DOCRPIJM_b7247d2159_BAB IVBAB 4 Analisis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan RPIIJM Aceh Selatan.pdf

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

Pada analisis aspek sosial, ekonomi dan lingkungan pada perencanaan
pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian
perencanaan teknis sektoral. Sehingga pada dokumen RIIPJM

bidang Cipta

Karya ini juga membutuhkan kajian pendukung dalam hal analisis sosial, ekonomi
dan

lingkungan

dalam

meminimalkan

pengaruh

negatif


pembangunan

infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Kajian aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
yang meliputi acuan peraturan perundang-undangan serta kondisi

eksisting

sosial, ekonomi dan lingkungan, analisis dengan instrumen, dan rekomendasi
perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
4.1 Aspek Sosial
Strategi dalam aspek sosial bertujuan meletakkan landasan kelembagaan
bagi berfungsinya penyelenggaraan pelayanan air bersih seoptimal mungkin.
Strategi dinyatakan dalam dua hal yakni peningkatan tingkat pelayanan air bersih
dan pengembangan kelembagaan sektor bersih. Sebagian besar penduduk, atau
sekitar 50 persen masih mengandalkan air bersih dari sumur. Dengan strategi ini
diharapkan semakin banyak penduduk mengakses air yang memenuhi syarat
kesehatan dan memperoleh social benefit lain dari konsumsi air bersih. Strategi
peningkatan tingkat pelayanan penduduk mempunyai dua sasaran, yaitu sebagai

berikut :
1)

Pelayanan hingga 80 persen penduduk wilayah kota dan 60 persen
penduduk perdesaan. Hampir seluruh wilayah kota dan pedesaan di
Kabupaten Aceh Selatan belum mencapai sasaran tersebut seperti yang
diinginkan dalam Keputusan Mendagri No. 47 Tahun 1999 tentang

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 1

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

Pedoman Kinerja PDAM. Langkah operasional untuk mencapai sasaran
dapat mencakup program-program pembangunan terintegrasi, misalnya
pembangunan

perkotaan


atau

pengentasan

kemiskinan

maupun

pembangunan sektoral, misalnya pengembangan wilayah pemukiman dan
wilayah industri.
2)

Kedua, sasaran pemanfaatan air bersih untuk kepentingan sosial secara
selektif. Sesuai dengan SKB Mendagri dan Menteri PU No 4 tahun 1984,
PDAM sebagai pelaku ekonomi sektor air bersih bersifat memberi jasa dan
menyelenggarakan kemanfaatan umum. Hal ini berimplikasi bahwa PDAM
harus mampu merumuskan kepentingan-kepentingan sosial secara obyektif,
disesuaikan dengan keadaan internalnya, dan memilih wilayah operasi yang
seharusnya. Langkah operasional sasaran kedua ini telah dikerjakan melalui

alokasi air bersih kepada terminal sambungan hidran umum. Langkah
operasional lain sekalipun kurang berkorelasi langsung dengan strategi
peningkatan pelayanan penduduk adalah suplai air bersih kepada wilayahwilayah krisis air atau bencana lainnya.
Adapun Strategi dalam aspek sosial adalah pengembangan kelembagaan

sektor air bersih. Strategi ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kelembagaan
sektor air bersih, terkait dengan PDAM maupun eksternal dengan pihak lain,
belum berjalan optimal menyelenggarakan pelayanan air bersih. Hal tersebut
secara tidak langsung menempatkan sektor air bersih berjalan sendiri (status quo)
dalam pembangunan sektor air bersih. Implikasinya, upaya-upaya menemukan
struktur kelembagaan baru yang diyakini lebih efektif dan efisien tidak dapat
direalisasi, dan senantiasa dapat melahirkan kebocoran (externality) yang
merugikan salah satu pihak. Dengan strategi ini semua pihak (stakeholder)
diharapkan

dapat

melihat

secara


obyektif

faktor

atau

variabel

yang

mempengaruhi tingkat akses air bersih dan menemukan rumusan lembaga
pengelolaan sektor air bersih yang lebih efisien dan sustainable.

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 2

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN


Strategi pengembangan kelembagaan sektor air bersih mempunyai tiga sasaran,
adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor air bersih.
PDAM sebagai produsen dan pelanggan sebagai konsumen belum cukup
untuk menggali potensi keuntungan-keuntungan dalam pembangunan
sektor air bersih. Partisipasi masyarakat harusnya menyentuh sisi ilmiah dan
akademis sehingga dapat mengidentifikasi karakteristik air bersih dari segala
sudut pandang, dan melibatkan sektor-sektor yang profesional dibidangnya.
Langkah

operasional

sasaran

pertama

ini

diprioritaskan


kepada

pembentukan jaringan komunikasi antar stakeholder yang terlibat dalam
pembangunan sektor air bersih, terutama dari unsur pemerintah, sektor
swasta, masyarakat konsumen, lembaga swadaya masyarakat dan para
peneliti. Jaringan tidak cukup hanya menfasilitasi pemecahan masalah,
tetapi juga menjalankan komunikasi berkadar ilmiah tinggi yang kaya insentif
bagi penemuan teknologi baru. Jaringan di tingkat internasional yang
menangani sumberdaya air dan termasuk sektor air bersih adalah Global
Water Parnership. Langkah berikutnya dapat melakukan berbagai kajian
sehubungan

perilaku

konsumsi

air

bersih


dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya. Berbagai kaijian (World Bank, 1993; Jordan and
Elnagheeb;

