PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK NELAYAN RAWA PENING DI DESA ROWOBONI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI

  

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PADA ANAK NELAYAN RAWA PENING

DI DESA ROWOBONI KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh :

FAIZ KHUZAIMAH

NIM: 111-12-058

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

         

          

   

  Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

  (Q.S. At Tahrim:6)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini

  telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.

  Ibu Purtiningsih dan Bapak Muh. Khafidz yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

  2. Adik-adiku tersayang Faizal Fahmi Arrida’i, Farhan Abror, dan Muhammad Fadlan Sururi yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

  3. Kummi, Umami, Nurjanah, Mbak Alfi, Wardati, Ika Fitri, Puput, Titir, dan seluruh sahabatku yang selalu membersamai dalam setiap langkah.

  4. Bapak Kyai H. Samsyurro’yi dan Ibu Hj. Istiwanah yang selalu sabar dan membimbing dalam memperdalam ilmu agama.

  5. Keluarga PAI B, Keluarga PPL SMK Diponegoro Salatiga, Kelompok KKN posko 23, GRAVART Generation, IKAMASUTA Salatiga, dan segenap teman-teman Pondok Pesantren Al-Riyadloh Kesongo Tuntang Semarang yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

  “PENDIDIKAN AGAMA

  

ISLAM PADA ANAK NELAYAN RAWA PENING DI DESA ROWOBONI

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016

  Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

  4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  7. Kepala Desa Rowoboni beserta perangkatnya, bapak/ibu Dusun Rowoganjar, dan anak-anak Dusun Rowoganjar yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di desa tersebut.

  8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

  Salatiga, 15 September 2016 Penulis

  Faiz Khuzaimah NIM. 111-12-058

  

ABSTRAK

Khuzaimah, Faiz. 2016.

  “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Nelayan Rawa Pening Di Desa Rowoboni Kabupaten Semarang Tahun 2016 Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

  Kata kunci: Pendidikan Agama Islam, Anak Nelayan, Rawa Pening

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan agama Islam pada anak nelayan Rawa Pening di Desa Rowoboni. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) bagaimana pendidikan agama Islam pada anak nelayan di Desa Rowoboni. 2) kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan agama Islam pada anak nelayan di Desa Rowoboni. 3) upaya orang tua memenuhi kebutuhan pendidikan agama Islam anak nelayan di Desa Rowoboni.

  Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi dan wawancara. Subyek penelitian adalah orang tua (ayah atau ibu) dan anak keluarga nelayan. Peneliti membatasi keluarga nelayan yang memiliki anak usia 6-15 tahun yaitu anak usia sekolah dasar dan menengah.

  Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) Definisi PAI menurut orang tua nelayan di Desa Rowoboni adalah proses pendidikan berisi pedoman hidup dan nilai-nilai agama Islam yang membimbing serta mengarahkan anak menuju jalan yang benar sesuai ajaran Islam sehingga terwujud perbuatan ihsan terhadap Allah dan orang tua. Tujuan PAI pada anak nelayan adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, mewujudkan generasi yang berakhlak mulia, mendapatkan ketenangan keluarga dan masyarakat, serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Pihak yang terlibat dalam PAI pada anak nelayan adalah orang tua, sekolah, guru-guru diniyah, TPA. Metode PAI yang digunakan adalah dengan mengajari al- qur’an dan akhlak menanamkan tauhid dengan cara mengenalkan sifat-sifat Allah dan Rasul serta penanaman akhlak sejak dini, serta melalui nasehat dan cerita-cerita pada anak. Materi pendidikan agama Islam yang ditanamkan pada anak nelayan adalah zakat, sholat, haji, al- qur’an, tauhid, hadist, hafalan surat, bahasa arab, fikih, thaharah, SKI, dan BTA. 2) Kendala yang dihadapi adalah sikap anak yang malas, sulit dididik serta sulitnya menghafal dan adanya gangguan dari saudara. 3) Upaya yang dilakukan orang tua adalah menasehati dan menceritakan kisah-kisah, mengulang-ulang pelajaran, melaksanakan sistem pemberian reward, dan memberi semangat pada anak.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Fokus Masalah............................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ........................................................................... 7 F. Metode Penelitian .......................................................................... 8 G. Sistematika Penulisan .................................................................... 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 15 A. Pendidikan Agama Islam ............................................................... 15

