Analisis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Analisis Sosial, Ekonomi
dan Lingkungan
AB
Untuk meminimalisir pengaruh negatif pada pelaksanaan pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di
perdesaan, dibutuhkan suatu kajian analisis terhadap aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan pada dokumen RPIJM bidang Cipta Karya. Kajian terhadap aspek-aspek
tersebut meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting sosial,
ekonomi dan lingkungan melalui instrumen analisis serta pemetaan antisipasi dan
rekomendasi perlindungan yang dibutuhkan.
4.1
Analisis Sosial
4.1.1
Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan
mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu
ditindaklanjuti adalah masalah kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan
pada manusianya sehingga yang menjadi sasaran adalah kajian mengenai penduduk
miskin mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga diketahui
kebutuhan penanganannya.
4.1.1.1 Kemiskinan
Kabupaten Asahan yang terdiri dari dua puluh lima Kecamatan sesuai data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Asahan pada tahun 2017 diklaim memiliki
jumlah penduduk miskin sekitar 83,670 jiwa. Sementara di tahun 2016 penduduk
IV - 1
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
miskin di Kabupaten Asahan sebanyak 84,350 jiwa. Melihat data Kabupaten Asahan
yang ada, penduduk miskin di Kabupaten Asahan pada Tahun 2017 mengalami
penurunan sebesar 680 jiwa atau sekitar 8,6 %.
Adapun Indikator yang menentukan miskin atau tidaknya seseorang tersebut
didasarkan pada perhitungan angka garis kemiskinan (GK). Satuannya dihitung
berdasarkan jumlah kalori dibutuhkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yakni sebesar 2.100 kilo kalori atau jika dikonversikan ke dalam rupiah menjadi
sebesar Rp 305.868 per kapita per bulan.
Angka itu meningkat sebesar 4,74 % jika dibandingkan dengan angka GK pada
tahun 2016. Pada tahun 2016, angka GK Kabupaten Asahan sebesar Rp 292.030 per
kapita per bulan. "Jadi, GK ini adalah indikator yang digunakan sebagai batas
menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah mereka yang
dikategorikan memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan. Di samping itu, peningkatan juga terjadi pada Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Pada tahun 2016, P1 Asahan
yaitu 1,86. Angka tersebut bertambah 0,18 atau naik 9,6 % menjadi 2,04 pada tahun
2017. Meski kecil, P2 juga meningkat, dari 0,51 pada 2016 menjadi 0,52 pada 2017.
"Hal ini, mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin
tinggi dan cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin. Data kemiskinan tersebut bukan merupakan jumlah
pasti masyarakat miskin di suatu daerah. Karena BPS bukan lagi menjadi lembaga
yang menentukan masyarakat miskin atau tidak, namun pihak Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang berhak menentukan warga tersebut
miskin atau tidak.
Pemerintah Kabupaten Asahan terus berusaha untuk mengurangi jumlah warga
miskin di Kabupaten Asahan dengan berbagai kegiatan yang bersinergi dengan
masyarakat. (Sumber: Kepala Dinas Sosial Kabupaten Asahan).
Dengan turunnya jumlah warga miskin itu, maka kegiatan yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Asahan berhasil, namun perlu partisipasi semua pihak untuk
terus mengurangi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan.
IV - 2
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Tabel IV-1
Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Asahan,
Tahun 2010 – 2016
Tahun
Garis
Kemiskinan
Penduduk Miskin
Jumlah (000 jiwa)
%tase
(%)
2010
224 417
76,30
11,42
2011
r)
245 421
73,40
10,85
2012 r)
247 603
72,30
10,52
2013
251 914
80,50
11,60
2014
254 253
76,97
10,98
2015
262 464
85,16
12,09
2016
292 030
84,35
11,86
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan Tahun 2017
Keterangan:
r) = Angka Perbaikan
4.1.1.2
Pengarusutamaan Gender
Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat,
peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan
perempuan yang bukan berdasarkan pada
perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial
budaya
yang
dipengaruhi
oleh
struktur
masyarakat yang luas. Salah satu aspek yang
perlu diperhatikan pada responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya adalah terhadap gender. Menindaklanjuti hal
tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif
gender dari masing-masing kegiatan, manfaat hingga permasalahan yang timbul
sebagai pembelajaran di masa yang akan datang. Pada tingkat Pusat, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah berkomitmen untuk mendukung
kebijakan tersebut dengan membentuk Tim Pokja IV Kegiatan Pengarusutamaan
Gender Direktorat Jenderal Cipta Karya dan BPPSPAM No. 108/KPTS/DC/2015.
Melihat kondisi bahwa belum adanya keadilan dan kesetaraan gender, Pemerintah
terus mendorong pengarusutamaan gender di setiap bidang pembangunan nasional,
IV - 3
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun
2000 tentang Pengarusutamaan Gender mengamanatkan semua Kementerian, dan
Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk melaksanakan
pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan
di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender.
Melalui RPIJM ini, penyelenggaraan infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Asahan
harus dimulai dari perencanaan yang tepat sasaran dan memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kesejahteraan wanita dan anak. Sebagai contoh, dengan adanya akses
terhadap air bersih maka ibu rumah tangga di sekitar tempat tersebut dapat
mengumpulkan air dalam jarak yang dekat. Disamping itu, kesehatan anak-anak juga
terjaga dan terhindar dari penyakit diare karena memiliki akses terhadap sanitasi
yang layak. Program pemberdayaan masyarakat juga turut melibatkan perempuan,
orang tua, dan difable pada proses perencanaan sehingga prasarana permukiman
dapat
dimanfaatkan
oleh
seluruh
orang
tanpa
diskriminasi.
Upaya-upaya
pengarusutamaan gender di Kabupaten Asahan perlu terus didorong diantaranya
melalui perencanaan dan perumusan usulan-usulan kegiatannya sehingga dapat
menjamin pembangunan di Kabupaten Asahan yang inklusif.