1993)

memperlihatkan

masyarakat

dapat

menampilkan


tanggapan dan partisipasinya (willingness to pay) terhadap kemungkinankemungkinan perbaikan pelayanan maupun kualitas air PDAM.
3) Peningkatan kelembagaan ekonomi sektor air bersih yang efisien dan
berkelanjutan. Seperti diketahui, keberadaan PDAM sebagai lembaga
ekonomi pelaku air bersih sepenuhnya terkait dengan pemerintah kota atau
kabupaten. Keadaan seperti ini dalam banyak hal berlawanan dengan
economic of scale maupun efisiensi alokasi sumber-sumber air baku
sehingga potensi benefit tidak terealisasi akibat dari struktur kelembagaan
saat ini. Langkah operasional yang disarankan adalah merumuskan

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 3

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

hubungan kelembagaan antar PDAM, dengan pemerintah dan sektor swasta
yang menjamin efisiensi alokasi air baku dan operasi pelayanan pelanggan.
Sasaran mengembangkan kelembagaan ekonomi yang sustainable dapat
diimplementasikan dengan memasukkan peubah-peubah lingkungan di dalam

standar evaluasi kinerja PDAM, misalnya menerapkan ISO 14000. Dengan
demikian, seluruh proses produksi, distribusi air bersih dan lingkungan
sekitarnya terlindungi oleh standar kualitas yang tinggi. Mengembangkan
kelembagaan hukum sektor air bersih. Perangkat hukum sektor air bersih
tidak harus eksklusif tetapi dapat melekat dengan aturan hukum lingkungan,
pidana atau perdata. Dengan memberikan insentif berupa penghargaan perlu
diberikan

kepada

stakeholder

yang

berjasa

mengembangkan

atau


mendukung pembangunan sektor air bersih, dan sebaliknya sangsi diberikan
kepada

yang

melanggar

atau

kontra-produktif

dengan

upaya-upaya

peningkatan pelayanan air bersih.
Gambar 4.1
Produksi Air PDAM

4.2 Aspek Ekonomi
Adapun strategi dalam aspek ekonomi bertujuan membentuk lembaga
ekonomi sektor air bersih yang sehat dan meningkatkan peran dan dampak
sektor air bersih terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah. Strategi yang
dilakukan adalah :
1) Meningkatkan kualitas dan kinerja keuangan serta operasional pada sektor air
bersih yang optimal.

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 4

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

2) Pengembangan distribusi pada jaringan air bersih dan dampak sektor air
bersih dalam ekonomi wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Strategi pertama
dilatar belakangi oleh keadaan bahwa pengelolaan kinerja dan keuangan
SPAM di Kabupaten Aceh Selatan harus dibenahi dan ditingkatkan ke PDAM
baik BLUD ataupun UPTD. Dalam posisi ini PDAM umumnya sulit untuk
berinvestasi

dan

mengembangkan

kegiatannya.

Dengan

strategi

ini

diharapkan PDAM sebagai lembaga ekonomi dapat menghasilkan surplus
usaha, dan menempatkannya sebagai sektor usaha yang dapat menarik
investasi, sehingga dapat mempercepat pencapaian tingkat pelayanan
maksimal.
4.3 Aspek Lingkungan
Adapun strategi dalam aspek lingkungan bertujuan mendukung
terselenggaranya alokasi air baku dan pelayanan air bersih yang optimal dan
memenuhi kaidah-kaidah konservasi dan daya dukung lingkungan. Strategi
peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih memiliki dua sasaran, yaitu :
1) Pengembangan sumber-sumber air baku baru yang tepat sasaran. Secara
umum kapasitas produksi air bersih berdasarkan sumber-sumber air baku
yang ada tidak akan cukup memenuhi permintaan air bersih pada masa
mendatang. Oleh karena itu langkah operasional terencana dan terpadu
dalam jangka panjang khususnya di sekitar Kabupaten Aceh Selatan tidak
dapat dikerjakan oleh sektor air bersih sendiri. Beruntung, sistem
penyediaan dan upaya peningkatan air baku di wilayah tersebut telah
terintegrasi di dalam perencanaan pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(DAS). Sistem pengelolaan DAS telah mampu memanfaatkan air baku.
2) Meningkatkan pemeliharaan kualitas air baku. PDAM yang menggunakan
air baku dari sumur dalam atau mata air relatif tidak bermasalah dalam
memelihara kualitas air. Sedangkan PDAM yang menggunakan bahan
baku air permukaan, oleh karena keadaannya relatif terbuka terhadap
gangguan sifat-sifat kimia, fisika dan biologi air, memerlukan proses
pengolahan yang canggih dan rumit-meliputi sedimentasi awal, aerator

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 5

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

(proses oksidasi), flokulasi, sedimentasi akhir, dan penyaringan-untuk
memperbaiki kualitas air. Langkah operasional yang perlu segera
diberlakukan adalah menerapkan sistem monitoring dini kualitas air. Di sisi
lain, perbaikan teknologi pengolahan perlu diupayakan terus menerus
selain alasan efisiensi.
Pada strategi kedua dalam aspek lingkungan adalah peningkatan daya
dukung lingkungan sumberdaya air. Strategi ini sekalipun tidak di bawah
wewenang sektor air bersih namun menjadi relevan dikemukakan karena alasan
keterkaitan ekologis dan dampak-dampaknya. Sumberdaya air adalah bagian dari
sumberdaya alam dan lingkungan yang harus dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya agar dapat mengalirkan manfaat sebagai air baku secara optimal dan
berkelanjutan. Sejauh ini yang terkait dalam arti luas dengan pengelolaan air
baku meliputi sektor-sektor kehutanan, pertambangan atau geologi, pekerjaan
umum dan pemerintah daerah. Sektor kehutanan berwenang dalam perlindungan
wilayah hutan serta sumberdaya tanah dan air di dalamnya. Dengan melihat
keadaan obyektif tersebut, strategi peningkatan daya dukung lingkungan
sumberdaya air diharapkan dapat terkoordinasi sekaligus terfokus untuk
menghasilkan keluaran air baku bagi kepentingan air bersih tanpa dikendalai
penurunan daya dukung lingkungan.
Strategi peningkatan daya dukung lingkungan memiliki dua sasaran, adalah
sebagai berikut:
1) Melakukan

