: o

  Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman untuk bisa memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana o

  Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana. c.

  Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota o Review minimal setahun sekali 4.1.1.2.

   Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan 1.

   Pedoman Pengembangan PS di Pulau Kecil dan Terpencil  Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam pemerintah kota/Kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

  Penanganan: o Bantuan teknis berupa:

  Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah) b.

  Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam hal sosial budaya maupun ekonomi. o

  Target: o Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasan lainnya. o

  Penyediaan PS Permukiman Di Pulau Kecil Dan Terpencil a.

  Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali 4.1.1.3.

   Program Pengendalian Kota-Kota Besar & Metropolitan 1.

  c.

  Penanganan: o Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota besar dan Metropolitan o Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan o Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan Melalui Peremajaan Kawasan Perkotaan.

  b.

  Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan. o Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.

  Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap infrastruktur utama perkotaan. o

  Target: o Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan. o

  Pengembangan Fungsi Kawasan a.

   Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal didalamnya, berdasarkan kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat o Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/PJM dan

  Rencana Tindak.

  c.

  Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali 2.

  Pengembangan PS Kawasan Agropolitan a.

  Target: o Kawasan pertanian yang terdiri dari kota pertanian dan desa – desa sentra produksi pertanian dan desa penyangga yang ada sekitarnya, yang memiliki fasilitas untuk berkembangnya pertanian industri.

  b.

  Penanganan: o Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan kawasan

  Agropolitan c. Kontribusi Pemerintah Daerah

   Menyediakan dana pendamping  Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota  Review minimal setahun sekali 4.1.2.

   Profil Pembangunan Permukiman 4.1.2.1. Gambaran Umum A. Kondisi Permukiman Kabupaten Tanjung Jabung Barat

  Kebutuhan akan perumahan mutlak dipenuhi dan berfungsi sebagai sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi penduduk, berdasarkan kondisi existing tahun 2011 ternayata hampir seluruh rumah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdinding kayu (non permanen) 94,1%, sedangkan untuk atap rumah yang paling banyak digunakan adalah seng, untuk lantai rumah sebagian besar digunakan adalah bukan tanah hal ini disebabkan karena wilayah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan wilayah pasang surut, sementara itu status rumah yang ditempati rumah tangga sebagian besar adalah milik sendiri yaitu sebesar 89,5%, kemudian disusul oleh rumah dinas/bebas sewa sebanyak 2,3%, secara umum permasalahan yang berkitan dengan perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah lingkungan tempat tinggal belum memenuhinya syarat lingkungan yang sehat.

  Berdasarkan kondisi dan kecenderungan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ditinjau dari pola pembentukannya pada umumnya membentuk pola linier ini diperlihatkan oleh suatu permukiman yang berkelompok dengan pola perkembangannya membentuk dan memanjang sepanjang tepian jalur-jalur aliran sungai dan jaringan jalan yang ada, wilayah dalam pola linier yang terbentuk merupakan koridor pengembangan yang banyak mempengaruhi arah perkembangan tata ruang Tanjung Jabung Barat. Disamping itu terdapat suatu bentuk pola permukiman yang teratur yaitu pola permukiman yang diperlihatkan oleh permukiman-permukiman di kabupaten Tanjung jabung barat, kuala tungkal pola permukiman ini biasanya dibuat secara terpadu, diman amasing-masing dari unit rumah yang dijadikan tempat kegiatan sosial (istirahat berkumpul dengan keluarga) dikelilingi oleh lahan-lahan yang secara langsung dijadikan sebagai tempat melakukan kegiatan ekonomi mereka.

  Tabel. IV.1.1 Kondisi Fisik Perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Uraian

  2009 2010 2011 2 Rumah Tangga dengan luas lantai perkapita <10m (%)

Perkotaan 23,97 22,08 19,63

Perdesaan 19,72 22,42 22,99

  Rumah Tangga menurut kualitas perumahan (%)

Lantai bukan tanah 92,22 95,50 94,24

Atap layak 86,52 91,16 89,62

Dinding Tembok 11,66 13,04 13,27

  Kayu 86,72 86,43 85,83 Sumber ; Susenas 2009-2011

  Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, luas perkapita perumahan yang dibawah 10 m2 diperkotaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 cenderung menurun, berbanding terbalik dengan perumahan yang ada di perdesaan yang justru cenderung meningkat.

  Dari tabel juga dapat dilihat bahwa, secara umum lantai rumah yang ada bukan berlantai kan tanah dan sudah beratap layak, namun sebagian besar perumahan yang ada berdinding kayu. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi fisik lahan terutama di Pusat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dimana untuk membangun rumah permanen membutuhkan biaya tinggi.

