PEMAHAMAN HADIS MISOGINIS PADA KITAB UQUDUL LUJAYN DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KLEGO CANDIREJO TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

PEMAHAMAN HADIS MISOGINIS PADA KITAB UQUDUL

LUJAYN DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KLEGO

  

Disusun Oleh:

AKHMAD KHOZIN

12010150031

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

  

PEMAHAMAN HADIS MISOGINIS PADA KITAB UQUDUL

LUJAYN DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KLEGO

CANDIREJO TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

  

Oleh

AKHMAD KHOZIN

12010150031

Tesis ini diajukan kepada Program Pascasarjana

  

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan

  Salatiga, 23 September 2017 Pembimbing Tesis

Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA.

  

ABSTRAK

  “Rekonstruksi & Implementasi Pemahaman Hadis Misoginis pada Kitab Uqudul Lujayn di Pondok Pesantren an-Nur Klego Candirejo Tuntang Kabupaten Semarang.” Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017, pembimbing Dr. Phil.

  Asfa Widiyanto, MA.

  Penelitian ini dilatar belakangi atas problematika di masyarakat yang berkaitan dengan hak-hak dan peran perempuan yang terabaikan, karena indikasi Hadis yang ditafsirkan secara misoginis oleh para mufasir klasik, dari satu sisi menjunjung tinggi martabat perempuan, tapi disisi lain mengebiri hak perempuan dengan cara membatasi peran perempuan dalam kehidupan berumah tangga dan menutup langkah-langkah mereka untuk memberikan kontribusi di lingkungan mereka.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui sejauh mana pemahaman santri terhadap Hadis-hadis yang dikaji dalam kitab uqudul lujayn, selain itu peneliti juga (2) menggali terhadap pemahaman yang dibangun dalam kajian kitab uqudul lujayn yang berkaitan dengan Hadis yang ditafsirkan secara misoginis (3) sehingga terimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan dalam menggali hasil penelitian yang ada adalah dengan metode kualitatif, dengan menyajikan data lewat verbal dan dituangkan dalam deskripsi, bukan dalam bentuk angka.

  Berdasarkan dari hasil penelitian dan pengadaan kajian kitab uqudul

  

lujayn , menunjukkan bahwa (1) santri yang mengkaji kitab uqudul lujayn awalnya

  belum memahami akan adanya Hadis misogini dan hanya memahami sesui kitab dan keterangan guru, setelah dilakukan kajian secara mendalam, santri-santri mencoba untuk memahami ulang dengan cara menggabungkan (2) metode penafsiran klasik dan hermeneutik, sehingga bisa dipahami bahwa tidak ada Hadis misogini, adanya Hadis yang ditafsirkan secara misogini, dan (3) pemahaman tersebut terimplikasikan pada kegiatan-kegiatan santriwati an-Nur dalam kehidupan sehari-hari.

  

ABSTRACT

  “Rekonstruksi & Implementasi Pemahaman Hadis Misoginis Pada Kitab Uqudul Lujayn di Pondok Pesantren an-Nur Klego Candirejo Tuntang Kabupaten Semarang.” Thesis of Islamic education study program (PAI), graduate program, State Islamic Institute of Salatiga 2017, mentor Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA.

  This research is based on the problems in society related to the rights and roles of women who are neglected, because the indications of Hadith are misogynically interpreted by classical commentators, on the one side uphold the dignity of women, but on the other side castrate women's rights by limiting the role women in married life and close their steps to contribute to their environment.

  The aims of this research are: (1) to know the extent to which the santri(student) understanding of the Hadiths studied in the book of lujayn uqudul, besides the researcher also (2) to explore the comprehension which mgis built in the study of the book of lujayn uqudul related to the Hadith interpreted in a misogynist (3). to be implicated in daily life.The method used in exploring the results of existing research is by qualitative method, with presenting data through verbal and poured in the description, not in the form of numbers.

  Based on the results of research and the procurement of the study of the book uqudul lujayn, shows that (1) students who study the book uqudul lujayn initially have not understood the existence of Misogany Hadith and only understand sesui book and teacher's statement, after the study in depth, santri- santri try to understand (2) the classical and hermeneutic method of interpretation, so that it can be understood that there is no misogynist Hadith, the Hadith is misogyn , and (3) the understanding implies the activities of santriwati an-Nur in daily life.

  

MOTTO

  Islam sebagai agama

  rahmatan lil’alamin tidaklah pernah membedakan status

  sosial atau pun yang lainnya (kecuali tingkat keimanan seorang hamba kepadaNya. Dalam kehidupan tidak ada manusia yang sempurna, maka dari itu kita harus saling mengisi kekurangan untuk menyongsong kesempurnaan bersama dalam hidup saling berdampingan tanpa harus membeda-bedakan peran atau pun kewajiban.

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, serta pertolongannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam tak lupa penulis sampaikan untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan yang baik kepada umatnya, sehingga memberikan motivasi tersendiri bagi penulis dalam menuntut ilmu pengetahuan dan menyelesaikan tesis ini.

  Tesis yang berjudul “rekonstruksi & implementasi pemahaman hadis misoginis pada kitab uqudul lujayn di pondok pesantren an-nur klego candirejo ini disusun guna memberikan kontribusi di bidang tuntang kabupaten semarang” keilmuan. Dalam penyusunannya, penelitian ini tidak dapat terselesaikan dengan mudah tanpa adanya dukungan, arahan, bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin berterima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. Selaku Direktur Pascasarjana

  IAIN Salatiga dengan segala kebijaksanaannya memudahkan dalam terselesaikannya tesis ini.