perbaikan

kualitas

sumberdaya

alam

dan

lingkungan

sumberdaya air. Langkah operasional terpenting adalah menganalisis
potensi dan panenan aktual air baku pada masing-masing wilayah. PDAM
dapat menggunakan hasil-hasil analisis yang terkait dengan neraca air dari
berbagai sumber atau berinisiatif untuk hal tersebut. Upaya selanjutnya
adalah mengkoordinasikan seluruh stakeholder dalam wadah seperti
diuraikan dalam strategi aspek sosial, untuk merumuskan plihan-pilihan
perlindungan sumberdaya hutan, tanah dan air atau ekosistem yang terkait.

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 6

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

2) Langkah lainnya adalah pendekatan material balance dengan menerapkan
instrumen baku mutu lingkungan sumberdaya air.
3) Upaya mengendalikan alokasi air baku. Alokasi air baku yang tidak terukur
dilakukan oleh rumah tangga dan jasa atau industri dalam bentuk air sumur,
mata air, sumur dalam, atau air permukaan. Hal tersebut tidak dapat
ditoleransi lagi pada wilayah-wilayah dengan daya dukung yang terbatas,
misalnya

Surabaya,

karena

mengakibatkan

interusi

air

laut

dan

kemungkinan penurunan muka tanah. Langkah operasional untuk sasaran
ini adalah melakukan pembinaan dan penyuluhan lingkungan kepada
masyarakat.
Sedangkan langkah berikutnya adalah menerapkan mekanisme hukum
dengan insentif penghargaan atau sangsi bagi penyelamat atau pelanggar
kaidah-kaidah lingkungan. Strategi pengembangan sektor air bersih di Kabupaten
Aceh Selatan memerlukan integrasi dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Strategi tersebut diharapkan akan menghasilkan dampak positif dalam masingmasing aspek secara proporsional, berkelanjutan, dan membawa peningkatan
kesejahteraan (social benefit).

4.4 Pentingnya AMDAL, UKL-UPL, DAN SPPLH
Dalam penjabaran regulasi dan peraturan pemerintah secara detail
tentang segala bentuk rencana kegiatan pembangunan yang diprediksi akan
memberikan dampak penting dan besar

terhadap lingkungan, mengikuti

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan dan diikuti oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penetapan
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang
Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup. Proyek/kegiatan kemudian yang dikategorikan

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 7

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

menjadi proyek wajib AMDAL, proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPK,
dan proyek tidak wajib UKL-UPL tapi wajib SPPLH.

4.5 Landasan Dasar Pengelolaan Lingkungan
Dalam
penyusunan

amanat

perlindungan

RPIIJM

bidang

dan

Cipta

pengelolaan

Karya

lingkungan

Kabupaten

Aceh

terkait
Selatan

diantaranya:
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
Lingkungan Upaya Pemantauan

dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH)”.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan

prinsip-prinsip

pembangunan

yang

berkelanjutan

secara

konsisten di segala bidang”.
3. Peraturan

Presiden

Nomor

5

Tahun

2010

tentang

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan

dengan

peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;peningkatan
kapasitasadaptasi dan mitigasi perubahan iklim”.
4. Permen LH Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis.

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 8

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat
diminimalkan.
5. Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Adapun tugas dan wewenang pemerintah kabupaten dalam aspek
lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.6 Penilaian Dampak Lingkungan Dari Sub Proyek
4.6.1 Analisis Dampak Lingkungan Dan UKL/UPL
Adapun prinsip dasar pada AMDAL secara garis besar digambarkan
sebagai berikut. Semua proyek yang diajukan dan atau akan diusulkan harus
sesuai dengan prinsip lingkungan serta telah memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
A. Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk:
(i) AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung
kategori dampak proyek dimaksud.
B. AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan
kualitas proyek. Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus menjadi bagian tak

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 9

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan
keuangan setiap usulan proyek.
C. Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak
negatif pada lingkungan. Alternatif design, termasuk alternatif tanpa-proyek,
harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya,
proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat
dimaksimalkan.
D. Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan
dampaknya tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek
kontruksi, harus disertai dengan AMDAL.
E. Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak
termasuk proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek
dimaksud dapat diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.

4.7

Program

Pengendalian

Dampak

Lingkungan,

Kebersihan

Dan

Pertamanan Pada Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Selatan
4.7.1 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Program Pengembangan Kinerja Pengelolahan Persampahan ditujukan
untuk meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan yang efektif dan efisien
melalui penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas SDM, dan penyediaan
sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang layak. Sasaran kinerja
program ini adalah:
a.

Meningkatnya kinerja pengelolaan persampahan;

b.

Bertambahnya cakupan pelayanan persampahan, terutama pada kawasan
permukiman, pertokoan, pasar, perkantoran, dan lainnya;

c.

Adanya teknologi pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan;

d.

Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pengelolaan persampahan.

