Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten Seluma

  

Kerangka Kelembagaan dan

BAB

  

Regulasi Kabupaten Seluma

6 Peningkatan kapasitas kelembagaan daerah dalam mendukung Rencana Program Investasi

  Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya di Kabupaten Seluma sangat dibutuhkan sehingga program investasi ini dapat dilaksanakan secara optimal, efektif dan efesien serta terjamin keberlanjutannya. Dalam implementasi RPI2JM Bidang Cipta Karya, melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan di bidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga. Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah beserta aturan-aturan pelaksanaannya membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai. Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana dirumuskan dalam Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas (KNP2K) dalam rangka mendukung desentralisasi, yang dikeluarkan bersama oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS tanggal 06 Nopember 2002, merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan perundangan dengan melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) - ketrampilan dan kualifikasi, perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan ekonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanaan good governance, sistem administrasi dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan agar dapat memenuhi tuntutan untuk lebih baik dalam melaksanakan demokrasi.

  Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity

  building ) adalah:

  1. Pengembangan kapasitas bersifat multi dimensional (mencakup beberapa kerangka waktu: jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek);

  2. Pengembangan kapasitas menyangkut multiple stakeholders;

  3. Pengembangan kapasitas harus bersifat demand driven, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/ luar tetapi datang dari stakehoder-nya sendiri;

  4. Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-1

  6.1 Kerangka Kelembagaan

  Pada era otonomi ini, reformasi lembaga pemerintahan pusat dan daerah mengalami tantangan yang berat, disatu sisi pemerintah sebagai penyelenggara negara dituntut untuk melakukan transformasi internal agar lebih adaptif terhadap kebutuhan globalisasi, dengan tetap mengedepankan aspek akuntabilitas, transparansi, dan profesionalisme, namun disisi lain masih mengalami permasalahan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Dalam kerangka inilah maka, pelaksanaan implementasi e-government kerap mengalami kendala, sehingga banyak inisiatif yang berjalan lambat dan tersendat-sendat. Bercermin pada keberhasilan sejumlah pengembangan e-government di negara lain, salah satu jawaban terhadap isu terkait adalah dijalinnya kemitraan strategis antara pemerintah dan swasta dalam merencanakan dan mengembangkan berbagai inisiatif e-government. Kemitraan yang tangguh tidak saja dapat menjawab tantangan jangka pendek implementasi

e-government semata, namun dapat menjamin sustainabilitas dan kesinambungan program.

Tantangan terbesar dalam proses menjalin kemitraan ini adalah, ditemukannya model bisnis (business model) yang disepakati oleh kedua belah pihak.

  Penentuan model bisnis yang dimaksud tidaklah semudah yang diduga, karena selain harus bersifat „win-win‟ bagi kedua belah pihak, bentuknya tidak boleh bertentangan dengan peraturan maupun etika bisnis dan pemerintahan yang berlaku. Pada kesempatan ini, diinisiasi berbagai bentuk model bisnis yang dapat diadopsi dalam mencari bentuk kemitraan yang efektif untuk mempercepat implementasi e-government.

  6.2. Kerangka Regulasi

  Permasalahan yang sering dihadapi antara lain masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan aparatur/sumber daya manusia (SDM) yang menangani/mengelola Bidang Cipta Karya di Kabupaten Seluma. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan, masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM semakin meningkat. Selain masih terbatasnya SDM, prasarana dan sarana kerja juga masih terbatas seperti: ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dll, sehingga belum optimal dalam pelaksanaan kerja.

  Masalah yang penting lainnya adalah bahwa pelaksanaan Sub Bidang Air Limbah dan Persampahan ditangani oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan. Persampahan melalui Bidang Kebersihan pada Sub Bidang Kebersihan, sedangkan untuk Sub Bidang Air Limbah ditangani oleh Bidang Pengawasan & Pengendalian Lingkungan pada Sub Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan Hidup. Pelaksanaan Sub

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-2 Bidang Drainase, PSD Permukiman, dan Tata Bangunan Lingkungan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum melalui Seksi Permukiman dan Penataan Ruang dan Seksi Penyehatan Lingkungan. Pelaksana Sub Bidang Air Minum dilaksanakan oleh PDAM. sehingga masalah yang dihadapi adalah penanganan pembangunan keciptakaryaan di Kabupaten Seluma dilakukan oleh instnasi yang berbeda, tentunya akan menyulitkan dalam hal koordinasi.