4.1.2
Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Asahan pada umumnya
tidak mengalami banyak kendala dan hambatan terhadap masyarakat. Hal ini
dikarenakan lokasi pembangunan kegiatan Bidang Cipta Karya sebagian besar milik
Pemerintah Kabupaten Asahan. Bila menggunakan lahan yang bukan milik
Pemerintah Kabupaten Asahan maka akan dibebaskan telebih dahulu. Hanya saja
untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak, maka
Pemerintah Kabupaten Asahan melakukan sosialisasi melalui Kelurahan setempat di
mana lokasi Kegiatan Bidang Cipta Karya dilaksanakan.
Kesulitan yang sering terjadi adalah apabila pembangunan harus dilakukan di lahan
masyarakat sebagai bagian dari partisipasi masyarakat seperti yang disyaratkan dalam
Sanimas. Kesulitan tersebut dikarenakan penerima manfaat adalah warga Masyarakat
IV - 4
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Berpenghasilan
Rendah
(MBR)
sehingga
lahan
yang
2018 - 2022
mereka
miliki
ingin
dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian mereka (tidak untuk dihibahkan).
Kendala lainnya adalah penolakan dalam pembangunan prasarana persampahan dan
air limbah oleh masyarakat di sekitar lokasi pembangunan. Hal tersebut dikarenakan
kekhawatiran akan
dampak
lingkungan
yang
mungkin ditimbulkan
seperti
pencemaran udara dan air. Terhadap masalah ini yang dilakukan adalah melakukan
sosialisasi dan penjelasan secara teknis untuk meningkatkan () dan mengawasi
Pelaksanaan rekomendasi dokumen lingkungan yang terdiri dari Amdal, UKL/UPL,
dan SPPLH.
4.1.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan Bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata
dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, sehingga pengurangan biaya
yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut
4.2
Analisis Ekonomi
4.2.1 Perindustrian
Di Indonesia, sektor industri dikelompokkan atas industri skala besar, sedang, kecil
dan rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya jumlah tenaga
kerja yang bekerja pada industri tersebut. Menurut kategori dari Dinas Koperasi
dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada Tahun 2016,
besar
jumlah
usaha
industri
dan sedang di Asahan sebanyak 84 perusahaan, yang berarti mengalami
penurunan sebanyak 6 perusahaan atau sekitar 6,67 persen jika dibandingkan
dengan
tahun
2015
yang berjumlah
90
perusahaan.
Jumlah
perusahaan terbanyak berada di Kecamatan Silau Laut, disusul Kecamatan Kisaran
Timur. Sedangkan
jumlah
industri
kecil
dan kerajinan rumah tangga
pada tahun 2015 berjumlah 705 unit.
IV - 5
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Gambar 4.1
Jumlah Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga, 2012-2016
Sumber : Kabupaten Asahan Dalam Angka 2017 (dari Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Asahan)
Tabel IV-2
Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, 2016
KBLI
Besar
Sedang
Jumlah
Industri Makanan dan Minuman
13
53
Industri Pengolahan Tembakau
-
-
-
Industri Tekstil
-
-
-
Industri Pakaian Jadi
-
-
-
Industri Kulit dan Barang dari Kulit
-
-
-
Industri Kayu, Barang-barang dari
Kayu (Tidak
-
-
-
Termasuk Furniture) dan Barangbarang anyaman
1
2
3
Industri Kimia dan Barang-barang
Kimia, Sabun
1
-
1
Industri Karet dan Barang-barang
dari Karet, Perlengkapan Rumah
Tangga
4
4
8
Industri
Logam
-
2
2
66
Industri Kertas dan Barang dari
Kertas
Industri Penerbitan, Percetakan dan
Reproduksi Media Rekaman
Industri Batu Bara, Pengilangan
Minyak Bumi dll
Barang
Galian
Bukan
IV - 6
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Industri Logam Dasar
-
1
1
Industri Barang-barang dari Logam
Kecuali Mesin dan Peralatannya
-
-
-
Industri Mesin dan Peralatan Ktr,
Akutansi & Olah Data & Konstruksi
-
-
-
Industri Mesin Listrik dan Lainnya
-
-
-
Industri
Radio,
Televisi
Peralatan komunikasi
dan
-
-
-
Industri Peralatan Kedokteran, alat2
Ukur dll
-
-
-
Industri Kendaraan Bermotor Roda
4 atau lebih
-
-
-
Industri Pengolahan Lainnya
-
2
2
Reparasi dan Pemasangan Mesin
dan Peralatan
-
1
1
65
84
Jumlah/Total
19
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan 2017
Tabel IV-3
Jumlah Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Kecamatan, 2012 – 2016
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kecamatan
Bandar Pasir Mandoge
Tahun
2012
2013
2014
2015
2016
3
3
3
3
3
Bandar Pulau
-
-
-
-
-
Aek Songsongan
-
-
-
-
-
Rahuning
3
3
3
3
3
Pulau Rakyat
1
1
1
1
1
Aek Kuasan
1
1
1
1
1
Aek Ledong
-
-
-
-
-
Sei Kepayang
-
-
-
-
-
Sei Kepayang Barat
1
1
1
2
2
Sei Kepayang Timur
-
-
-
1
1
Tanjung Balai
7
4
3
3
3
Simpang Empat
4
4
4
2
2
Teluk Dalam
3
3
3
3
3
Air Batu
6
6
6
6
6
Sei Dadap
3
3
2
2
1
BuntuPane
2
2
2
3
-
Tinggi Raja
-
-
-
-
-
Setia Janji
1
1
1
1
1
Meranti
1
1
1
1
1
Pulo Bandring
3
-
-
-
-
Rawang Panca Arga
-
-
-
-
-
Air Joman
11
10
8
8
7
IV - 7
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
23
24
25
26
2018 - 2022
Silo Laut
47
36
32
32
27
Kisaran Barat
8
8
8
8
8
KisaranTimur
11
11
10
10
10
Asahan
116
98
89
90
84
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan 2017
Tabel IV-4
Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Menurut Kecamatan,
Tahun 2012 – 2016
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kecamatan
Tahun
2012
2013
2014
2015
2016
Bandar Pasir Mandoge
4
4
4
4
4
Bandar Pulau
6
6
6
5
5
Aek Songsongan
4
4
4
4
4
Rahuning
3
3
3
3
3
Pulau Rakyat
24
24
24
23
23
Aek Kuasan
9
9
8
8
8
Aek Ledong
6
6
6
6
6
Sei Kepayang
13
12
13
13
13
Sei Kepayang Barat
10
10
10
10
11
Sei Kepayang Timur
4
4
4
4
4
Tanjung Balai
23
23
23
23
24
Simpang Empat
25
25
24
24
24
Teluk Dalam
8
8
8
8
8
Air Batu
35
35
35
36
37
Sei Dadap
24
24
24
24
24
BuntuPane
6
6
6
6
6
Tinggi Raja
8
8
8
8
8
Setia Janji
6
6
6
6
6
Meranti
8
8
8
8
8
Pulo Bandring
3
-
-
-
-
Rawang Panca Arga
-
-
-
-
-
Air Joman
11
10
8
8
7
Silo Laut
47
36
32
32
27
Kisaran Barat
8
8
8
8
8
KisaranTimur
11
11
10
10
10
Asahan
116
98
89
90
84
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan 2017
4.2.2
Energi
Kebutuhan listrik penduduk Kabupaten Asahan sebagian besar dipasok oleh PLN
Ranting Kisaran. Pada tahun 2016 di PLN Ranting Kisaran terdapat 57.133 pelanggan
dengan jumlah daya tersambung sebesar 63.485.305 KVA. Sedangkan air bersih
IV - 8
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
yang disalurkan PDAM Kisaran ke wilayah
Kabupaten
sebanyak 335.314 M³ dan jumlah pelanggan
air
2018 - 2022
Asahan
bersih
tahun
sebanyak
2016
17.921
pelanggan.
