Rosiana S, Risa. 2017. Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya Karya Muhammad Syakir. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. - Test Rep

  

ETIKA MENUNTUT ILMU

DALAM KITAB WASHOYA

KARYA MUHAMMAD SYAKIR

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Disusunoleh

RISA ROSIANA S.

  

111-13-137

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

DEKLARASI

ميحرلا نحمرلا للها مسب

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 12 Juni 2017 Penulis

  RISA ROSIANA S

  111-13-137

  

MOTTO

ُاللهَٚ ٍدبَجَسَد ٍَُِْعٌْا اُٛرُْٚأ َْٓ٠ِزٌّاَٚ ُُْىِِْٕ إََُِٛا ْٓ٠ِزٌَّا ُالله ِعَفْشَ٠

  شْ١ِجَخ ٍََُّْْْٛعَر بَِّث

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat (Q.S Al-Mujadalah : 11)

  PERSEMBAHAN

  Dengan segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Penulis persembahkan skripsi ini untuk: 1.

  Bapak K.H. Muhammad Zoemri RWS (alm) dan Ibu Nyai Hj. Latifah selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Salatiga.

  2. Orangtua tercinta Bapak Sugiyanto dan Ibu Sri Rahayu yang telah mencurahkan segala pengorbanan dan do‟a restu beliau yang tiada henti.

  3. Adik tersayang Riga Al Ghozali Sugiyanto yang telah memberikan motivasi dan semangat.

  4. Simbah Sutarmin dan Simbah Sri Murwati (almh) yang selalu memberikan kasih sayangnya sejak kecil sampai sekarang.

  5. Guru-guru yang telah memberikan semua ilmunya tanpa kenal waktu dan lelah.

  6. Teman-teman seperjuangan di pondok tercinta PonPes Al Falah Salatiga.

  7. Teman-teman PAI angaktan 2013, teman PPL dan KKN angkatan 2013 yang sudah memberikan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.

  8. Buat calon imam yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan do‟a restu.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikumWr. Wb.

  Bismillahirrohmanirrohiim , Alkhamdulillah segala puji syukur penulis

  panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya karya Muhammad Syakir”.

  Shalawat serta salam semoga senantiasa penulis sanjungkan kepada baginda Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga terang benderang. Semoga kita semua diakui sebagai umatnya yang kelak mendapatkan syafaatnya di akhirat.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat penyelesaian gelar Sarjana pada jenjang Strata Satu, di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.

  Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunanskripsi ini, kepada yang terhormat:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Yahya, S.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam menempuh studi di IAIN Salatiga.

  5. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo. M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelsaikan skripsi.

  7. Keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

  8. Keluarga Ndalem K.H Muhammad Zoemri RWS (alm) yang telah memberikan ridlo dan bimbingan dalam menuntut ilmu.

  9. Keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, para asatidz asatidzah dan kawan-kawan santri putri dan santri putra yang telah mengajari mendewasakan diri setiap harinya dalam warna-warni kehidupan.

  10. Teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2013 yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

  Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat menambah ilmu untuk para pembaca. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

  Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

  Salatiga, 12 Juni 2017 Penulis

  RISA ROSIANA S 11113137

  

ABSTRAK

  Rosiana S, Risa. 2017. Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya Karya

  

Muhammad Syakir . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. Kata Kunci: Etika Menuntut Ilmu,

  Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui etika menuntut ilmu dalam kitab

  Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟ karya Muhammad Syakir. Pertanyaan

  yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah biografi Muhammad Syakir, etika menuntut ilmu dalam kitab Washoya dan relevansi kitab Washoya untuk zaman kekinian.

  Metode penelitian yang digunakan yaitu literature (kepustakaan). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya yang bersangkutan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Kemudian data dianalisis menggunakan metode deskriptif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika menuntut ilmu dalam kitab

  

Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟ meliputi: belajar dengan sungguh-sungguh,

  semangat dalam menuntut ilmu, menghormati guru dan teman, berdiskusi, pemahaman,

  tawadlu‟, menghargai waktu, dan lain sebagainya. Diskusi

  merupakan aspek dalam menuntut ilmu yang masih melekat dan masih digunakan dalam proses belajar mengajar sampai saat ini. Sebab di dalam diskusi murid mampu mengambil manfaatnya antara lain dapat menghargai pendapat orang lain, meningkatnya rasa percaya diri, dapat memberikan pertolongan sesama teman yang belum mengerti. Sikap

  tawadlu‟ dan tidak boleh takabur merupakan suatu

  sikap yang harus ditanamkan sejak dini oleh penuntut ilmu sebab keduanya merupakan pondasi agar kelak tidak sombong terhadap orang lain. Relevansi etika menuntut ilmu dalam kitab

