Analisis perkembangan, upaya peningkatan, dan prediksi pendapatan pajak sarang burung : studi kasus pada Pemerintah Kabupaten Cilacap - USD Repository

  ANALISIS PERKEMBANGAN, UPAYA PENINGKATAN, DAN PREDIKSI PENDAPATAN PAJAK SARANG BURUNG

  

Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Cilacap

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

  Oleh: Emerensia Mutiasari

  NIM: 062114045 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2010

  

MOTTO

“God doesn`t make no junk!”. Siapa bilang kamu tidak berharga? Tuhan tidak

  membuat ciptaan yang jelek. Semua baik, termasuk kamu! (Ethel Wathers)

  “Sukses adalah seberapa tinggi kamu terpental ketika kamu jatuh...” (Goerge Palton)

  “Untuk hidup sukses, sesuatu yang baik harus dilakukan walaupun itu susah, sulit, dan menyedihkan.”

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk:

  • Tri Tunggal Mahakudus serta Bunda Maria 

  Papa dan Mama (Rion Suprihadi dan Lucia Dwi A.S) serta kedua adikku (Bonaventura C.P dan Garnida Anggit C.V) tercinta.

  • Petrus Catur Yunianto dan keluarga yang sangat aku sayangi.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Bapa Yang Maha Kasih atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai pembelajaran dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah

  Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan namun berkat doa, dukungan, bimbingan, dan nasehat berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu dengan terselesaikannya skripsi ini selayaknya penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.

  Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si., Akt., QIA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si, QIA, selaku Dosen Pembimbing terimakasih atas bimbingan dan masukan yang sangat berarti bagi penulis.

  5. M. Trisnawati Rahayu, S.E, M.Si, Akt., QIA, terimakasih atas bimbingan, bantuan dan masukan yang sangat berarti bagi penulis selama penulis duduk di bangku kuliah.

  6. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta beserta staf yang telah memudahkan penulis dalam mengurus surat rekomendasi penelitian.

  7. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah beserta staf yang telah membantu penulis dalam mengurus surat rekomendasi penelitian.

  8. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Cilacap beserta staf yang membantu penulis untuk mengurus surat rekomendasi penelitian di Dinas Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Cilacap.

  9. Kepala DPKD Kabupaten Cilacap beserta staf yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian.

  10. Segenap dosen dan seluruh staf Fakultas Ekonomi yang telah memberi bimbingan dan bantuan selama penulis duduk di bangku kuliah.

  11. Papa dan Mamaku, serta adik-adikku (Aven&Viery) yang tak henti-hentinya memberikan doa, cinta, semangat, dukungan dan perhatian bagi penulis.

  12. Kekasihku Petrus Catur Yunianto dan keluarga di Batam yang senantiasa memberikan doa, dukungan, saran dan kritik bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  13. Eyang Christ, Mbah Tami, Pak De Yudi, Bu De Nunuk, Mas Herry, Mbak Leni, Mas Tommy, Mbak Christ, Mas Tono, Mbak Elly, Mas Onny, Mbak

  Nancy, Om Nu dan Bulik Suci. Terimakasih atas segala dukungannya baik material maupun spiritual.

  14. Sepupu-sepupuku: Mbak Dian, Mbak Lintang, Mas Dhimas, Dik Putri, Dik Rafa, Dik Chandra, Dik Bayu, Dik Ocel, Dik Gissel, Dik Shinta dan Dik Aji.

  Terimakasih atas doa dan semangatnya.

  15. Teman-teman akuntansi angkatan 2006: Ika, Rara, Ria, Merry, Fani, Pranti, Benny, Ino, Frans dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas saran, kritik, semangat dan kebersamaan selama ini.

  I love U, guys..

  16. Anak-anak Kost Brojodento 5A: Ria, Henny, Sofi, Yenni, Tata, Siska, Aik.

  Terimakasih atas semangat dan kebersamaan selama ini.