  3. Bapak Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA. Selaku dosen pembimbing tesis, yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, petunjuk-petunjuk penyusunan tesis, dan memberikan tambahan wawasan mengenai toleransi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

  4. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.

  5. Bapak Kyai Ahmad Munabah selaku pengasuh pondok pesantren an-Nur.

  6. Teman-teman santri an-Nur yang telah berkontribusi dalam memberikan materi-materi diskusi untuk melengkapi data penelitian saya.

  7. Kedua orang tua saya yang tidak henti-henti dalam memberikan nasihat dan do‟anya kepada saya.

  8. Fadhilah tufaidah, adik saya, fatimah al-Zahra, Farida, dan Khuzaimah, yang selalu memberikan angin segar dikala saya merasakan suntuk menyelesaikan tugas akhir.

9. M. Mustholiq Alwi yang ganteng dan keren yang selalu menemani dalam membuat tugas akhir.

  Salatiga, 23 September 2017

  Akhmad Khozin, S.Pd.I

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................... v

MOTTO ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 4 C. Signifikansi Penelitian ..................................................... 4 D. Kajian Pustaka ................................................................. 5

  1 Penelitian terdahulu ................................................... 5

  2 Kerangka Teori .......................................................... 8 E. Metode Penelitian ............................................................ 10 F.

  Sistematika Penulisan ...................................................... 12

  BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN AN-NUR A. Profil Pondok Pesantren an-Nur ...................................... 13 B. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren An-Nur ......... 15 C. Peta Pemahaman Santri Tentang Hadis Misogini ........... 16 BAB III PEMAHAMAN AWAL DAN METODE REKONSTRUKSI PEMAHAMAN HADIS MISOGINI DALAM KITAB UQUDUL LUJAYN DI PONDOK PESANTREN AN-NUR A. Pemahaman Hadis ........................................................... 18 B. Pembelajaran Kehidupan Berumah Tangga dalam Kitab 20

  Uqudul Lujayn ........................................................

  C.

  22 Hadis-Hadis Misogini yang Terdapat dalam Kitab Uqudul Lujayn ..................................................................

  D.

  24 Telaah Matan dan Sanad Hadis, Serta Rekonstruksi Pemahaman Hadis Yang Ditafsirkan Secara Misogini....

  E.

  Analisis Rekonstruksi Pemahaman Hadis Misogini ....... 30

  BAB IV IMPLIKASI PEMAHAMAN HADIS MISOGINIS DALAM KITAB UQUDUL LUJAYN DI PONDOK PESANTREN AN-NUR TERHADAP KESETARAAN GENDER A. Implikasi dalam Kehidupan Rumah Tangga................... 33 B. Implikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar .................. 35 C. Implikasi dalam Bidang Perekonomian ......................... 37 D. Implikasi dalam Bidang Sosial Dan Politik ................... 40 E. Analisis Implikasi Pemahaman Hadis Misogini ............. 42 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................... 46 B. Saran ................................................................................ 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab kuning masih menjadi primadona bagi ajaran turun temurun pondok

  pesantren yang mempunyai karakter salaf klasik, dengan pengajarannya yang mempunyai ciri khas tersendiri, entah dengan metode bandongan (seorang kyai menerangkan materi kajian kepada santri) atau dengan metode sorogan (santri mengajukan hafalan atau materi yang dipelajari

  1

  kepada kyai, agar sang kyai menyimak). Kitab yang dipelajari tersebut mengajarkan tentang pokok-pokok ajaran al- Qur‟an dan Hadis, seperti aqidah, tasawuf dan syari‟ah, semua itu diterangkan sesuai keahlian para mufasir yang menginterpertasi kitab-kitab tersebut. Dalam penafsirannya juga bervariatif, ada yang fleksibel dan ada juga yang kaku.

  Modern ini, pendidikan banyak yang mempunyai pandangan berbeda tentang pemahaman ajaran-ajaran yang mengakar di masyarakat dalam beberapa dekade, semua itu tidak lain karena perkembangan zaman yang ada. Relevansi pendidikan terhadap perkembangan zaman harus representatif, karena jika tidak dilakukan inovasi semua pendidikan yang mapan tersebut terkesan monoton dan kurang tepat guna bagi para peserta didik yang mempelajari ajaran yang disediakan oleh instansi terkait.

1 Zamakhsari,

  “Efektivitas Pembelajaran di Pesantren Mahasiswa (Studi Kasus di Pesantren Aji Mahasiswa al-Muhsin Yogyakarta) ”, Penelitian Dan Evaluase, Volume 02, Nomor 03, (Februari, 2000), 157. Salah satu pendidikan yang disoroti akhir-akhir ini adalah tentang penyetaraan perempuan dalam hak dan peran sosial. Patriarki kaum adami dan subordinasi kaum hawa merupakan contohnya, tidak memandang

  2 sejauh mana kemajuan peradaban di zaman serba sentuhan tangan ini.

  Bagi sebagian kalangan tertentu hal tersebut lumrah adanya, karena menurut mereka memang sudah kodratnya seorang laki-laki itu yang menguasai segalanya dalam rumah miliknya, dan seorang perempuan

  3

  adalah orang pelengkap yang selalu menjadi second person, ironinya hal itu pun masuk dalam didikan masyarakat tanpa mereka rasakan, apalagi terkritisi, sehingga pendidikan dianggap tidak ada kontribusi untuk masa

  4 depannya.