  Washoya Al Aba‟ Lil Abnaa‟ dalam masa kekinian

  dapat menjadi solusi dalam memperbaiki akhlak, khususnya dalam menghadapi zaman kekinian.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i HALAMAN BERLOGO........................................................................................ ii HALAMAN DEKLARASI................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. iv HALAMAN NOTA PEMBIMBING.....................................................................v HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... vi MOTTO.................................................................................................................vii PERSEMBAHAN................................................................................................ viii KATA PENGANTAR............................................................................................ix ABSTRAK.............................................................................................................xi DAFTAR ISI........................................................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 8 D. Manfaat Hasil Penelitian................................................................ 9 E. Definisi Operasioal......................................................................... 9 F. Metode Penelitian.......................................................................... 12 G. Sistematika Penulisan.................................................................... 15

  BAB IIBIOGRAFI A. Latar Belakang Historis................................................................... 16 B. Nasab dan Kelahiran Syekh Muhammad Syakir............................. 17 C. Riwayat Pendidikan dan Karir Syekh Muhammad Syakir.............. 19 D. Guru-Guru Syekh Muhammad Syakir............................................ 21 E. Hasil Karya Syekh Muhammad Syakir........................................... 22 F. Gambaran Kitab Washoya............................................................... 25 BAB IIILANDASAN TEORI A. Pengertian Etika Menuntut Ilmu...................................................... 27 B. Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya.................................... 28 C. Pokok Bahasan tentang Etika Menuntut Ilmu.................................. 31 1. Belajar Dengan Sungguh-Sungguh............................................ 31 2. Semangat Dalam Menuntut Ilmu............................................... 32 3. Menghargai Waktu.................................................................... 32 4. Pemahaman............................................................................... 33 5. Diskusi........................................................................................ 34 6. Saling Menghormati................................................................... 35 7. Akhlak Kepada Guru................................................................. 35 8. Akhlak Kepada Teman/Saudara................................................ 36 9. Menuntut Ilmu Harus Tawadlu‟................................................ 40 10. Tidak Boleh Takabur................................................................. 40

  BAB IV ANALISIS A. Analisis Etika Menuntut Ilmu ....................................................... 41 B. Relevansi Etika Menuntut Ilmu dikaitkan dengan Kekinian......... 55 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................... 57 B. Saran.............................................................................................. 60 C. Penutup.......................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Allah yang sempurna. Diciptakan oleh Allah SWT dengan berbagai keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Akal merupakan salah satu keistimewaan yang dimiliki setiap manusia. Dengan akal, manusia dapat memperoleh ilmu. Dengan ilmu tersebut manusia

  dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ilmu merupakan sarana bagi setiap manusia untuk memperoleh ketentraman hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.

  Ilmu menjadi sarana bagi setiap manusia untuk memperoleh kesejahteraan dunia maupun akhirat, maka mencari ilmu hukumnya wajib.

  Mengkaji ilmu itu merupakan pekerjaan mulia, karena banyak orang yang keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu dengan didasari iman kepada Allah SWT. Maka semua di bumi mendoakannya. Karena mencari ilmu itu pekerjaan yang memerlukan perjuangan fisik dan akal, maka Nabi pernah bersabda bahwa orang yang keluar untuk mencari ilmu akan mendapatkan pertolongan dari Allah, karena Allah suka menolong orang yang mau bersusah payah dalam menjalankan kewajiban agama (Juwariyah, 2010: 141).

  Dalam hal ini telah dipahami bahwa yang menjadi kewajiban adalah suatu rangkaian kegiatan menuntut ilmu, bukan pada banyaknya ilmu yang harus dicapai. Dalam proses menuntut ilmu, terjadi interaksi edukatif yang mana melibatkan guru maupun murid. Guru bertanggung jawab untuk mengembangkan seluruh potensi muridnya, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam (Rasyidin dan Nizar, 2005: 41). Sementara seorang murid tentu harus merespon usaha seorang guru yang menjadi partnernya dalam proses menuntut ilmu dan merespon ilmu yang telah didapatkannya.

  Usaha seorang murid dalam memberikan respon yang positif terhadap guru dan ilmu yang didapatkan bisa diwujudkan dengan menampilkan sikap berperilaku sesuai etika, moral dan akhlak yang baik dalam proses menuntut ilmu.

  Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang

diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada

hakikatnya moral menunjuk pada ukuran-ukuran yang telah diterima oleh

suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan dengan prinsip-

prinsip yang dikembangkan diberbagai wacana etika (Manpan Drajat dan M.

Ridwan Effendi, 2014: 7).

  Etika berkaitan dengan pemikiran dan cara bersikap dalam kerangka

pemikiran, etika terdiri dari evaluasi masalah dan keputusan yang

diprioritaskan seseorang, misalnya anggota organisasi untuk menghindari

akibat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, sementara dalam

pengertian perilaku, etika erat hubungannya dengan keputusan yang sejalan

  

dengan seperangkat pedoman yang menyangkut perolehan yang mungkin dan

akibat yang merugikan orang lain (R. Waine Pace san Don F, 2000: 542).