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 10

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

4.7.2 Program Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan
Hidup
Program ini bertujuan meningkatkan pengendalian kerusakan dan
pencemaran

lingkungan

hidup

yang

rusak

akibat

semakin

banyaknya

pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan. Sasaran yang ingin dicapai
dalam progarm ini adalah meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang diikuti
dengan terciptanya lingkungan hidup yang bersih, sehat, dan memenuhi
persyaratan kesehatan.
4.7.3 Peningkatan Kualitas Dan Akses Informasi Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup
Program

ini

bertujuan

untuk

meningkatkan

pengelolaan

dan

pelestarian SDA yang efektif, efisien, dan berkelanjutan agar bermanfaat
bagi peningkatan kemakmuran rakyat. Sasaran kinerja program ini adalah
lestari nya SDA yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat
secara efektif dan efisien serta berkelanjutan.
4.7.4 Peningkatan Pengendalian Polusi
Program

ini bertujuan

untuk

munurunkan

Kadar Polusi dan

Pencemaran terhadap Lingkungan Hidup dan menurunkan angka Penyakit
yang disebabkan oleh Lingkungan yang tercemar. Sasaran dari program ini
adalah pengukuran tingkat Emisi Kenderaan Bermotor, Industri dan Kadar
Limbah padat dan Cair yang dibuang dilingkungan.
4.7.5 Pengelolaan Dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Dan Laut
Program ini Bertujuan untuk mengelola dan merehabilitasi wilayah
Pesisir Laut dengan cara penghijauan kembali wilayah Pesisir. Sasaran
Kinerjanya adalah melindungi wilayah pesisir yang belum rusak dan
menanam kembali wilayah yang telah rusak.
4.7.6 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Program ini Bertujuan untuk mengelola Ruang Terbuka Hijau sehingga
tersedianya Taman Kota, Hutan Kota, Taman Kehati dan tempat-tempat

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 11

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

Wisata Lainnya, Sasaran Kinerja ini adalah menciptakan kota yang asri, indah
dan nyaman.
4.7.7 Telaahan Renstra Kementrian Lingkungan Hidup Dan Ranstra Kantor
Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan Dan Pertamanan
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional
Tahun 2010-2015 berbagai kegiatan Kementrian Lingkungan Hidup mengarah
pada 4 (empat) program prioritas yaitu :
a.

Pengendalian pencemaran dan pengrusakan lingkungan.

b.

Perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.

c.

Pengembangan kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.

d.

Peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.

4.7.8 Program Pengendalian Pencemaran Dan Pengrusakan Lingkungan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup
dalam upaya pencegahan perusakan atau pencemaran lingkungan hidup baik di
darat, perairan air tawar dan laut, maupun udara sehingga masyarakat
memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Hasil-hasil kegiatan pokok yang telah

dicapai dalam program

ini

antara lain :
a. Terpantaunya kualitas udara dan air.
b. Meningkatnya pengawasan penataan baku mutu air limbah, emisi atau gas
buangan dan pengolahan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
c. Diterapkannya regulasi dibidang pencemaran udara dari emisi gas buang
kendaraan bermotor antara lain tentang (1) ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor tipe baru (2) ambang batas kebisingnan kendaraan
baru; (3) ambang batas emisi gas buang kenderaan lama; (4) program
penilaian peringkat hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru.

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 12

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

d. Pengelolaan sampah terpadu dengan meningkatkan peran pemerintah
daerah dan masyarakat serta sektor informal dalam upaya pemisahan
sampah dan 3R (Reduse, Reuse, Recycle)
e. Menurunkan beban pencemaran yang bersumber dari kegiatan usaha kecil
f. Tersusunnya kebijakan pengendalian kerusakan lingkungan pesisir dan
laut
g. Penghentian penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO) di kegiatan aerosol,
foam, refrigerasi, solvent dan fumigasi hama
h. Dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim global antara lain telah
dihasilkan : Rencana aksi nasional dalam menghadapi perubahan iklim,
kajian kerentanan dan adaptasi pulau Lombok, Panduan kajian kerentanan
dan

adaptasi

perubahan

iklim

untuk pemerintah

daerah,

konsep

pembangunan kampung iklim, dokumen second National comunication
(SNC).
i. Tersusunnya

10

peraturan

dibidang

Analisis

Dampak

Lingkungan

(AMDAL).
j. Peningakatan fasilitas laboratorium lingkungan di daerah terutama melalui
pendanaan Alokasi Khusus (DAK).
4.7.9 Program Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program ini bertujuan untuk melindungi sumberdaya alam dari
kerusakan dan mengelola kawasan konservasi yang sudah ada untuk menjamin
kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan dapat
terjaga dengan baik.
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam program ini antara lain :
a. Tersusunnya rencana aksi nasional penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan serta pencemaran asap lintas batas
b. Meningkatnya konservasi dan pengendalian kerusakan sungai, danau dan
kawasan gambut lainnya

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 13

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

c. Fasilitasi terhadap pemerintah daerah guna menyusun rencana aksi
pengelolaan ekosistem karst.
d. Meningkatnya pengelolaan keanekaragaraman hayati
e. Meningkatnya

pengawasan

kinerja

pemerintah

kabupaten

dibidang

pengendalian kerusakan lingkungan melalui prgram Menuju Indonesia
Hijau (MIH).
f. Dikembangkannya daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan
tersusunnya Pedoman Daya Dukung Lingkungan untuk penataan Ruang
Wilayah dan Pedoman Daya Dukung LH untuk kawasan.
4.7.10 Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam
Dan Lingkungan Hidup
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan
sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup melaui tata kelola ke pemrintahan
yang baik (good evironmental governance) berdasarkan prinsip transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas.
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam program ini antara lain :
a. Dalam rangka pengembangan kelembagaan pengelolaan Lingkungan
hidup antara lain telah dihasilkan revitalisasi kelembagaan lingkungan
hidup di daerah, Indikator Kinerja Kunci (IKK), Standar Pelayanan Miniman
(SPM)

bidang

lingkungan

hidup

daerah

Provinsi

dan

daerah

Kabupaten/Kota, norma, standard, prosedure dan kriteria (NSPK) bidang
lingkungan hidup.
b. Meningkatnya pendidikan dan pelatihan (DIKLAT).
c. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat.
d. Program Adiwijaya (Sekolah peduli dan berbudaya lingkungan)
e. Dihasilkan 3 Undang-undang yaitu (1) undang-undang Nomor 18 Tahun
2008 tentang pengelolaan sampah; (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun
2009 tentang pengesahan Stockhorm Convention Or Peersistent Organics