  Kemitraan pada hakikatnya merupakan wujud yang ideal dalam peran serta masyarakat dalam pembangunan. Kemitraan didasari atas hubungan antar pelaku yang bertumpu pada ikatan usaha yang saling menunjang dan saling menguntungkan, serta saling menghidupi berdasarkan asas kesetaraan dan kebersamaan. Setiap pelaku usaha memiliki potensi, kemampuan dan keistimewaan sendiri, walaupun berbeda ukuran, jenis, sifat, dan tempat usahanya. Setiap pelaku usaha juga memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dengan kelebihan dan kekurangan, muncul kebutuhan kerjasama dan kemitraan. Dengan demikian, kelebihan-kelebihan akan dilipatgandakan dengan memaksimalkan manfaat yang mungkin diperoleh. Sedangkan kekurangan-kekurangan dapat diusahakan untuk dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali, dengan kerjasama yang saling menutupinya.

  Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya. Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggung jawab serta peranan dari masing-masing pelaku. Menjadi tantangan kita bersama untuk mengembangkan semangat dan suasana yang mendorong tumbuhnya kemitraan dan mengembangkan pola-pola yang praktis dan menarik, serta menjamin keuntungan bagi semua pihak. Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung jawab, pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan iklim yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan : a) Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang tercermin baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan (policy

  indicators).

  b) Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak, baik pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat, untuk itu perlu kesepakatan diantara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada dialog-dialog.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-3 c) Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. transparansi erat kaitannya dengan tingkat partisipasi dan oleh karena itu, sejak pada tahap awal mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan.

  d) Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup kepentingan-kepentingan yang ada di berbagai lapisan dan golongan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan pembangunan.

  e) Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional.

  f) Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi acuan terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha. Pengembangan kemitraan dalam pembangunan dapat mencakup dua pola dasar, yaitu Pertama, dalam bentuk peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan yang sifatnya memberikan lebih banyak peluang untuk berpartisipasi pada kegiatan yang semula merupakan tugas pemerintah, atau dengan kata lain, pemerintah memberi ijin pemanfaatan aset milik pemerintah (konsesi)kepada pihak swasta dan masyarakat untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu guna melakukan tugas-tugas pelayanan umum. Kedua, kerjasama kemitraan antara masyarakat, swasta dan pemerintah melalui pengembangan formula pembagian modal kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pihak. Dalam rangka ini dikembangkan pola-pola kerjasama kemitraan yang mencakup pembagian keuntungan dan sekaligus juga risikonya. Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang bersikap spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan, atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka panjang. Baru-baru ini, Bappenas bersama Bank Dunia telah menyelenggarakan konferensi internasional tingkat tinggi mengenai infrastruktur, yang tujuannya adalah mencari jalan yang tepat untuk mendorong kemitraan dan partisipasi swasta dalam pembangunan prasarana. Dari hasil konperensi tersebut telah disimpulkan bahwa yang terpenting bukanlah dana, tetapi justru perlunya kebijakan dan kerangka yang jelas untuk membangun kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur. Adanya kerangka itu dapat mengurangi ketidakpastian yang sampai sekarang ini dirasakan, khususnya di kalangan swasta, misalnya kerangka tentang kelembagaan, kontrak, dan produksi termasuk jasa.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-4 Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh makin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh pelayanan perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik. Kemampuan masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar pelayanan yang lebih baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi pengembangan kemitraan dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia.

  Di kabupaten/kota, kegiatan yang digerakkan oleh swasta dan masyarakat mencapai sekitar 60-70 persen. Saat ini pihak swasta telah melaksanakan kegiatan pembangunan dalam berbagai sektor, dalam skala mikro maupun makro serta secara mandiri maupun bermitra dengan pemerintah. Peran swasta itu dapat diperkirakan akan terus meningkat. Selama ini kemitraan telah berkembang dalam prasarana ekonomi yang kelayakannya tinggi, seperti jalan tol, listrik, telepon. namun, khusus di kota-kota megapolitan, metropolitan, dan kota- kota besar lainnya, peluang kemitraan dalam penyediaan air bersih, prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, persampahan, jalan kota, rumah sakit, sekolah-sekolah unggulan, dan prasarana serta sarana sosial lainnya terbuka cukup lebar.