B. Sarana dan Prasarana Dasar Penunjang Kegiatan Permukiman

  Pertumbuhan dan perkembangan kegiatan perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan yang mengikuti pertumbuhan dan perkembanga Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pertumbuhan perumahan dan permukiman juga akan berdampak terhadap peningkatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan perumahan dan permukiman tersebut. Perkembangan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman tersebut akan diuraikan sebagai berikut ini:

1. Air Bersih

  Akses terhadap air bersih terutama untuk minum, masih menjadi masalah yang serius di Tanjung Jabung Barat. Hingga tahun 2011, air hujan masih menjadi sumber air minum sebagian besar rumah tangga yang mencapai 64,63 persen. Selain itu, masih terdapat 1,52 persen mengambil air minum dari sungai dan 9,43 persen dari sumur tak terlindung. Hal ini disebabkan karena masih banyak rumah tangga yang belum dijangkau dengan air olahan PDAM dan kualitas air olahan PDAM masih kurang untuk dijadikan konsumsi air minum. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah agar masyarakat terpenuhi kebutuhannya akan air bersih yang cukup dan layak serta harga yang terjangkau. Jumlah rumah tangga yang telah terlayani oleh pelayanan air bersih PDAM dapat dilihat pada tabel berikut ini;

  Tabel. IV.1.2 Jumlah Rumah Tangga Pelanggan Air Bersih PDAM Dikabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Pelanggan 2007 2008 2009 2010 2011 Rumah Tempat 1.578 1.720 1.932 2.135 2.309 Tinggal Sumber : PDAM Tirta Pengabuan

  Dari tabel dapat terlihat bahwa, pada dasarnya jumlah penduduk terlayani air bersih PDAM dari tahun ke tahunnya cenderung meningkat rata-rata hampir 10%.

2. Listrik

  Dala m usaha meningkatkan mutu kehidupan dan pertumbuhan ekonomi pedesaan, energi listrik memiliki peranan yang sangat penting. Ketersediaan energi listrik sebagai salah satu bentuk energi yang siap pakai, selain untuk penerangan tentu saja akan mendorong peningkatan sarana pendidikan, kesehatan dan keamanan lingkungan serta dapat meningkatkan penyediaan lapangan kerja baru. Daerah terpencil yang sebagian besar belum terjangkau jaringan listrik nasional (PLN) merupakan suatu masalah bagi pembangunan dan pengembangan. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang telah terlayani oleh sistem jaringan listrik, dapat dilihat pada tabel berikut ini;

  Tabel. IV.1.3 Jumlah Rumah Tangga Pelanggan PLN Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Pelanggan 2007 2008 2009 2010 2011 Rumah Tempat 13.727 13.594 14.429 21.571 Tinggal Sumber : PLN Ranting Kabupaten Tanjung Jabung Barat

  Dari tabel diatas dapat terlihat, bahwa jumlah rumah tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang telah terlayani oleh jaringan listrik PLN mengalami peningkatan signifikan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Peningkatan rumah tangga terlayani pada periode ini mencapai hampir 50%.

  3. Prasarana Dasar Persampahan

  Sistem pelayanan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada dasarnya hanya melayani penduduk di Pusat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu Kecamatan Tungkal Ilir. Sistem penanganan sampah dilakukan dengan pen gangkutan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) yang berasal dari lingkungan perumahan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Rata-rata jumlah produksi sampah per hari di Kota Kuala Tungkal mencapai 21 m3/hari. Sarana pembuangan sampah yang dipergunakan oleh penduduk berupa tong dengan bak terbuka, tong dengan bak tertutup, serta membuat lubang/galian dan menutupnya. Disamping itu masih banyak penduduk yang membuang secara sembarang dipekarangan atau dibadan parit. Pengelolaan sampah dilakukan oleh Kantor PPKTB yang saat ini loaksi TPS nya berada di Desa Tungkal II, yang didukung dengan 4 armada truk sampah dengan kapasitas 6 m3/truk dengan frekwensi pengangkutan 1 kali per hari. Penanganan sampah perkotaan kedepan perlu ditingkatkan baik dalam hal cakupan daerah pelayanan maupun kualitas dan frekwensi pelayannya, Penanganan sampah seperti di kawasan permukiman nelayan membutuhkan pendekatan khusus untuk mencegah pencemaran air sungai atau parit. Saat ini tempat pembuangan akhir (TPA) sampah berada di Desa Pematang Lumut, namun kemudian Lokasi TPA tersebut terlalu dekat dengan sungai, sehingga dapat mencemari air di hilirnya. Pemerintah Kabupaten Tanjab Barat telah menjajagi untuk memindahkan ke lokasi baru yaitu di Simpang Abadi Kecamatan Betara dengan luas + 21 ha, menggunakan sistem Sanitary landfill. Permasalahan khusus persampahan yang berlaku di Perkotaan Kuala tungkal dapat diuraikan sebagai berikut : a.

  Masih rendahnya tingkat pelayanan dari cakupan pelayanan, yaitu sebesar 49,15% b.

  Kurang memadainya prasarana dan sarana penunjang kegiatan pegelolaan sampah seperti tong sampah, gerobak sampah, TPS, Truck sampah dan lainnya.

  c.