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 36 A. Gambaran Umum .......................................................................... 36 B. Temuan Penelitian ......................................................................... 43 1. Gambaran Informan ................................................................ 43 2. Pendidikan Agama Islam pada Anak Nelayan di Desa Rowoboni ................................................................................ 46 3. Kendala yang Dihadapi Keluarga dalam Pendidikan Agama Islam pada Anak Nelayan di Desa Rowoboni ............ 56 4. Upaya Orang Tua Mememnuhi Kebutuhan Pendidikan Agama Islam Anak Nelayan di Desa Rowoboni ..................... 59 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 61 A. Pendidikan Agama Islam pada Anak Nelayan di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2016 ............................................................................................... 61 B.

  Problematika yang Dihadapi Keluarga dalam Pendidikan Agama Islam pada Anak Nelayan di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2016 ........... 68 C. Upaya Orang Tua Memenuhi Kebutuhan Pendidikan Agama

  Islam Anak Nelayan di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2016 ................................................ 69

  BAB V PENUTUP ........................................................................................... 73 A. Kesimpulan.................................................................................... 73

  DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76 RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata PencaharianTabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut AgamaTabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis KelaminTabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat PendidikanTabel 3.5 Sarana dan Fasilitas PendidikanTabel 3.6 Sarana IbadahTabel 3.7 Perumahan PendudukTabel 3.8 Sarana Perhubungan/Jalan

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 5. Lembar Konsultasi 6. Instrumen Pengumpulan Data 7. Hasil Wawancara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu membutuhkan pendidikan sebagai bekal hidup. Pendidikan dapat membantu menumbuhkembangkan potensi dan kodrat

  seorang manusia. Menurut Ki Hajar Dewantoro pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setingginya. Pendidikan mencakup berbagai aspek kehidupan, salah satunya pendidikan agama Islam (Samino, 2010:36).

  Pendidikan agama Islam berfungsi untuk mengembangkan fitrah setiap manusia. Pendidikan agama Islam merupakan suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk mendidik dan memahamkan kepada anak agar mereka paham dan dapat menjalankan setiap ajaran yang diberikan. Sehingga manusia tidak hanya terdaftar dalam Islam KTP saja, namun bisa menjalankan setiap ajaran yang benar.

  Pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan dalam setiap manusia. Pendidikan agama Islam ini juga dapat mengembangkan fitrah keberagaman manusia agar lebih memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran wawasan Islam dengan pendidikan yang lain. Pendidikan ini mengandung proses belajar yang mengkhususkan dalam memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sudah diajarkan. Pendidikan agama Islam harusnya diberikan sejak dini, agar manusia lebih bisa tahu dan dapat mengamalkan ajarannya sedini mungkin.

  Hal ini membuat pendidikan agama Islam sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan agama Islam diharapkan dapat mencapai suatu tujuan pendidikan, yaitu untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

  Adanya pendidikan agama Islam dapat melatih dan mendidik anak agar dapat lebih tertata tingkah laku, sopan santun, perilaku dan akhlaknya. Anak juga perlu dibekali dengan berbagai wawasan pengetahuan yang dapat digunakan untuk menghadapi tantangan hidup.

  Tidak hanya di lingkungan rumah dan sekolahnya saja anak dapat mendapatkan pendidikan agama Islam, melalui keluarganya anak juga membutuhkan pendidikan agama Islam, bahkan keluargalah pendidikan anak pertama. Perkembangan agama anak sangat ditentukan oleh keluarganya, sesuai sabda Rasulullah dalam hadist :

  

ْنَا

ِوِناَسِّجَُيُ ْوَأ ِوِناَرِّصَنُ يْوَأ ِوِناَدِّوَهُ ي ُهاَوَ بَأَف ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلْوُ ي َّلا ِإ ٍدْوُلْوَم ْنِم اَم )يراخبلا هاور( Artinya : Setiap bayi dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah (suci).

  Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.(H.R. Bukhari). Orang tua juga berperan dalam menjaga anak-anaknya dari pedihnya api nereka, sesuai dalam Qur’an surat at tahrim ayat 6.

  

           

           

  Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

  Selain berkewajiban terhadap keberlangsungan kondisi anak, orangtua juga berkewajiban untuk bekerja supaya kebutuhan keluarga terpenuhi.

