DOCRPIJM 376691a0a1 BAB IIIRPIJM BAB III BIMA FINAL

  Kebijakan pengembangan wilayah terhadap rencana pembangunan wilayah Kabupaten Bima dimaksudkan sebagai kajian tentang rencana-rencana program pengembangan yang sedikit banyak berkaitan dengan rencana adalah:

  Review Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

   Tahun 2006-2020 Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2006-2025

    RPJMD Kabupaten Bima Tahun 2006 - 2010.

3.1. KAWASAN PRIORITAS KONTEKS KABUPATEN BIMA

3.1.1 Rencana Pengelolaan Kawasan Prioritas

  Kawasan prioritas perlu mendapatkan pengelolaan yang lebih intensif karena mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan daerah-daerah lainnya, dan diharapkan dapat menjadi prime mover bagi kawasan sekitarnya.

Tabel 3.1. Rencana Pengelolaan Kawasan Prioritas

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN

  

  

1. Kawasan kaya Kawasan Sentra Produksi Penetapan Kawasan Sentra

sumberdaya alam (KSP): Sanggar, Tambora, Produksi di tetapkan oleh Wawo, Sape, Parado, Wera, Pemerintah Daerah dan Donggo. Kabupaten.

  

KAPET Bima: Kabupaten

Bima, Kota Bima dan Pengelolaan KAPET Kabupaten Dompu. dilakukan oleh BP. KAPET.

  

Kawasan Pesisir dan Laut:

Tanjung Mas Langgudu,

Pengelolaan dilakukan oleh Rontu Monta, Bajo Pulau Dinas terkait yaitu Bappeda

  

Sape, Sangiang Wera, dan

dan Dinas Perikanan dan Gilibanta. Kelautan.

  Kawasan Agroindustri: Bolo,  Pengelolaan dilakukan oleh Sape, Sanggar, dan Tambora.

Kawasan Industri Maritim :

Dinas Perindag dan Sape.

  Pertanian. Pusat Kawasan Pariwisata:

Kawasan Wisata Pantai :

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN

  Teluk Bima, Sape (Lamere, Toro Wamba, Mata Mboko, Gilibanta), Lambu (Papa), Pengelolaan dilakukan oleh

Wera (Pulau Ular dan

Dinas Pariwisata.

Karombo Wera), Monta

(Rontu), Parado (Wane).

  

Kawasan Wisata Alam

Pegunungan : Tambora,

Lambitu, Donggo.

  

Kawasan Wisata Alam :

Madapangga, Parado, Wawo. Kawasan Wisata Budaya : Soromandi, Donggo, Wawo.

  

2. Kawasan cepat Pusat kawasan bisnis/CBD di Pengelolaan dilakukan oleh

tumbuh ibukota kecamatan, pusat Dinas Perindag dan Dinas pengembangan perdesaan, Kimpraswil.  Pengelolaan oleh Bappeda

desa-desa berkembang.

  Ibukota kabupaten/kota baru dan Dinas Terkait.

hasil pemekaran wilayah.

Kawasan strategis: Woha, Sape, Sila.

Kawasan simpul-simpul

Pengelolaan oleh Dinas transportasi darat dan laut : Perhubungan. Waworada, Sape, Labuhan Kananga, Woha. Pusat perdagangan : Woha, Pengelolaan oleh Dinas Bolo, Sape, Wera. Perindag. Rumput Laut: Wera, Langgudu, Sape, Tambora. Dinas Perikanan dan Kelautan. Pelabuhan penyeberangan : Sape, Waworada.

Sepanjang jalur trans

Dinas Perhubungan.

Nusa Tenggara/jalan nasional.

  Dinas Kimpraswil.

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN

3. Kawasan Tertinggal Donggo, Soromandi, Parado, Kementerian PDT, BMG, Tambora, Lambu, Lambitu. dan Bappeda.

  Kawasan Rawan Bencana Vulkanik : Kawasan Rawan

Kawasan Gunung Tambora

Bencana

Daerah rawan bencana

  (harus dikosongkan) meliputi daerah kaldera dan lembah- lembah sungai sejauh 6 km 2 atau seluas 58,7 km .

  Daerah waspada bagian utara

masuk Kabupaten Bima

(Desa Kawinda To’i dan

Labuan Kenanga) Kawasan Rawan Banjir: Kawasan sekitar sungai besar

  Sape, Belo Soromandi, dan Wera.

Kawasan Rawan Kekeringan :

Wera, Donggo, Woha, Monta, Sape, Lambu Kawasan Rawan Tsunami

Daerah sepanjang pesisir

pantai selatan Sape, Parado, Monta, Langgudu.

  Sumber : Hasil Rencana, 2006

3.1.2 Rencana Pemanfaatan Kawasan Prioritas

  Secara umum, kawasan prioritas terbagi menjadi 2 (dua) yaitu kawasan bermasalah dan kawasan potensial. Kawasan bermasalah merupakan kawasan yang karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki maupun keterbatasan fisik alamiah menjadikannya rentan terhadap musibah maupun lambat berkembang. Kawasan bermasalah meliputi kawasan rawan bencana dan kawasan perbatasan, sedangkan kawasan potensial merupakan kawasan yang banyak memiliki sumber daya, cepat berkembang sehingga harus didorong supaya dapat menjadi prime

  

mover bagi perkembangan wilayah sekitarnya. Kawasan potensial meliputi

kawasan cepat tumbuh dan kaya sumber daya alam.

