IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN HUMANISME RELIGIUS PADA PONDOK PESANTREN BAGI MASYARAKAT (STUDI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO, GEDANGAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN

HUMANISME RELIGIUS PADA PONDOK PESANTREN

BAGI MASYARAKAT

(STUDI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO,

GEDANGAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh :

STRI ANA FARHANA

NIM : 111 10 082

JURUSAN TARBIYAH

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sebaik-baik manusia adalah ia yang dapat bermanfaat bagi orang lain.

  PERSEMBAHAN Yang Utama Dari Segalanya...

  Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan.

  Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW. Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

  Bapak dan Ibu Tercinta 

  Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Bapak H. Anwar, B.A dan Ibu Hj. Siti Mae Saroh sebagai peneduh jiwaku, yang selalu mencurahkan segala kasih sayangnya ketika aku masih dalam kandungan hingga terlahir ke dunia, sehingga dapat melihatku tumbuh menjadi perempuan yang membahagiakan. Bapak dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendo’akanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,. 

  Bapak KH. Mahfud Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah yang selalu membimbing serta memberikan nasehatnya ketika kami belajar untuk hidup mandiri. 

  Gus M.Hanif,M.Hum dan Ning Rosyidah, Lc yang tak kenal lelah memberikan petuahnya kepada kami.

   Untuk kakak-kakakku Laila Ananingrum dan Mulyanto, serta Arifa Kusumawati dan

  Hanostuk Vanda Ardiyansyah terima kasih atas dukungan dan motivasi serta telah memberikan sebuah pengalaman hidup menjadi orangtua yang bijak. 

  Kedua keponakanku, para jagoan cerdas dan sholih Auliya Abimantrana dan Reo Al Idrisi Geosfera. Serta si twin Shakila Sasikirana dan Annora Sasikirana yang membuat rumah dan hidup semakin ramai oleh tingkah lucu mereka.

   Semua santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro, yang telah memberikan warna kehidupan serta telah mengukir cerita di pondok ini. Dari sinilah penulis belajar mandiri, berorganisasi, hidup bermasyarakat, dan menjadi seorang pemimpin.

   Sahabat kecilku di TBB Edi Mancoro, TPQ Az Zahra, MI Ma’arif, dan RA Masithoh Gedangan yang selalu membuatku tertawa lepas karena kepolosan kalian.

   Bapak Dr. Phil Asfa Widiyanto, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi saya, terima kasih atas bimbingan bapak selama ini.

   Untuk guru-guruku, ustadz, serta semua dosen terima kasih atas bimbingan dan arahan selama ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan menuntunku menjadi manusia yang berharga di dunia dan bernilai di akhirat.

   Teman-teman PAI C angkatan 2010 , kebersamaan kita ketika masih menjadi mahasiswa baru hingga sekarang telah terlukis dalam bingkai kebersamaan.

   My best man, dalam hari-hari penulis. Seseorang yang telah menemani selama perjalananku untuk belajar menjadi seorang wanita sholihah, terimakasih atas dukungan dan kesabarannya.

  Because, you still with me….. 

  Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu, Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika hidup bisa kuceritakan di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan terima kasih…

KATA PENGANTAR

  Assalamu‟alaikum Wr.Wb

  Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit dan bumi, dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat yang menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan kemaha besaran-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan penuh kerinduan pada sang revolusioner Islam, pembangun peradaban manusia yang beradab Habibana wanabiyana Muhammad Saw...

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.

  3. Bapak Rasimin, S.Pd.I. M.Pd. selaku Ketua Program Studi PAI.

  4. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik.

  5. Bapak Dr. Phil Asfa Widiyanto, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulisan skripsi ini

6. Bapak ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Bapak dan ibu, saudara-saudara, serta teman-teman yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di STAIN Salatiga.

  Kepada mereka semua, penulis tidak dapat memberikan balasan apapun. Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka serta membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis.

  Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

  Salatiga, 29 November 2014 Penulis

  ABSTRAK

  Farhana, Stri Ana, 2014. IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN

  HUMANISME RELIGIUS PADA PONDOK PESANTREN BAGI MASYARAKAT (STUDI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO, GEDANGAN, TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014.

  Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr. Phil Asfa Widiyanto, M.A.