  Potret pendidikan Islam di Indonesia juga tidak luput dengan pendidikan yang mendiskreditkan kaum hawa, seperti adanya Hadis yang ditafsirkan secara misogini, sehingga banyak diantara perempuan yang enggan untuk meneruskan pendidikan lebih tinggi, dengan anggapan sumbangsih pendidikan bagi mereka kurang penting. Disisi lain orang tua yang kurang berpendidikan juga mengajarkan secara turun-temurun tentang posisi perempuan dalam sebuah keluarga dan tugas-tugas yang harus dilakukannya. Perempuan., menurut para orang tua tidaklah lebih

  2 Mansour Fakih, Analisis Gender & Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, 12. 3 Musahadi Ham, Evolusi Konsep Sunnah Implikasinya pada Perkembangan Hukum Islam, Semarang, Aneka Ilmu, 2000, 120. 4 Syafiq Hasyim, Hal-hal YangTidak Terpikirkan Tentang Isu Keperempuanan dalam Islam, Bandung: Mizan, 2001, 139. dari sekedar pelayan laki-laki dalam menjalankan roda keluarga, sehingga kontribusi ide-idenya kurang penting.

  Pondok pesantren sebagai landasan pendidikan agama, merupakan lembaga pendidikan yang syarat ajarannya dengan al- Qur‟an dan Hadis, sehingga ada indikasi pembelajaran Hadis yang ditafsirkan secara misoginis. Akan tetapi ada juga beberapa pondok pesantren yang mencoba untuk mereinterpretasikan Hadis-hadis yang dulunya berbau misoginis, salah satunya yaitu pondok pesantren an-Nur, di situ para santri mengkaji dan mereinterpretasi Hadis yang ditafsirkan secara misoginis, karena menurut al-Ghazali Hadis bisa berubah statusnya sesuai

  5

  dengan qarinah. Kitab yang dikaji untuk mendalami permasalahan tersebut adalah uqudul lujayn. Kitab tersebut memang mempunyai kelebihan dalam membahas hiruk pikuk rumah tangga, tauhid dan yang lainnya, akan tetapi kitab tersebut mengandung beberapa Hadis yang dianggap misoginis, isinya selain menomor duakan perempuan dalam urusan rumah tangga, disitu juga tidak pernah menjelaskan peran perempuan dalam strata sosial masyarakat, yang seharusnya perempuan mempunyai segudang potensi dalam berperan memajukan sosial masyarakat menjadi terhambat, karena dengan adanya tafsir yang mengarah ke misogini, seperti pembatasan bagi perempuan untuk keluar rumah, perempuan melakukan kebaikan atau bahkan beribadah sunah 5 harus ijin suami, dan perempuan harus siap melayani suami kapanpun dan Amina Wadud, Qur’an and Women, New York: Oxford University Press, 1999, 80. di manapun dia berada. Santri-santri mencoba untuk mereinterpretasikan Hadis-hadis tersebut dalam kajian kitab uqudul lujayn, dengan harapan agar anatara laki-laki dan perempuan memahami bahwa mereka mempunyai hak yang sama dalam menjadi subjek keputusan segala hal yang memang melibatkan kemaslahatan bersama, sesuai dengan prinsip al-

  6 Qur‟an yang mengutamakan kesetaraan.

B. Rumusan Masalah

  Penelitian kajian tentang Hadis misogini dirumuskan sebagai berikut: 1.

  Bagaimanakah pemahaman para santri ponpes an-Nur terhadap Hadis misoginis dalam kitab Uqudul Lujayn?

2. Bagaimanakah metode kajian Hadis misoginis dalam kitab Uqudul

  Lujayn, yang digunakan oleh santri ponpes an-Nur? 3.

  Sejauh mana implikasi pemahaman Hadis misoginis dalam kitab

  Uqudul Lujayn terhadap kesetaraan gender dalam ponpes an-Nur? C.

   Signifikansi Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian a.

  Untuk mengetahui pemahaman para santri ponpes an-Nur terhadap Hadis misoginis dalam kitab Uqudul Lujayn.

  b.

  Untuk mengetahui metode kajian Hadis misoginis dalam kitab yang digunakan oleh santri ponpes an-Nur.

  Uqudul Lujayn

6 Asghfar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology Essays On Liberative Elements In Islam , New Delhi: Sterling Publishers, 1990, 30.

  c.

  Untuk memahami sejauh mana implikasi pemahaman Hadis misoginis dalam kitab Uqudul Lujayn terhadap kesetaraan gender dalam ponpes an-Nur.

2. Manfaat Penelitian a.

  Manfaat teoritik penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemahaman latar belakang, hak dan peran perempuan dalam al-

  Qur‟an dan Hadis yang selama ini diinterpretasikan secara misoginis.

  b.

  Manfaat secara praktis bagi lembaga pendidikan, agar menjadi teori tambahan untuk peneliti selanjutnya. Sedangkan bagi peneliti dan pembaca yang budiman, agar bisa lebih memahami akan hak dan peran perempuan yang sama pentingnya dengan laki-laki dalam berkontribusi sebagai subjek pengambil keputusan dalam setiap masalah.

D. Kajian Pustaka

  Penelitian yang dilakukan ini mempunyai kemiripan dengan beberapa penelitian yang membagas tentang Hadis misoginis oleh para peneliti berikut: 1.

  Penelitian Terdahulu Hasani Ahmad Said di dalam jurnalnya membahas tentang “Hadis-

  hadis Misoginis: Wacana Pemahaman Hadis, Menggali Akar Sosio-

7 Penelitian yang dilakukannya memfokuskan tentang

  Kultural”,

  pandangan Hadis yang dibangun melalui persepsi sosio-kultur masyarakat yang melakukan interpretasi terhadap Hadis misoginis.

  Dalam penelitiannya menunujukkan bahwa tidak ada Hadis yang bersifat misoginis, akan tetapi latar belakang mufasir lah yang mempengaruhi hasil interpretasi Hadis.