  Terbatasnya ketersediaan anggaran untuk pengelolaan persampahan.Retribusi tidak dipungut oleh institusi pengelola persampahan dan bukan menjadi sumber pendapatan yang dapat digunakan secara langsung untuk biaya pengelolaan sampah.Masih relatif rendahnya sumber daya manusia pengelolaan persampahan, baik ditingkat manajemen maupaun ditingkat petugas lapangan.

  d.

  Belum maksimalnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah yang diperlihatkan dari kondisi lingkungan permukiman yang masih banyak tercemar dengan masalah pembuangan sampah.

  e.

  Masih relatif rendahnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sarana persampahan yang disediakan.

  4. Prasarana Dasar Air Limbah

  Resiko pencemaran limbah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dikategorikan cukup tinggi, selain disebabkan faktor geografis yang terletak di daerah pasang surut juga faktor kesehatan lingkungan yang cukup rendah.

  Sejauh ini dari hasil pengamatan langsung dilapangan dan data penunjang terhadap pola pembuangan air limbah rumah tangga oleh penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sistem pembuangan air limbah dapat dikelompokkan dalam sistem pembuangan sebagai berikut:

  1. Pola pembuangan langsung Pola pembuangan air limbah ini dengan cara membuang limbah secara langsung tanpa adanya tanpa mempergunakan pengendapan pada tempat penampungan, seperti pembuangan limbah dari jamban ke permukaan tanah (cemplung dan plengsengan). Sebagian besar penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat responden masih mempergunakan pola pembuangan dengan model ini. Dampak yang ditimbulkan adalah rendahnya tingkat kesehatan lingkungan serta tingginya gangguan penyakit terutama infeksi bakteri pada kulit.

  2. Pembuangan limbah dengan Tangki Septik. Walaupun sebagian besar penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat amempergunakan sistem langsung, masih terdapat penduduk lainnya (20%) responden yang mempergunakan pola pembuangan limbah dengan Tangki Septik. Adapun golongan penduduk yang mempergunakan Tangki Septik ini dikelompokkan pada kegiatan perumahan permanen, perkantoran, hotel, ruko dan restoran. Sebagian penduduk yang dimaksud diatas sudah mempergunakan pembuangan dengan sistem Tangki Septik yaitu WC yang dilengkapi dengan alat pembuangan Leher Angsa serta lebih permanen dalam sistem pengelolaan air limbahnya, dimana pembuangan akhirnya ditampung pada tempat pengendapan atau tengki septik.

  Sedangkan Air kotor rumah tangga yang ditimbulkan adalah merupakan air kotor yang dihasilkan dari kegiatan aktifitas penduduk dari Mandi, Cuci, Kakus. Pembuangan air kotor ini pada umumnya dari hasil pengamatan di lapangan serta data existing maka pembuangan dilakukan langsung ke permukaan tanah dan sebagian kecil penduduk lainnya menyalurkan pembungan air kotor ke parit-parit yang berdekatan dengan rumah tinggalnya.

5. Prasarana Drainase

  Keadaan saluran drainase di Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya daerah Ibukota Tanjung Jabung Barat kurang memadai, baik yang terdapat disepanjang jaringan jalan utama maupun yang terletak di wilayah perkotaan. Mengingat kondisi wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya daerah perkotaan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dan rawa-rawa serta sewaktu-waktu dapat tergenang terutama pada wilayah pasang surut, maka prasarana saluran drainase perkotaan yang ada sebagian besar masih memanfaatkan sistem drainase alamiah dengan pemanfaatan rawa dan alur sungai. Jaringan drainase yang terdapat di kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat digolongkan terhadap tiga (3) jenis saluran yaitu jaringan primer, sekunder dan tersier.

  Pelayanan sistem drainase di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dibedakan atas drainase alamiah dan drainase buatan disepanjang tepi jalan yang merupakan saluran sekunder dan tersier. Drainase yang ada mengikuti sistem yang memadai yaitu dengan menggunakan anak sungai/parit sebagai saluran primer dipergunakan sebagai tempat pembuangan akhir saluran perkotaan yang bermuara ke Sungai Pengabuan dan laut merupakan penampungan dari saluran sekunder dimana saluran sekunder merupakan penampungan dari saluran tersier. Dengan demikian selain beberapa sungai yang sangat kuat mempengaruhi sistem pembuangan perkotaan juga adanya pengaruh pasang surut yang memberikan dampak dari pola pembuangan drainase perkotaan yang ada. Daerah perumahan pada umumnya belum memiliki saluran drainase, sehingga perlu perencanaan dan pembuatan saluran drainase untuk wilayah permukiman penduduk. karena terisi oleh sampah dan Keadaan ini dapat menyebabkan banjir terutama pada waktu musim hujan.