Tabel 3.2. Rencana Pemanfaatan Kawasan Prioritas

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PEMANFAATAN RENCANA PEMANFAATAN

  1. Kawasan kaya sumberdaya alam

Kawasan Sentra Produksi

(KSP): Sanggar, Tambora,

Wawo, Sape, Parado, Wera,

dan Donggo.

KAPET Bima: Kabupaten

  • Sebagai Kawasan Sentra Produksi Pertanian dengan Komoditas Unggulan (Kopi,Mete,Kelapa)
  • Sebagai Kawasan lokasi investasi dengan pemberian intensif
  • Sebagai Kawasan Sentra Produksi Perikanan dengan tujuan ekspor
  • Sebagai Kawasan Pengolahan hasil pertanian.
  • Sebagai Kawasan Pengembangan Sarana dan Prasarana Perikanan dan Pengolahan Hasil-hasil Perikanan dan Kelautan - Sebagai kawasan pariwisata yang dapat menarik wisatawan
  • Penataan kawasan wisata agar lebih menarik
  • Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Wisata

  Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu.

Kawasan Pesisir dan Laut:

Tanjung Mas Langgudu, Rontu

Monta, Bajo Pulau Sape,

Sangiang Wera, dan Gilibanta.

Kawasan Agroindustri: Bolo,

Sape, Sanggar, dan Tambora.

Kawasan Industri Maritim :

Sape.

  Pusat Kawasan Pariwisata: Kawasan Wisata Pantai : Teluk

Bima, Sape (Lamere, Toro

Wamba, Mata Mboko,

Gilibanta), Lambu (Papa),

Wera (Pulau Ular dan Karombo Wera), Monta (Rontu), Parado (Wane). Kawasan Wisata Alam Pegunungan : Tambora, Lambitu, Donggo. Kawasan Wisata Alam : Madapangga, Parado, Wawo

Kawasan Wisata Budaya :

Soromandi, Donggo, Wawo.

  2. Kawasan cepat tumbuh Pusat kawasan bisnis/CBD di

Ibukota kecamatan, pusat

pengembangan perdesaan,

desa-desa berkembang.

Ibukota kabupaten/kota baru

hasil pemekaran wilayah.

Kawasan strategis: Woha,

Sape, Sila Kawasan simpul-simpul

transportasi darat dan laut :

Waworada, Sape, Labuhan

Kananga, Woha Sebagai Kawasan perdagangan dan simpul-simpul transportasi Penataan Kawasan CBD Penataan Kawasan

  Simpul-simpul transportasi Rencana Peningkatan simpul-simpul transportasi

NO. JENIS KAWASAN LOKASI PEMANFAATAN RENCANA PEMANFAATAN

  

Pusat perdagangan : Woha,

Bolo, Sape, Wera Rumput Laut Wera, Langgudu,

  Sape, Tambora.

Pelabuhan penyeberangan :

Sape, Waworada.

Sepanjang jalur trans Nusa

Tenggara/jalan nasional

3. Kawasan tertinggal Donggo, Soromandi, Parado, Tambora, Lambu, Lambitu.

  Kawasan tertinggal adalah kawasan yang tingkat kehidupan penduduknya masih dibawah rata-rata dan prasarana wilayah yang tersedia masih minim sehingga perlu dilakukan perlakukan khusus untuk meningkatkan kualitasnya.

  4. Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana Vulkanik :

  1. Kawasan Gunung Tambora Daerah rawan bencana (harus dikosongkan) meliputi daerah

kaldera dan lembah-lembah

sungai sejauh 6 km atau seluas 58,7 km 2 . Daerah waspada bagian utara masuk Kabupaten Bima (Desa

Kawinda To’i dan Labuan

Kenanga).

  2. Kawasan Rawan Banjir: Kawasan sekitar sungai besar Sape, Belo Soromandi, Wera.

  

3. Kawasan Rawan Kekeringan:

Wera, Donggo, Woha, Monta, Sape, Lambu

  4. Kawasan Rawan Tsunami

Daerah sepanjang pesisir

pantai selatan Sape, Parado, Monta, langgudu.

  Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang tidak boleh digunakan sebagai kawasan permukiman. Untuk menghindari terjadinya bencana. Kawasan rawan bencana digunakan sebagai kawasan konsevasi. Penetapan zona rawan bencana dengan pelarangan aktivitas permukiman.