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 14

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

Pollutants (Konfrensi Stockhorm tentang bahan pencemaran bahan
organik yang persisten).
4.7.11 Program Peningkatan Kualitas Dan Akses Informasi Sumber Daya
Alam Dan Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan akses informasi
sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam rangka mendukung perencanaan
pemanfaatan sumberdaya alam dan perlindungan fungsi lingkungan hidup.
Hasil-hasil yang telah dicapai pada program ini antara lain :
a. Tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI).
b. Tersedianya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
c. Tersedianya basis data lingkungan hidup dan analisis data untuk
pencemaran air, peraturan perundang-undangan hutan dan lahan, wilyah
administrasi serta basis data sumber emisi CO2.
d. Tersusunnya analisis kualitas lingkungan dan analisis data spesial
lingkungan hidup.
e. Dikembangkannya situs website KLH.
4.7.12 Program Pengelolaan Dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Dan Laut.
Program ini Bertujuan untuk mengelola dan merehabilitasi wilayah
Pesisir Laut dengan cara penghijauan kembali wilayah Pesisir. Sasaran
Kinerjanya adalah melindungi wilayah pesisir yang belum rusak dan menanam
kembali wilayah yang telah rusak.
Hasil-hasil yang telah dicapai pada program ini antara lain :
1. Hijaunya wilayah Pesisir Pantai
2. Terhambatnya Abrasi Pantai Oleh Gelombang Lautan
3. Tersedianya Wilayah Rekreasi Pantai yang Teduh
4.7.13 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Program ini Bertujuan untuk mengelola Ruang Terbuka Hijau sehingga
tersedianya Taman Kota, Hutan Kota, Taman Kehati dan tempat-tempat Wisata

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 15

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

Lainnya, Sasaran Kinerja ini adalah menciptakan kota yang asri, indah dan
nyaman.
Hasil-hasil yang telah dicapai pada program ini antara lain :
a. Terlaksananya Program Menuju Indonesia Hijau
b. Tersedianya Taman Gammawar dan P2WKSS
c. Tersedianya Taman Rekreasi Keluarga
d. Tersedianya Median Jalan yang indah dan teduh
e. Terciptanya lingkungan yang indah dan asri
4.7.14 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah Dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Prioritas Nasional RPJMN Tahun 2010-2014 terkait bidang lingkungan
Hidup dititikberatkan pada Prioritas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.
Tema prioritas lingkungan dan pengelolaan bencana diarahkan pada konservasi
dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan yang berkelanjutan disertai penguasaan dan pengelolaan resiko
bencana

untuk mengantisipasi perubahan

iklim.

Diterapkannya

berbagai

instrumen pengelolaan lingkungan hidup termasuk tata ruang dan kajian dampak
lingkungan. Berkaitan dengan instrumen AMDAL telah dilakukan pemantauan
RKL-UPL,

melakukan

audit

lingkungan

dan

melakukan

wajib

dokumen

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
4.7.15 Penentuan Isu-Isu Strartegis Kabupaten Aceh Selatan
Isu-isu Strategis di Tingkat Kabupaten Aceh Selatan Berdasarkan atas isu isu Nasional dan daerah Provinsi Aceh. Berdasarkan atas isu-isu Nasional dan
Provinsi Aceh, dan sesuai dengan kondisi wilayah serta kemampuan pendanaan
pembangunan di Kabupaten Aceh Selatan serta menyesuaikan dengan Visi dan
Misi Bupati/Wakil Bupati Aceh Selatan. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi
Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan 5 (lima) tahun yang akan datang (20132018), maka isu strategis pembangunan di Kabupaten Aceh Selatan meliputi :
a. Peningkatan pengamalan agama.

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 16

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

b. Reformasi birokrasi dan pelayanan publik.
c.

Penguatan dan pemantapan ekonomi kerakyatan

d. Percepatan pembangunan Kecamatan tertinggal.
e. Peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.
f.

Peningkatan peran perempuan dalam pembangunan.

g. Peningkatan

peran

generasi

muda

sebagai

kekuatan

pembangunan

gampong.
h. Peningkatan prestasi olah raga.
i.

Perbaikan jangkauan pelayanan kesehatan terutama puskesmas.

j.

Revitalisasi kebudayaan dengan menggali dan berupaya melestarikan adat
istiadat dan budaya Aceh.

k.

Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan.

l.

Fasilitasi dan peningkatan serta perluasan infrastruktur yang terintegrasi.

m. Panataan kota Tapaktuan
n. Pembuatan profil lengkap Kabupaten Aceh Selatan.
o. Menjaga stabilitas politik dengan pemeliharaan dan keberlanjutan perdamaian
yang optimal.
p. Pengurangan resiko bencana dan pembangunan shelter bencana.
Berdasarkan
Kabupaten

Aceh

dari

Selatan

analisis
tersebut

isu-isu
maka

trategis

Bupati/Wakil

Kantor Pengendalian

Bupati
Dampak

Lingkungan Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Selatan akan
mendukung

sepenuhnya

berupa

pengendalian

pencemaran

lingkungan,

pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau.