  Muhamad Rofiq dalam penelitiannya mengambil tema “Memahami Hadis Misoginis Perspektif Maqasid Syari‘ah: Studi

  8 Hadis Yang Menyamakan Antara Keledai, Anjing Dan Perempuan ,

  hasil yang diteliti dari yang telah dilakukannya bahwa tujuan didirikannya syari‟ah Islam adalah untuk mencapai suatu kemaslahatan bersama (maslahah mursalah). Dalam kehidupan yang nyata untuk sebuah kemaslahatan seorang perempuan mempunyai posisi yang sama dengan laki-laki dalam keluarga, mereka sama-sama menjadi subjek penentu dalam kehidupan bersama, perempuan bukanlah objek limpahan keputusan kaum patriarki.

  Artikel yang diterangkan oleh Akrimi Matswah, dengan judul “Hermeneutika Negosiatif Khaled M. Abou El Fadl Terhadap Hadis

9 Nabi menjelaskan tentang reinterpretasi Hadis Nabi sesuai dengan

  ”, kemslahatan umat. Hadis mempunyai tujuan dalam membangun umat 7 Hasani Ahmad Said, “Hadis-hadis Misoginis: Wacana Pemahaman Hadis,

  Menggali Akar Sosio- 8 Kultural”, al-Dzikra, Volume 06, nomor 01, (Januari, 2012), 16.

  Muhamad Rofiq, “Memahami Hadis Misoginis Perspektif Maqasid Syari„ah: Studi

Hadis yang Menyamakan Antara Keledai, Anjing dan Perempuan”, Ilmu-ilmu Ushuluddin , Volume 16, Nomor 01, (April, 2015), 14. 9 Akrimi Matswab, “Hermeneutika Negosiatif Khaled M. Abou El Fadl Terhadap Hadis N abi”, Addin, Volume 07, Nomor 02, (Agustus 2013), 249. Islam yang taat kepada Allah, dan saling menghormati sesame manusia tanpa harus membedakan Janis kelamin dalam memberikan perannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Moh. Muzakka Mussaif menerangkan dalam artikel yang

  Gender dalam Sastra Pesantren

  berjudul “Kesetaraan Dirinya mengungkapkan (Kajian terhadap Kitab Syi’ir Laki Rabi)”. bahwa beberapa hasil karya berbahasa Arab yang banyak dibicarakan terkait dengan bias gender adalah kitab Uqudul Lujjain dan kitab

  Keduanya membicarakan persoalan hubungan Qurratul ‘Uyuun. suami-istri (hubungan seks) yang mengungkapkan dominasi kekuasaan suami terhadap istri. Kedua kitab tersebut banyak merujuk ayat al-Quran dan Hadis Rasul untuk mengukuhkan dominasi laki-laki

  10 terhadap perempuan.

  Penelitian yang dilakukan oleh jamilah yang berjudul “Marriage And The Independency Of Women (A Case Study On Early

  11 Marriage In Local Area In Madura). Menyebutkan tentang

  ” banyaknya para anak-anak dibawah umur yang telah melangsungkan pernikahan, khususnya para perempuan. Dalam penelitiannya disebutkan salah satu faktor terjadinya peristiwa tersebut adalah adanya pendidikan bagi para anak-anak umur 9 tahun tentang

  10 Moh.Muzakka Mussaif , “Kesetaraan Gender dalam Sastra Pesantren (Kajian terhadap Kitab Syi‟ir Laki Rabi)”, Nusa, Volume 12, Nomor 2, (Mei 2017), 80. 11 Jamilah, “Marriage and The Independency of Women (A Case Study On Early Marriage In Local Area In Madura)”, Egalita, Volume 02, Nomor 02, (Juli, 2012), 68. kehidupan rumah tangga, dan materi ajar yang diberikan dari kitab uqudul lujain .

  Penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti tersebut berkonsentrasi pada otentisitas Hadis dan penyetaraan peran laki-laki dan perempuan yang seharusnya masuk dalam interpretasi Hadis. Peneliti merasa sanagat penting untuk mengetahui pemahaman Hadis misogini dan mengetahui pemahaman ulang yang dilakukan di pondok pesantren An-Nur, karena disana melaksanakan kajian-kajian Hadis perempuan secara modern.

2. Kerangka Teori

  Istilah misogini (mysogyny) secara etimologi berasal dari kata

  misogynia (Yunani) yaitu miso (benci) dan gyne (perempuan) yang

  berarti a hatred of women, yang berkembang menjadi Misoginisme (mysogynism), yang bermakna suatu ideologi yang membenci

  12

  perempuan. Selain itu istilah misogini dianalogikan berasal dari istilah yang berasal dari bahasa Inggris misogyny yang mempunyai arti yang sama yakni kebencian terhadap perempuan. Kamus Ilmiah Populer menyebutkan, terdapat tiga ungkapan berkaitan dengan istilah tersebut, yaitu misogin artinya benci akan perempuan, misogini artinya perasaan benci akan perempuan, misoginis artinya laki-laki yang benci pada perempuan. Secara terminologi istilah misoginis digunakan untuk doktrin-doktrin sebuah aliran pemikiran yang secara zahir 12 Sunarto, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan, Jakarta: PT. Kompas Media

  Nusantara, 2009), 49. memojokkan dan merendahkan derajat perempuan. Anggapan adanya unsur misoginis dalam hadis dipopulerkan oleh seorang aktivis perempuan Fatima Mernissi melalui bukunya ”Women and Islam: An

  13 Historical and Theological Enquiry ”.

  Hadis merupakan riwayat yang bertujuan untuk mengutip Nabi

  14 dalam segala hal baik dalam perkataan, perbuatan, dan persetujuan.