  Sumber : Hasil Rencana, 2006

3.1.3 Strategi Pengembangan Kawasan Andalan

  Adapun strategi-strategi pengembangan kawasan andalan Kabupaten Bima dapat diuraikan sebagai berikut :

  1. Memantapkan Woha sebagai pusat pelayanan Kabupaten Bima dengan wilayah layanan mencakup 18 Kecamatan terdiri dari: Monta, Donggo, Soromandi, Langgudu, Parado, Woha, Lambitu, Wera, Bolo, Sape, Ambalawi, Belo, Madapangga, Sanggar, Lambu, Palibelo, Tambora dan Wawo. Dengan mengembangkan 2 (dua) strategi pengembangan kawasan, yaitu: a. Pengembangan sentra budidaya rumput laut di perairan pantai kabupaten Bima.

  b. Pengembangan penelitian produksi Mutiara di Karampi, Rupe, So Lato, Sumi, Soro, Bajo Pulau, Nciri-Natu, Pisa, Pai, Tengge, Radu, Piong.

  2. Pengembangan transportasi darat melalui pembangunan, perbaikan, dan peningkatan kapasitas ruas jalan, dilakukan untuk menghubungkan pusat- pusat kegiatan unggulan dengan pusat kegiatan pendukung. Bentuk dari pengembangan dari strategi tersebut dapat dikemukakan dalam 4 (empat) indikasi program, yaitu:

  a. Studi peningkatan kapasitas ruas jalan dengan menggunakan standar

  b. Studi pengembangan moda angkutan umum untuk wisatawan dan komoditi hasil pertanian c. Studi karakteristik longsoran dari berbagai jenis batuan disepanjang jalan raya d. Studi daya dukung tanah berdasarkan berbagai jenis batuan

  

3.2. KAJIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI NUSA

TENGGARA BARAT 2006-2020

  Review RTRW Propinsi NTB (Draft) dimaksudkan sebagai pemutakhiran instrumen tata ruang Propinsi NTB, berkaitan dengan perubahan-perubahan multi faktor selama 10 tahun terakhir. Perubahan mencakup faktor eksternal dan internal wilayah.

3.2.1. Cakupan dan Tujuan

  Perubahan faktor eksternal, terkait dengan perubahan-perubahan peraturan perundangan tentang pemerintahan dan perencanaan di daerah. Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah terbaru (UU.32 tahun 2004), mengisyaratkan perubahan peran pemerintah propinsi dalam konteks otonomi daerah selama ini. Pemerintah Propinsi sebagai perwakilan pemerintah Pusat di daerah diberi kewenangan yang agak lebih besar dari pada kewenangan yang ada menurut UU. No.24 tahun 1999. Faktor eksternal yang lain adalah tuntutan terhadap NTB untuk peran yang lebih besar secara regional. Dalam hal ini adalah kebutuhan fasilitas jembatan udara secara regional.

  Faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap perencanaan pengembangan wilayah NTB adalah berkaitan dengan:  Pergeseran peran/fungsi kota dan wilayah.  Maraknya konversi lahan hutan lindung ke hutan produksi dan dari lahan pertanian sawah ke lahan non sawah (permukiman).  Pemekaran wilayah kabupaten/kota yang ada.  Pengembangan kawasan ekonomi unggulan yang belum terakomodasikan.  Pengembangan infrastruktur wilayah belum mengakses pusat pertumbuhan ekonomi unggulan.  Alokasi ruang bagi aktivitas strategis baru (bandar udara, PLTU, Mutiara, dan lain-lain).  Rencana tata ruang pesisir dan laut yang belum terakomodasikan.  Perbedaan alokasi kawasan prioritas.

3.2.2. Kebijakan dan Strategi

  a. Kebijakan

  Kebijakan pemanfaatan ruang secara umum meliputi pemantapan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya. Pemantapan kawasan lindung ditujukan untuk melindungi kawasan-kawasan lindung yang memiliki fungsi ekologis, baik sebagai kawasan lindung bagi bawahannya maupun kawasan lindung setempat, khususnya berkaitan dengan perlindungan hidrologis wilayah. Pengembangan kawasan budidaya ditujukan untuk memberikan dampak ekonomi berupa kesejahteraan masyarakat yang sebesar- besarnya.

  b. Strategi

  1). Pemantapan kawasan lindung meliputi:  Peningkatan pengelolaan vegetasi pada kawasan lindung,  Rehabilitasi kawasan-kawasan lindung yang mengalami atau ada indikasi kerusakan  Perlindungan kawasan-kawasan lindung  Penetapan batas kawasan lindung  Pemantauan terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi serta pemantauan potensi bencana alam yang ada.

  2). Pengembangan kawasan budidaya, meliputi:  Pengembangan zona penyangga pada zona perbatasan zona budidaya dan zona lindung.

   Ekstensifikasi kegiatan pertanian pada wilayah pinggiran, serta intensifikasi pada lahan sawah beririgasi.  Pengembangan kegiatan budidaya sesuai kebutuhan dan daya dukung wilayah.

  3). Kependudukan  Menumbuhkan simpul-simpul pertumbuhan ekonomi baru

   Pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang dapat menenbus isolasi wilayah  Peningkatan kemampuan SDM 4). Ekonomi Wilayah  Pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan aktivitas ekonomi unggulan  Pengembangan aktivitas industri berbasis pada komoditas unggulan  Peningkatan kemampuan dan keahlian tenaga kerja  Efisiensi sistem produksi  Pengembangan komplementaritas antar-kawasan unggulan

c. Infrastruktur Wilayah

   Pembangunan jalan untuk membuka isolasi wilayah dan mendorong berkembangnya kawasan ekonomi unggulan  Pengembangan jaringan transportasi alternatif untuk keseimbangan pengembangan wilayah transportasi udara untuk mendorong  Pengembangan berkembangnya ekonomi wilayah  Peningkatan dan pengembangan transportasi laut, baik untuk fungsi penyeberangan, ekspor-impor maupun pelabuhan pendaratan ikan.  Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana listrik, telekomunikasi dan air bersih.