C. Parameter Teknis Wilayah

  Dengan menggunakan arahan berdasarkan RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengenai proporsi lahan untuk perumahan, dimana arahan kepadatan yang diarahkan dapat diuraikan sebagai berikut:  Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman tinggi adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan Batang Asam, dan Kecamatan Tungkal Ilir dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah > 25 unit/ha. Dapat diartikan bahwa 1(satu) persil lahan memiliki luas 400 m 2 .  Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman sedang adalah kawasan perkotaan/perdesaan meliputi Kecamatan Tungkal Ulu, Tebing Tinggi, Merlung, Betara dan Bram Itam dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah 15 - 25 unit/ha. Dapat diartikan bahwa 1(satu) persil lahan memiliki luas 500 m 2 .  Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman rendah adalah kawasan perkotaan/perdesaan meliputi Kecamatan Seberang Kota, Kuala Betara, Renah Mendaluh, Senyerang dan Pengabuan dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah < 15 unit/ha. Dapat diartikan bahwa 1(satu) persil lahan memiliki luas 600 m 2 .

  2 untuk setiap KK) Untuk tahun 2013 setidaknya dibutuhkan sebanyak 18.110 unit rumah dengan kebutuhan luas lahan 1086,58 ha, sedangkan ditahun 2017 dibutuhkan sebanyak 19.229 dengan kebutuhan luas lahan 1.208,08 ha 2. Perumahan dengan kepadatan sedang (500m 2 untuk setiap KK)

1. Perumahan dengan kepadatan rendah (600m

  Untuk tahun 2013 setidaknya dibutuhkan sebanyak 22.100 unit rumah dengan kebutuhan luas lahan 1104,98 ha, sedangkan ditahun 2017 dibutuhkan sebanyak 24.441 dengan kebutuhan luas lahan 1.062,75 ha 3. Perumahan dengan kepadatan tinggi (400m 2 untuk setiap KK)

  Untuk tahun 2013 setidaknya dibutuhkan sebanyak 20.096 unit rumah dengan kebutuhan luas lahan 803,86 ha, sedangkan ditahun 2017 dibutuhkan sebanyak 22.738 dengan kebutuhan luas lahan 909,53 ha

  Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

  Tabel. IV.1.4 Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2013 Kepadatan Rendah Kepadatan Sedang Kepadatan Tinggi No Kecamatan Luas Luas KK KK KK Luas (Ha) (Ha) (Ha)

  1 2.777 138,86 Tungkal Ulu

  2 3.434 171,71 Merlung

  3 5.352 214,06 Bantang asam

  4 7.584 379,19 Tebing Tinggi Renah

  5 2.546 152,78 Mendaluh 6 2.278 136,67

  Muara Papalik

  7 4.758 285,47 Pengabuan

  8 4.535 272,10 Senyerang

  9 14.745 589,80 Tungkal Ilir

  10 3.207 160,34 Bram Itam

  11 1.770 106,18 Seberang Kota

  12 5.098 254,88 Betara

  13 2.223 133,38 Kuala Betara

  Jumlah 18.110 1.086,58 22.100 1.104,98 20.097 803,86

  Sumber ; Hasil Penghitungan Tahun 2012

  Tabel. IV.1.5 Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017 No Kecamatan Kepadatan Rendah Kepadatan Sedang Kepadatan Tinggi KK Luas (Ha) KK Luas (Ha) KK Luas (Ha)

  1.962 117,72

  Pada wilayah ulu, kegiatan permukiman pada dasarnya lebih memiliki kawasan potensial untuk menampung perkembangan kegiatan perumahan dan permukiman. Lahan non terbangun yang ada diwilayah ulu secara fisik masih sangat memungkinkan untuk memberi peluang pengembangan kegiatan perumahan dan permukiman.

  Wilayah yang dipengaruhi oleh pasang surut berada di bagian timur wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat atau biasa disebut bagian hilir. Sedangkan wilayah yang terbebas dari pengaruh pasang surut berada di bagian barat, atau biasa disebut bagian hulu.

  Secara umum terdapat perbedaan karakter permukiman antara wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat bagian pesisir (baik laut maupun sungai) yang sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, dengan wilayah yang tidak dipengaruhi oleh daerah pesisir.

  Sumber ; Hasil Penghitungan Tahun 2012

  Jumlah 19.228 1.153,75 24.441 1.062,75 22.738 909,53

  2.421 145,26

  13 Kuala Betara

  12 Betara 5551 145,26

  11 Seberang Kota

  1 Tungkal Ulu 3.102 155,08

  10 Bram Itam 3.393 169,67

  9 Tungkal Ilir 16.588 663,53

  8 Senyerang 4.647 278,83

  7 Pengabuan 4.875 292,52

  6 Muara Papalik 2.554 153,27

  5 Renah Mendaluh 2.769 166,15

  4 Tebing Tinggi 8.470 423,49

  3 Bantang asam 6.150 246

  2 Merlung 3.925 169,25

  Berbeda dengan kondisi kawasan permukiman yang sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, dimana kawasan perumahan dan permukiman cenderung slum. Kondisi ini terutama terjadi di kawasan perkotaan Kuala Tungkal dan permukiman yang berada di sempadan sungai. Berdasarkan kondisi kualitas permukiman, maka kawasan perkotaan Kuala Tungkal dan kawasan yang dipengaruhi kegiatan pasang surut layak menjadi prioritas penanganan dibidang permukiman.