  

Bagi para sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari

lingkungan budaya tertentu (Zaim Elmubarok, 2008: 27).

  Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat memahami makna etika yang

secara garis besar merupakan perbuatan atau sikap yang dilakukan oleh

manusia bukan berdasarkan ego pribadi yang bersumber pada kebudayaan.

Selain itu pula, etika sering diartikan sebagai norma-norma kepantasan

(etiket), yakni apa yang ada dalam bahasa Arab disebut adab atau tata

kerama. Oleh karena itu, ajaran tentang etika dalam makna yang luas

mencakup tentang keseluruhan pandangan dunia dan pandangan hidup. Dari

khazanah sosial pun lahir konsep-konsep etika semisal etika bisnis, etika

politik, etika kedokteran, etika pendidikan atau keguruan dan lain sebagainya.

  Selain menjabarkan pengertian tentang etika, penulis akan

membicarakan mengenai moral. Moral dapat diartikan sebagai suatu

dorongan untuk melakukan perbuatan maupun tidak melakukan perbuatan

melalui indera kita yang mana sesuai dengan etika. Menurut Rachmat

Djatmika (1996: 26), “kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika”. Sedangkan moral dalam bahasa Inggris dapat

diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu yang berkaitan dengan etika. Lain lagi dengan

pendapatnya David Hume (Franz Suseno, 1997: 126) bahwasanya moralitas

merupakan sistem tata nilai yang berdasarkan pada fakta dan pengamatan

  

indera dan pengalaman perasaan pada diri manusia, yang pada gilirannya

memberikan pertimbangan-pertimbangan moral saat kita meski berbuat.

  Selain konotasi maknanya dekat dengan etika, kata moral selalu

diidentikkan juga dengan akhlak, tetapi tekanannya pada sikap seseorang

terhadap nilai baik buruk, sehingga moral sering dihubungkan dengan

kesusilaan atau perilaku susila. Jika etika masih ada dalam tataran konsep

maka moral sudah ada pada tataran terapan (Achamd Mubarok, 2009: 91).

  Etika dan moral sebenarnya merupakan bagian dari akhlak, oleh

karena itu pembicaraan akhlak sangatlah luas. Islam sangat menganjurkan

umatnya untuk berbuat baik dan memperbaiki akhlak demi terciptanya

keharmonisan, melindungi hak dan kewajiban masing-masing individual serta

masyarakat. Sehingga kebutuhan akan norma-norma, tata tertib, tata

kesopanan dan tata moral mutlak dibutuhkan karena akhlak dijadikan tolak

ukur hancur dan damainya suatu negara.

  Kata “akhlaq” sebenarnya jamak dari kata ”khuluqun”, artinya tindakan. Kata ”khuluqun” sepadan dengan kata “khalqun”, artinya kejadian dan kata “khaliqun”, artinya pencipta dan kata “makhluqun”, artinya yang diciptakan. Dengan demikian, rumusan terminologis dari akhlak merupakan hubungan erat antara Khaliq dengan makhluk serta antar makhluk dengan makhluk (Hamzah Ya‟qub, 1993: 11).

  Sedangkan menurut Muslim Nurdin akhlak adalah sistem nilai yang

mengatur pola sikap dan tindakan manusia di atas muka bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran Islam yang berpedoman kepada al- Qur‟an dan

as-Sunnah Nabi Muhammad Saw sebagai sumber utama, ijtihad sebagai

sumber berfikir Islami (Ahmad Tafsir, 2004: 308).

  Akhlak tidak hanya sekedar the art of living yang mengajarkan

bagaimana cara hidup bahagia, atau bagaimana memperoleh kebahagiaan

tetapi juga merupakan ilmu yang harus dipelajari dan dipraktikkan sebelum

ilmu yang lainnya, bahkan ia menjadi bukti kualitas iman seorang mukmin.

  

Ibnu Miskawaih melalui Tahszibul Akhlaq, al-Farabi melalui Tahshilus

Sa‟adah, dan al-Amiri melalui as-Sa‟adah wal Is‟ad-nya menjelaskan bahwa

akhlak yang baik adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan,

karena memang kebahagiaan merupakan tujuan utama akhlak (Mulyadi,

2005: 67).

  Kedudukan etika dan akhlak murid dalam lingkungan pendidikan

menempati tempat yang paling penting sekali. Sebab apabila murid

mempunyai etika yang baik, maka akan baik pula lahir dan batinnya, akan

tetapi etika dan akhlaknya buruk, maka rusaklah lahir dan batinnnya.