Tabel IV-5
Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung dan Penjualan Listrik
PT. PLN (Persero) Ranting Kisaran Menurut Jenis Tarif Listrik
Prabayar, Tahun 2016
Jenis Tarif
S.2 / 450 VA I
S.2 / 900 VA I
S.2 / 1.300 VA
S.2 / 2.200 VA
S.2 / 3.500 VA s/d 200
R.1 / 450 VA I
R.1 / 900 VA I
R.1 / 1.300 VA
R.1 / 2.200 VA
R.2 / 3.500 VA s/d 5.500
R.3 / 6.600 VA keatas I
B.1 / 450 VA I
B.1 / 900 VA I
B.1 / 1.300 VA
B.1 / 2.200 VA s/d 5.500
B.2 / 6.600 VA s/d 200 k
P.1 / 450 VA
P.1 / 1.300 VA
P.1 / 2.200 VA s/d 5.500
P.1 / 6.600 VA s/d 200 k
Jumlah
Pelanggan
86
198
59
45
30
7 469
14 327
4 470
1 157
238
13
69
191
56
194
45
1
6
5
19
Jumlah Daya
Tersambung
38 700
178 200
76 700
99 000
190 000
3 361 050
12 894 300
5 811 000
2 545 400
978 900
132 000
31 050
171 900
72 800
628 200
525 200
450
5 400
6 500
62 900
Jumlah KWH
Terjual
44 447
186 223
91 612
57 266
130 849
6 836 174
13 950 515
2 647 332
1 764 542
906 551
93 011
43 907
102 277
118 347
747 394
640 159
917
640
1 681
110 220
Asahan
1
7 700
6 481
Total
28679
27 817 350
28 480 545
Sumber : Kabupaten Asahan Dalam Angka 2017 (dari PLN Wilayah II Ranting Kisaran)
Nilai Penjualan
14434597
84 695 869
64 845 198
43 517 172
117 737 895
2 833 816 402
8 432 426 742
3 728 586 212
2 479 575 611
1 274 143 534
131 501 574
23 473 223
64 374 286
114 254 869
821 934 672
903 202 409
627 329
483 525
1 760 450
118 572 200
9 052 000
21 263 015 769
Tabel IV-6
Jumlah Pelanggan Air Bersih Menurut Jenis Konsumen dan Kecamatan, Tahun 2016
Jenis Konsumen
Kecamatan
Rumah Tangga
Hotel
Badan Sosial
dan RS Sosial
Tempat
Ibadah/Umum
211
-
-
3
Bandar Pulau
-
-
-
-
Aek Songsongan
-
-
-
-
Rahuning
-
-
-
-
Pulau Rakyat
-
-
-
-
Aek Kuasan
-
-
-
-
Aek Ledong
-
-
-
-
Sei Kepayang
85
-
-
2
-
-
-
-
Bandar Pasir Mandoge
Sei Kepayang Barat
IV - 9
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
-
-
-
-
Tanjung Balai
3243
-
-
-
Simpang Empat
1263
-
1
23
Teluk Dalam
-
-
-
-
Air Batu
-
-
-
-
Sei Dadap
202
-
7
6
Buntu Pane
236
-
-
-
Tinggi Raja
-
-
-
-
Setia Janji
-
-
-
-
626
-
-
6
Pulo Bandring
-
-
-
-
Rawang Panca Arga
-
-
-
-
Air Joman
1178
-
1
17
Silo Laut
669
-
-
15
Kisaran Barat
4392
-
3
37
KisaranTimur
4 385
-
1
36
Asahan
16400
-
13
145
Sei Kepayang Timur
Meranti
Sumber : Kabupaten Asahan Dalam Angka 2017
4.3
Analisis Lingkungan
4.3.1
Analisis AMDAL, UKL-UPL, dan SPPLH
Penjabaran regulasi dan peraturan pemerintah secara detail tentang segala bentuk
rencana kegiatan pembangunan yang diprediksi akan memberikan dampak penting
dan besar terhadap lingkungan, mengikuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan diikuti oleh Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 Tahun 2008
tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum
yang wajib dlengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup. Kemudian kegiatan dikategorikan menjadi proyek
wajib AMDAL, proyek tidak wajib AMDAL tetapi wajib memiliki dokumen kajian
UKL-UPL, dan proyek tidak wajib UKL-UPL tetapi wajib SPPLH.
IV - 10
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
4.3.2
2018 - 2022
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam penyusunan Dokumen RPIJM karena kajian
lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan dokumen
RPIJM Bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodir
prinsif
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup.