  Misoginis mempunyai makna membenci atau merendahkan

  15

  perempuan. Dalam beberapa tafsir Hadis misogini, perempuan merupakan objek limpahan keputusan bagi laki-laki, dan mereka hanya dianggap sebagai pelengkap bagi kekurangan laki-laki, hal itu berdampak dalam beberapa aspek, seperti kontribusi, hak dan kewajiban suami terhadap perempuan. Keberadaan perempuan sering diragukan perannya dalam kemajuan atau perubahan, seperti hal pendidikan, sehingga pendidikan bagi perempuan dalam pandangan beberapa kalangan kuranglah penting, karena mereka dianggap lemah

  16 dalam sisi kognitif, dan cenderung menggunakan perasaan.

  Teori Feminisme Liberal. Teori ini berasumsi bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Karena itu perempuan harus mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. 13 Wilaela, “Perempuan-perempuan Haremku (Telaah Pengalaman Perempuan

  

oleh Perempuan dengan Pendekatan Sejarah Peradaban Islam)”, Marwah, Volume 4, Nomor

8, (Juli, 2005), 22. 14 Khaled Abu el-Fadl, The Great Theft: Wrestling Islam from The Extremists, Los Angeles: Perfect Bound, 2005,142-143 15 Hamim Ilyas, Perempuan Tertindas? Kajian Hadis-Hadis Misoginis, Jakarta: The Ford Foundation, 2003, xxxii. 16 Nur Jannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan Bias Laki-Laki dalam Penafsiran Yogyakarta, Lkis, 2003.

  Meskipun demikian, kelompok feminis liberal menolak persamaan secara menyeluruh antara laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa hal masih tetap ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Bagaimanapun juga, fungsi organ reproduksi bagi perempuan membawa konsekuensi logis dalam kehidupan bermasyarakat. Teori kelompok ini termasuk paling moderat di antara teori-teori feminisme. Pengikut teori ini menghendaki agar perempuan diintegrasikan secara total dalam semua peran, termasuk bekerja di luar rumah. Dengan demikian, tidak ada lagi suatu kelompok jenis kelamin yang lebih dominan. Organ reproduksi bukan merupakan penghalang bagi

  17 perempuan untuk memasuki peran-peran di sektor publik.

  Teori-teori di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa Hadis misoginis adalah Hadis yang mendiskreditkan perempuan dalam penafsirannya, sehingga hak-hak perempuan dan laki-laki tampak timpang dalam peran dan kontribusinya dalam permasalahan sehari- hari, maka melihat dari beberapa aspek, mereinterpretasikan Hadis misoginis sangatlah penting untuk merekonstruksi pemahaman para perempuan yang sebagai objek Hadis misoginis, dan pemahaman laki- laki sebagai kaum yang lebih diuntungkan dengan keadaan tersebut.

E. Metode Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian field research (penelitian lapangan).

  Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, 17 Marzuki, “Kajian Awal Tentang Teori-teori Gender”, Civic, Volume 04, Nomor 02, (Desember 2007), 73.

  terperinci dan mendalam terhadap suatu objek tertentu dengan

  18

  mempelajarinya sebagai suatu kasus. Dengan metode ini peneliti akan mengupas tentang penafsiran Hadis secara misoginis dan reinterpretasi yang dilakukan dalam kajian Hadis di pondok pesantren an-Nur.

  Subjek penelitian yang dituju yaitu para santri, pengajar dan orang- orang yang ikut dalam kajian pembelajaran Hadis di pondok pesantren an- Nur, dengan informasi yang telah didapat dari santri (informan), peneliti bisa mengumpulkan data yang valid untuk menyusun data secara otentik, karena sumber data utama adalah dari para informan tersebut dan sumber data tambahannya dari kitab dan buku yang dikaji dalam kegiatan belajar- mengajar setiap hari.

  Peneliti menggunakan metode intervew sebagai bentuk komunikasi

  19

  langsung untuk mengumpulkan data, sebagai alat penggali informasi dari pendidik ataupun peserta didik dalam melakukan kajian-kajian Hadis yang diinterpretasikan secara misoginis, yang telah mereka kaji ulang untuk menuntut relevansi terhadap zaman dan kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan.

  Penelitian menggunakan prinsip-prinsip deskriptif sebagai alat

  20

  penganalisa data. Dengan prinsip deskriptif tersebut peneliti akan mengumpulkan dan menganalisa data berkaitan dengan interpretasi Hadis 18 misogini yang disusun oleh penafsir klasik, dan untuk menggabungkan 19 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitaif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005,9.

  W. Gulo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, 20 86.

  Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara. 2009, 86. dengan kajian terbaru yang ada dalam pondok pesantren an-Nur sebagai reinterpretasi Hadis yang berorientasi ke problematika kontemporer.

F. Sistematika Pembahasan

  Bab pertama, Pendahuluan, bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian.

  Bab kedua, mengenai gambaran profil pondok pesantren an-Nur secara umum, meliputi letak geografis pondok, identitas, visi misi, fasilitas, dan jenis kegiatan pondok pesantren an-Nur.

  Bab ketiga, berisi tentang pemahaman Hadis misoginis dalam kitab

  uqudul lujayn pada santri an-Nur, serta pemaparan metode yang digunakan dalam mereinterpretasi pemahaman Hadis tersebut.

  Bab keempat, dalam bab berisi tentang implikasi pemahaman Hadis misoginis terhadap kesetaraan gender, pada pondok pesantren an- Nur.