  Kata Kunci : Pendidikan Humanisme Religius

  Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui implementasi dan implikasi pendidikan humanisme religius pada Pondok Pesantren bagi masyarakat. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro ? (2) Bagaimana materi pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro mempunyai relevansi dengan pembentukan jiwa humanis dan religius ? (3) Bagaimana sistem pendidikan yang dikembangkan di Pondok Pesantren Edi Mancoro untuk mencapai pendidikan humanis dan religius ? (4) Bagaimana peran Pondok Pesantren Edi Mancoro dalam mewujudkan humanisme religius di masyarakat ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif etnografi.

  Temuan penelitian ini, implementasi dan implikasi pendidikan humanisme religius di pondok pesantren bagi masyarakat dirasa menjadi sebuah terobosan baru model pendidikan di dunia pesantren. Berdasarkan penelitian ini maka penulis menyimpulkan bahwa : pertama, bentuk pendidikan yang terdapat di Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan tradisional. Dan pembelajaran ilmu-ilmu Agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan menggunakan kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Kedua, keterkaitan materi pendidikan dengan tradisi yang ada di pondok pesantren. Kurikulum yang menekankan pengkajian kitab kuning yang ditulis oleh ulama klasik menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan pesantren sejalan dengan pemikiran masa lalu namun masih tetap berlaku pada masa sekarang. Ketiga, sistem pendidikan Pondok Pesantren Edi Mancoro menggunakan beberapa sistem yang tradisional yaitu pola pengajaran sorogan, bandongan, wetonan dan musyawarah dalam mengkaji kitab-kitab agama. Ke empat, semua kegiatan yang berlangsung dalam masyarakat sekitar Pondok Pesantren Edi Mancoro untuk mewujudkan humanisme religius semata-mata ditujukan untuk lebih dekat kepada masyarakat sekitar. Sehubungan dengan kegiatan santri yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat sekitar.

  DAFTAR ISI i

  HALAMAN JUDUL…………………………………………………

  ii LEMBAR BERLOGO……………………………………………….. iii

  PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………

  iv PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………... v

  PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………… MOTTO DAN

  vi

  PERSEMBAHAN……………………………………

   viii KATA PENGANTAR………………………………………………... x

  ABSTRAK……………………………………………………………

   xi DAFTAR ISI…………………………………………………………. xv

  DAFTAR GAMBAR…………………………………………………

   xvi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….

  BAB I :

  1 PENDAHULUAN……………………………………………………

  A. Latar Belakang Mas

  1 alah…………………………………………...

  9 B. Fokus Penelitian…………………………………………………...

  10 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………..

  10 D. Kegunaan Penelitian……………………………………………….

  12 E. Penegasan Istilah…………………………………………………...

  15 F. Metode Penelitian…………………………………………………

  1. Pendekatan dan Jenis

  15 Penelitian………………………………...

  2. Kehadiran Peneliti…………………………………………….... 16

  3. Lokasi Penelitian……………………………………………….. 16

  4. Sumber Data…………………………………………………… 17

  5. Prosedur Pengumpulan Data……………………………………. 18

  6. Analisis Data…………………………………………………… 20 7.

  Pengecekan Keabsahan Data…………………………………… 21 G. Tahap-tahap Penelitian……………………………………………. 22

  H. Sistematika Penulisan……………………………………………... 23

  BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………. 26 A. Gambaran Umum Pondok Pesantren………………………… 26 1. Pengertian Pondok Pesantren…………………………….. 26 2. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren…………… 28 3. Tujuan Pondok Pesantren………………………………… 30 4. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren…………………. 33 B. Pendidikan Humanisme Religius di Pondok Pesantren……… 48 1. Pengertian Humanisme Religius di Pondok Pesantren…... 48 2. Sejarah Perkembangan Pendidikan Humanisme Religius di Pondok Pesantren………………………………………

   50 3.

  Aspek-aspek Pendidikan Humanisme Religius…………... 56

  BAB III BENTUK DAN POLA HUBUNGAN SOSIAL……………………... 65 A. Gambaran Umum dan Kondisi Sosiokuktural Pondok Pesantren Edi Mancoro………………………………………

  63

  1.