  Menurut beberapa dasar di atas dapat disimpulkan bahwa profesi apapun yang digeluti orang tua, ia tetap memiliki tanggung jawab dalam memperhatikan pendidikan anak.

  Desa Rowoboni merupakan salah satu desa yang teletak di sekitar Rawa Pening. Penduduk di desa ini memiliki profesi yang bermacam-macam, salah satunya sebagai nelayan. Berprofesi sebagai nelayan merupakan pilihan kebanyakan warga di desa Rowoboni, karena selain letak geografis yang dekat dengan danau Rawa Pening, hasil ekonomi yang mereka dapatkan cukup menjanjikan. Selain itu profesi ini dipilih karena tidak membutuhkan pendidikan dan biaya yang tinggi untuk bergelut di dunia tersebut. Mereka biasanya mencari hasil-hasil perairan baik ikan maupun enceng gondok.

  Di sisi lain, sebagai seorang nelayan hampir seluruh waktunya dihabiskan di rawa. Hal ini menyebabkan nelayan kekurangan waktu untuk bersama anaknya. Bahkan mereka juga kurang memperhatikan pendidikan anaknya. Kurangnya perhatian dari orangtua mengakibatkan kebutuhan materi anak terpenuhi, tapi segi psikisnya tidak. Hal ini yang membuat orang tua kurang maksimal dalam memberi pendidikan kepada anaknya baik pendidikan umum maupun pendidikan agama. Walhasil, sebagian anak nelayan kurang paham dalam pendidikan agama Islam.

  Namun dari observasi awal dapat dilihat bahwa kondisi keagaamaan warga khususnya anak-anak di desa ini cukup baik. Di desa ini banyak terdapat lembaga keagamaan seperti Taman Pendidikan Al Qur'an dan sekolah diniyah sore yang tidak sepi dari peserta didik yang berusia 4-13 tahun. Lantas bagaimana orang tua yang berprofesi sebagai nelayan ini dapat memberikan pendidikan agama Islam kepada anaknya sehingga kondisi keagamaan di desa ini terlihat kondusif.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk meneliti permasalahan dengan judul “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA

  

ANAK NELAYAN RAWA PENING DI DESA ROWOBONI,

KECAMATAN BANYUBIRU, KABUPATEN SEMARANG TAHUN

2016

B. Fokus Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pendidikan agama Islam pada anak nelayan di desa Rowoboni,

  Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun 2016? a.

  Apa tujuan pendidikan agama Islam pada anak nelayan di Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun 2016? b. Siapa pihak yang terlibat dalam pendidikan agama Islam pada anak nelayan di Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten

  Semarang tahun 2016? c. Bagaimana metode orang tua dalam pendidikan agama Islam pada anak nelayan di Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten

  Semarang tahun 2016? 2. Apa saja kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan agama Islam pada anak nelayan di desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten

  Semarang tahun 2016 ? 3. Bagaimana upaya orang tua memenuhi kebutuhan pendidikan agama Islam anak nelayan di desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten

  Semarang tahun 2016? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Untuk mengetahui pendidikan agama Islam nelayan di desa Rowoboni, a.

  Mengetahui tujuan pendidikan agama Islam pada anak nelayan di Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun 2016? b. Mengetahui pihak yang terlibat dalam pendidikan agama Islam pada anak nelayan di Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten

  Semarang tahun 2016? c. Mengetahui metode orang tua dalam pendidikan agama Islam pada anak nelayan di Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten

  Semarang tahun 2016? 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan agama Islam dalam keluarga nelayan di desa Rowoboni, Kecamatan

  Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun 2016.

  3. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam memenuhi kebutuhan pendidikan agama Islam anak nelayan di desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain: a.

   Manfaat teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk pengembangan kualitas pendidikan agama Islam anak di keluarga nelayan dan menghasilkan informasi mengenai pendidikan agama Islam

b. Manfaat praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat menyebarluaskan pendidikan agama Islam di daerah Rawa pening.

E. Penegasan Istilah 1. Pendidikan Agama Islam

  Menurut Nasir pendidikan agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat (Nasir. 2008:15-16).

  Jadi, pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar anak dapat memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam menuju jalan yang benar.