4.8

Strategi Pengelolaan Air Minum Daerah
Startegi yang dilakukan pada pembangunan sektor air bersih berhadapan

dengan aspek-aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi,
sektor air bersih dituntut menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah ekonomi dalam
rangka memandu alokasi sumberdaya air dan mendorong terselenggaranya
sektor usaha selayaknya corporate yang profesional, berperilaku efisien, dan
menghasilkan manfaat bagi sektor ekonomi lainnya. Dalam aspek sosial, sektor
BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 17

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

air bersih berhadapan dengan nilai-nilai sosial yang harus diaspirasikan di dalam
pembangunan serta kedudukannya sebagai sektor publik yang paling mendasar.
Pada dasarnya adanya kesadaran yang sama yakni sasaran menyediakan
sarana dan air bersih bagi sebanyak-banyaknya penduduk. Sedangkan dalam
aspek lingkungan, sektor air bersih berhadapan dengan implikasi yang bernuansa
sosial dan mempengaruhi alokasi sumberdaya air. Bersinergi antara aspek
lingkungan, ekonomi dan sosial dapat menentukan perilaku pengelolaan
sumberdaya air dan permintaan air bersih. Secara keseluruhan, kebijaksanaan
sektor air bersih sejalan dengan pencapaian manfaat setinggi-tingginya dari
pembangunan dan konservasi sumberdaya air antara lain :
1) meningkatkan pendapatan regional atau nasional.
2) meredistribusikan pendapatan di antara wilayah.
3) meredistribusikan pendapatan di antara berbagai kelompok masyarakat.
4) memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat, dan
5) memperbaiki kualitas lingkungan.
Pendekatan kebijakan penyediaan air dapat dipisahkan menjadi dua, yakni
sosial (worst first) dan ekonomi (growth point). Pendekatan sosial atau non
ekonomi memfokuskan penyediaan air pada wilayah yang secara alami
kekurangan air akibat pengaruh atau gangguan iklim. Penyediaan air ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan ternak didasari alasan kemanusiaan
dan kesehatan masyarakat (humanitarian schemes). Di perdesaan, pendekatan
ini sangat baik dan prioritas penyediaannya dianggap lebih penting dibanding
kualitas airnya.
Pendekatan ekonomi difokuskan kepada wilayah yang potensinya tinggi
untuk dikembangkan secara ekonomi. Penyediaan air ditujukan untuk memancing
aktifitas ekonomi ke arah pencapaian kualitas hidup yang tinggi dengan
menerapkan fasilitas dan teknologi modern (economic schemes). Pendekatan ini
menuntut investasi yang intensif untuk menghasilkan kualitas air yang memenuhi
syarat kesehatan.

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 18

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

4.8.1 Kondisi Sektor Air Bersih Di Kabupaten Aceh Selatan
Pembangunan sektor air bersih di Kabupaten Aceh Selatan berjalan
secara dinamis. Transformasi struktur ekonomi telah berkembang maju,
berimplikasi bukan saja kepada tingginya permintaan air bersih oleh sektor
industri, jasa dan pemukiman, tetapi juga memberi dampak penurunan kualitas air
baku akibat buangan sampah dan limbah dari industri dan pemukiman.
Dimana keadaan rendahnya keragaan dan kinerja sektor air bersih dan PDAM
tidak terlepas dari keadaan kelembagaan dan kelemahan sistem insentif di
dalamnya. Payung kelembagaan PDAM bersumber dari Surat Keputusan
Bersama (SKB) Mendagri dan Menteri PU No 4 tahun 1984 atau 27/KPTS/1984
tentang pembinaan PDAM. Hal tersebut berimplikasi bahwa Depdagri melalui
Pemda berhak menetapkan direksi dan mempengaruhi manajemen.
Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan juga berkepentingan menetapkan
harga air (regulated price) dalam rangka melindungi kepentingan konsumen.
Kebijakan harga tersebut terbukti tidak memuat insentif bagi pengambilan
keputusan berproduksi oleh PDAM atau konsumsi air bersih oleh seluruh rumah
tangga.
Berdasar pada Rencana Pengembangan Wilayah Perkotaan Kabupaten
Aceh Selatan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maka Rencana
pelayanan SPAM Perpipaan Kabupaten Aceh Selatan kedepan adalah sebagai
berikut:
A. Sistem Sumber Air Minum Sesuai Arahan RTRW
Rencana sistem jaringan air minum di Kabupaten Aceh selatan meliputi :
Instalasi Pengolahan Air Untuk Wilayah Pelayanan Kota Kecamatan Tapaktuan
(Ibukota Kabupaten Aceh Selatan);


Instalasi pengolahan air di Gampong Batu Itam Kecamatan Tapaktuan
bersumber dari Sungai (Krueng Batu Itam) dengan kapasitas sumber
120 l/dt, kapasitas terpasang intake 50 l/dt dan kapasitas distribusi 40
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Tapaktuan
(Gampong/Desa Batu Itam).