  17. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang berguna bagi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 31 Juli 2010 Emerensia Mutiasari

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............. v MOTTO .................................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii HALAMAN KATA PENGANTAR ....................................................... viii HALAMAN DAFTAR ISI ..................................................................... xi HALAMAN DAFTAR TABEL ............................................................. xiv HALAMAN DAFTAR GAMBAR ......................................................... xv HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... xvi ABSTRAK .............................................................................................. xviii ABSTRACK ........................................................................................... xix

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ............................................................. 3 D. Manfaat Penelitian ........................................................... 3 E. Sistematika Penulisan ...................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................. 6 A. Pengertian Pajak .............................................................. 6 B. Fungsi Pajak .................................................................... 8 C. Jenis-jenis Pajak .............................................................. 8 D. Syarat Pemungutan Pajak ................................................ 10 E. Tata Cara Pemungutan Pajak........................................... 11

  G.

  Penerimaan Daerah .......................................................... 16 H. Pajak Daerah .................................................................... 18 I. Pajak Sarang Burung ....................................................... 20 J.

  Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Pajak Daerah Kabupaten Cilacap........................................................... 22 K. Tata Cara Pembayaran Pajak Daerah Kabupaten

  Cilacap ............................................................................. 24 L. Analisis SWOT ................................................................ 24

  BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 27 A. Jenis Penelitian ................................................................ 27 B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 27 C. Subyek dan Obyek Penelitian .......................................... 27 D. Data yang akan dicari ...................................................... 28 E. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 28 F. Teknik Analisis Data ....................................................... 29 BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN CILACAP ................ 32 A. Sejarah Kabupaten Cilacap .............................................. 32 B. Keadaan Geografis .......................................................... 35 C. Penduduk dan Tenaga Kerja ............................................ 37 D. Transportasi ..................................................................... 40 E. Perekonomian .................................................................. 41 F. Pariwisata ........................................................................ 43 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................ 44 A. Deskripsi Data ................................................................. 44 B. Analisis Data ................................................................... 46 C. Pembahasan ..................................................................... 57 BAB VI PENUTUP .............................................................................. 62 A. Kesimpulan ...................................................................... 62 B. Keterbatasan Penelitian ................................................... 63 C. Saran ................................................................................ 64

  DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 65 LAMPIRAN ............................................................................................ 67

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 5.1 Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten

  Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 ................... 45

Tabel 5.2 Realisasi Pendapatan Pajak Sarang Burung Kabupaten

  Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 ................... 46

Tabel 5.3 Jarak tahun yang akan diprediksi dengan tahun tengah

  (Nilai X) ............................................................................... 53

Tabel 5.4 Perhitungan Tren Pajak sarang burung Kabupaten Cilacap tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dengan Metode

  

Least Square .........................................................................

  53 Tabel 5.5 Angka Indeks Pajak Sarang Burung Kabupaten Cilacap Tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 ............................... 57

Tabel 5.6 Prediksi Pendapatan Pajak Sarang Burung Kabupaten

  Cilacap tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 ................... 60

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 5.1 Perkembangan Pendapatan Pajak Sarang Burung

  Pemerintah Kabupaten Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 .................................................. 58

Gambar 5.2 Prediksi Pendapatan Pajak Sarang Burung

  Pemerintah Kabupaten Cilacap tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 .................................................. 60

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran I Pedoman Wawancara ....................................................... 67 Lampiran II Letak Geografis, Ketinggian Tempat Tertentu, dan

  Batas Wilayah Kabupaten Cilacap Tahun 2008 .............. 69 Lampiran III Banyaknya Penduduk dan Pertumbuhannya di

  Kabupaten Cilacap Tahun 1988-2008 ............................. 70 Lampiran IV Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah

  Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2005 ...................... 71 Lampiran V Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah

  Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2006 ...................... 77 Lampiran VI Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah

  Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2007 ...................... 82 Lampiran VII Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah

  Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2008 ..................... 87 Lampiran VIII Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah

  Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2009 ..................... 91 Lampiran IX Surat Rekomendasi dari Universitas Sanata Dharma ...... 94 Lampiran X Surat Rekomendasi dari Badan Kesbanglinmas Provinsi