  Bab kelima, mengemukakan tentang simpulan, saran, dilengkapi dengan daftar putaka, dan lampiran-lampiran.

BAB II PEMAHAMAN SANTRI TERHADAP KITAB UQUDUL LUJAYN A. Profil Pondok Pesantrean an-Nur Pondok pesantren an-Nur merupakan pondok pesantren yang terletak

  di dusun Klego, Rt 03/09, Candirejo, Tuntang, Semarang, yang diasuh oleh kyai Ahmad Munabah. Beliau adalah seorang kyai yang pernah melaksanakan studi di IAIN (dulu STAIN) Salatiga. Beliau mengasuh kurang lebih 105 santri, laki-laki dan perempuan. Pesantren tersebut didirikan oleh Kh. Mawahib Ma‟mun, sebelum bapak Mawahib mendirikan pondok pesantren ini, terlebih dahulu sudah ada madrasah yang di pimpin oleh simbah Ahmad Nur. Pada waktu itu masyarakat sekitar saja yang datang untuk mengaji. Berawal dari beberapa warga yang ingin mengaji, dan dengan ketekunan bapak Ahmad Nur hingga santri pun berdatangan. Kemudian madrasah itu diteruskan oleh bapak Kh. Mawahib, pada tahun 1987, karena yang ingin mengaji semakin banyak maka pada tahun itu dibangunlah pondok pesantren an-Nur.

  Animo masyarakat dalam mengikuti perkembangan pondok pesantren an-Nur pun juga tergugah, saat pertama pendirian pondok pesantren tersebut hanya segelintir saja dari masyarakat yang mau menjadi bagian dari pesantren tersebut, seiring perkembangan waktu, masyarakat sekitar pun mulai tertarik untuk mengikuti kegiatan yang ada dalam pondok pesantren. Bahkan setelah beberapa tahun kemudian masyarakat yang tertarik untuk ikut menimba ilmu di sana pun tidak hanya masyarakat sekitar saja, ada juga para pendatang dari luar kota, termasuk juga para mahasiswa dan mahasiswi IAIN Salatiga.

  Pondok pesantren an-Nur sebagai salah satu alternatif lembaga pendidikan agama Islam bagi para pelajar, dalam mewujudkan pendidikan yang representatif begi kenyamanan kegiatan belajar mengajar yang ada memberikan fasilitas-fasilitas sebagai berikut, seperti gedung asrama, ruang kelas, aula, masjid, tempat ziarah kubur, lahan pertanian, politren, dapur umum, kantin, koperasi, dan kamar mandi.

  Pondok pesantren an-Nur merupakan pondok pesantren yang mempunyai tradisi keilmuan yang berangkat dari keilmuan-keilmuan klasik secara turun temurun pada pondok pesantren yang ada di Jawa. Walaupu kebanyakan yang menjadi santri disana adalah mahasiswa, mereka tetap mempertahankan kajian pendidikan tradisionalnya, dengan mempertimbangkan pentingnya beberapa keilmuan tradisional yang masih harus dijaga. Akan tetapi walaupun mereka masih mempertahankan khazanah keilmuan tersebut, mereka juga memberikan inovasi pada bebera sektor komponen pendidikannya, seperti sarana dan prasarana, kurikulum dan metode yang digunakan untuk menunjang perkembangan kegiatan pembelajaran. Terlihat dari beberapa materi yang dimasukkan dalam pembelajarannya sehari-hari, tidak hanya mengajarkan kitab kuning saja dalam memberikan bekal keilmuan pada para santrinya, akan tetapi ada juga kegiatan pengembangan potensi pembelajaran selain keilmuan yang agamis, melainkan seperti bercocok tanam, berdagang, dan kretifitas yang lainnya. Visi misi pondok pesantren putra putri an-Nur Visi: Terwujudnya santri yang beriman, cerdas, disiplin, berjiwa sosial, dan berwawasan ahlussunnah waljamaah.

  Misi: 1.

  Menanamkan keimanan dan ketaqwaan memalui pengalaman ajaran agama

  2. Mengoptimalkan proses pembelajaran (mengaji) dan bimbingan.

  3. Menimbulkan dan mengingatkan seluruh santri untuk rajin dan disiplin.

  4. Mempererat tali persaudaraan, kekeluargaan, selalu tolong menolong dan menjaga keharmonisan.

  5. Menjalin kerjasama yang harmonis antara sesama santri dan lembaga lain yang terkait

B. Anatomi Kitab Uqudul Lujayn

  Kitab uqudul lujayn mempunyai empat bab udalam pembahasan utamanya, yaitu tentang:

  1. Hak-hak istri terhadap suami Di dalam bab tersebut menerangkan ayat al-

  Qur‟an dan Hadis tentang besarnya pahala bagi suami ketika bisa memberikan layanan dalam keluarga dengan baik.

  2. Hak-hak wajib suami terhadap istri

  Di dalam bab ini menerangkan tentang ayat al- Qur‟an dan Hadis tentang pahala wanita ketika bisa melayani hak-hak suami, kriteria wanita penghuni neraka dan surga, 11 wasiat Rasul terhadap para wanita, dan buruk dan baiknya perilaku laki-laki dan wanita dalam kehidupan rumah tangga.

  3. Keutamaan salat perempuan di dalam rumahnya Dalam bab ini diterangkan tentang haramnya berhias bagi wanita ketika keluar rumah, dan hendaknya wanita itu salat di dalam rumahnya, karena itu lebih baik baginya.

  4. Haramnya seorang laki-laki memandang wanita selain istrinya, begitu juga sebaliknya.

  Ada beberapa refleksi pemikiran bagi wanita yang hidup di zaman modern.