  Berdasarkan cara pandang kota sebagai pusat pelayanan ekonomi wilayah/kawasan, maka hendaknya kota tidak hanya dilihat sebagai unit yang berdiri sendiri, tetapi dipandang sebagai satu kesatuan dalam suatu sistem. Berkaitan dengan peningkatan peran swasta dalam berbagai bentuk pembangunan skala besar, seperti pembangunan perumahan, kota baru, kota satelit dan lain-lain, maka kegiatannya perlu dilaksanakan dalam suatu kerangka sistem perkotaan yang lebih luas, disamping pembangunan sistem internal kotanya sendiri. Dengan demikian, dapat terwujud keterpaduan dan sinkronisasi system prasarana kota dan antara kota yang berdampingan atau berdekatan, baik yang dibangun pemerintah maupun yang dibangun oleh swasta. Selain itu juga dapat saling mendukung dengan sistem dalam kota intinya dan juga mendukung keterkaitan dengan kota-kota lainnya.

  Dengan kata lain, sinkronisasi pembangunan regional merupakan tantangan yang harus diatasi dengan meningkatnya berbagai bentuk pembangunan skala besar oleh pihak swasta. Dalam banyak hal, memang kegiatan swasta sudah tidak lagi berskala mikro, tetapi sudah sampai pada skala makro yang berdampak makro pula, seperti pengembangan permukiman skala besar atau kota baru, penyediaan sistem telekomunikasi melalui satelit, pembangunan pusat-pusat tenaga listrik, dan sebagainya. Mengingat makin besarnya bentuk dan nilai partisipasi swasta dalam pembangunan daerah yang berskala besar seperti itu, maka sinkronisasi investasi pembangunan menjadi imperatif agar terjadi sinergi yang optimal

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-5 antara berbagai pelaku pembangunan. Kegiatan yang saling tumpang tindih harus dapat dihilangkan. Disisi lain, adanya sinkronisasi dapat mengisi „gap‟ atau kekosongan dari suatu kegiatan pembangunan. Kemitraan adalah pola yang sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya yang ingin kita dorong dalam perekonomian dan pembangunan. Kemitraan juga dapat memberi pemecahan atas dilema efisiensi dan pemerataan kesempatan, karena efisiensi tidak mengharuskan pemusatan kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu. Kemitraan merupakan jawaban terhadap monopoli yang dalam sistem ekonomi pasar dan liberal menjadi penyakit yang senantiasa menjadi masalah bagi negara yang menganut paham itu. Kemitraan haruslah didorong tidak saja antara pemerintah dengan usaha besar, tetapi juga dengan usaha kecil dan koperasi, serta antara usaha swasta besar, menengah dan kecil. Dengan demikian kemitraan adalah usaha yang tepat dan tidak bertentangan dengan prisip-prinsip ekonomi yang mendasar, dalam membangun ekonomi yang berdasarkan demokrasi. Berdasarkan kajian kelembagaan, dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya : lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan. Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan berorientasi pada tersedianya pelayanan publik bidang keciptakaryaan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal kepada publik, akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung faktor produksinya. Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam bentuk investasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di kabupaten/kota.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-6 g. Sosialisasi peraturan tata bangunan

  • – undangan tentang pengelolaan sampah.

  e. Sering terjadinya kerusakan pada alat berat secara tiba

  b. Mengoptimalkan komitmen Pemkab Seluma dan DPRD untuk membentuk tim terpadu dalam penanggulangan kebersihan dan pertamanan.

  c. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang

  Threats (T) Strategi (S/T) Strategi (W/T) a. Adanya bahaya banjir/ dari DAS Drainase.

  b. Masih adanya sebagian masyarakat yang belum mendukung program Kebersihan dan Pertamanan.

  c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan.