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 19

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN



Instalasi pengolahan air di Gampong Lhok Bengkuang Kecamatan
Tapaktuan bersumber dari Mata Air (Mata Ie) Gampong Lhok
Bengkuang

dengan kapasitas sumber 50 l/dt, kapasitas terpasang

intake 20 l/dt dan kapasitas distribusi 20 l/dt, dengan cakupan layanan
meliputi

wilayah

Kecamatan

Tapaktuan

(Gampong/Desa

Lhok

Bengkuang dan Pasar).


instalasi pengolahan air di Gampong Jambo Apha Kecamatan
Tapaktuan bersumber dari Sungai Krueng Lubuk Siemerah (Mata Ie
Gua Belut) Lhok Bengkuang

dengan kapasitas sumber 80 l/dt,

kapasitas terpasang Broncaptering, 40 l/dt dan kapasitas distribusi 40
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Tapaktuan
(Gampong/Desa Jambo Apha, Hulu, Hilir, Padang, Tepi Air, Lhok
Keutapang, Air Berudang dan Gunung Krambil).
a. Instalasi pengolahan air di Gampong Sikabu Kecamatan Samadua
bersumber dari Sungai (Krueng Pantan Lasih) Gampong/Desa Sikabu
dengan kapasitas sumber 200 l/dt, kapasitas terpasang Intake, 40 l/dt
dan kapasitas distribusi 20 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi
wilayah

Kecamatan

Samadua

(Gampong/Desa

Ujung

Tanah,

Jilatang,Baru, Gadang dan Ladang Kasik putih).
b. Instalasi

pengolahan

air

di

Gampong

Peulokan

Kecamatan

Labuhanhaji Barat bersumber dari Sungai (Krueng Peulokan) dengan
kapasitas sumber 100 l/dt, kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan
kapasitas distribusi 20 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah
Kecamatan Labuhanhaji Barat (Gampong/Desa Tutong, Peulokan,
Tengah Iboh, Blang Poroh, Ujung Padang, Kuta Trieng, Pante Geulima
dan Kuta Iboh).
c. Instalasi pengolahan air di Gampong Kampung Pisang
Labuhanhaji

Kecamatan

bersumber dari Sungai (Krueng Labuanhaji) dengan

kapasitas sumber 100 l/dt, kapasitas terpasang intake 40 l/dt dan
kapasitas distribusi 20 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 20

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

Kecamatan Labuhanhaji, terdiri dari 4 (empat) Gampong/Desa yaitu;
Apha, Pasar Lama, Padang Bakau dan Manggis Harapan.
d. Instalasi pengolahan air di Gampong Jambo Papeun Kecamatan
Meukek bersumber dari Sungai Jabo Papeun dengan kapasitas sumber
100 l/dt, kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan kapasitas distribusi 15
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Meukek,
terdiri dari 10 (sepuluh) Gampong/Desa yaitu ; Jambo Papeun, Keudu
Meukek, Ie Dingin, Kuta Buloh. I, Kuta Bulo.II, Lhok Aman, Blang
Bladeh, Aron Tunggai, Kuta Baro, Alue Baro.
e. Instalasi pengolahan air di Gampong Mutiara Kecamatan Sawang
bersumber dari Sungai Mutiara dengan kapasitas sumber 100 l/dt,
kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan kapasitas distribusi 10 l/dt,
dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Sawang, terdiri
dari 5 (lima) Gampong/Desa yaitu ; Simpang Tiga, Blang Geulinggang,
Mauligo, Mutiara dan Kuta Baro.
f. instalasi pengolahan air di Gampong Pucok Krueng Kecamatan Pasie
Raja bersumber dari Sungai Pucok krueng dengan kapasitas sumber
150 l/dt, kapasitas terpasang intake 30 l/dt dan kapasitas distribusi 10
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Pasie Raja,
terdiri dari 2 (dua) Gampong/Desa yaitu ; Ladang Tuha, Mata Ie, Ujung
Batee, Pucok Krueng dan Ladang Teungoh.
g. Instalasi pengolahan air di Gampong Kota Fajar Kecamatan Kluet Utara
bersumber dari Sungai Krueng Kluet dengan kapasitas sumber 1.500
l/dt, kapasitas terpasang intake 40 l/dt dan kapasitas distribusi 20 l/dt,
dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Kota Fajar, terdiri
dari 2 (dua) Gampong/Desa yaitu ; Simpang Empat dan Limau Purut.
h. Instalasi pengolahan air di Gampong Ujung Padang Kecamatan
Bakongan bersumber dari Sungai Ujung Padang dengan kapasitas
sumber 100 l/dt, kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan kapasitas
distribusi 20 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan
Bakongan, dan Kecamatan Kota Bahagia, terdiri dari 5 (lima)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 21

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

Gampong/Desa yaitu ; Bakongan, Kota Bahagia, Ujung Padang,
Kampung Baru dan Gampong Drien.
i. Instalasi pengolahan air di Gampong Jambo Dalem Kecamatan Trumon
Timur bersumber dari Sungai Jambo Dalem dengan kapasitas sumber
110 l/dt, kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan kapasitas distribusi 20
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Trumon
Timur.
Tabel 4.1 Wilayah Pelayanan Sistem Perpipaan

Sumber : Hasil Analisis 2014
4.8.2 Strategi Pengembangan Sektor Air Bersih
Adapun strategi pengembangan sektor air bersih dispesifikkan ke dalam
aspek

sosial,

ekonomi

dan

lingkungan.

Hal

tersebut

diharapkan

akan

menghasilkan dampak positif dalam masing-masing aspek secara proporsional,
berkelanjutan, dan membawa peningkatan kesejahteraan (social benefit).
Rumusan pada dasarnya mendeskripsikan strategi pengelolaan sumberdaya air
dari Le Moigne et al. (1994), yang terdiri dua kegiatan penting yakni analisis
sumberdaya air, yaitu mengkaji aspek fisik dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 22

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

sumberdaya air, dan pendefinisian strategi, yaitu proses penetapan bentukbentuk pengelolaan sumberdaya air.
4.8.3 Rencana Pengembangan Spam Kabupaten Aceh Selatan
A. Pengembangan Sistem Ibukota Kabupaten( Kota Tapaktuan )
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kabupaten saat
ini tahun 2014 untuk