Adapun
amanat
perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri
dari antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di
segala bidang”
3. Peraturan Presiden
No.
5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2015: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran
yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan
sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan
lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS
digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana
dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak
diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
IV - 11
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak
membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait Bidang Cipta Karya mengacu pada
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a) Menetapkan kebijakan Nasional.
b) Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e) Pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g) Melaksanakan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b) Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d) Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e) Melaksanakan standar pelayanan minimal.
Gambar 4.2 Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
IV - 12
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program
dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)
perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman
hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau
lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah
rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak
terhadap isu-isu tersebut.
4.3.3 Pendekatan dan Prinsip-prinsip KLHS
KLHS ditujukan untuk menjamin pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan
dalam pembangunan. Ada tiga nilai penting dalam penyelenggaraan KLHS yang
dapat
mencerminkan
penerapan
prinsip
pembangunan
berkelanjutan,
yaitu
keterkaitan (interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice).
Keterkaitan (interdependency) dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS
dapat menghasilkan kebijakan, rencana atau program yang mempertimbangkan
keterkaitan antar sektor, wilayah, global-lokal. Nilai ini juga mengandung makna
dihasilkannya KLHS yang bersifat holistik berkat adanya keterkaitan analisis antar
komponen fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi. Keseimbangan (equilibrium)
dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai keseimbangan
antara kepentingan sosial-ekonomi dengan kepentingan lingkungan hidup, antara
kepentingan jangka pendek dan jangka panjang, antara kepentingan pembangunan
pusat dan daerah, dan keseimbangan lainnya.
Implikasinya, usaha pemetaan ragam dan bentuk kepentingan para pihak menjadi
salah satu proses dan metode yang penting digunakan dalam KLHS. Keadilan (justice)
dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS dapat menghasilkan kebijakan,
rencana dan program yang tidak mengakibatkan marjinalisas
IV - 13
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
sekelompok atau golongan tertentu masyarakat karena adanya pembatasan akses
dan kontrol terhadap sumber-sumber alam atau modal atau pengetahuan.
KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan masukan
berbagai kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa penyelenggaraan
KLHS tidak ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi kebijakan, rencana
dan/atau program, melainkan untuk meningkatkan kualitas proses dan produk
kebijakan, rencana dan/atau program, khususnya dari perspektif pembangunan
berkelanjutan. KLHS adalah strategi yang cenderung bersifat ”persuasif” dalam
pengertian lebih mengutamakan proses pembelajaran dan pemahaman para
pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Dalam kerangka pendekatan ini, 6 (enam) prinsip KLHS seyogyanya
dianut, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
Prinsip 1:
Penilaian Diri (Self Assessment)
Makna prinsip ini adalah sikap dan kesadaran yang diharapkan muncul dari diri
pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses penyusunan dan evaluasi
kebijakan, rencana dan/atau program agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip tersebut dalam
setiap keputusannya. Prinsip ini berasumsi bahwa setiap pengambil keputusan secara
apriori mempunyai tingkat kesadaran dan kepedulian atas lingkungan.
KLHS menjadi media atau katalis agar kesadaran dan kepedulian tersebut
terefleksikan dalam proses dan terformulasikan dalam produk pengambilan
keputusan untuk setiap kebijakan, rencana dan/atau program.
Prinsip 2:
Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau program (Improvement
of the Policy, Plan, and/or Program)
Prinsip ini menekankan pada upaya untuk penyempurnaan pengambilan keputusan
suatu kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS tidak menghambat proses
perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program, melainkan menjadi media atau
katalisator untuk memperbaiki proses dan produk kebijakan, rencana
dan/atau program. Prinsip ini berasumsi bahwa perencanaan kebijakan, rencana
dan/atau program di Indonesia selama ini belum mempertimbangkan pembangunan
IV - 14
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
berkelanjutan
secara
optimal
dan
KLHS
dapat
memicu
2018 - 2022
perbaikan
atau
penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program bersangkutan.
Prinsip 3:
Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran Sosial (Social Learning and
Capacity Building)
Prinsip ini menekankan bahwa integrasi KLHS dalam perencanaan kebijakan, rencana
dan/atau program harus menjadi media untuk belajar bersama khususnya tentang
isu-isu pembangunan berkelanjutan, baik bagi masyarakat umum dan khususnya bagi
para birokrat dan pengambil keputusan. KLHS harus memungkinkan seluruh
pemangku kepentingan yang terlibat dalam perencanaan kebijakan, rencana
dan/atau program untuk meningkatkan kapasitasnya mengapresiasi lingkungan hidup
dalam keputusannya. Melalui KLHS, dapat dicapai masyarakat, birokrat, dan
pengambil keputusan yang lebih cerdas dan kritis dalam menentukan keputusan
pembangunan agar berkelanjutan.
Prinsip 4:
Memberi Pengaruh pada Pengambilan Keputusan (Influencing Decision
Making).
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus memberikan pengaruh yang positif pada
pengambilan keputusan. KLHS akan mempunyai makna apabila pada akhirnya dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, khususnya untuk memilih atau menetapkan
kebijakan, rencana dan/atau program yang lebih menjamin pembangunan yang
berkelanjutan.
Prinsip 5:
Akuntabel
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus diselenggarakan secara terbuka dan
bertanggungjawab, sehingga dapat dipertanggung-jawabkan pada publik secara luas.
Azas akuntabilitas KLHS sejalan dengan semangat akuntabilitas dari kebijakan,
rencana dan/atau program itu sendiri, sebagai bagian dari prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang baik (good governance). Pelaksanaan KLHS dapat lebih
menjamin akuntabilitas perumusan kebijakan, rencana dan/atau program bagi
seluruh pihak. KLHS tidak ditujukan untuk menjawab tuntutan para pihak,
IV - 15
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Prinsip 6: Partisipatif
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus dilakukan secara terbuka dan melibatkan
pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau program.
Prinsip ini telah menjadi amanat dalam Undnag-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan harus diwadahi
dalam penyelenggaraan KLHS.