  d. Laju inflasi dikaitkan dengan biaya operasional.

  f. Masih adanya jalan lingkungan yang rusak

  c. Mengoptimalkan komitmen pimpinan dalam melaksanakan perda yang berlaku.

  g. Masih adanya permukiman kumuh

  h. Belum adanya aturan tentang tata bangunan i. Masih ada masyrakat yang belum terlayani air bersih j. Jaringan perpipaan air bersih yang sudah tua k. Tangkapan air baku dari mata air berkurang l. Air tanah tercemar a. Mengoptimalkan SDM Aparatur yang memadai dan meningkatkan kerjasama antar personil.

  b. Mengoptimalkan komitmen dari pimpinan dalam mengatasi bahay banjir/DAS Drainase. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi.

  c. Mengoptimalkan tenaga yang profesional yang mengantisipasi alat

  d. Memperbaiki sarana prasarana jalan lingkungan permukiman e. Penataan kawasan permukiman kumuh f. Penegakan peraturan tata bangunan gedung g. Pengadaan jaringan air bersih dengan perpipaan dan non perpipaan h. Pembangunan Sambungan Rumah (SR) air limbah a. Meningkatkan sarana dan prasarana guna menunjang operasional pengelolaan sampah dan penanggulangan bahaya banjir.

  b. Meningkatkan disiplin kerja pegawai dalam rangka pelaksanaan tupoksi.

  c. Meningkatkan pelaksanaan sosialisasi sampah dan penyuluhan kebersihan serta keindahan.

  a. Memanfaatkan dana yang ada dengan bekerjasama dengan pihak swasta.

  b. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan secara rutin dan

berkesinambungan.

  d. Revitalisasi jaringan pipa air bersih e. Pembangunan sarana tangkapan air yang baru f. Pengolahan air limbah secara terpadu.

  e. Adanya kerjasama yang baik antar personil a. Rendahnya disiplin sebagai SDM.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-7 Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) Bidang Cipta Karya di Kabupaten Seluma sangat dibutuhkan sehingga mampu mengikuti perkembangan, informasi dan teknologi. Peningkatan SDM melalui pendidikan formal, pelatihan, kursus singkat dll sangat diperlukan sehingga perlu dipersiapkan SDM yang mau dan mampu dalam meningkatkan kapasitasnya. Pengembangan teknologi dan informasi Bidang Cipta Karya sangat cepat, dan perlu kecepatan dalam menangkap dan meresponnya. Untuk itu peningkatan SDM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Seluma sangat dibutuhkan. Bantuan teknis berupa pelatihan, kursus singkat (persampahan, air minum, tata bangunan dan lingkungan dll) dan peningkatan pendidikan formal (dari pendidikan S-1 ke S-2) serta dukungan dari kementrian dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building ) sangat diperlukan.

  Analisis SWOT

  Strategi Strength (Kekuatan) (S) Weakness (Kelemahan) (W) Internal Eksternal

  a. Kuantitas SDM Aparatur dan Tenaga

harian yang memadai

b. Formasi Jabatan struktural sudah terisi

  c. Komitmen dari pimpinan dalam mengarahkan dan membimbing pelaksanaan teknis operasional.

  d. Adanya program asuransi tenaga kerja

  b. Belum cukupnya sarana dan prasarana guna menunjang operasional.

  a. Mengoptimalkan SDM Aparatur yang memadai.

  c. Dana yang tersedia belum mencukupi.

  d. Pengolahan sampah, air limbah dan limbah tinja masih secara tradisional. Opportunities (O) Strategi (S/O) Strategi (W/O)

  a. Adanya peraturan perundang

  b. Adanya komitmen Pemkab Seluma dan DPRD Kabupaten Seluma dalam hal Kebersihan dan Keindahan Kabupaten Seluma.

  c. Tersedianya lahan untuk pengelolaan sampah Kabupaten Seluma.

  d. Adanya partisipasi dari sebagian masyarakat.

  e. Adanya keinginan pihak swasta untuk bekerjasama dengan Pemkab dalam hal pengelolaan sampah.

  • – undangan dalam rangka penegakan disiplin para pegawai dan tenaga harian.
  • – tiba (Buldozer dan Jonder)
  • alat berat yang rusak

    .