  Peningkatan dan pembangunan prasarana pengairan.

   d. Wilayah Pesisir dan Laut

   Pengembangan kawasan pesisir, guna mendorong berkembangnya komoditas unggulan, minimalisasi konflik antar-daerah dan pengembangan zona-zona perikanan dan kelautan secara terpadu.

   Pelestarian ekosistem pesisir dan laut  Peningkatan kualitas lingkungan permukiman nelayan dan masyarakat pesisir

   Peningkatan taraf hidup masayarakat desa pesisir

  e. Kawasan Prioritas

   Kawasan bermasalah, berkaitan dengan potensi-potensi rawan bencana seperti bahaya vulkanis, banjir dan longsor, abrasi pantai, rawan gempa dan bahaya tsunami. Kawasan potensial, berkaitan dengan:

   Peningkatan ketersediaan sarana prasarana wilayah

  • Peningkatan ketyerkaitan antar-sektor dan antar kawasan
  • potensial Transformasi ekonomi dari agro-produksi ke agro-industri
  • Peningkatan SDM guna mendorong daya saing produk ekonomi
  • unggulan

  f. Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

  Menetapkan fungsi dan hierarki kota guna mempercepat

   perkembangan wilayah Perubahan hierarki kota harus diikuti dengan peningkatan kualitas-

   kuantitas sarana-prasarana wilayah. Meningkatkan pengelolaan pemanfaatan ruang kawasan lindung

   dan mengendalikan pemanfaatan kawasan budidaya.

3.2.3. Arahan Rencana

  Arahan rencana dalam hal ini disitir yang langsung berkaitan dengan pengembangan di Kabupaten Bima.

  a. Struktur Ruang  Kota Mataram sebagai pusat pemerintahan, sosial, ekonomi, skala

  Nasional  Kabupaten Bima :

  Pusat pengembangan pariwisata

  • Pusat pengembangan perhubungan internasional
  • Pusat pengembangan pertanian (padi dan buah-buahan)
  • >Pusat pelelangan ikan internasional
b. Distribusi penduduk Distribusi jumlah, kepadatan dan struktur penduduk selain dipengaruhi oleh pertumbuhan alami, juga dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja dari sektor utama setiap kabupaten atau kota.  Kabupaten Bima : Sektor pertanian, pariwisata, perhubungan

  c. Pemanfaatan kawasan lindung  Kawasan lindung mutlak terdapat di kawasan Gunung Rinjani dan

  Tambora  Sempadan pantai berada di sepanjang pantai P. Lombok dan

  Sumbawa

  d. Pengembangan kawasan Budidaya Baru  Pembangunan  Konversi lahan Bandara Selaparang ke fungsi komersial

  e. Wilayah Pesisir dan Laut Optimalisasi pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui intensifikasi pembudidayaan perikanan, peningkatan kualitas SDM masyarakat pesisir, pengembangan sarana prasarana perikanan dan kelautan, konservasi dan pelestarian lingkungan, pengembangan dan penerapan teknologi, perkuatan kelembagaan dan diversifikasi usaha ekonomi.

  f. Infrastruktur Wilayah Membangun, meningkatkan kualitas dan merehabilitasi insfrastruktur wilayah untuk mendorong berkembangnya ekonomi wilayah.

  g. Kawasan Prioritas Mengembangkan kawasan prioritas melalui peningkatan aksesibilitas kawasan, ketersediaan sarana prasarana wilayah, dan komplementari antar kawasan.

  h. Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Rekayasa struktur dan pola pemanfaatan ruang untuk meningkatkan peran dan fungsi kota sebagai pusat perkembangan wilayah dan Nusa

  Tenggara Barat sebagai penghubung pengembangan antara KBI dengan KTI.

  

3.3. REVIEW KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

BIMA TAHUN 2006-2025

  Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bima pada tahun 2006 dilakukan review. Review dilakukan guna menyesuaikan instrumen tata ruang yang ada dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi. Perkembangan dapat berupa perubahan-perubahan internal maupun eksternal. Perubah yang sifatnya internal antara lain adalah adanya pemekaran wilayah kabupaten dan kecamatan.

3.3.1. Struktur Pengembangan Wilayah Kabupaten Bima

  Pengaturan penataan ruang merupakan upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang. Untuk mencapai tujuan penataan ruang, perlu dilaksanakan pelaksanaan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

  Perencanaan tata ruang merupakan proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Rencana Struktur Tata Ruang merupakan kegiatan menyusun rencana yang produknya menitikberatkan pada pengaturan hirarki pusat pemukiman dan pusat pelayanan barang dan jasa, serta keterkaitan antara pusat tersebut melalui sistem prasarana.