   63 Letak Geografis Pondok Pesantren Edi Mancoro dan Kondisi Sosiokultural……………………………………..

2. Profil Pondok Pesantren Edi Mancoro…………………… 65 3.

  Visi, misi, tujuan, garis perjuangan, keadaan ustadz dan santri,dan pelaksanaan pendidikan di Pondok Pesantren

  68 Edi Mancoro……………………………………………… B.

  Hubungan santri dengan keturunan kyai serta dengan masyarakat

  82

  sekitar pondok pesantren………………………… 1. Hubungan santri dengan keturunan kyai………………… 82 2. Hubungan santri dengan masyarakat sekitar pondok

  87 pesantren…………………………………………………..

  BAB IV ANALISIS DATA……………………………………………………. 92 A. Bentuk Pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro……… 92 B. Implementasi Pendidikan Humanisme Religius di Pondok

  94 Pesantren Edi Mancoro……………………………………….

  C.

  Peran Pondok Pesantren Edi Mancoro dalam mewujudkan

  101 Humanisme Religius………………………………………….

  BAB V PENUTUP……………………………………………………………. 106 A. Kesimpulan…………………………………………………… 104 B. Saran………………………………………………………… 105

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR GAMBAR Gambar Kegiatan Pondok Pesantren Edi Mancoro DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Pustaka 2. Riwayat hidup penulis 3. Nota pembimbing skripsi 4. Surat permohonan izin melakukan penelitian 5. Surat keterangan melakukan penelitian 6. Deskripsi wawancara 7. Lembar konsultasi 8. Foto kegiatan 9. Surat keterangan lulus ujian komprehensif 10.

  SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia, disinyalir sebagai sistem pendidikan yang lahir dan tumbuh

  melalui kultur Indonesia yang bersifat

  “indigenous” yang diyakini oleh

  sebagian penulis telah mengadopsi model pendidikan sebelumnya yaitu dari pendidikan Hindu dan Budha sebelum kedatangan Islam.

  Pesantren memiliki beberapa unsur yang dalam hal-hal tertentu membedakan dengan sistem pendidikan lainnya. Unsur-unsur itu meliputi kiai, santri, masjid, pondok (asrama), dan pengajian kitab kuning. Keterpaduan unsur-unsur tersebut membentuk suatu sistem dan model pendidikan yang khas, sekaligus membedakan dengan pendidikan formal.

  (Maunah, 2009:1).

  Salah satu unsur tersebut adalah kiai. Sebutan kiai ini menunjuk pada seseorang yang dituakan karena kedalaman ilmu agamanya dan bobot ibadahnya kepada Allah Swt, maka posisi kiai senantiasa sebagai subjek dalam pergumulan masyarakat desa. Mereka terlibat dalam berbagai persoalan “agama”, politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan sampai pada persoalan kesehatan.

  Penjelasan tentang pendidikan tidak lepas dari obyek yang menjadi sasarannya, yaitu manusia. Ketika berbicara mengenai masalah humanisme, bentuk religiusnya. Penerapan itu dapat digambarkan melalui berbagai hal, misalnya shalat tahajud, shalat berjama‟ah, dan membaca Al Qur‟an.

  Sehingga kalau seseorang itu religius, mestinya personalitanya menggambarkan bangunan integral atau struktur integral dari manusia yang religius tersebut, yang akan nampak dari wawasannya, motivasinya, cara berfikirnya, sikap perilaku. (Mulkhan, 1998:28).

  Humanisme adalah suatu aliran dalam masa Renaissance yang ditujukan terutama kepada sastra, sejarah dan cinta tanah air. Humanisme mempelajari sastra dan seni klasik dengan tujuan ilmiah dan pedagogis. Dalam bidang pendidikan, terutama dalam sastra klasik (latin dan yunani) humanisme dianggap sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mengembangkan manusia sejati. Ilmu pengetahuan tersebut dinamakan seorang humanis. Aliran humanisme mengajarkan kepada manusia bahwa semua manusia adalah sama, bagian dari dunia dan ciptaan Tuhan. Tidak ada perbedaan antara golongan kaya dan miskin, atasan dan bawahan, laki-laki dan perempuan. Semua manusia adalah saudara, karenanya harus saling mengasihi. (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid III, 1990 : 1350).