IV - 16
2018 - 2022
Analisis Sosial, Ekonomi
dan Lingkungan
AB
Untuk meminimalisir pengaruh negatif pada pelaksanaan pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di
perdesaan, dibutuhkan suatu kajian analisis terhadap aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan pada dokumen RPIJM bidang Cipta Karya. Kajian terhadap aspek-aspek
tersebut meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting sosial,
ekonomi dan lingkungan melalui instrumen analisis serta pemetaan antisipasi dan
rekomendasi perlindungan yang dibutuhkan.
4.1
Analisis Sosial
4.1.1
Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan
mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu
ditindaklanjuti adalah masalah kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan
pada manusianya sehingga yang menjadi sasaran adalah kajian mengenai penduduk
miskin mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga diketahui
kebutuhan penanganannya.
4.1.1.1 Kemiskinan
Kabupaten Asahan yang terdiri dari dua puluh lima Kecamatan sesuai data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Asahan pada tahun 2017 diklaim memiliki
jumlah penduduk miskin sekitar 83,670 jiwa. Sementara di tahun 2016 penduduk
IV - 1
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
miskin di Kabupaten Asahan sebanyak 84,350 jiwa. Melihat data Kabupaten Asahan
yang ada, penduduk miskin di Kabupaten Asahan pada Tahun 2017 mengalami
penurunan sebesar 680 jiwa atau sekitar 8,6 %.
Adapun Indikator yang menentukan miskin atau tidaknya seseorang tersebut
didasarkan pada perhitungan angka garis kemiskinan (GK). Satuannya dihitung
berdasarkan jumlah kalori dibutuhkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yakni sebesar 2.100 kilo kalori atau jika dikonversikan ke dalam rupiah menjadi
sebesar Rp 305.868 per kapita per bulan.
Angka itu meningkat sebesar 4,74 % jika dibandingkan dengan angka GK pada
tahun 2016. Pada tahun 2016, angka GK Kabupaten Asahan sebesar Rp 292.030 per
kapita per bulan. "Jadi, GK ini adalah indikator yang digunakan sebagai batas
menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah mereka yang
dikategorikan memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan. Di samping itu, peningkatan juga terjadi pada Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Pada tahun 2016, P1 Asahan
yaitu 1,86. Angka tersebut bertambah 0,18 atau naik 9,6 % menjadi 2,04 pada tahun
2017. Meski kecil, P2 juga meningkat, dari 0,51 pada 2016 menjadi 0,52 pada 2017.
"Hal ini, mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin
tinggi dan cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin. Data kemiskinan tersebut bukan merupakan jumlah
pasti masyarakat miskin di suatu daerah. Karena BPS bukan lagi menjadi lembaga
yang menentukan masyarakat miskin atau tidak, namun pihak Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang berhak menentukan warga tersebut
miskin atau tidak.
Pemerintah Kabupaten Asahan terus berusaha untuk mengurangi jumlah warga
miskin di Kabupaten Asahan dengan berbagai kegiatan yang bersinergi dengan
masyarakat. (Sumber: Kepala Dinas Sosial Kabupaten Asahan).
Dengan turunnya jumlah warga miskin itu, maka kegiatan yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Asahan berhasil, namun perlu partisipasi semua pihak untuk
terus mengurangi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan.
IV - 2
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Tabel IV-1
Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Asahan,
Tahun 2010 – 2016
Tahun
Garis
Kemiskinan
Penduduk Miskin
Jumlah (000 jiwa)
%tase
(%)
2010
224 417
76,30
11,42
2011
r)
245 421
73,40
10,85
2012 r)
247 603
72,30
10,52
2013
251 914
80,50
11,60
2014
254 253
76,97
10,98
2015
262 464
85,16
12,09
2016
292 030
84,35
11,86
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan Tahun 2017
Keterangan:
r) = Angka Perbaikan
4.1.1.2
Pengarusutamaan Gender
Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat,
peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan
perempuan yang bukan berdasarkan pada
perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial
budaya
yang
dipengaruhi
oleh
struktur
masyarakat yang luas. Salah satu aspek yang
perlu diperhatikan pada responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya adalah terhadap gender. Menindaklanjuti hal
tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif
gender dari masing-masing kegiatan, manfaat hingga permasalahan yang timbul
sebagai pembelajaran di masa yang akan datang. Pada tingkat Pusat, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah berkomitmen untuk mendukung
kebijakan tersebut dengan membentuk Tim Pokja IV Kegiatan Pengarusutamaan
Gender Direktorat Jenderal Cipta Karya dan BPPSPAM No. 108/KPTS/DC/2015.
Melihat kondisi bahwa belum adanya keadilan dan kesetaraan gender, Pemerintah
terus mendorong pengarusutamaan gender di setiap bidang pembangunan nasional,
IV - 3
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun
2000 tentang Pengarusutamaan Gender mengamanatkan semua Kementerian, dan
Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk melaksanakan
pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan
di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender.
Melalui RPIJM ini, penyelenggaraan infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Asahan
harus dimulai dari perencanaan yang tepat sasaran dan memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kesejahteraan wanita dan anak. Sebagai contoh, dengan adanya akses
terhadap air bersih maka ibu rumah tangga di sekitar tempat tersebut dapat
mengumpulkan air dalam jarak yang dekat. Disamping itu, kesehatan anak-anak juga
terjaga dan terhindar dari penyakit diare karena memiliki akses terhadap sanitasi
yang layak. Program pemberdayaan masyarakat juga turut melibatkan perempuan,
orang tua, dan difable pada proses perencanaan sehingga prasarana permukiman
dapat
dimanfaatkan
oleh
seluruh
orang
tanpa
diskriminasi.
Upaya-upaya
pengarusutamaan gender di Kabupaten Asahan perlu terus didorong diantaranya
melalui perencanaan dan perumusan usulan-usulan kegiatannya sehingga dapat
menjamin pembangunan di Kabupaten Asahan yang inklusif.