  Secara spesifik, perumusan struktur tata ruang di Kabupaten Bima dimaksudkan untuk : Mengarahkan sistem pusat-pusat permukiman (kota-desa) sesuai dengan

   hirarki dan fungsinya, sehingga memacu pertumbuhan kota-kota kecamatan dan ibukota kabupaten.

  Menciptakan fungsi-fungsi baru di kawasan yang potensial untuk

   dikembangkan untuk mengalihkan pemusatan kegiatan dikota inti atau pusat pengembangan. Memantapkan kawasan yang berfungsi lindung dalam kaitannya dengan upaya

   pengendalian keseimbangan tata kecil. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang mendukung keterkaitan

   spasial dan fungsional antara kota kabupaten, kota pengembangan dan kota- kota kecil dan juga antar kota kecil.

  Kegiatan utama yang membentuk struktur ruang Kabupaten Bima secara spasial dan fungsional berkaitan antara satu sama lain adalah: Rencana Pusat Administrasi Pemerintahan Kabupaten Bima di SWP Selatan

   (Kecamatan Woha). Rencana Terminal Antar Kabupaten Antar Propinsi (AKAP) di Kabupaten Bima.

   Rencana pusat pengembangan perdagangan di SWP Selatan (Kecamatan

   Woha), SWP Barat (Kecamatan Bolo), dan pengembangan pendidikan di SWP Selatan (Kecamatan Woha), SWP Timur (Kecamatan Sape). Kawasan tambak di SWP Selatan (Kecamatan Belo) dan SWP Barat  (Kecamatan Bolo). Kawasan Bendungan Pela Parado di SWP Selatan (Kecamatan Monta) dan

   Bendungan Sumi di SWP Timur (Kecamatan Sape). Kawasan pesisir dan perairan di SWP Timur (Kecamatan Sape, Kecamatan  Lambu), SWP Selatan (Kecamatan Langgudu), dan SWP Utara (Kecamatan Wera). Kawasan Lindung di SWP Timur (Kecamatan Sape, Kecamatan Lambitu, dan

   Kecamatan Wawo), SWP Utara (Kecamatan Wera dan Kecamatan Ambalawi), SWP Barat (Kecamatan Tambora, Kecamatan Sanggar, Kecamatan Donggo, Kecamatan Bolo dan Kecamatan Madapangga), SWP Selatan (Kecamatan Monta, Kecamatan Parado, dan Kecamatan Langgudu). Pertambangan Mangan dan Marmer di SWP Selatan (Kecamatan Monta dan

   Kecamatan Parado), Pasir Besi di SWP Utara (Kecamatan Wera dan Kecamatan Ambalawi).

  Pariwisata dan Budaya di SWP Timur (Kecamatan Wawo dan Kecamatan

   Lambitu), SWP Barat (Kecamatan Donggo dan Kecamatan Soromandi) dan pariwisata alam di SWP Timur (Kecamatan Wawo, Kecamatan Lambitu dan Kecamatan Sape), SWP Utara (Kecamatan Wera), dan SWP Barat (Kecamatan Tambora).

  Kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Bima ditentukan berdasarkan kependudukan, kondisi fisik, dan efisiensi jangkauan pelayanan, serta kawasan-kawasan strategis. Pusat–pusat pelayanan dari permukiman mempunyai peranan yang cukup besar skala pelayanannya. Kawasan pengembangan dan wilayah pengembangan mempunyai hubungan timbal balik dengan pola memusat berupa orientasi pada kawasan-kawasan terdekat yang mempunyai tingkat pelayanan (hirarki).

  Dengan demikian kawasan permukiman akan berorientasi pada pusat pelayanan dan pengembangan, serta pusat kawasan pengembangan akan berorientasi pada pusat wilayah pengembangan sehingga membentuk suatu tata ruang yang dinamis dan kompak. Untuk mempermudah menentukan skala pelayanan pada masing-masing wilayah Kabupaten Bima dapat dilihat rencana hirarki kota pada Gambar 1.1 dan Tabel I.1.

Tabel 3.3. Hirarki Fungsi dan Peran Kota Kabupaten Bima

  

Fungsi dan Peran Kota

Kota Orde I Kota Orde II Kota Orde III Kota Orde IV Sila- Bolo Maria-Wawo Sumi-Lambu

  

  

Cenggu-Belo Kuta-Lambitu

    Teke-Palibelo

   Kota Sape Tangga-Monta O’o-Donggo

  

  

Kota Woha Kore-Sanggar Kananta-

     Soromandi Parado Rato-

   Parado Tawali-Wera Dena-Madapangga Nipa-Ambalawi

  

  

Karumbu-Langgudu Labuan Kananga-

    Tambora

  Sumber : Hasil Rencana, 2006

3.3.2. Strategi Pengembangan

  Strategi pengembangan terbagi atas strategi pengembangan fisik dan ekonomi.

  a. Strategi Pengembangan Fisik

   Strategi pengembangan fisik sedapat mungkin menghindari pemanfaatan lahan persawahan yang produktif, termasuk pengendalian terhadap kerusakan lingkungan alam, pencemaran limbah industri, polusi udara dan sebagainya.