6.3 Usulan Program

  Usulan program dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) Bidang Cipta Karya di Kabupaten Seluma ditekankan pada pelatihan dan kursus singkat, seperti pengelolaan persampahan, air minum, bangunan gedung dll yang diharapkan selama 5 (lima) tahun kedepan ada peningkatan kualitas SDM. Diharapkan dari peningkatan kapasitas SDM Bidang Cipta Karya ini, dapat diimplementasikan dalam aktivitas kerja dan pelayanan ke masyarakat.

  Usulan program peningkatan kelembagaan yang dapat diusulkan antara lain :  Badan layanan umum untuk pengelolaan sampah  Kerjasama pemerintah dan swasta untuk penyediaan air bersih  Kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk menangani limbah  Partisipasi masyarakat untuk penataan lingkungan  Kerjasama pemerintah swasta untuk pengadaan rumah layak huni dan sehat  Perkuatan UPTD untuk manajemen aset dan monitoring serta evaluasi infrastruktur cipta karya.

  Untuk mewujudkan pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity

  

building ) di bidang keciptakaryaan perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) dari

  aparatur yang menangani bidang keciptakaryaan tersebut. Peningkatan SDM dapat melalui pendidikan formal maupun non formal atau pelatihan singkat dan kursus-kursus teknis yang mendukung tugas pokok dan fungsi sehingga mendapatkan SDM yang profesional sesuai dengan bidangnya. Untuk mendukung peningkatan SDM ini perlu didukung oleh komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan profesionalisme aparatur sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPI2JM dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Seluma

  Perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Seluma dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).

  Visi BAPPEDA Kabupaten Seluma adalah “menjadi Institusi Perencana yang Menghasilkan Perencanaan Pembangunan Daerah yang Berkualitas”. Makna dari visi ini, yaitu: 1) Institusi Perencana Pembangunan Daerah

  Badan yang bertugas menyelenggarakan tugas-tugas perencanaan pembangunan daerah, mulai dari perumusan dan penyusunan sampai dengan evaluasi pelaksanaan, yang melibatkan seluruh unsur perencana dari dinas/ instansi/ lembaga sebagai satu kesatuan wilayah pembangunan.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-8

  2) Perencanaan yang Berkualitas Perencanaan pembangunan berdasarkan hasil kajian (research) sehingga menghasilkan data yang valid dan akurat (data oriented), melalui proses (process) dalam rangka mengembangkan partisipasi masyarakat (participatory planning), dengan berkoordinasi (coordinating) untuk mewujudkan kesatuan dan kesamaan arah pandang serta didukung oleh sumber daya manusia perencana yang handal (good planner).

  Visi ini didukung dengan 4 (empat) misi, yaitu:

  1. Merumuskan kebijakan makro untuk mendukung program pembangunan daerah;

  2. Mengembangkan sistem perencanaan pembangunan berdasarkan aspirasi masyarakat;

  3. Menciptakan koordinasi yang harmonis antar dinas/ instansi dalam perencanaan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah;

  4. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia Perencana agar semakin profesional. Susunan organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) BAPPEDA Kabupaten Seluma terdiri dari: 1) Kepala Badan; 2) Bagian Tata Usaha, didukung oleh 2 (dua) sub bagian yaitu:

  Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; - Sub Bagian Keuangan. -

  3) Bidang Data, Penelitian dan Pengembangan, didukung oleh 2 (dua) sub bidang yaitu:

  • Sub Bidang Pengembangan Program;

  Sub Bidang Penelitian dan Evaluasi. - 4) Bidang Ekonomi dan Prasarana Wilayah, didukung oleh 2 (dua) sub bidang yaitu:

  Sub Bidang Ekonomi; - Sub Bidang Prasarana Wilayah. -

  5) Bidang Sosial Budaya dan Pemerintahan, didukung oleh 2 (dua) sub bidang yaitu:

  • Sub Bidang Sosial Budaya; - Sub Bidang Pemerintahan.

  6) Pejabat Fungsional Perencana.