D. Aspek Pendanaan

  Pendanaan dalam pembangunan dan pengembangan permukiman ini didapatkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran pendapatan belanja Daerah provinsi (APBD I) dan Anggaran pendapatan belanja Daerah Kota (APBD II).

4.1.2.2. Sasaran Pengembangan

  Adapun Sasaran yang diinginkan dalam pengembangan pemukiman diarahkan pada: 1. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman perkotaan yang tidak layak huni.

2. Penyediaan dan pemugaran/rehabilitasi permukiman masyarakat pedesaan dengan sasaran penyediaan permukiman di perdesaan yang sehat dan layak huni.

4.1.3. Permasalahan Pembangunan Permukiman

  Ada beberapa Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan permukiman: 1. Kualitas permukiman 2. Lokasi permukiman tersebar dan berkelompok 3.

  Permukiman padat dan kumuh 4. Infrastruktur Penunjang 4.1.3.1.

   Analisis Permasalahan dalam Permukiman dan Rekomendasi 1. Kualitas permukiman

  Kualitas permukiman yang masih rendah cenderung terjadi di kawasan hilir, dimana secara fisik kawasan cenderung rawa pasang surut dan berada di sempadan sungai, sehingga menyebabkan pembangunan kawasan permukiman memerlukan biaya yang cukup tinggi Sebagian besar bangunan merupakan bangunan semi permanen dengan bahan bangunan dari kayu.

  2. Lokasi permukiman tersebar dan berkelompok

  Kawasan permukiman di Kabupaten Tanjung Jabung Barat cenderung berkelompok. Kondisi ini dipengarhui oleh kondisi fisik kawasan serta aktifitas dominan penduduk. Pada kawasan pesisir, pemukim di Kabupaten tanjung Jabung Barat secara umum adalah pendatang yang masuk melalui perairan dan menjadikan wilayah pesisir sebagai lokasi permukiman. Pada wilayah barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, lokasi permukiman juga dipengaruhi oleh aktifitas dominan, yaitu pertanian dan lokasi permukiman berorientasi terhadap lahan garapan penduduk. Pada titik tertentu berkembangan sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

  3. Permukiman padat dan kumuh

  Permukiman padat dan cenderung slum, banyak tersebar terutam di wilayah-wilayah sempadan sungai dan pantai serta kawasan permukiman yang berada diatas lahan rawa pasang surut. Lahan permukiman sangat rentan genangan, baik secara permanen maupun akibat kegiatan pasang surut. Elevasi lahan yang sangat rendah dan juga karena secara eksisting merupakan lahan rawa menyebabkan lahan kawasan sangat rentan genangan;

4. Infrastruktur Penunjang

  Minimnya infastruktur penunjang dan kendala paling berat dalam penyediaan infrastruktur penunjang tersebut terutama dirasakan di kawasan permukiman perkotaan Kuala Tungkal. Jumlah penduduk yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, namun kurang didukung oleh penyediaan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur yang sangat minim terutama terhadap penyediaan air bersih, peningkatan pelayanan drainase dan pengelolaan rumah rumah tangga. Sumber air baku yang sangat minim menyebabkan sampai dengan saat ini pelayanan penyediaan air bersih masih sangat sulit untuk dioptimalkan. Sementara itu, kondisi fisik lahan yang berelevasi rendah serta rentan genangan telah membatasi pelayanan drainase serta menyebabkan limbah rumah tangga bercampur dengan air rawa yang berada dibawah dan sekitar perumahan masyarakat.

4.1.4. Usulan Pembangunan Bidang Permukiman 4.1.4.1. Usulan Pembangunan Permukiman

  Rencana dan Program pembangunan Infrastruktur Permukiman (bidang PU/Cipta Karya) yang dapat dimasukkan dalam RPIJM tersebut meliputi, antara lain: a.

  Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan untuk mendukung:  pengembangan kawasan agropolitan,  pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP),  penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal b. Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh

   penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP),  penataan dan perbaikan lingkungan permukiman (NUSSP),  peremajaan kawasan kumuh c. Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan

  Rendah, melalui :  penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkungan) untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI- POLRI/pekerja,  pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan  penyediaan infrastruktur permukiman di desa tertinggal/kawasan perbatasan, d.

  Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota, meliputi :

   Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) Air Minum,  Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat dan sistem SANIMAS,  Pengelolaan Persampahan dan Drainase, dan  Penataan Revitalisasi kawasan/lingkungan/bersejarah di perkotaan, e.

  Pengembangan Kawasan Permukiman, termasuk penyediaan infrastruktur pendukungnya baik melalui Peremajaan Kawasan di dalam Kota, maupun untuk pengembangan/perluasan permukiman kota dan kawasan ekonomi perbatasan.