  Daerah Istimewa Yogyakarta .......................................... 95 Lampiran XI Surat Rekomendasi dari Badan Kesbanglinmas Provinsi

  Jawa Tengah .................................................................... 97 Lampiran XII Surat Rekomendasi dari Badan Kesbanglinmas

  Pemerintah Kabupaten Cilacap ....................................... 98

  Lampiran XIII Surat Rekomendasi dari BAPPEDA Pemerintah Kabupaten Cilacap ....................................................... 100

  Lampiran XIV Surat Keterangan dari Dinas Pengelola Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Cilacap........................ 101

  ABSTRAK

  ANALISIS PERKEMBANGAN, UPAYA PENINGKATAN, DAN PREDIKSI PENDAPATAN PAJAK SARANG BURUNG

  Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Cilacap Emerensia Mutiasari

  062114045 Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2010

  Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui (1) perkembangan pendapatan pajak sarang burung tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun 2009, (2) upaya- upaya apa saja yang dapat meningkatkan pajak sarang burung yang dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT, dan (3) prediksi pendapatan pajak sarang burung tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

  Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu: (1) teknik analisis indeks berantai, digunakan untuk menjawab masalah pertama yaitu bagaimana perkembangan pendapatan pajak sarang burung tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun 2009; (2) teknik analisis SWOT, digunakan untuk menjawab masalah kedua yaitu upaya-upaya apa saja yang dapat meningkatkan pajak sarang burung; dan (3) teknik analisis tren, digunakan untuk menjawab masalah terakhir yaitu prediksi pendapatan pajak sarang burung tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perkembangan pendapatan pajak sarang burung di Kabupaten Cilacap untuk tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini ditunjukkan dengan angka indeks pada tahun 2005 sebesar 100%, tahun 2006 sebesar 101%, tahun 2007 sebesar 102%, tahun 2008 sebesar 99%, dan tahun 2009 sebesar 103%. (2) Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan pajak sarang di Kabupaten Cilacap yaitu adanya sosialisasi tentang peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pajak sarang burung dan penyuluhan bagi para pengusaha sarang burung tentang pentingnya membayar pajak, adanya pengawasan yang optimal bagi pihak yang berwenang dalam pengelolaan pajak, adanya sanksi tegas pada para wajib pajak yang tidak taat membayar pajak, dan adanya asas timbal balik yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh para wajib pajak. (3) Prediksi pendapatan pajak sarang burung di Kabupaten Cilacap untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 secara berurutan adalah Rp19.595.000,00; Rp19.790.000,00; Rp19.985.000,00; Rp20.180.000,00; Rp20.375.000,00. Hasil ini menunjukkan bahwa prediksi pendapatan pajak sarang burung di Kabupaten

  ABSTRACT AN ANALYSIS OF DEVELOPMENT, IMPROVEMENT EFFORTS, AND

  INCOME PREDICTION OF NEST TAX A Case Study at Cilacap Government

  Emerensia Mutiasari 062114045

  Sanata Dharma University Yogyakarta

  2010 The aim of writing this paper was to find out about three things. The first was development of the nest tax income from 2005 up to 2009, the second was what efforts could be used to increase the nest tax using SWOT analysis, and the third was the income prediction of the nest tax from 2010 up to 2014.

  The type of this research was a case study. The data were gathered through interview and documentation. There were three data analysis techniques used in this research. The first was Chain’s Index analytical technique used to answer the first problem, that was how was the development of the nest tax income from 2005 up to 2009. The second was SWOT analytical technique used to answer the second problem, that was what efforts could be used to increase the nest tax. The third was trend analytical technique used to answer the last problem, that was the income prediction of the nest tax from 2010 up to 2014.