4.1.2
Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Asahan pada umumnya
tidak mengalami banyak kendala dan hambatan terhadap masyarakat. Hal ini
dikarenakan lokasi pembangunan kegiatan Bidang Cipta Karya sebagian besar milik
Pemerintah Kabupaten Asahan. Bila menggunakan lahan yang bukan milik
Pemerintah Kabupaten Asahan maka akan dibebaskan telebih dahulu. Hanya saja
untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak, maka
Pemerintah Kabupaten Asahan melakukan sosialisasi melalui Kelurahan setempat di
mana lokasi Kegiatan Bidang Cipta Karya dilaksanakan.
Kesulitan yang sering terjadi adalah apabila pembangunan harus dilakukan di lahan
masyarakat sebagai bagian dari partisipasi masyarakat seperti yang disyaratkan dalam
Sanimas. Kesulitan tersebut dikarenakan penerima manfaat adalah warga Masyarakat
IV - 4
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Berpenghasilan
Rendah
(MBR)
sehingga
lahan
yang
2018 - 2022
mereka
miliki
ingin
dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian mereka (tidak untuk dihibahkan).
Kendala lainnya adalah penolakan dalam pembangunan prasarana persampahan dan
air limbah oleh masyarakat di sekitar lokasi pembangunan. Hal tersebut dikarenakan
kekhawatiran akan
dampak
lingkungan
yang
mungkin ditimbulkan
seperti
pencemaran udara dan air. Terhadap masalah ini yang dilakukan adalah melakukan
sosialisasi dan penjelasan secara teknis untuk meningkatkan () dan mengawasi
Pelaksanaan rekomendasi dokumen lingkungan yang terdiri dari Amdal, UKL/UPL,
dan SPPLH.
4.1.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan Bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata
dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, sehingga pengurangan biaya
yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut
4.2
Analisis Ekonomi
4.2.1 Perindustrian
Di Indonesia, sektor industri dikelompokkan atas industri skala besar, sedang, kecil
dan rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya jumlah tenaga
kerja yang bekerja pada industri tersebut. Menurut kategori dari Dinas Koperasi
dan Perdagangan Kabupaten Asahan pada Tahun 2016,
besar
jumlah
usaha
industri
dan sedang di Asahan sebanyak 84 perusahaan, yang berarti mengalami
penurunan sebanyak 6 perusahaan atau sekitar 6,67 persen jika dibandingkan
dengan
tahun
2015
yang berjumlah
90
perusahaan.
Jumlah
perusahaan terbanyak berada di Kecamatan Silau Laut, disusul Kecamatan Kisaran
Timur. Sedangkan
jumlah
industri
kecil
dan kerajinan rumah tangga
pada tahun 2015 berjumlah 705 unit.
IV - 5
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Gambar 4.1
Jumlah Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga, 2012-2016
Sumber : Kabupaten Asahan Dalam Angka 2017 (dari Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Asahan)
Tabel IV-2
Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, 2016
KBLI
Besar
Sedang
Jumlah
Industri Makanan dan Minuman
13
53
Industri Pengolahan Tembakau
-
-
-
Industri Tekstil
-
-
-
Industri Pakaian Jadi
-
-
-
Industri Kulit dan Barang dari Kulit
-
-
-
Industri Kayu, Barang-barang dari
Kayu (Tidak
-
-
-
Termasuk Furniture) dan Barangbarang anyaman
1
2
3
Industri Kimia dan Barang-barang
Kimia, Sabun
1
-
1
Industri Karet dan Barang-barang
dari Karet, Perlengkapan Rumah
Tangga
4
4
8
Industri
Logam
-
2
2
66
Industri Kertas dan Barang dari
Kertas
Industri Penerbitan, Percetakan dan
Reproduksi Media Rekaman
Industri Batu Bara, Pengilangan
Minyak Bumi dll
Barang
Galian
Bukan
IV - 6
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Industri Logam Dasar
-
1
1
Industri Barang-barang dari Logam
Kecuali Mesin dan Peralatannya
-
-
-
Industri Mesin dan Peralatan Ktr,
Akutansi & Olah Data & Konstruksi
-
-
-
Industri Mesin Listrik dan Lainnya
-
-
-
Industri
Radio,
Televisi
Peralatan komunikasi
dan
-
-
-
Industri Peralatan Kedokteran, alat2
Ukur dll
-
-
-
Industri Kendaraan Bermotor Roda
4 atau lebih
-
-
-
Industri Pengolahan Lainnya
-
2
2
Reparasi dan Pemasangan Mesin
dan Peralatan
-
1
1
65
84
Jumlah/Total
19
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan 2017
Tabel IV-3
Jumlah Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Kecamatan, 2012 – 2016
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kecamatan
Bandar Pasir Mandoge
Tahun
2012
2013
2014
2015
2016
3
3
3
3
3
Bandar Pulau
-
-
-
-
-
Aek Songsongan
-
-
-
-
-
Rahuning
3
3
3
3
3
Pulau Rakyat
1
1
1
1
1
Aek Kuasan
1
1
1
1
1
Aek Ledong
-
-
-
-
-
Sei Kepayang
-
-
-
-
-
Sei Kepayang Barat
1
1
1
2
2
Sei Kepayang Timur
-
-
-
1
1
Tanjung Balai
7
4
3
3
3
Simpang Empat
4
4
4
2
2
Teluk Dalam
3
3
3
3
3
Air Batu
6
6
6
6
6
Sei Dadap
3
3
2
2
1
BuntuPane
2
2
2
3
-
Tinggi Raja
-
-
-
-
-
Setia Janji
1
1
1
1
1
Meranti
1
1
1
1
1
Pulo Bandring
3
-
-
-
-
Rawang Panca Arga
-
-
-
-
-
Air Joman
11
10
8
8
7
IV - 7
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
23
24
25
26
2018 - 2022
Silo Laut
47
36
32
32
27
Kisaran Barat
8
8
8
8
8
KisaranTimur
11
11
10
10
10
Asahan
116
98
89
90
84
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan 2017
Tabel IV-4
Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Menurut Kecamatan,
Tahun 2012 – 2016
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kecamatan
Tahun
2012
2013
2014
2015
2016
Bandar Pasir Mandoge
4
4
4
4
4
Bandar Pulau
6
6
6
5
5
Aek Songsongan
4
4
4
4
4
Rahuning
3
3
3
3
3
Pulau Rakyat
24
24
24
23
23
Aek Kuasan
9
9
8
8
8
Aek Ledong
6
6
6
6
6
Sei Kepayang
13
12
13
13
13
Sei Kepayang Barat
10
10
10
10
11
Sei Kepayang Timur
4
4
4
4
4
Tanjung Balai
23
23
23
23
24
Simpang Empat
25
25
24
24
24
Teluk Dalam
8
8
8
8
8
Air Batu
35
35
35
36
37
Sei Dadap
24
24
24
24
24
BuntuPane
6
6
6
6
6
Tinggi Raja
8
8
8
8
8
Setia Janji
6
6
6
6
6
Meranti
8
8
8
8
8
Pulo Bandring
3
-
-
-
-
Rawang Panca Arga
-
-
-
-
-
Air Joman
11
10
8
8
7
Silo Laut
47
36
32
32
27
Kisaran Barat
8
8
8
8
8
KisaranTimur
11
11
10
10
10
Asahan
116
98
89
90
84
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan 2017
4.2.2
Energi
Kebutuhan listrik penduduk Kabupaten Asahan sebagian besar dipasok oleh PLN
Ranting Kisaran. Pada tahun 2016 di PLN Ranting Kisaran terdapat 57.133 pelanggan
dengan jumlah daya tersambung sebesar 63.485.305 KVA. Sedangkan air bersih
IV - 8
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
yang disalurkan PDAM Kisaran ke wilayah
Kabupaten
sebanyak 335.314 M³ dan jumlah pelanggan
air
2018 - 2022
Asahan
bersih
tahun
sebanyak
2016
17.921
pelanggan.