4.1.4.2. Sistem PSD permukiman yang diusulkan Kegiatan Rehabilitasi kawasan kumuh 1.

  Cakupan Kumuh Sedang, dengan kegiatan pembangunan sebagai berikut: a.

  Perbaikan Lingkungan Permukiman, dengan kegiatan sebagai berikut: Peningkatan PS Lingkungan Permukiman

   Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan (NUSSP)

   Penyediaan PS Air Minum bagi kawasan kumuh/nelayan

   Pembangunan PS Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (Sanimas)

   b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan sebagai berikut:

   Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (PNPM - P2KP) 2. Cakupan Kumuh Berat

  Peningkatan Fungsi Kawasan, dengan kegiatan sebagai berikut: Pengembangan Rusunawa

   Peremajaan Kawasan  4.1.4.3.

   Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan (NUSSP)

  Struktur Kegiatan : Perumahan dan Fasilitas Umum

   Fungsi : Pemberdayaan Komunitas Permukiman  Sub Fungsi : Pemberdayaan Komunitas Permukiman  Program : Satker Pembinaan Teknis Penataan Lingkungan Permukiman  Pelaksana Tujuan Kegiatan Mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia melalui kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam melaksanakan program perumahan dan permukiman di lingkungan kumuh perkotaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan tingkat lokal. Kriteria Penanganan  Kota metropolitan dan besar serta Kota-kota yang berfungsi strategis (Ibu Kota Provinsi/Kabupaten/Kota atau kota-kota yang mempunyai fungsi khusus).

   Kondisi lingkungan permukiman masuk kategori kumuh berat atau sangat kumuh (langka sarana dan prasarana namun telah ada jaringan jalan lokal walaupun belum diperkeras).  Kepadatan penduduk antara 250 - 750 jiwa per Ha.  Lebih dari 60% rumah tidak layak huni.  Luas kawasan antara 20 sampai 40 Ha.  Pemerintah Kota/Kota menyediakan dana pendamping in cash dengan besaran sesuai dengan kapasitas fiskal masing-masing kota (KMK No.358/2003), serta sanggup menyediakan dana pendamping in kind dan BOP untuk mendukung pelaksanaan kegiatan.

  Lingkup Kegiatan 1.

  Bantuan Teknis berupa:  Fasilitasi penyusunan Strategi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kota/Kota yang berpihak pada masyarakat berpenghasilan rendah.

   Fasilitasi penyusunan Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) serta pembentukan Badan Koordinasi Pengendalian Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (BKP4D)

   Peningkatan kapasitas dan peran pemerintah daerah dalam menangani lingkungan permukiman kumuh perkotaan yang ada di wilayahnya  Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal di dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan kualitas huniannya.

   Menciptakan akses masyarakat berpenghasilan rendah dan berpenghasilan tidak tetap (informal) kepada sumber dana untuk pembiayaan perbaikan dan pembangunan perumahan.  Bantuan Fisik berupa peningkatan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang berbasis pada NUP (Neighborhood Upgrading Plan) yang disusun dengan partisipasi dan aspirasi masyarakat.  Bantuan kredit mikro perumahan untuk perbaikan/pembangunan baru perumahan masyarakat di lingkungan pemukiman kumuh yang disalurkan melalui lembaga keuangan lokal.

  Indikator Output  Luas Kawasan kumuh yang ditangani (ha).

   Jumlah KK miskin penerima manfaat serta yang mendapat akses kredit mikro perumahan.  RP4D dan BKP4D yang dibentuk pada kota/Kota sasaran

  Indikator Outcome

   Berkurangnya luas kawasan kumuh (Ha) dan terpenuhinya kebutuhan akan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.  Meningkatnya tingkat kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap sektor permukiman khususnya yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.  Tersusunnya Rencana Pengembangan Perumahan dan Permukiman di daerah yang menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan sektor perumahan dan permukiman setiap tahunnya, dan terwujudnya keterpaduan dengan sektor lainnya serta berbagai sumber pendanaan yang ada.

4.1.4.4. Kegiatan Penyediaan PS AM bagi kawasan Kumuh/Nelayan

  Struktur Kegiatan  Fungsi : Perumahan dan Fasilitas Umum  Sub Fungsi : Penyediaan Air Minum

  : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air  Program Limbah : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum  Pelaksana Tujuan Kegiatan Penyediaan air minum di kawasan kumuh/nelayan. Kriteria Penanganan  Kawasan kumuh perkotaan/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai.

   Lahan sudah tersedia.

  Lingkup Kegiatan

   Pembuatan Rencana Teknis  Pembuatan IPA Sederhana  Pembuatan sumur bor  Pengadaan pompa  Pengadaan HU atau TA  Monitoring dan Evaluasi

  Indikator Output

   Jumlah unit terbangun

  Indikator Outcome  Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh air minum dengan mudah.

   Berkurangnya jumlah kawasan kumuh/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai.  Keberlanjutan pemanfaatan SPAM terbangun.