  Untuk memahami perkembangan paham humanisme dalam era Renaissance, kita perlu memperhatikan dengan saksama institusi pendidikan dan budaya baik di Italia maupun di negara Eropa lainnya pada waktu itu. Di Eropa Utara pada akhir Abad Pertengahan, yakni sekitar abad kesebelas dan kedua belas, muncul sekolah-sekolah yang disebut sekolah katedral

  

(cathedral schools) yang merupakan pusat pendidikan dasar para calon imam

  Katolik. Di sekolah-sekolah ini diajarkan tujuh bidang liberal arts, termasuk tata bahasa dan membaca karya-karya klasik para pengarang yang berbahasa Latin. Menjelang akhir abad kedua belas beredar untuk umum berbagai tulisan dalam bidang filsafat dan sains, khususnya karya-karya Aristoteles, yang diterjemahkan dari bahasa Arab dan Yunani ke dalam bahasa Latin. (Tjaya, 2004:21-22)

  Karya-karya ini secara perlahan-lahan mulai merangsang dan mengubah pemikiran Barat. Logika dan filsafat alam segera menemukan rumah baru mereka dalam institusi pendidikan yang baru saja dibangun, yakni universitas yang muncul pada awal abad ketiga belas. Institusi -institusi baru ini memiliki arts sebagai fakultas utama, yang mencakup studi logika, filsafat dan sains berdasarkan pemikiran Aristoteles. (Tjaya, 2004:21-22).

  Perkembangan yang terjadi di Eropa Utara ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi di Italia. Wilayah Italia Utara terbentuk oleh negara-negara kota (city-states) yang kepentingan dan budayanya akhirnya melahirkan humanisme Renaissance. Universitas mereka yang pertama, Bologna, berdiri pada akhir abad kedua belas sebagai sekolah sebagai sekolah hukum, yang kemudian diikuti oleh fakultas arts yang didominasi oleh fakultas kedokteran.

  (Tjaya, 2004:21-22) Humanisme religius muncul dari etika kebudayaan, unitarianisme, dan universalisme. Sekarang ini banyak kumpulan unitarian-universalis dan seluruh etika kebudayaan masyarakat yang menggambarkan diri mereka sendiri sebagai humanis yang bernuansa modern. Kritik paling ironis dialamatkan kepada humanisme modern yang dimensi religiusnya kurang. (Mas‟ud, 2002:130)

  Di sinilah kita bisa melihat bahwa humanisme sekuler (modern) lebih dilihat dalam perspektif filsafat, sedangkan kalau dilihat sebagai agama, maka akan menjadi agama yang humanis. Perdebatan tersebut telah ada sejak awal abad ini, ketika kaum sekuler dan tradisional religius bisa bertemu dan membawa humanisme modern ke eksistensi. Sekuler dan humanis religius memberikan pandangan dunia yang sama dan mempunyai prinsip-prinsip dasar yang sama. Ini dibuktikan dengan fakta bahwa para humanis sekuler dan religius adalah penandatanganan manifesto humanisme ke-1 pada tahun 1973. Jika hanya berangkat dari sudut pandang filsafat, tidak ada perbedaan di antara keduanya. Bahwa humanisme religius dan sekuler secara efektif tidak sepakat, itu hanya dalam definisi agama dan pada filsafat praktis. (Mas‟ud, 2002:131).

  Menurut Kenneth Phifer, seperti yang dikutip Mas‟ud (2012:132) bahwa definisi agama digunakan oleh humanis religius secara fungsional.

  Fungsi agama ialah untuk melayani kebutuhan personal dan kelompok sosial. Namun, persoalannya, agama sering terjebak pada aspek formalitas sehingga sulit menjalankan fungsi ini. Humanisme agama adalah keyakinan di dalam aksi. Dalam esainya

  “The faith of a Humanist” (Keyakinan Seorang

  Humanis), UU Menteri Kenneth Phifer mendeklarasikan sebagai berikut : Humanism teaches us that it is immoral to wait for God to act for us.

  We must act to stop the wars and the crimes and the brutality of this and future ages. We have powers of a remarkable kind. We have a high degree

  

our philosophy of the universe may be, ultimately the responsibility for the

kind of world in which we live rests with us.”