Tabel IV-5
Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung dan Penjualan Listrik
PT. PLN (Persero) Ranting Kisaran Menurut Jenis Tarif Listrik
Prabayar, Tahun 2016
Jenis Tarif
S.2 / 450 VA I
S.2 / 900 VA I
S.2 / 1.300 VA
S.2 / 2.200 VA
S.2 / 3.500 VA s/d 200
R.1 / 450 VA I
R.1 / 900 VA I
R.1 / 1.300 VA
R.1 / 2.200 VA
R.2 / 3.500 VA s/d 5.500
R.3 / 6.600 VA keatas I
B.1 / 450 VA I
B.1 / 900 VA I
B.1 / 1.300 VA
B.1 / 2.200 VA s/d 5.500
B.2 / 6.600 VA s/d 200 k
P.1 / 450 VA
P.1 / 1.300 VA
P.1 / 2.200 VA s/d 5.500
P.1 / 6.600 VA s/d 200 k
Jumlah
Pelanggan
86
198
59
45
30
7 469
14 327
4 470
1 157
238
13
69
191
56
194
45
1
6
5
19
Jumlah Daya
Tersambung
38 700
178 200
76 700
99 000
190 000
3 361 050
12 894 300
5 811 000
2 545 400
978 900
132 000
31 050
171 900
72 800
628 200
525 200
450
5 400
6 500
62 900
Jumlah KWH
Terjual
44 447
186 223
91 612
57 266
130 849
6 836 174
13 950 515
2 647 332
1 764 542
906 551
93 011
43 907
102 277
118 347
747 394
640 159
917
640
1 681
110 220
Asahan
1
7 700
6 481
Total
28679
27 817 350
28 480 545
Sumber : Kabupaten Asahan Dalam Angka 2017 (dari PLN Wilayah II Ranting Kisaran)
Nilai Penjualan
14434597
84 695 869
64 845 198
43 517 172
117 737 895
2 833 816 402
8 432 426 742
3 728 586 212
2 479 575 611
1 274 143 534
131 501 574
23 473 223
64 374 286
114 254 869
821 934 672
903 202 409
627 329
483 525
1 760 450
118 572 200
9 052 000
21 263 015 769
Tabel IV-6
Jumlah Pelanggan Air Bersih Menurut Jenis Konsumen dan Kecamatan, Tahun 2016
Jenis Konsumen
Kecamatan
Rumah Tangga
Hotel
Badan Sosial
dan RS Sosial
Tempat
Ibadah/Umum
211
-
-
3
Bandar Pulau
-
-
-
-
Aek Songsongan
-
-
-
-
Rahuning
-
-
-
-
Pulau Rakyat
-
-
-
-
Aek Kuasan
-
-
-
-
Aek Ledong
-
-
-
-
Sei Kepayang
85
-
-
2
-
-
-
-
Bandar Pasir Mandoge
Sei Kepayang Barat
IV - 9
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
-
-
-
-
Tanjung Balai
3243
-
-
-
Simpang Empat
1263
-
1
23
Teluk Dalam
-
-
-
-
Air Batu
-
-
-
-
Sei Dadap
202
-
7
6
Buntu Pane
236
-
-
-
Tinggi Raja
-
-
-
-
Setia Janji
-
-
-
-
626
-
-
6
Pulo Bandring
-
-
-
-
Rawang Panca Arga
-
-
-
-
Air Joman
1178
-
1
17
Silo Laut
669
-
-
15
Kisaran Barat
4392
-
3
37
KisaranTimur
4 385
-
1
36
Asahan
16400
-
13
145
Sei Kepayang Timur
Meranti
Sumber : Kabupaten Asahan Dalam Angka 2017
4.3
Analisis Lingkungan
4.3.1
Analisis AMDAL, UKL-UPL, dan SPPLH
Penjabaran regulasi dan peraturan pemerintah secara detail tentang segala bentuk
rencana kegiatan pembangunan yang diprediksi akan memberikan dampak penting
dan besar terhadap lingkungan, mengikuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan diikuti oleh Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 Tahun 2008
tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum
yang wajib dlengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup. Kemudian kegiatan dikategorikan menjadi proyek
wajib AMDAL, proyek tidak wajib AMDAL tetapi wajib memiliki dokumen kajian
UKL-UPL, dan proyek tidak wajib UKL-UPL tetapi wajib SPPLH.
IV - 10
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
4.3.2
2018 - 2022
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam penyusunan Dokumen RPIJM karena kajian
lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan dokumen
RPIJM Bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodir
prinsif
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup.