   Peningkatan pengelolaan lahan yang belum produktif dalam rangka peningkatan produksi dan produktifitas pertanian, serta usaha peningkatan sarana dan prasarana pertanian.

   Rehabilitasi lahan kritis dengan program penghijauan tanaman keras pada lokasi dengan kelerengan 40 %.  Pembenahan sempadan dan normalisasi sungai terutama di bagian hulu serta sempadan pantai.  Penentuan prasarana dan sarana pariwisata termasuk penunjangnya serta realisasikan pengembangan air bersih dan listrik untuk kebutuhan penduduk di daerah selatan

  b. Strategi Pengembangan Ekonomi

   Pengembangan sektor pertanian dengan meningkatkan mutu dan produksi pertanian yang maju disamping upaya pendayagunaan lahan dan mengusahakan sektor peternakan serta perikanan.

   Pembangunan dan peningkatan jalan menuju daerah terisolasi dengan peningkatan jalan di daerah selatan dan jaringan telekomunikasi serta pos dan giro.

3.3.3. Kebijaksanaan Struktur Tata Ruang

  Kebijaksanaan struktur tata ruang kabupaten Bima terdiri dari rencana struktur tata ruang dan sistem transportasi. Hal ini berkaitan dengan rencana keruangan yang merupakan program strategis dari pemerintah daerah untuk mengembangkan wilayah Kabupaten Bima. Rencana Penataan Kawasan Perencanaan pemanfaatan ruang di Kabupaten Bima menjadi acuan pengembangan dan pola pertumbuhan kawasan di seluruh wilayah kabupaten.

  Pendekatan zoning diterapkan mengingat perlunya memisahkan setiap sektor yang memiliki perbedaan sifat dan pengaruhnya terhadap kehidupan penduduk maupun terhadap alam itu sendiri. Pada simpul-simpul kegiatan maupun kota-kota kecamatan ditekankan untuk memberikan layanan fasilitas bagi semua kegiatan yang akan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan berbagai potensi dan kendala yang dihadapi, penerapan pembangunan dirumuskan sebagai berikut:

  1). Menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya, sehingga dapat menjaga keberlangsungan kegiatan yang berdampingan secara harmonis.

   Pengelolaan penggunaan air tanah, penataan bangunan yang sesuai dengan fungsi dan karakteristik lokal, pemeliharaan vegetasi dan aneka hayati, dan sumberdaya alam lainnya  Kesesuaian pemanfaatan ruang dengan kegiatan tertentu disekitarnya yang akan memberi manfaat bagi penduduk dan para pendatang.  Pemerataan persebaran fasilitas sosial dan komersial. 2). Meningkatkan nilai ekonomis keluarga melalui penyediaan lapangan kerja yang saling terkait dan menumbuhkan kegiatan ikutan.

   Pelayanan perijinan pembangunan yang merata, mudah dan transparan  Memacu kegiatan yang berbasis potensi setempat dengan pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan masyarakat dan untuk jangka waktu lama  Membuka alternatif terhadap keragaman aktivitas penduduk dengan pertimbangan meminimalisasi dampak serta mencegah terjadinya perubahan yang tak terpulihkan  Pertimbangan kesejahteraan terutama untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat kelas bawah.

3.4. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN BIMA

  3.4.1. Pengertian

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bima Tahun 2006-2010 adalah suatu dokumen rencana pembangunan daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang memuat visi, misi, arah pembangunan daerah, dan program kerja Bupati Bima Terpilih 2005-2010. Dalam penyusunan dokumen RPJMD ini mengacu kepada RPJM Nasional 2004-2009, RPJPD Kabupaten Bima 2006-2025, dan memperhatikan draft Rencana Strategis SKPD.

  3.4.2. Dasar Hukum

  Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah Daerah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan daerah yang merupakan bagian dari perencanaan pembangunan nasional sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk penyusunan dokumen RPJPD, RPJMD, dan RKPD. Sesuai Pasal 9 UU 25/2004, penyusunan RPJM dilakukan dengan urutan: penyiapan rancangan awal rencana pembangunan, penyiapan rancangan rencana kerja, Musrenbang, dan penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

  3.4.3. Maksud dan Tujuan

  RPJMD ini disusun sebagai bagian dari tahapan perumusan hasil Musrenbang Jangka Menengah dan merupakan penjabaran secara rinci dari visi, misi, dan program pembangunan Bupati Bima 2006-2010. Dokumen perencanaan jangka menengah Kabupaten Bima ini selanjutnya akan menjadi masukan dalam penyusunan rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.

  Tujuan penyusunan RPJMD adalah untuk menentukan arah dan kebijakan daerah dalam mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah.

3.4.4. Cakupan

  RPJMD sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah mencakup permasalahan pokok daerah, sasaran, arah kebijakan pembangunan, program-program pembangunan, kerangka ekonomi dan pembiayaan pembangunan.

A. Visi, Misi, dan Agenda Pembangunan

  Visi pembangunan Kabupaten Bima sebagai rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun pertama 2006-2010 dan merupakan bagian dari visi RPJPD Kabupaten Bima Tahun 2006-2025 dirumuskan sebagai berikut:

  “Terwujudnya masyarakat dan daerah Kabupaten Bima yang maju, mandiri, dan bermartabat berdasarkan nilai Maja Labo Dahu yang religius“.