4.1.4.5. Kegiatan Pembangunan Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (SANIMAS)

  Struktur Kegiatan : Perumahan dan Fasilitas Umum

   Fungsi : Penyediaan Air Minum  Sub Fungsi : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air  Program Limbah  Pelaksana : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan PL Tujuan Kegiatan : Pengembangan kegiatan pembangunan air limbah skala komunitas yang berbasis masyarakat. Kriteria Penanganan:  Kawasan kumuh perkotaan yang masih rendah tingkat sanitasinya.

   Diusulkan oleh pemerintah daerah dan kesanggupan untuk  mengembangkannya di lokasi yang lain.  Sudah termasuk dalam RPJM Daerah.

   Lahan sudah tersedia.  Memerlukan pendampingan kepada masyarakat pengguna.  Biaya SANIMAS tiap lokasi diperkirakan Rp. 400 juta, dengan pembiayaan berasal dari berbagai sumber, yaitu Pemerintahan Pusat (55%), Pemerintah Kabupaten/Kota (7%), Donor/LSM (16%) dan masyarakat (2%). Biaya O&M sepenuhnya ditanggung masyarakat.

  Lingkup Kegiatan:

   Fasilitasi pembuatan Rencana Teknis  Fasilitasi pembangunan septic tank komunal, septic tank individual, pengadaan jamban.

  (lihat DIPA)  Monitoring dan Evaluasi

  Indikator Output  Jumlah unit terbangun. Indikator Outcome  Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh pelayanan air limbah.

  Indikator Keberhasilan  Meningkatnya derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat.

4.1.4.6. Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP - PNPM)

  Struktur Kegiatan : Perumahan dan Fasilitas Umum

   Fungsi : Pemberdayaan Komunitas Permukiman  Sub Fungsi : Pemberdayaan Komunitas Permukiman  Program : Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan (33 Satker)  Pelaksana Tujuan Kegiatan Mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia yang dilaksanakan oleh masyarakat dan didukung oleh pemerintah daerah dan kelompok peduli, serta pihak terkait secara mandiri dan berkelanjutan. Kriteria Penanganan  Kecamatan urban/perkotaan yaitu jumlah kelurahan lebih besar dari Desa sesuai data PODES/BPS.

   Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%.  Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK).

   Pemda siap menyediakan dana pendamping.  Khusus untuk program PAKET, Pemda telah menyiapkan SPKD (Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah) yang di susun oleh KPKD (Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah) melalui komunitas belajar perkotaan dan PJM Pronangkis kota yang telah mengakomodasikan PJM Pronangkis (Program Penanganan Kemiskinan) Kelurahan yang di susun oleh BKM

  Lingkup Kegiatan 1.

  Bantuan teknis berupa:  Penguatan kapasitas dan mengedepankan peran Pemda agar mampu secara efektif dalam penanggulangan kemiskinan di wilayahnya.

   Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk membangun tatanan masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan permukiman di wilayahnya secara terpadu.

2. Bantuan fisik berupa:

   Penyediaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan dalam PJM dan Renstra Pronangkis yang mengacu kepada konsep tridaya.  Pembiayaan Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) sebagai stimulan untuk membantu dan mempercepat proses kemitraan antara masyarakat dengan Pemerintah Kota/Kota dan kelompok peduli dalam mewujudkan sinergitas penanggulangan kemiskinan.

   Indikator Output  Jumlah kelurahan yang ditangani.

   Jumlah KK miskin penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).

  Indikator Outcome  Jumlah kelembagaan masyarakat di tingkat lokal.

   Jumlah KK miskin yang meningkat taraf kehidupan/ekonominya.  PKD yang tersusun dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melalui kerjasama antara Pemda dan masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.

  Kegiatan Pembangunan Rusunawa Struktur Kegiatan

  : Perumahan dan Fasilitas Umum  Fungsi  Sub Fungsi : Pembangunan Perumahan : Pengembangan Perumahan  Program : Satker Pelaksanaan Pengembangan Permukiman  Pelaksana Tujuan Kegiatan  Penanganan kawasan kumuh perkotaan. Kriteria Penanganan  Kota metro/besar yang memiliki permasalahan kumuh perkotaan (atau kota-kota yang mempunyai permasalahan kumuh berat) yang penanganannya perlu dilakukan melalui peremajaan kawasan, dengan keterbatasan tanah/lahan perkotaan yang tidak mungkin ditoleransi lagi.

   Diusulkan oleh Pemerintah Daerah  Sesuai dengan RUTR, serta Pemkot sudah menyiapkan RPJM untuk pengembangan permukiman di wilayahnya Pada kawasan penduduk berkepadatan tinggi 150-750 jiwa /Km2.  Kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang kondusif.  Pemkot dapat memenuhi komitmennya untuk: o

  Menyediakan lahan siap bangunan untuk lokasi Pembangunan Rusunawa; o

  Menyediakan dana untuk penyambungan instalasi air minum, listrik ke bangunan RUSUNAWA; o

  Pembangunan PSD Permukiman di sekitar lokasi RUSUNAWA dan segala sesuatu yang berkaitan dengan berfungsinya Rusunawa tersebut; o

  Melaksanakan pengelolaan RUSUNAWA paska Konstruksi, termasuk konsekuensi penyediaan dana subsidi apabila diperlukan.  Bersedia menandatangani MOU antara Walikota/Bupati dan Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk komitmen bersama dalam pembangunan Rusunawa dalam konteks penataan lingkungan permukiman kumuh.