Adapun
amanat
perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri
dari antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di
segala bidang”
3. Peraturan Presiden
No.
5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2015: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran
yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan
sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan
lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS
digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana
dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak
diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
IV - 11
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak
membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait Bidang Cipta Karya mengacu pada
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a) Menetapkan kebijakan Nasional.
b) Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e) Pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g) Melaksanakan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b) Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d) Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e) Melaksanakan standar pelayanan minimal.
Gambar 4.2 Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
IV - 12
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program
dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)
perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman
hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau
lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah
rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak
terhadap isu-isu tersebut.
4.3.3 Pendekatan dan Prinsip-prinsip KLHS
KLHS ditujukan untuk menjamin pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan
dalam pembangunan. Ada tiga nilai penting dalam penyelenggaraan KLHS yang
dapat
mencerminkan
penerapan
prinsip
pembangunan
berkelanjutan,
yaitu
keterkaitan (interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice).
Keterkaitan (interdependency) dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS
dapat menghasilkan kebijakan, rencana atau program yang mempertimbangkan
keterkaitan antar sektor, wilayah, global-lokal. Nilai ini juga mengandung makna
dihasilkannya KLHS yang bersifat holistik berkat adanya keterkaitan analisis antar
komponen fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi. Keseimbangan (equilibrium)
dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai keseimbangan
antara kepentingan sosial-ekonomi dengan kepentingan lingkungan hidup, antara
kepentingan jangka pendek dan jangka panjang, antara kepentingan pembangunan
pusat dan daerah, dan keseimbangan lainnya.
Implikasinya, usaha pemetaan ragam dan bentuk kepentingan para pihak menjadi
salah satu proses dan metode yang penting digunakan dalam KLHS. Keadilan (justice)
dijadikan nilai penting agar penyelenggaraan KLHS dapat menghasilkan kebijakan,
rencana dan program yang tidak mengakibatkan marjinalisas
IV - 13
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
sekelompok atau golongan tertentu masyarakat karena adanya pembatasan akses
dan kontrol terhadap sumber-sumber alam atau modal atau pengetahuan.
KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan masukan
berbagai kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa penyelenggaraan
KLHS tidak ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi kebijakan, rencana
dan/atau program, melainkan untuk meningkatkan kualitas proses dan produk
kebijakan, rencana dan/atau program, khususnya dari perspektif pembangunan
berkelanjutan. KLHS adalah strategi yang cenderung bersifat ”persuasif” dalam
pengertian lebih mengutamakan proses pembelajaran dan pemahaman para
pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Dalam kerangka pendekatan ini, 6 (enam) prinsip KLHS seyogyanya
dianut, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
Prinsip 1:
Penilaian Diri (Self Assessment)
Makna prinsip ini adalah sikap dan kesadaran yang diharapkan muncul dari diri
pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses penyusunan dan evaluasi
kebijakan, rencana dan/atau program agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip tersebut dalam
setiap keputusannya. Prinsip ini berasumsi bahwa setiap pengambil keputusan secara
apriori mempunyai tingkat kesadaran dan kepedulian atas lingkungan.
KLHS menjadi media atau katalis agar kesadaran dan kepedulian tersebut
terefleksikan dalam proses dan terformulasikan dalam produk pengambilan
keputusan untuk setiap kebijakan, rencana dan/atau program.
Prinsip 2:
Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau program (Improvement
of the Policy, Plan, and/or Program)
Prinsip ini menekankan pada upaya untuk penyempurnaan pengambilan keputusan
suatu kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS tidak menghambat proses
perencanaan kebijakan, rencana dan/atau program, melainkan menjadi media atau
katalisator untuk memperbaiki proses dan produk kebijakan, rencana
dan/atau program. Prinsip ini berasumsi bahwa perencanaan kebijakan, rencana
dan/atau program di Indonesia selama ini belum mempertimbangkan pembangunan
IV - 14
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
berkelanjutan
secara
optimal
dan
KLHS
dapat
memicu
2018 - 2022
perbaikan
atau
penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program bersangkutan.
Prinsip 3:
Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran Sosial (Social Learning and
Capacity Building)
Prinsip ini menekankan bahwa integrasi KLHS dalam perencanaan kebijakan, rencana
dan/atau program harus menjadi media untuk belajar bersama khususnya tentang
isu-isu pembangunan berkelanjutan, baik bagi masyarakat umum dan khususnya bagi
para birokrat dan pengambil keputusan. KLHS harus memungkinkan seluruh
pemangku kepentingan yang terlibat dalam perencanaan kebijakan, rencana
dan/atau program untuk meningkatkan kapasitasnya mengapresiasi lingkungan hidup
dalam keputusannya. Melalui KLHS, dapat dicapai masyarakat, birokrat, dan
pengambil keputusan yang lebih cerdas dan kritis dalam menentukan keputusan
pembangunan agar berkelanjutan.
Prinsip 4:
Memberi Pengaruh pada Pengambilan Keputusan (Influencing Decision
Making).
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus memberikan pengaruh yang positif pada
pengambilan keputusan. KLHS akan mempunyai makna apabila pada akhirnya dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, khususnya untuk memilih atau menetapkan
kebijakan, rencana dan/atau program yang lebih menjamin pembangunan yang
berkelanjutan.
Prinsip 5:
Akuntabel
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus diselenggarakan secara terbuka dan
bertanggungjawab, sehingga dapat dipertanggung-jawabkan pada publik secara luas.
Azas akuntabilitas KLHS sejalan dengan semangat akuntabilitas dari kebijakan,
rencana dan/atau program itu sendiri, sebagai bagian dari prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang baik (good governance). Pelaksanaan KLHS dapat lebih
menjamin akuntabilitas perumusan kebijakan, rencana dan/atau program bagi
seluruh pihak. KLHS tidak ditujukan untuk menjawab tuntutan para pihak,
IV - 15
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
2018 - 2022
Prinsip 6: Partisipatif
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus dilakukan secara terbuka dan melibatkan
pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau program.
Prinsip ini telah menjadi amanat dalam Undnag-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan harus diwadahi
dalam penyelenggaraan KLHS.
IV - 16