  Melihat dari bab yang disajikan dalam kitab tersebut, menunjukkan bahwa kitab materinya lebih dominan membahas tentang perilaku perempuan dalam kehidupan berumah tangga, sehingga dalam kajian pondok pesantren an-Nur kitab ini hanya diajarkan kepada santriwati saja.

C. Peta Pemahaman Santri Tentang Hadis Misogini

  Metode pembelajaran kitab klasik yang selalu menjadi tradisi bagi pondok pesantren salaf seperti bandongan dan sorogan, memberikan kontribusi pemahaman bagi santri terhadap kitab atau hal-hal yang dikaji memang bisa dikatakan kurang kompleks, pasalnya pembelajaran tersebut bersifat doktrinal dan kurang diskursif, sehingga pemahaman yang dihasilkan bersumber dari pemahaman teks dan diwarnai dengan pengembangan dari pemahaman kyai yang membacakan kitab kajian di pondok pesantren, ditambah dengan hasil pemahaman yang beliau kaji sendiri dari kitab-kitab yang mensuport terhadap pemahaman kitab kajian utama, agar tidak memunculkan pemahaman baru yang dianggap berbeda, dan jauh dari batasan-batasan kitab yang diajarkan, karena itu akan menyimpang dari tradisi kehidupan berumah tangga yang dijalani oleh ulama terdahulu. Pemahaman yang terbangun dalam kajian kitab uqudul lujayn di pondok pesantren an-Nur yang disajikan dengan metode bandungan memang memberikan hasil pemahaman pada santri secara luas tentang masalah kehidupan berumah tangga. Santri terbangun pemahamannya tentang bagaimana cara menjalin kehidupan berumah tangga secara harmonis sesuai dengan pemahaman kitab uqudul lujayn yang diajarkan di pondok-pesantren an-Nur. Santri mengetahui akan hak-hak dan kewajiban sebagai suami dan sebagai istri, tidak sampai hak dan kewajiban saja dalam memahami kitab yang mereka kaji, karena di kitab tersebut membahas juga tentang bagaimana caranya mengatasi masalah dalam kehidupan rumah tangga, ketika dihadapkan suatu permasalahan yang mengindikasikan terhadap ketidak harmonisan dalam kehidupan berumah tangga, sehingga mereka mengetahui cara memecahkan masalah yang suatu saat akan mereka hadapi.

BAB III PEMAHAMAN HADIS MISOGINI DALAM KITAB UQUDUL LUJAYN DI PONDOK PESANTREN AN-NUR A. Pemahaman Hadis Pondok pesantren an-Nur sebagai tempat pembelajaran agama Islam yang

  mempunyai ciri khas pondok pesantren klasik dalam pembelajarannya, selalu mengadakan inovasi dalam turut mencerdaskan generasi muda. Di pondok pesantren tersebut walaupun sering menggunakan metodologi dan materi pembelajaran kitab-kitab klasik dalam kegiatan belajar mengajarnya setiap hari, tapi juga selalu mengembangkan keilmuan-keilmuan yang ada sesuai dengan tuntutan zaman. Santri-santri menyadari, bahwa pendidikan saat ini harus selalu memperhatikan perkembangan zaman, karena ketika tidak mengikuti perkembangan, akan membosankan, lebih dari itu, pembelajaran pun seakan-akan kurang bisa mewakili kebutuhuan primer peserta didik dalam mencari bekal ilmu sebagai fondasi kehidupan dimasa depan.

  Pemahaman Hadis yang dimiliki oleh para santri, yang memang kebanyakan adalah lulusan dari pondok pesantren pada saat mereka menimba ilmu di masa-masa sekolah menengah pertama (SMP) atau sederajat, dan sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat, sudah menggambarkan atas pengalaman yang ada. Paling tidak para santri sudah bisa membedakan hadis- hadis dari segi kualitasnya ketika diriwayatkan oleh seorang perawi hadis, apakah kualitasnya baik atau tidak, dan bisa dipakai sebagai dasar ber hujjah

  21 atau tidak dalam pengambilan hukumnya.

  Hadis, selain pengetahuan para santri dalam menjadikan hujjah kedua setelah al- Qur‟an, juga memahami atas definisi dan penafsirannya, yang memungkinkan akan adanya perubahan suatu saat dalam penafsirannya jika dilihat dalam konteks dan bangunan kultur sosial yang berbeda, bukan berarti merubah Hadis dan isinya yang berasal dari Nabi Saw, akan tetapi hanya menafsirkan Hadis, sesuai konteks keberadaan masyarakat dalam dimensi yang berbeda dalam mencapai kemaslahatan kehidupan bersama, dalam masyarakat beragama dan bernegara, yang mempunyai lapisan masyarakat berbeda-beda dalam pola pikir dan adaptasinya masing-masing.

  Dalam memberikan pemahaman Hadis, pondok pesantren an-Nur juga memberikan pemahaman yang kontekstual saat pembelajarannya, walaupun mamakai kitab-kitab klasik, yang mungkin dipandang oleh sebagian ilmuan- ilmuan modern dianggap ketinggalan zaman, dan terkesan kolot. Tujuannya, kenapa mereka tetap menggunakan kitab klasik sebagai pembelajarannya, karena kitab-kitab tersebut, selain sesuai oleh anjuran dan ajaran guru-guru secara turun temurun, kitab-kitab tersebut selalu mengajarkan tentang pesan kode etik yang tinggi dan minim akan pesan politis ataupun matrealis.

  Dengan kitab tersebut, maka para santri mempelajari dan mengembangkan pemikiran yang ada, agar sesuai konteks keilmuan zaman sekarang dan tidak 21 melepaskan kode etik yang diajarkan oleh para ilmuan-ilmuan terdahulu.