  The results showed that first, the increase of the nest tax income in Cilacap regency from 2005 up to 2009 fluctuated meaning that it sometimes increase and sometimes decrease. It could be seen from the index number: in 2005 it reached 100%, in 2006 it reached 101%, in 2007 it increased and reached 102%, in 2008 it decreased and was only 99%, and in 2009 it increased again and reached 103%. Then, the second was the efforts that might be done to increase the nest tax income in Cilacap Regency were by conducting socialization about the rules related to the nest tax, conducting an illumination about the importance of paying taxes to the nest entrepreneur, optimally supervising the parties responsible in managing the tax, applying strict punishment to those who did not pay the tax, and applying reciprocal principle so that the tax payer could feel and enjoy the benefits. Then third, the amount of the income prediction of the nest tax in Cilacap regency consecutively from 2010 up to 2014 was Rp19.595.000,00; Rp19.790.000,00; Rp19.985.000,00; Rp20.180.000,00; Rp20.375.000,00. These results showed that the income prediction of the nest tax in Cilacap regency in the coming years would increase.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah

  merupakan salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi daerah diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Otonomi yang diberikan Pemerintah Pusat kepada daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada Pemerintah daerah secara proporsional. Pemerintah pusat memberikan kesempatan dan kewenangan yang sangat luas bagi pemerintah daerah dalam menghimpun berbagai jenis pendapatan daerah yang konvensional yaitu dari pajak daerah dan retribusi daerah.

  Sejalan dengan kewenangan otonomi daerah tersebut pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD), mengingat PAD sangat penting dalam penerimaan daerah sebagai cermin kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi. Kemandirian daerah dalam PAD tidak hanya dalam menentukan jenis pungutan saja, tetapi daerah juga diberi keluasaan pada pengalokasian anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

  Cilacap adalah salah satu dari tiga kawasan industri utama di Jawa Tengah, selain Semarang dan Surakarta. Perekonomian Kabupaten Cilacap tidak hanya berasal dari sektor industri tetapi juga berasal dari sektor pertanian dan pariwisata. Namun potensinya yang cukup besar akan penerimaan pajak masih belum banyak tersentuh. Padahal semakin besar sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah dan bukan dari bantuan pemerintah pusat, maka daerah akan semakin mampu untuk lebih mensukseskan pembangunan di daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Sumber pendapatan pajak daerah Kabupaten Cilacap yang masih perlu dimaksimalkan antara lain pajak sarang burung.

B. Rumusan Masalah

  Dalam skripsi ini penulis ingin membahas hal-hal sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan pendapatan pajak sarang burung di Pemerintah

  Kabupaten Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009? 2. Bagaimana upaya meningkatkan pendapatan pajak sarang burung di

  Pemerintah Kabupaten Cilacap yang dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT?

3. Bagaimana prediksi pendapatan pajak sarang burung di Pemerintah

  Kabupaten Cilacap tahun 2010 sampai dengan tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui perkembangan pendapatan pajak sarang burung di Pemerintah Kabupaten Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

  2. Mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat meningkatkan pendapatan pajak sarang burung di Pemerintah Kabupaten Cilacap yang dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT.

3. Mengetahui prediksi pendapatan pajak sarang burung di Pemerintah Kabupaten Cilacap tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

  Setelah melakukan penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:

  1. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam upaya-upaya untuk lebih meningkatkan PAD, terutama dalam hal penggalian sumber-sumber PAD khususnya pada sektor pajak daerah.

  2. Bagi Penulis Dengan mengadakan penelitian ini, penulis dapat menerapkan teori-teori yang telah dipelajari ke dalam suatu praktek nyata di daerah untuk lebih memperdalam pemahaman penulis mengenai teori tersebut khususnya yang berkaitan dengan pajak daerah.

  3. Bagi Universitas Sanata Dharma Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi di universitas khususnya bagi para mahasiswa atau pembaca lainnya yang memerlukan informasi-informasi tertentu dalam hubungan dengan masalah yang dibahas oleh penulis tentang pajak sarang burung.

  4. Bagi Pembaca Semoga hasil penelitian ini dapat membantu pembaca sekalian dalam mengembangkan wawasan dan pemahamannya mengenai masalah perekonomian daerah.

E. Sistematika Penulisan

  Bab I Pendahuluan Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

  Bab II Landasan Teori Bab ini dijelaskan mengenai hasil kajian pustaka yang relevan dengan permasalahan yang diangkat. Bab III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, data yang dicari, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

  Bab IV Gambaran Umum Kabupaten Cilacap Bab ini menjelaskan sejarah berdirinya Kabupaten Cilacap, letak geografis, pembagian administratif, wacana pemekaran, transportasi, perekonomian dan pariwisata.