2. Nelayan

  Nelayan adalah seorang yang mata pencaharian utamanya menangkap ikan di laut.Menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) orang yang mata pencaharian utamanya dari usaha menangkap ikan(di laut) ( Tim penyusun kamus pusat tim pembinaan dan pembinaan bahasa,1990:612).

  Jadi, judul skripsi ini adalah suatu usaha berupa pengajaran, Islamnya kurang diperhatikan orang tuanya agar lebih memahami, menghayati, dan mengamalkannya di dalam kehidupannya, terutama dalam lingkungan sekitarnya, yaitu masyarakat.

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, dan bukan angka-angka. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,2012:3) prosedur penelitian yang melibatkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan pelaku yang dapat diamati..

  2. Kehadiran Peneliti

  Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni deskriptif kualitatif maka kehadiran peneliti di kancah menjadi mutlak adanya.

  Karena dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi “key instrumen” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur, sering hanya menggunakan buku catatan. Selain itu guna menunjang perolehan informasi yang valid, peneliti akan menggunakan alat rekam atau kamera, dan peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.

  3. Lokasi

  Lokasi penelitian berada di desa Rowoboni, kecamatan Banyubiru, Pening, sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan.

4. Sumber Data

  Ada dua sumber yang digunakan peneliti yaitu :

  a. Data Primer

  Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari orang tua (ayah atau ibu) dan anak keluarga nelayan. Peneliti membatasi keluarga nelayan yang memiliki anak usia 6-15 tahun yaitu anak usia sekolah dasar dan menengah.

  b. Data Sekunder

  Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Adapun sumber data sekunder yang digunakan adalah foto keadaan keluarga nelayan dan data-data lain di tempat penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah :

  a. Wawancara

  Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara, peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis.

  Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya adalah anak dan orang tua (bapak dan ibu) keluarga nelayan.

  b. Dokumentasi

  Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian berupa foto terkait kegiatan pendidikan agama Islam dalam keluarga nelayan.

6. Analisis Data

  Menurut Moleong analisis data adalah proses mengorganisasaikan sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2008:280).

  Pada tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul yang terdiri dari hasil wawancara dan dokumentasi. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Menurut Moleong ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2008:324).

  Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan triangulasi dengan teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan triangulasi dengan sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar narasumber terkait serta membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.

8. Tahap-Tahap Penelitian

  Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut: a.

   Tahap sebelum ke lapangan

  Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

  Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan pola pendidikan agama Islam dalam keluarga nelayan. Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

c. Tahap Analisis Data

  Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugyiono (2007:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

  1) Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

  2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya secara naratif.

  3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum

d. Tahap Penulisan Laporan

  Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran- saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.

G. Sistematika Penulisan

  Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA. A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam 3. Pihak yang Terlibat dalam Pendidikan Agama Islam Anak 4. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam B. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam C. Kendala Pendidikan Agama Islam di Keluarga Nelayan

  BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Berisi gambaran umum dan pendidikan agama Islam dalam keluarga nelayan di desa Rowoboni, kecamatan Banyubiru, kabupaten Semarang.

  BAB IV: PEMBAHASAN. Meliputi analisis pendidikan agama Islam dalam keluarga nelayan di desa Rowoboni, kecamatan Banyubiru, kabupaten Semarang..

  BAB V: PENUTUP. Meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari

  kata didik, dengan awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan itu sendiri artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007:263). Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan itu sendiri suatu proses untuk mengubah sikap seseorang agar lebih bisa mendewasakan dirinya.

  Pendidikan awal dari sebuah proses belajar mengajar. Pendidikan agama juga sangat dibutuhkan untuk menguatkan iman dan ketakwaan seseorang terhadap Tuhannya. Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002:75). Pendidikan dapat membantu menguatkan iman dan ketakwaan, karena dengan pendidikan dapat memeperluas pengetahuan dan mengetahui apapun yang belum diketahui.

  Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal (Tafsir, 2001:27). Pendidikan dalam pengertian ini bermakna membantu mengembangkan bakat seseorang menjadi lebih baik.

  Sedangkan agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:12). Agama dalam pengertian ini bermakana kepercayaan yang dimiliki pada setiap orang.

  Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri, ketaatan, dan kepatuhan (Ali, 2008:49). Islam mengajarkan antar individu supaya damai yang akan bermuara pada kesejahteraan dan keselamatan.