  

Wawancara Dengan Syamsul Bakhri, Santri pondok Pesantren an-Nur, Pada 10 September

2017.

  B.

  

Pembelajaran Kehidupan Berumah Tangga dalam Kitab Uqudul Lujayn

  Kiatab Uqudul Lujayn merupakan salah satu dari beberapa kitab yang menjadi materi pokok yang diajarkan di pendok pesantren an-Nur, karena memang sangat dianggap perlu adanya pembelajaran kitab tersebut, di dalamnya mengajarkan tata cara hidup berumah tangga yang baik, agar menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, war rahamah, seperti yang didoakan oleh umumnya muslim di Indonesia bagi para pasangan suami istri yang baru saja mengikat janji suci mereka. Pembelajaran dalam kitab tersebut meliputi aqidah, fiqh ibadah, tata cara berkeluarga (hak-hak antara suami dan istri) dan lain sebagainya. Pemusatan pembelajaran dalam kitab tersebut adalah tentang bagaimana caranya hidup berumah tangga yang baik, seperti apa seharusnya peran laki-laki dalam kehidupan berumah tangga, apa yang mereka harus lakukan dan apa saja kewajiban mereka, dan seperti apa pula hak dan kewajiban seorang wanita dalam kehidupan berumah tangga. Seperti yang perkataan salah satu santri yang mempelajari kitab tersebut:

  “kitab Uqudul Lujayn adalah kitab yang menerangkan tentang hak dan kewajiban seorang suami istri dalam kehidupan rumah tangga, seharusnya mereka berperan seperti apa, dan apa kewajiban yang

  22

  harus dilakukan terhadap keluarga yang mereka pimpin” Seperti yang diajarkan didalamnya, bahwa sesorang yang hidup berumah tangga harus selalu mengikuti tuntunan al-

  Qur‟an dan Hadis Nabi Saw, pembelajaran yang ada di dalam kitab Uqudul Lujayn tersebut memang wujud dari penafsiran al-

  Qur‟an dan Hadis, akan tetapi Hadis yang lebih 22 dominan dalam menjadikan hujjah penjelasannya. Kitab tersebut

Wawancara Dengan Sofi, Santri pondok Pesantren an-Nur, Pada 10 September 2017. penjelasannya terbagi menjadi empat bab utama, yaitu: hak istri terhadap suami, hak-hak wajib suami terhadap istri, keutamaan salat perempuan di dalam rumahnya, haramnya seorang laki-laki memandang wanita selain istrinya.

  Melihat dari isi bab dan sub-sub bab yang diterangkan dalam kitab tersebut, menunjukkan bahwa kitab tersebut lebih dominan membahas tentang perilaku para wanita dalam kehidupan berumah tangga, dan menurut pembelajaran kitab yang dikaji oleh para santri di pondok pesantren an-Nur, kitab tersebut mengandung beberapa Hadis yang ditafsirkan secara misogini, yang sangat jauh dari keadilan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw tentang persamaan derajat dan hak manusia di muka bumi ini, seperti peristiwa yang berada dalam keluarga Abdulrahman Wahid, bahwa Sinta, sebagai istri Abdurrahman Wahid memiliki banayak kesempatan untuk

  23

  menduskisan segala sesuatu dengan suaminya tersebut. Karena menurut ajaran Nabi yang membedakan derajat manusia adalah ketaqwaan, walaupun memang seorang istri harus taat kepada suami, bukan berarti istri tidak bisa menjadi subjek dalam mengambil keputusan untuk kemaslahatan bersama dalam kehidupan rumah tangga. Sesuai yang diterangkan oleh salah satu santri pondok pesantren an-Nur:

  “Dikitab Uqudul Lujayn memang ada Hadis-hadis yang ditafsirkan atau diterangkan secara misoginis, sehingga itu mengambil beberapa

23 Asfa Widiyanto, “Female Religious Authority, Religious Minority And The Ahmadiyya:

  

The Activism of Sinta Nuriyah Wahid, Journal of Indonesian Islam, Volume 09, Number 01, (June 2015), 8. hak-hak seorang istri, di dalam penjelasannya terkadang memang wanita dilebihkan, tapi semua itu butuh realisasi.”

  24 C.

   Hadis-hadis Misogini yang Terdapat dalam Kitab Uqudul Lujayn

  Kitab Uqudul Lujayn sebagai salah satu referensi bagi orang muslim dalam membangun kehidupan berumah tangga, di dalamnya ada sekitar 89 Hadis, kuwalitas Hadis tersebut bermacam-macam, ada yang shohih dan ada juga

  yang dho’if. Sedangkan dalam keterangannya, ada yang netral dalam

  pembagian hak dan kuwajiban, antara suami dan istri, akan tetapi ada juga yang mengarah ke misoginis dalam penafsirannya. Berikut adalah beberapa Hadis yang sering ditafsirkan secara misoginis dalam kitab Uqudul Lujayn: 1.

  Hadis tentang laknat Malaikat terhadap istri ketika tidak mau melayani kebutuhan biologis suami

  بََُثَّدَح ُدًََّحُي ٍُْب َةَرَعْرَع بََُثَّدَح ُتَبْعُش

  ٍَْع َةَدبَخَق ٍَْع َةَراَرُز ٍَْع يِبَأ

  َةَرْيَرُه َلبَق :َلبَق يِبَُّنا ًَّهَص َُّاللّ ِهْيَهَع َىَّهَضَو اَذِإ

  ْجَحبَب ُةَأْرًَْنا ةَرِجبَهُي