  Humanisme mengajari kita bahwa tidaklah bermoral menunggu Tuhan berbuat untuk kita. Kita harus beraksi untuk menghentikan perang- perang dan kriminalitas-kriminalitas serta kebrutalan pada masa yang akan datang. Kita mempunyai kekuatan semacam kekuatan yang luar biasa. Kita mempunyai kebebasan tingkat tinggi dalam memilih apa yang akan kita lakukan. Humanisme mengatakan kepada kita apa pun bidang filsafat alam kita, terutama tanggungjawab kepada dunia tempat kita hidup dan tinggal bersama.

  Humanisme sekuler melakukan pemberontakan terhadap agama karena mereka menganggap agama tidak bisa diharapkan untuk mengadvokasi masalah kemanusiaan, bahkan agama sering menimbulkan masalah kemanusiaan. Walaupun terlihat adanya silang pendapat yang dahsyat antara humanisme religius dan sekuler, yakni bahwa humanisme religius menganggap aksi kemanusiaannya karena konsistensi terhadap ajaran agama, sedangkan humanisme sekuler menganggap aksi mereka adalah berkat pemberontakan atau negasi terhadap agama. Humanisme dalam Islam tidak mengenal sekularisme karena tidak ada sekularisme dalam Islam. Dengan demikian, pembahasan humanisme dalam Islam dengan sendirinya adalah humanisme religius. Telah disinggung di depan bahwa humanisme dalam Islam tidak bisa lepas dari konsep hablum

  

minannas. Manusia sebagai agen Tuhan di bumi atau khalifatullah

  memiliki seperangkat tanggungjawab. Keharusan seseorang untuk berbuat baik kepada orang lain terlihat dari ajaran Rasul, man lamyasykurinnas

  lam yasykurillah

  “Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, (pada hakikatnya) dia tidak be rterima kasih kepada Allah SWT.” Hubungan horizontal ternyata paralel dengan hubungan vertikal. Kesimpulannya bahwa humanisme religius juga disebut humanisme agama atau humanisme teosentris. Humanisme ini merupakan upaya untuk menyatukan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Humanisme religius, menurut Abbagnano memiliki dua tema kajian, yaitu : fungsi agama dan toleransi beragama.

  Memperhatikan sistem dan tujuan pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang nota bene adalah mendampingi masyarakat, maka dari itu penulis tertarik menelusuri apakah dalam dunia pendidikan pesantren yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan tersebut mempunyai tujuan memanusiakan agama atau menciptakan manusia yang beragama, dalam istilah asingnya yaitu sesuai dengan judul skripsi ini, yakni

  

humanisme religius . Menarik jika dilihat humanisme religius di Pondok

  Pesantren Edi Mancoro dilihat dari kesederhanaan, pluralitas, kemandirian yang ada dalam diri mereka. Serta masalah dalam pondok pesantren bagaimana para santri menerapkan kesederhanaan, pluralitas, serta kemandirian itu mengingat mereka hidup dalam lingkungan masyarakat.

  Keberagamaan atau religiusitas seseorang dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupannya. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Dapat dipahami bahwa nilai religius adalah nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh-kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah, dan akhlak yang menjadi pedoman sesuai dengan aturan Illahi untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Sahlan, 2011:41-42)

  Dalam kajian ini, humanisasi dimaksudkan sebagai implementasi konsep humanisme Islam dalam pesantren sebagai upaya memanusiawikan peserta didik (santri). Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pesantren memiliki tugas dan tanggungjawab merealisasikan hakikat pendidikan, yakni memanusiawikan manusia atau membantu peserta didik menjadi manusia seutuhnya. Kegiatan pendidikan pesantren menjadi sarana humanisasi. Humanisasi pendidikan dimaksudkan sebagai proses yang memberikan jaminan terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini menjadi pijakan dalam sistem pendidikan pesantren. (Rahman, 2011:156)

  Menurut Rahardjo, seperti yang dikutip Rahman (2011:162) bahwa sistem pendidikan pesantren melahirkan jiwa yang menjadi karakteristik yang belum pernah dibangun oleh sistem pendidikan manapun. Setidaknya karakteristik tersebut terimplikasi dalam jiwa pesantren, yaitu : persaudaraan, tolong-menolong, persatuan, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kebebasan, pluralitas.