  Misi pembangunan sebagai penjabaran dari upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Bima dirumuskan sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan secara proporsional sebagai pelaku dan penikmat pembangunan;

  2. Menerapkan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan daerah sesuai tata ruang wilayah Kabupaten dengan mengoptimalkan potensi strategis wilayah secara efisien, efektif, dan terintegrasi terhadap berbagai sumberdaya yang dibutuhkan untuk percepatan pembangunan wilayah kecamatan dengan tetap memperhatikan daya dukung dan dampak lingkungan;

  3. Pengelolaan Keuangan Daerah yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel serta peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dan daerah dengan penciptaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara realistis melalui peran aktif tiga domain ekonomi (rakyat, swasta, dan pemerintah);

  Untuk mengimplementasikan tujuan umum pembangunan yang merupakan penjabaran arah pembangunan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan visi-misi pembangunan 5 tahunan Kabupaten Bima Tahun 2006 - 2010, ditetapkan beberapa agenda pembangunan Kabupaten Bima sebagai berikut:

  1. Agenda Perwujudan Masyarakat Maju, Mandiri, dan Sejahtera

  2. Agenda Kepemerintahan Yang Baik

  3. Agenda Pembangunan Berwawasan Lingkungan

  4. Agenda Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

  5. Agenda Peningkatan Pengelolaan Keuangan Daerah

  6. Agenda Peningkatan Kesadaran, Pemahaman, dan Pengamalan Agama

B. Prioritas Pembangunan Daerah

  Salah satu Prioritas pembangunan Kabupaten Bima dalam kurun waktu 2006-2010 adalah sebagai berikut:

1. Agenda Perwujudan Masyarakat Maju, Mandiri, dan Sejahtera

  Masyarakat maju, mandiri, dan sejahtera mengandung makna terpenuhinya kebutuhan dasar (material dan spiritual) dan kebutuhan penunjang lainnya secara mandiri dan berkelanjutan untuk memenuhi standar hidup yang lebih baik/layak.

  Sasaran

  Agenda untuk mewujudkan masyarakat Bima yang maju, mandiri, dan sejahtera mengarah pada pencapaian enam (6) sasaran pokok sebagai berikut :

  Sasaran Pertama , Menurunnya jumlah penduduk miskin dari 40,64% pada

  tahun 2005 menjadi 37,09% pada tahun 2010 serta terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran yang didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga. Kemiskinan dan pengangguran diatasi dengan strategi pembangunan ekonomi yang mendorong pertumbuhan yang berkualitas berdimensi pemerataan melalui penciptaan lingkungan ekonomi yang sehat;

  Sasaran Kedua , Berkurangnya kesenjangan pembangunan antar wilayah

  yang tercermin dari meningkatnya peran perdesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada pembangunan daerah tertinggal dan pengembangan kawasan sentra produksi;

  Sasaran Ketiga , Meningkatnya kualitas hidup manusia secara menyeluruh; Sasaran Keempat , Tersedianya infrastruktur yang memadai secara kualitas

  dan kuantitas sebagai sarana penunjang dalam mendukung terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam rangka perwujudan Kabupaten Bima sehat 2010;

  Arah Kebijakan Pembangunan

  Untuk mencapai sasaran tersebut, disusun prioritas dan arah kebijakan pembangunan sebagai berikut:

  1. Kebijakan penanggulangan kemiskinan yang diarahkan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan penyediaan kebutuhan dasar yang meliputi hak atas pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah, lingkungan hidup, dan sumber daya alam, rasa aman serta hak untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik;

  2. Dalam rangka mensukseskan kebijakan penanggulangan kemiskinan berdasarkan Analisis Kemiskinan Partisipatoris maka pada tingkat program dilaksanakan oleh masing-masing bidang/sektor pembangunan secara inheren dan berkesinambungan;

  3. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang diarahkan pada penguatan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam dan peningkatan nilai tambah potensi SDA;

  4. Peningkatan iklim investasi dengan menghapus ekonomi biaya tinggi melalui penyederhanaan prosedur perijinan investasi, menciptakan kepastian hukum yang menjamin kepastian usaha, menyempurnakan kelembagaan investasi yang berdaya saing, efesien, dan transparan;

  5. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mengembangkan UKM yang mendukung pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan pada masyarakat berpenghasilan rendah;

  6. Pembangunan perdesaan, dengan mengembangkan diversifikasi kegiatan ekonomi perdesaan, perluasan akses masyarakat pedesaan ke sumber daya produktif dan pemasaran, dan pelayanan publik;

  7. Percepatan pembangunan infrastruktur diarahkan untuk meningkatkan mobilitas dan distribusi potensi ekonomi daerah dan pembukaan keterisolasian wilayah;

  8. Pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah dengan mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah – wilayah strategis;

  9. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dengan mengembangkan sistim perlindungan sosial masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan dan bantuan dasar kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah sosial dan pemberdayaan fakir miskin, penyandang cacat dan kelompok rentan sosial lainnya;