  Jumlah pegawai atau sumber daya manusia (SDM) pada BAPPEDA Kabupaten Seluma sebanyak 37 orang dan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan sarjana, untuk lebih jelasnya sebaran pegawai per bidang/bagian dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut ini:

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-9

2. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Seluma

  Penanganan prasarana dan sarana bidang keciptakaryaan di Kabupaten Seluma dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Seluma. Tugas Pokok dan Fungsi sesuai dengan kewenangan desentralisasi di daerah. Visi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Seluma adalah sebagai “Pengelola Bangunan dan Lingkungan yang Berkelanjutan” dengan didukung oleh 2 (dua) Misi yaitu:

  1. Mewujudkan pengelolaan lingkungan yang lebih bersih, sehat, indah, aman dan serasi;

  2. Mewujudkan manajemen pembangunan lebih profesional. Kedudukan, tugas dan fungsi dari dinas tersebut adalah sebagai berikut : (1) Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana tugas otonomi daerah di bidang pekerjaan umum, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. (2) Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang pekerjaan umum. Tugas dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum adalah :

  a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya di bidang pekerjaan umum; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya dibidang pekerjaan umum; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya dibidang pekerjaan umum; dan d. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan lingkup tugasnya dibidang pekerjaan umum.

  Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, terdiri dari :

  a. Kepala Dinas;

  b. Sekretariat;

  c. Bidang Tata ruang;

  d. Bidang Pengairan;

  e. Bidang Bina Marga;

  f. Bidang Cipta Karya;

  g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan h. Kelompok Jabatan Fungsional.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-10 Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-11 (1) Sekretariat, membawahi :

  a. Sub Bagian Umum;

  b. Sub Bagian Kepegawaian; dan c. Sub Bagian Keuangan. (2) Bidang Tata ruang, membawahi :

  a. Seksi Perencanaan, Data & Informasi;

  b. Seksi Pemantauan & Pengendalian; dan c. Seksi Evaluasi & Pelaporan. (3) Bidang Pengairan, membawahi :

  a. Seksi Pengairan & Irigasi;

  b. Seksi Penyuluhan & Tata Guna Air; dan c. Seksi Irigasi Pedesaan & Pengembangan. (4) Bidang Bina Marga, membawahi :

  a. Seksi Jalan;

  b. Seksi Jembatan; dan c. Seksi Peralatan, Pemeliharaan & Perawatan. (5) Bidang Cipta Karya, membawahi :

  a. Seksi Permukiman dan Penataan Ruang;

  b. Seksi Penyehatan Lingkungan

3. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan

  Pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan di Kabupaten Seluma mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi sebagai berikut :

  1. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah secara teknis dibidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

  2. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan. Tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan adalah : a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya dibidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan; b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan lingkup tugasnya dibidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya dibidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan; dan d. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan lingkup tugasnya dibidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan.

  Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan, terdiri dari : a. Kepala Badan

  b. Sekretariat;

  c. Bidang Lingkungan Hidup;

  d. Bidang Pengawasan & Pengendalian lingkungan;

  e. Bidang Kebersihan;

  f. Bidang Pertamanan;

  g. Unit Pelaksana Teknis Badan; dan h. Kelompok Jabatan Fungsional. (1) Sekretariat, membawahi :

  a. Sub Bagian Umum & Kelembagaan;

  b. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi & Pelaporan; dan c. Sub Bagian Keuangan. (2) Bidang Lingkungan Hidup, membawahi :

  a. Sub Bidang AMDAL, Perijinan dan Pelestarian Lingkungan Hidup; dan b. Sub Bidang Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup. (3) Bidang Pengawasan & Pengendalian Lingkungan, membawahi :

  a. Sub Bidang Pemantauan, Laboratorium, dan Pengawasan Lingkungan Hidup;

  b. Sub Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan Hidup (4) Bidang Kebersihan, membawahi :

  a. Sub Bidang Kebersihan; dan b. Sub Bidang Sarana, Prasarana dan Pengawasan. (5) Bidang Pertamanan, membawahi :

  a. Sub Bidang Pembibitan, Penanaman, Pemetaan dan Penataan

  b. Sub Bidang Pemeliharaan & Penghijauan Perkotaan

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  VI-12