  Agama Islam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang bersumberkan wahyu Tuhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:12).

  Agama Islam merupakan satu sistem akidah dan syari’at serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai hubungan (Ali, 2008:51).

  Dalam Islam, iman dapat berjalan dengan diiringi amal yang shaleh dan hubungan antar umat manusia yang baik pula, agar menghasilkan iman yang takwa dan maksimal. Iman yang takwa kepada Allah dapat menentukan derajatnya kelak dihadapan Allah SWT. Begitu pentingnya pendidikan agama itu. Maka setiap anak harus mendapatkan pendidikan tersebut.

  Menurut A. Malik Fadjar yang dikutip Mujtahid (2011:56) pendidikan agama Islam adalah proses pendidikan yang mampu mengunggah kesadaran peserta didik untuk menjadi pribadi muslim sejati.

  Menurut Nasir pendidikan agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat (Nasir, 2008:15-16).

  Menurut Darajat pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan di dunia maupun di akhirat kelak (Darajat, 2011:86).

  Pengertian pendidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman peserta didik agar lebih mampu, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

  Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar anak dapat memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam menuju jalan yang benar.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan adalah sesuatu yang penting untuk dicapai manusia.

  Tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif,dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang seluruh umat manusia (Nizar, 2002:38). Dengan tujuan ini pendidikan agama Islam dapat menyeimbangkan kebutuhan kepribadian seseorang. Sehingga, dapat lebih tunduk dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

  Menurut Muhammad Munir seperti yang dikutip Mujtahid (2011:54) adalah tercapainya manusia seutuhnya, tercapainya kebahagiaan dunia akhirat, menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi dan patuh terhadap perintah dan menjauhi larangan Nya.

  Menurut Daradjat, dkk pendidikan agama mempunyai tujuan- tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu, dan amal, yang pada dasarnya berisi: a.

  Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul Nya. Memang untuk mencapai tujuan ini agak sulit dan memerlukan banyak kesabaran, karena hasilnya tidak segera tampak mengingat hal tersebut menyangkut pendidikan mental dan kepribadian. Dari sikap yang demikian itulah justru kadar keimanan dapat diukur dan dengan keimanan itu pulalah nantinya anak akan menjadi manusia dewasa yang dalam hidupnya mengindahkan dan dari berbagai godaan dunia yang bertentangan dengan ajaran agamanya serta bertanggung jawab terhadap baik buruknya suatu masyarakat dan Negara di mana ia berada.

  b.

  Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul Nya merupakan motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak. Dengan kata lain, tujuan pada aspek ilmu ini adalah pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pengetahuan itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlak mulia, yang bertaqwa kepada Allah sesuai dengan ajarana agama Islam dan mempunyai keyakinan yang mantap kepada Allah SWT.

  c.

  Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati secara mendalam dan bersifat menyeluruh sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadat salat umpamanya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya. (Daradjat dkk, 2011:89-90) Melihat tujuan di atas, ada beberapa fungsi pendidikan agama Islam, salah satunya agar lebih menambah ketaatan kepada Allah dan bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah.

  Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, Breiter mengungkapkan dalam buku James Maclellan bahwa “pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh. Apa yang dapat anda lakukan bermacam-macam cara, anda kemungkinan dapat dengan cara mengajar dia, anda dapat bermain dengannya, anda dapat menyensor nonton tv, atau anda dapat memberlakukan hukuman agar dia jauh dari penjara”(Majid dan Andayani, 2005:136).

  Menurut beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk mencapai keseimbangan kepribadian setiap individu, dan untuk mencapai tujuan tersebut orang tua harus memilih cara atau metode yang tepat sesuai karakter anaknya.

3. Pihak yang Terlibat dalam pendidikan agama Islam anak

  Pada umumnya dalam mendidik anak tentang pendidikan agama Islam membutuhkan beberapa orang untuk mencetak anak yang bisa lebih baik dan bisa mengerti lebih dalam tentang agama Islam. Salah satu yang sangat berperan penting dalam pendidikan agama Islam anak anak-anaknya, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan (Daradjat, 2011:35) Ayah dan ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya. Anak pertama kali dipegang dan

  

digulowenthah oleh ibunya. Sejak anak lahir selalu ibu yang berada di

  sampingnya. Maka pendidikan ibu pertama kali yang akan ditiru oleh anaknya. Ayah juga ikut andil dalam pendidikan anak, karena ayah yang mengajarkan anak tentang sebuah pengorbanan yang hebat. Ayah sebagai penolong bagi anaknya, entah yang besar maupun yang kecil.