  Jiwa pesantren ini merupakan realisasi nilai-nilai humanisme Islam untuk mewujudkan integrasi dan harmonisasi kehidupan umat. Dari karakteristik yang tersebut di atas, di Pondok Pesantren Edi Mancoro terdapat indikator yang terimplikasi dalam jiwa pesantren di antaranya adalah kesederhanaan, kemandirian, serta pluralitas. Jiwa pesantren ini merupakan realisasi nilai-nilai humanisme Islam untuk mewujudkan integrasi dan harmonisasi kehidupan umat. Nilai-nilai humanisme yang diimplementasikan dalam pendidikan berupaya meningkatkan akhlak mulia. Akhlak inilah yang dijadikan dasar dalam mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan santri.

  Humanisasi dalam pendidikan pesantren akan mampu membentuk mereka menjadi manusia yang mau menghiasi diri dengan nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai tersebut menjadi pijakan sistem pendidikan pesantren. Karena itu sebenarnya pesantren merupakan lembaga yang menjadi agen humanisasi. Aspek-aspek pendidikan dalam pesrpektif humanisme religius yaitu tujuan pendidikan, materi pendidikan, pendidik, peserta didik, metode pendidikan, evaluasi pendidikan.

  Dari ungkapan di atas, dapat penulis ambil kesimpulan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan menarik untuk dikaji secara lebih mendalam. Maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang pendidikan pesantren yang berkaitan dengan humanisme religius dalam sebuah skripsi dengan Judul : IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI

PENDIDIKAN HUMANISME RELIGIUS PADA PONDOK

  PESANTREN BAGI MASYARAKAT (STUDI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO, GEDANGAN, KAB. SEMARANG TAHUN 2014) A. Fokus Penelitian

  Dari identifikasi masalah di atas penulis merujuk fokus sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro,

  Gedangan, Kabupaten Semarang tahun 2014 ? 2. Bagaimana materi pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro,

  Gedangan, Kabupaten Semarang tahun 2014 mempunyai relevansi dengan pembentukan jiwa humanis dan religius ?

3. Bagaimana sistem pendidikan yang dikembangkan di Pondok Pesantren

  Edi Mancoro, Gedangan, Kabupaten Semarang tahun 2014 untuk mencapai pendidikan humanis dan religius ?

  4. Bagaimana peran Pondok Pesantren Edi Mancoro dalam mewujudkan humanisme religius di masyarakat ?

B. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan Kecamatan Tuntang. Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai adalah :

  1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Kabupaten Semarang tahun 2014.

  2. Untuk mengetahui apakah materi pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan, Kabupaten Semarang tahun 2014 mempunyai relevansi dengan pembentukan jiwa humanis dan religius.

  3. Untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan yang dikembangkan di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan, Kabupaten Semarang tahun 2014 untuk mencapai pendidikan humanis dan religius.

  4. Untuk mengetahui bagaimana peran Pondok Pesantren Edi Mancoro dalam mewujudkan humanisme religius di masyarakat.

C. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

  Diharapkan menjadi salah satu sumbangan pemikiran tentang penerapan pendidikan humanisme religius yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang, yang merupakan pondok pesantren multikulturalisme. Dinamakan pesantren multikulturalisme sekalipun, yang dijadikan tempat bertukar gagasan dan beraktivitas banyak orang yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda, bergaulannya yang dikelola oleh visi yang sama, untuk menghadapi problematika yang terjadi di masyarakat.

2. Manfaat Praktis

  Dari hasil penelitian ini diharapkan : a.

  Bagi Penulis Dengan meneliti implementasi pendidikan humanisme religius di

  Pondok Pesantren Edi Mancoro, maka akan menambah wawasan pemahaman yang lebih komprehensif tentang penerapan pendidikan humanisme religius.

  b.

  Bagi Santri Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah keilmuan mengenai penerapan pendidikan humanisme religius yang ada di pondok pesantren, sehingga belajar mengenai pendidikan tersebut atau dapat diterapkan dalam kehidupan di pondok.

D. Penegasan Istilah 1.

  Implementasi Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan. Segala sesuatu yang digunakan sebagai alat pelaksana suatu pekerjaan. Implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat.