  Bab V Analisis dan Pembahasan Bab ini membahas analisis data yang diperoleh dari Dinas Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Cilacap dengan menggunakan metode dan teknik yang diuraikan pada bagian metode penelitian.

  Bab VI Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh langkah proses analisis data dan pembahasan serta berisi beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak Pemerintah Kabupaten Cilacap.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Ada bermacam-macam batasan atau definisi tentang “pajak” yang

  dikemukakan oleh para ahli, yaitu: Menurut Andriani dalam Zain (2008: 10)

  “Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan umum (Undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang daya gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.” Menurut Soemitro dalam Zain (2008: 11)

  “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R dalam Zain (2008: 11)

  “Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas- tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.” Menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam Pudyatmoko (2002: 2): “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”

  Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak (Pudyatmoko, 2002: 4) yaitu :

  1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

  2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.

  3. Pemungutannya dapat dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, karena itu ada istilah pajak pusat dan pajak daerah.

  4. Hasil dari uang pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan, dan apabila terdapat kelebihan maka sisanya dipergunakan untuk membiayai public investment.

  5. Disamping mempunyai fungsi sebagai alat untuk memasukkan dana dari rakyat ke dalam kas negara (fungsi budgetair), pajak juga mempunyai fungsi lain, yakni fungsi mengatur.

  B. Fungsi Pajak

  Mardiasmo dalam bukunya yang berjudul Perpajakan menyatakan bahwa fungsi pajak dibagi menjadi dua yaitu (Mardiasmo, 2008: 4) : fungsi penerimaan (budgetair) dan fungsi mengatur (regulerend). Dalam fungsi penerimaan (budgetair) pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya seperti contoh dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negri sedangkan dalam fungsi mengatur (regulerend) pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi seperti pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras, pajak yang tinggi terhadap barang- barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif dan tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

  C. Jenis-jenis Pajak

  Pajak dapat dikelompokkan ke dalam berbagai jenis dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu (Mardiasmo, 2008: 5-6) :

1. Menurut pihak yang memungut/lembaga pemungutnya, pajak digolongkan menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah.

  a) Pajak pusat yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN, b) Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri dari pajak propinsi dan pajak kabupaten atau kota. Yang termasuk pajak propinsi adalah pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Sedangkan pajak kabupaten atau kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan.

  2. Menurut sifatnya, pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.

  a) Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

  Contoh : PPh.

  b) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : PPN.

  3. Menurut sasaran/obyeknya, pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu :

  a) Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

  Contoh : PPh dimasukkan dalam pajak subjektif karena untuk memungut pajak atas penghasilan tentu melihat dulu berapa besar penghasilan yang diterima seorang wajib pajak dan kemampuan wajib pajak tersebut untuk membayar pajaknya. b) Pajak obyektif yakni pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : PPN dan PPnBM.

  Dalam hal ini pemungut tidak memperhatikan keadaan diri wajib pajak karena dengan sendirinya apabila seseorang mampu membeli barang mewah tentu dia akan mampu juga untuk membayar PPN dan PPnBM tersebut.

D. Syarat Pemungutan Pajak

  Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Mardiasmo, 2008: 2-3): 1.

  Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).

  Syarat keadilan berarti pemungutan pajak harus sesuai dengan tujuan hukum yaitu untuk mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutannya harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya berarti mengenakan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

  2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis).

  Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

  3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis).

  Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perkenomoian masyarakat.

  4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil).

  Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

  5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

  Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

E. Tata Cara Pemungutan Pajak 1.

  Stelsel Pajak.

  Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel (Waluyo, 2000: 9-10) :

  a) Stelsel nyata (real stelsel), pengenaan pajak didasarkan pada objek

  (penghasilan yang nyata) sehingga pemungutannya baru dapat sesungguhnya telah dapat diketahui. Stelsel nyata mempunyai kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

  b) Stelsel anggapan (fictive stelsel), pengenaan pajak didasarkan pada satu anggapan yang diatur oleh undang-undang misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama setahun berjalan tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak selalu berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

  c) Stelsel campuran, stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

2. Sistem Pemungutan Pajak.

  Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi (Waluyo, 2000: 10) :

  a) Official assesment system, adalah suatu sistem untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus atau pemerintah, wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

  b) Self assesment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayarkan. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri, wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Fiskus tidak ikut campur tangan dan hanya mengawasi.

  c) Witholding assesment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

3. Asas Pemungutan Pajak

  Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak (Waluyo, 2000: 10) :

  a) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal). Dalam asas ini pemungutan pajak tergantung domisili atau tempat tinggal seseorang dalam suatu negara. Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negri.

  b) Asas Kebangsaan. Dalam asas ini pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan seseorang. Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negri.

  c) Asas Sumber. Dalam asas ini pemungutan pajak tergantung dari atau didasarkan pada adanya sumber pendapatan atau penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

F. Tarif Pajak

  Ada empat macam tarif pajak yaitu (Waluyo dan Wiryawan, 2000: 11-12): 1.

  Tarif Proporsional (Sebanding) Tarif proporsional adalah tarif dengan prosentase tetap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Dalam hal ini dapat digambarkan pada saat penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10%.

2. Tarif Progresif

  Tarif progresif adalah tarif dengan prosentase yang semakin meningkat atau naik apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak meningkat. Seperti pada pasal 17 UU PPh No. 36 tahun 2008, tarif pajak semakin meningkat sesuai dengan tingkat penghasilan yang diperoleh.

  Dengan memperhatikan kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dapat dibagi menjadi : a)

  Tarif progresif-progresif, dalam hal ini kenaikan persentase pajaknya semakin besar.

  b) Tarif progresif tetap, kenaikan persentasenya tetap.

  c) Tarif progresif-degresif, kenaikan persentasenya semakin kecil.

3. Tarif Degresif

  Tarif degresif adalah tarif dengan persentase tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi semakin besar.

4. Tarif Tetap

  Tarif Tetap adalah tarif dengan jumlah angka yang tetap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan. Misalnya besar tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nominal berapapun adalah Rp6.000,00.

G. Penerimaan Daerah

  Untuk meningkatkan jumlah pendapatan daerah, pemerintah daerah harus mampu menggali sumber-sumber penerimaan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Sumber-sumber penerimaan daerah antara lain meliputi:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  PAD merupakan sumber utama bagi daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. PAD suatu daerah meliputi: pajak daerah, retribusi daerah, hasil BUMD, dan pengelolaan kekayaan daerah serta pendapatan lain. Dana perimbangan dan penerimaan lain merupakan sumber pendapatan tambahan untuk mendukung PAD sedangkan unsur terpenting dalam PAD adalah pajak daerah dan retribusi daerah.

  Penerimaan daerah dari bagian laba perusahaan daerah (BUMD) relatif kecil karena jika BUMD tersebut rugi maka tidak ada kontribusi terhadap PAD.

2. Dana Perimbangan

  Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi. Dana ini digunakan oleh pemerintah pusat dengan tujuan untuk menyeimbangkan hubungan keuangan pusat dan daerah serta hubungan keuangan antar daerah.

  Unsur-unsur penerimaan dalam dana pembangunan ini, antara lain:

  a) Dana Bagi Hasil

  Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam, seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan kehutanan, penerimaan pertambangan umum, penerimaan perikanan, penerimaan pertambangan minyak dan lain-lain.

  b) Dana Alokasi Umum (DAU)

  DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

  c) Dana Alokasi Khusus (DAK)

  DAK adalah dana yang juga berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu daerah membiayai kebutuhan tertentu atau apabila daerah mengalami masalah-masalah

3. Penerimaan Lain-lain yang Sah

  Bagian ini merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan yang meliputi hibah, dana darurat dan pendapatan lain- lain yang ditetapkan pemerintah.