(Kota Tapaktuan yang terdiri dari 11 Gampong) telah

mencapai 77% dari total penduduk Kota Kecamatan Tapaktuan. yaitu sebesar
2.544 SR diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan peningkatan cakupan pelayanan. Pada tahun 2019 cakupan pelayanan
diperkirakan mencapai sebesar 80% dan tahun 2024 mencapai 85%, sampai
akhir periode perencanaan tahun 2034 diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun
2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak
2.864 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan
mencapai 3.297 unit, 3.374 unit, dan

3.656 unit SR. Kebutuhan air rata-rata

tahun 2019 sebesar 33,6 liter/detik, sedangkan tahun 2024 diperkirakan
meningkat menjadi 39,4 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan air sebesar 41,7
liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan diperkirakan sebesar 45,1
liter/detik. Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 40,4 liter/detik,
sedangkan tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 47,3 liter/detik. Pada
tahun 2029 kebutuhan air sebesar 50,0 liter/detik sedangkan pada akhir periode
perencanaan diperkirakan sebesar 54,2 liter/detik.
B. Pengembangan Sistem IKK Labuanhaji Barat
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Labuanhaji Barat saat ini tahun 2014 untuk (Kecamatan Labuanhaji Barat yang
terdiri dari 5 Gampong) baru terlayani 17 % dari total penduduk Kota Kecamatan
Labuanhaji Barat. yaitu sebesar 138 SR diperkirakan meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan cakupan pelayanan. Pada
tahun 2019 cakupan pelayanan diperkirakan mencapai sebesar 70% dan tahun
2024 mencapai 80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034 diperkirakan
mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 23

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

meningkat menjadi sebanyak 842 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan
tahun 2034 diperkirakan mencapai 1.051 unit, 1.152 unit, dan sampai dengan
tahun 2034, akan menjadi 1.258 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 6,7 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 8,8 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 10,3 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 12,3 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 8,1 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 10,5 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 12,3 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 14,7 liter/detik.
C. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Labuanhaji
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Labuanhaji saat ini tahun 2014 untuk (Kecamatan Labuanhaji yang terdiri dari 4
Gampong) baru terlayani 67 % dari total penduduk Kota Kecamatan Labuanhaji.
yaitu sebesar 364 SR diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan peningkatan cakupan pelayanan. Pada tahun 2019
cakupan pelayanan diperkirakan mencapai sebesar 80% dan tahun 2024
mencapai 85%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034 diperkirakan
mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan
meningkat menjadi sebanyak 606 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan
tahun 2034 diperkirakan mencapai 722 unit, 864 unit, dan sampai dengan tahun
2034, akan menjadi 1.029 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 4,8 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 6,0 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 7,7 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 10,0 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 5,8 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 7,3 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 9,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 12,0 liter/detik.
BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 24

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

D. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Labuanhaji Timur
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Labuanhaji Timur saat ini tahun 2014 belum mendapat pelayanan sistim
perpipaan PDAM, sementara ini pelayanan air bersih dikelola oleh masyarakat
secara swadaya. Pada tahun 2015 nanti rencananya akan dilakukan sosialisasi
untuk pengelolaannya akan dilakukan oleh PDAM Tirta Naga Cabang IKK
Labuanhaji Timur. Seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk dan

peningkatan cakupan pelayanan. Pada tahun 2019 cakupan pelayanan untuk
wilayah perkotaan Labuanhaji Timur akan melayani 4 gampong/desa dan
diperkirakan pelayanan akan mencapai sebesar 60% dan tahun 2024 mencapai
80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034 diperkirakan mencapai 90%.
Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi
sebanyak 481 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034
diperkirakan mencapai 716 unit, 802 unit, dan sampai dengan tahun 2034, akan
menjadi 896 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 3,8 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 6,0 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 7,1 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 8,7 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 4,6 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 7.2 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 8,6 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 10,5 liter/detik.
E. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Meukek
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Meukek saat ini tahun 2014 belum dikelola PDAM, sementara ini pelayanan air
bersih dikelola oleh masyarakat secara swadaya, dengan jumlah sambungan SR
sebanyak 832 unit SR dengan cakupan pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK
Meukek akan melayani 10 gampong/desa. Pada tahun 2015 nanti rencananya

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 25

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

akan dilakukan sosialisasi untuk pengelolaannya akan dilakukan oleh PDAM Tirta
Naga Cabang IKK Meukek. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
peningkatan cakupan pelayanan, pada tahun 2019 cakupan pelayanan untuk
wilayah perkotaan IKK Meukek akan mencapai sebesar 75% pada tahun 2019
dan tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034
diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR)
diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 1.281 unit, sedangkan tahun
2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan mencapai 1.523 unit, 1.703 unit,
dan sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 1.897 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 10,3 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 12,7 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 15,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 18,5 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 12,3 liter/detik,
sedangkan tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 15,3 liter/detik. Pada
tahun 2029 kebutuhan air sebesar 18,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode
perencanaan diperkirakan sebesar 22,2 liter/detik.
F. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Sawang
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Sawang saat ini tahun 2014 sudah dikelola PDAM, dengan jumlah sambungan
sebanyak 192 unit SR dengan cakupan pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK
Sawang melayani 5 gampong/desa. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan peningkatan cakupan pelayanan, pada tahun 2019 cakupan
pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK Sawang akan mencapai sebesar 75%
pada tahun 2019 dan tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode
perencanaan tahun 2034 diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah
sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 678 unit,
sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan mencapai 878
unit, 1.069 unit, dan sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 1.299 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 5,4 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 7,3 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN

IV- 26

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)
KABUPATEN ACEH SELATAN

air sebesar 9,5 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 12,7 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 6,5 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 8,8 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 11,4 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 15,2 liter/detik.
G. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Samadua
Kebutuhan air minum di wilayah p