  Lingkup Kegiatan

   Bantuan Teknis kepada Pemerintah Provinsi, Kota/Kota dalam rangka peremajaan kawasan permukiman kumuh perkotaan (urban Renewal).  Bantuan Teknis kepada Pemerintah Provinsi, Kota/Kabupaten dalam rangka kegiatan: o

  Identifikasi kawasan-kawasan kumuh dan permukiman liar (squatters) Penyusunan renstra penanganan kawasan kumuh perkotaan di wilayahnya yang dituangkan dalam RPJM dan matriks program lintas sektor.  Bantuan Fisik berupa prasarana dan sarana yang tercantum dalam RPJM termasuk stimulan

  Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang mengawali upaya Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengatasi kawasan kumuh perkotaan dan sekaligus meningkatkan nilai tambah kawasan-kawasan tersebut sehingga menjadi bagian penting dalam pengembangan perkotaan secara keseluruhan.  Bantuan teknis untuk pengelolaan dan penghunian Rusunawa.  Monitoring dan Evaluasi.

  Indikator Output

   Jumlah unit hunian yang terbangun

  Indikator Outcome

   Banyaknya jumlah KK yang menghuni Rusunawa  Berkurangnya luasan kawasan kumuh perkotaan 4.1.4.7.

   Usulan dan prioritas program pembangunan PSD permukiman

  Program yang diusulkan dalam pembangunan permukiman adalah: 1. Meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan fasilitas dan bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh, desa tradisional, dan desa eks-transmigrasi.

  2. Menyediakan perumahan dan lahan bagi masyarakat berpendapatan rendah minimal tersedianya rumah sangat sederhana (RSS), rumah sederhana (RS) dan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) 3. Melakukan penataan, peremajaan dan revitalisasi bagi daerah – daerah permukiman yang kumuh sehingga akan memberikan kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan perumahan sederhana yang sehat, sebagai dasar bagi pengembangan kawasan siap bangun. Kawasan permukiman hendaknya terletak di daerah datar dengan kemiringan lahan < 5%.

  13. Memberikan Pelayanan kepada masyarakat yang masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah)

  19. Pengembangan lokasi kawasan Agropolitan 20.

  18. Melaksanakan MoU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum, khususnya yang sudah ada progres pembangunan rumah ± 60%.

  17. Memprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah

  16. Memberikan dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah

  15. Mengikuti program sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Kabupaten.

  14. Pembangunan Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.

  Mempersiapkan aksesibilitas untuk Desa tertinggal.

  4. Menyediakan sarana perumahan dan permukiman, antara lain air minum yang bersih, listrik, telepon, dan sanitasi yang sehat secara luas dan merata.

  11. Menyediakan prasarana jalan lingkungan permukiman kota dan desa 12.

  10. Menciptakan kepastian hukum dalam bermukim (tinggal) serta fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan yang tanggap terhadap bencana.

  9. Mengembangkan lembaga yang bertanggungjawab dalam pembangunan perumahan dan permukiman pada semua tingkatan pemerintahan serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang permukiman yang transparan dan partisipatif.

  8. Mengembangkan pola subsidi yang tepat sasaran, efisien dan efektif.

  7. Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan

  6. Memfasilitasi pembiayaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan melalui pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat.

  5. Menciptakan iklim yang kondusif yang mampu menarik investor maupun pengembang untuk membangun fasilitas perumahan yang sehat, nyaman dan asri.

  Pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS) 21. Bedah rumah 22. Identifikasi lokasi kawasan tertinggal yang ada dalam pemerintah kabupaten 23. Penyusunan SPPIP dan RPKPP Kabupaten Tanjung Jabung Barat

4.2. RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 4.2.1.

   Petunjuk Umum

  Tantangan penataan bangunan dan lingkungan 1.

  Amanat UUBG & PPBG: Semua Bangunan Gedung harus laik fungsi pada tahun 2010.

2. MDGs: 50% kabupaten/kota di Indonesia bebas kumuh pada tahun 2015.

  Visi:

  bangunan gedung dan lingkungan yang layak dan berkualitas

  Misi: 1.

  memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras.

  2. memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan

  Grand Strategy, Tujuan & Sasaran Grand Strategy 1 : Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien

  Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.

  Sasaran 1)

  Tersusunnya Perda Bangunan gedung 2)

  Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi 3)

  Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung 4)

  Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum 5)

  Terlaksananya pendataan bangunan gedung 6)