  Dilihat dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkan kepada oranglain, sebab guru dan pemimpin umat umpamanya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah merupakan keikutsertaan. Dengan kata lain, tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh pendidik selain orang tua adalah pelimpahan dari tanggung jawab orang tua yang karena satu dan lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna (Darajat, 2011:38). Dari sini telihat bahwa orang tualah yang sangat berperan penting dalam pendidikan awal anaknya.

  Di sisi lain, ada pihak yang terlibat dalam pendidikan agama Islam anak, yaitu guru. Guru juga memiliki peranan penting dalam pendidikan agama Islam. Guru adalah pendidik professional, memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua (Daradjat, 2011:39). Guru rela membantu orangtua dalam mendidik anak agar bisa menjadi anak yang baik. Padahal, anak yang mereka didik bukanlah anak mereka, tapi setiap guru pasti akan menganggap murid/peserta didik mereka seperti anaknya sendiri. Guru akan mendidik murid/peserta didiknya sebaik mungkin, agar murid/peserta didiknya bisa mengetahui berbagai ilmu yang belum mereka ketahui dan mereka bisa lebih luas pengetahuannya. Tidak hanya dalam pendidikan formal saja, pendidikan non formal juga bisa membantu, seperti: Taman Pendidikan Alqur’an (TPA), diniyah, dan guru ngaji di desa/dusun.

  Tidak hanya guru, masyarakat juga memiliki peranan untuk mendidik pendidikan agama Islam pada anak. Masyarakat ikut andil dalam tanggung jawab memikul beban pendidikan anak. Secara umum, masyarakat memiliki tujuan yang sama dengan para orangtua dan guru.

  Hal itu yang membuat masyarakat ikut andil dalam memikul beban tersebut. Masyarakat sangat berpengaruh besar dalam memberi arah terhadap pendidikan anak.

  Menurut Darajat, dkk (2011:45) masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Setiap pemimpin atau penguasa terutama yang muslim pastinya memiliki generasi yang baik dan bisa lebih taat ketakwaannya terhadap Allah SWT. Tanggung jawab anak juga menjadi tanggung jawab masyarakat, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Ali Imron:110:

  

  

        

         

     

  Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang- orang yang fasik.”

  Pada ayat ini dijelaskan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk beramar ma’ruf. Apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Ayat ini dapat dijadikan dasar kewajiban setiap masyarakat memiliki tanggung jawab untuk andil dalam kehidupan masyarakat.

  Pada Q.S. Ali Imron ayat 104 dijelaskan bahwa:

  

         

    

  Artinya:”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang- orang yang beruntung”.

  Jadi, jelas sekali bahwa alqur’an juga mengajak untuk berbuat kebajikan dan mendidik anak untuk melakukan hal- hal yang ma’ruf.

  Teman juga bisa mempengaruhi pendidikan agama Islam anak. temannya yang baik. Begitu sebaliknya, apabila anak memilih teman yang kurang baik juga bisa terjerumus mengikuti temannya yang kurang baik itu. Dengan begitu anak juga harus bisa dikontrol oleh orang tuanya dalam memilih teman agar tidak ikut terperosok ke dalam jurang kesesatan dan bisa mengikuti teman yang baik saja.

4. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

  Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007:740). Metode ini suatu cara untuk mengatur dan menyusun suatu pekerjaan agar dapat tercapai sesuai apa yang diharapkan. Untuk mendesain kurikulum pendidikan agama Islam yang menarik dan bermanfaat, dibutuhkan metode yang relevan dengan isi konteks sosial. Syukri Zarkasyi, pengasuh pondok modern Gontor pernah menyatakan bahwa Metode itu lebih penting daripada materi, akan tetapi guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri (Mujtahid, 2011:55).

  Ungkapan ini menegaskan bahwa metode yang diperanan pendidik sangat menentukan keberhasilan proses dari interaksi pendidikan khususnya pendidikan agama Islam.