2. Pendidikan

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. (Ihsan, 2003:2)

  3. Humanisme Religius Menurut Mas‟ud (2002:131) humanisme religius muncul dari etika kebudayaan, unitarianisme, dan universalisme. Sekarang ini banyak kumpulan unitarian-universalis dan seluruh etika kebudayaan masyarakat yang menggambarkan diri mereka sendiri sebagai humanis yang bernuansa modern. Kritik paling ironis dialamatkan kepada humanisme modern yang dimensi religiusnya kurang. Di sinilah kita bisa melihat bahwa humanisme sekuler (modern) lebih dilihat dalam perspektif filsafat, sedangkan kalau tersebut telah ada sejak awal abad ini, ketika kaum sekuler dan tradisional religius bisa bertemu dan membawa humanisme modern dan eksistensi.

  Sekuler dan humanis religius memberikan pandangan dunia yang sama dan mempunyai prinsip-prinsip dasar yang sama. Ini dibuktikan dengan fakta bahwa para humanis sekuler dan religius adalah penandatanganan manifesto humanisme ke-1 pada tahun 1973. Jika hanya berangkat dari sudut pandang filsafat, tidak ada perbedaan di antara keduanya. Bahwa humanisme religius dan sekuler secara efektif tidak sepakat, itu hanya dalam definisi agama dan pada filsafat praktis.

  Humanisme religius juga disebut humanisme agama atau humanisme teosentris. Humanisme ini merupakan upaya untuk menyatukan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Humanisme religius, menurut Abbagnano memiliki dua tema kajian, yaitu : fungsi agama dan toleransi beragama.

  4. Pondok Pesantren Menurut Qomar, seperti yang dikutip Maunah (2009:1) istilah pesantren dalam pemahaman sehari-hari, bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini digabungkan menjadi pesantren. Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna yang sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari dapat dipandang sebagai pembeda antara pondok dan pesantren.

  5. Masyarakat

  Secara umum masyarakat diartikan sebagai kelompok manusia yang anggotanya satu sama lain berhubungan erat dan memiliki hubungan timbal balik. Dalam interaksi tersebut terdapat nilai-nilai sosial tertentu yang menjadi pedoman untuk bertingkah laku bagi anggota masyarakat. Dengan demikian anggota suatu masyarakat biasanya memiliki kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan tertentu yang sama, dan seluruhnya menciptakan ciri tersendiri bagi masyarakat tersebut. (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 10, 1990:180)

  Maksud dari penelitian penulis sehubungan dengan penegasan teori di atas adalah usaha untuk mempelajari dengan seksama mengenai pendidikan humanisme religius atau nilai-nilai humanisme religius, dengan arti usaha dalam rangka untuk membentuk kepribadian yang manusiawi serta beragama, bahwa dalam dunia pesantren mempunyai tujuan mengembangkan manusia yang beragama sehingga menciptakan manusia yang bertaqwa, yang dilakukan di lembaga pendidikan Islam dengan memfokuskan pada penelaah dan penganalisaan terhadap materi dan tradisi yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Kabupaten Semarang.

E. Metode Penelitian

  Untuk mencapai penelitian yang valid dan variabel, maka data harus sesuai dan bisa dipercaya kebenarannya serta menggunakan metode yang

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian Lapangan (Field research). Di sini penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini. (Muhadjir, 2002:38). Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Lexy metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2002:3). Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

  Berikut ini langkah-langkah umum yang diterapkan sebagian besar tipe etnografi yang diadopsi dari riset Le Compte dan Schensul (199a) :

  1. Temukan sampel yang tepat dan layak dalam kelompok yang dikaji.

  2. Definisikan permasalahan, isu atau fenomena yang akan dieksplorasi.

  3. Teliti bagaimana masing–masing individu menafsirkan situasi dan makna yang diberikan bagi mereka.

  4. Uraikan apa yang dilakukan orang - orang dan bagaimana mereka mengomunikasikannya.

  5. Dokumentasikan proses etnografi.

  6. Pantau implementasi proses tersebut.

  7. Sediakan informasi yang membantu menjelaskan hasil riset.

  8. Pengumpulan data dalam etnografi yang dibagi dengan kerja lapangan berlangsung terutama melalui sejumlah pengamatan dan wawancara.

  Langkah pertama dalam pengumpulan data adalah menemukan sampel yang tepat dan layak. Ketika sampel telah didapatkan, anda dapat melanjutkan tahapan penelitian dan menjelaskan permasalahan riset atau mengidentifikasi fenomena yang ingin anda ekplorasi.

  2. Kehadiran Peneliti Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh data- data yang diperlukan.

  3. Lokasi dan Instrumen Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan,

  Kabupaten Semarang tahun 2014. Dengan alasan peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan pendidikan humanisme religius di pondok pesantren tersebut.

  Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi istrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument , berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,

  2009:222). Begitu pula yang dikatakan oleh Moleong (2011:121) yaitu, peneliti sebagai instrumen karena ia merupakan peneliti sekaligus pelaksanaan, pelaksanaan pengumpulan data analisis dan penafsiran data dan akhirnya ia menjadi pelopor-pelopor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian.

4. Sumber Data

  Subjek penelitian yang penulis teliti adalah santri Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Kab. Semarang, Ketua Yayasan, sebagian santri, dan ustadz pondok tersebut. Karena data dan informasi yang penulis butuhkan adalah pendidikan humanisme religius di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Tuntang Kabupaten Semarang. Subjek utama penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Edi Mancoro. Di pondok ada 2 macam santri, yaitu santri mukim dan non mukim. Karena kebanyakan yang nyantri adalah santri mukim, maka yang diteliti oleh penulis adalah santri mukim, dimana mereka tinggal di pondok pesantren dengan segala fasilitas dan aturan yang berlaku. Penulis juga harus mencari data-data secara langsung atau langsung terjun ke lapangan. Santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu santri pelajar, mahasiswa, tahfidz, dan ustadz.

  Perbedaan itulah yang membuat penulis melakukan wawancara dengan waktu yang berbeda.

  Pengumpulan data dilakukan menjadi 2 (dua), yakni : a.

  Data Primer, yang diperoleh dengan melakukan penelitian berupa wawancara dengan santri, asatidz, dan ketua yayasan. Wawancara akan dihentikan jika informasi yang diperoleh sudah relatif sama dan ada pengulangan data.

  b.

  Data Sekunder yang diperoleh melalui data kepustakaan, pengumpulan data dari berbagai tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.

6. Prosedur Pengumpulan Data

  Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode pengumpulan data guna membantu dan memudahkan jalannya penelitian.

  Adapun macam untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut : a.

  Interview Metode wawancara adalah suatu proses tanya jawab di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri suaranya (Sukandarrumidi, 2004:88)

  Metode interview digunakan dalam rangka untuk mengetahui penerapan pendidikan humanisme religius Pondok Pesantren Edi Mancoro.

  Interview dilakukan adalah sebagian santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Tuntang Kab. Semarang, Ketua Yayasan, ustadz pondok tersebut.

  b. Metode observasi

  Metode observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi, 2004:69). Metode ini penulis gunakan sebagai alat bantu dalam penelitian. Penulis mengadakan observasi ke Pondok Pesantren Edi Mancoro, selanjutnya penulis mencatat hasil observasi dengan sistematik. Metode ini juga digunakan oleh penulis yang berkaitan dengan pendidikan religius untuk pengumpulan data mengenai penerapan pendidikan humanisme.

  c.

  Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip surat kabar, majalah, notulen, agenda sebagainya. (Arikunto, 1993 : 2006)

  Pada teknik ini peneliti dalam memaksimalkan hasil observasi, peneliti akan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi lapangan.

  Di antara alat bantu observasi tersebut misalnya; buku catatan dan check list yang berisi obyek yang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengamatan (Sukardi, 2003:79).

  Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Edi Mancoro, struktur kepengurusan, jumlah ustadz, santri, kegiatan santri yang berhubungan dengan penelitian ini.

7. Analisis Data

  Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009:244).

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PONDOK PESANTREN SYI’AH (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN DARUT TAQRIB JEPARA

0 0 19

PENGARUH KEWIBAWAAN PENGASUH TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 103

KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PERINDUSTRIAN DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 98

PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 117

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT IZATUL ISLAM GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 120

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCA JIWA PONDOK BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN AGRO NUR EL FALAH SKRIPSI

0 0 140

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI WACANA PLURALITAS KEBERAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO KEC TUNTANG KAB SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI

0 1 140

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI WACANA PLURALITAS KEBERAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO KEC TUNTANG KAB SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI

0 5 128

PRAKTIK PENDIDIKAN LIBERAL DAN MULTIKULTURAL DI PONDOK PESANTREN (STUDI KASUS DI PONDOK MODERN GONTOR DAN PESANTREN SALAF API TEGALREJO)

0 3 221

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 187