  10. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan jaringan dan kualitas kesehatan masyarakat, tenaga medis dan paramedis serta subsidi pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin;

  11. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas dalam rangka menurunkan jumlah penduduk yang buta aksara, perluasan dan pemerataan pendidikan dasar dan menengah serta perluasan pendidikan anak usia dini;

  12. Peningkatan stabilitas, keamanan dan ketertiban masyarakat melalui peningkatan kualitas kerjasama antar aparat keamanan di daerah serta mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam memelihara keamanan dan ketertiban di lingkungannya masing-masing;

  Program – Program Pembangunan

  1. Program Peningkatan Ekonomi Masyarakat Miskin Program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan melalui pemanfaatan sumber daya yang ada secara optimal, dan mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin dalam mengakses kebutuhan dasar dan infrastruktur sosial ekonomi.

  Kegiatan - kegiatan pokok yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan program ini antara lain: a. Peningkatan permodalan usaha ekonomi non formal;

  b. Peningkatan iklim yang baik bagi tumbuh dan berkembangnya usaha kecil dan menengah; c. Pengembangan struktur ekonomi menuju keseimbangan struktur pertanian dan non pertanian; d. Pembangunan dan rehabilitasi prasarana dan sarana sesuai kebutuhan masyarakat dan standar pelayanan minimum; e. Penyempurnaan dan peningkatan infrastruktur untuk mendukung proses transformasi sosial ekonomi antar pelaku pembangunan; f. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan publik dan ekonomi produktif.

  2. Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Program ini bertujuan untuk memajukan kondisi kehidupan masyarakat yang lebih baik melalui penataan ekonomi kerakyatan dan penciptaan iklim usaha yang kondusif.

  Kegiatan - kegiatan pokok yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan program ini adalah : a. Pengembangan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar dan menjamin kesempatan bekerja dan berusaha serta perlindungan hak-hak konsumen; b. Pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi agar lebih efisien, produktif, dan berdaya saing tinggi; c. Penciptaan iklim berusaha yang kondusif dan memberikan peluang usaha yang seluas-luasnya kepada pengusaha lokal; d. Penguatan struktur ekonomi daerah dengan pengembangan kemitraan antara koperasi, swasta, dan BUMD, serta antara pengusaha besar, menengah, dan kecil;

  e. Penyehatan badan usaha milik daerah;

  f. Pengolahan hasil produksi pertanian menjadi barang setengah jadi dan barang jadi; g. Pembangunan prasarana dan sarana dasar sosial dan ekonomi masyarakat.

  

3.5. PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS RPIJM BID PU. CIPTA KARYA

KABUPATEN BIMA

  Dalam penataan Kawasan Prioritas RPIJM Bid PU/Cipta Karya Kabupaten Bima pendekatan sistem perwilayahan yang dipergunakan merupakan kombinasi dari pendekatan geografis (fisik kawasan), fungsional dan administratif.

  Berdasarkan kombinasi tersebut maka fokus penanganannya berada pada : 1). Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Bagian Selatan Berpusat di

  Kecamatan Woha meliputi : Kecamatan Woha (meliputi: Desa Talabiu, Rabakodo, Tente, Donggobolo, Dadibou, Samili, Kalampa, Kalampa), Kecamatan Monta (meliputi: Desa Tangga, Monta, Simpasai, Sakuru, Baralau), Kecamatan Parado (meliputi: Desa Kuta, Lere, Kanca, Parado Rato dan Parado Wane), Kecamatan Lambitu (meliputi: Desa Teta, Kuta, Sambori, Kaowa dan Kaboro), Kecamatan Belo (meliputi: Desa Runggu, Cenggu, Lido, Ncera dan Ngali), Kecamatan Palibelo (meliputi: Desa Belo, Tonggorisa, Teke, Ntonggu dan Nata). SWP bagian selatan dengan fungsi pengembangan adalah perdagangan dan jasa, permukiman perkotaan dan pusat pemerintahan skala kabupaten

  2). Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Bagian Timur Berpusat di Kecamatan Sape meliputi : Kecamatan Sape (meliputi: Desa Naru, Naru Barat Rasabou, Bugis, dan Na’e), Kecamatan Lambu (meliputi: Desa Sumi, Soro, Lambu, Melayu dan Hidirasa), Kecamatan Wawo meliputi: Desa Maria, Maria Utara, Raba, Kombo dan Ntori) SWP bagian Timur dengan fungsi pengembangsn adalah Perikanan, Wisata, Pertanian bawang, Perkebunan dan permukiman perkotaan.

  3). Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Bagian Barat Berpusat di Kecamatan Bolo meliputi : Kecamatan Bolo (meliputi: Desa Rato, Rasabou, Timu, Tambe dan Kananga), Kecamatan Madapangga (meliputi: Desa Rade, Dena, Bolo, Monggo dan Ndano ), Kecamatan Donggo meliputi: Desa O’o, Palama, Bumi Pajo, Rora dan Doridungga) SWP bagian Barat dengan fungsi pengembangan adalah permukiman, industri, wisata, perkebunan, pertanian, dan pusat pendidikan .