H. Pajak Daerah 1.

  Pengertian Pajak Daerah Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang dimaksud dengan:

  “Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.”

  Dari definisi di atas jelas bahwa pajak daerah merupakan iuran wajib yang dapat dipaksakan kepada setiap orang (wajib pajak) tanpa kecuali.

2. Jenis Pajak Daerah

  Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 jenis pajak daerah mencakup: a)

  Jenis pajak propinsi terdiri dari : 1)

  Pajak Kendaraan Bermotor;

  3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

  4) Pajak Air Permukaan, dan

  5) Pajak Rokok.

  b) Jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari :

  1) Pajak Hotel;

  2) Pajak Restoran;

  3) Pajak Hiburan;

  4) Pajak Reklame;

  5) Pajak Penerangan Jalan;

  6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

  7) Pajak Parkir;

  8) Pajak Air Tanah;

  9) Pajak Sarang Burung Walet;

  10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan

  11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak yang ditetapkan oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Jenis-jenis pajak daerah di atas dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

I. Pajak Sarang Burung

  Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia,yaitu

  

collocalia fuchliap harga, collocalia maxina, collocalia esculanta dan

collocalia linchi. Objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan dan

  atau pengusahaan sarang burung walet. Yang tidak termasuk objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan sarang burung walet yang telah dikenakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan kegiatan pengambilan sarang burung walet yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

  Subjek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan atau mengusahakan sarang burung walet.

  Dasar pengenaan pajak sarang burung adalah nilai jual sarang burung walet. Nilai jual sarang burung walet dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum sarang burung walet yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan volume sarang burung walet. Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan dengan peraturan daerah.

  Besaran pokok pajak sarang burung walet yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Pajak sarang burung walet yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Kabupaten Cilacap Nomor

  19 Tahun 2003 tentang Pajak Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung, yaitu:

  1. Pengertian Pajak sarang burung adalah pajak yang dikenakan terhadap pengelolaan dan pengusahaan sarang burung.

  Sarang burung adalah sarang burung walet atau sebangsanya yang dapat diperdagangkan dan digunakan sebagai bahan makanan atau obat- obatan yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Cilacap.

  Tempat pengelolaan dan pengusahaan adalah rumah-rumah, bangunan-bangunan, gua-gua dan tempat lain yang digunakan untuk pemeliharaan sarang burung.

  2. Obyek dan Subyek Pajak Obyek pajak adalah sarang burung walet atau sebangsanya yang dapat diperdagangkan dan yang digunakan sebagai bahan makanan dan obat-obatan.

  Subyek pajak adalah orang pribadi atau badan hukum yang mengelola dan atau mengusahakan sarang burung di wilayah Kabupaten Cilacap.

  3. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Dasar pengenaan pajak adalah jumlah nilai jual hasil panen yang dilakukan oleh pengusaha. Tarif pajak ditetapkan sebesar 6% dari jumlah nilai jual hasil panen sarang burung. Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

  4. Masa Pajak Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat melaksanakan panen sarang burung. Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1

  (satu) tahun takwim kecuali apabila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.

  J.

  

Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Pajak Daerah Kabupaten Cilacap

  Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Bupati menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Apabila SKPD tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak diterimanya SKPD dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

  SPTPD yang telah diisi oleh wajib pajak digunakan sebagai bahan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutang pajak, bupati dapat menerbitkan: Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN). SKPDKB diterbitkan apabila: 1.

  Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat bayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

  2. SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

  3. Kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

  SKPDKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut. SKPDN diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Apabila kewajiban membayar pajak jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 20% sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.

  K. Tata Cara Pembayaran Pajak Daerah Kabupaten Cilacap

  Pembayaran pajak dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh bupati sesuai waktu yang ditentukan dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetorkan ke kas daerah selambat-lambatnya 1x24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh bupati. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.

  Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

  L. Analisis SWOT

  Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 1997: 18-20). Analisis SWOT berguna untuk menganalisis faktor-faktor di dalam organisasi yang memberikan andil terhadap kualitas pelayanan atau salah satu komponennya sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.

  Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu: 1. Strengths (kekuatan)

  Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.