  Etika dan akhlak dalam sebuah kegiatan belajar mengajar antara guru dan murid merupakan satu hal yang sampai saat ini masih menjadi buah bibir pendidikan di Indonesia. Sering kita dapati dalam media massa tentang rusaknya etika yang telah mengikiskan praktisi pendidikan baik dari segi guru maupun murid. Kasus yang belakangan ini mengguncangkan dunia pendidikan adalah seorang guru SMP swasta di Sidoarjo dilaporkan ke polisi dan diseret ke Pengadilan Negeri Sidoarjo atas dugaan penganiayaan. Lain tempat lain ceritanya. Di kota Serang terdapat kasus pencabulan yang dilakukan oleh salah satu oknum Guru SMK di kota Serang terhadap siswinya. Pencabulan tersebut dilakukan di ruang OSIS.

  Berbeda lagi di Kabupaten Bengkulu Utara. Di SMP Negeri 3 Kerkap di Desa Tanjung Putus Kecamatan Kerkap. Seorang guru harus menderita patah tulang hidung setelah ditinju oleh muridnya sendiri yang tidak terima setelah ditegur lantaran berbuat kesalahan di ruang kelas 30/3/2017).

  Melihat beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa etika seorang murid kurang begitu dipahami oleh murid dan belum melekat pada jiwa murid. Sehingga menjadikan seorang murid berani dengan sang guru.

  Secara historis, memang etika guru dan murid sedikit demi sedikit sudah mulai terkikis oleh arus globalisasi. Banyak murid yang tidak menghormati gurunya sehingga mengakibatkan ilmu yang dimiliki menjadi tidak manfaat dan tidak barokah.

  Menyangkut hal ini, Sa‟id Hawwa (2006: 410) menegaskan bahwa, “Etika yang buruk membuat seseorang mustahil bisa mengambil ilmu dan manfaat dari para syekhnya”. Dengan kata lain, seorang murid harus senantiasa menghormati gurunya agar mendapatkan ilmu yang manfaat dan barokah. Begitupun sebaliknya, guru harus senantiasa menyayangi dan membimbing muridnya seperti anaknya sendiri sehingga tugasnya sebagai pendidik tersampaikan dengan baik. Pada masa sekarang masih banyak ditemukan adanya kekeliruan bagaimana dalam menuntut ilmu dengan baik sesuai dengan tata krama yang ada. Pada saat belajar di sekolah, anak tidak patuh terhadap gurunya yang telah memberikan ilmu kepadanya. Guru merupakan sosok yang terpenting dalam lingkup menuntut ilmu. Setelah itu pada saat guru menerangkan pelajaran yang disampaikan, murid lebih memilih untuk mengobrol dengan temannya sebangku atau melakukan aktivitas yang lainnya sehingga tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh sang guru.

  Guru juga merupakan spiritual father (bapak ruhani) bagi muridnya yang senantiasa memberi santapan jiwa dengan ilmunya (Soeharto, 2006: 120). Oleh karena itu, sudah seyogyanya beretika yang baik dan berakhlak yang mulia, baik kepada dirinya sendiri maupun dalam proses belajar mengajar. Sehingga apa yang dicita-citakan oleh keduanya dapat terealisasikan dengan baik yaitu bahagia dunia dan akhirat.

  Salah satu kitab yang membahas tentang etika yang baik, terutama etika menuntut ilmu adalah kitab Washoya al-Aba

  ‟ Lil-Abnaa‟ yang dikarang

  oleh Syekh Muhammad Syakir. Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang „alim yang mulia dan penulis yang produktif, seorang pembaharu Universitas Al-Azhar. Beliau lahir di Jurja, Mesir pada pertengahan Syawal tahun 1282 H bertepatan pada tahun 1863 M. dan wafat pada tahun 1939 M. ayahnya bernama Ahmad bin Abdil Qadir bin Abdul Warits (Martin, 1995: 160). Keluarga Syekh Muhammad Syakir telah dikenal sebagai kelurga yang paling mulia dan yang paling dermawan di kota Jurja (Abdullah). Lewat kitabnya Washoya, beliau memberikan gambaran tentang etika menuntut ilmu yang mana beliau berpesan jikalau belajar dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Kemudian beliau juga berwasiat untuk membaca dan memahami dengan penuh kesungguhan pelajaran yang diajarkan guru.

  Apabila menemukan kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan mendiskusikan dengan teman, dan masih banyak lagi. Dari sinilah penulis akan memfokuskan untuk meneliti tentang etika menuntut ilmu.

  Beranjak dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas, maka Penulis mencoba menyusun sebuah skripsi dengan mengangkat judul tentang “ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM KITAB WASHOYA KARYA MUHAMMAD SYAKIR”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan gambaran masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi Syekh Muhammad Syakir? 2.

  Bagaimana etika menuntut ilmu dalam kajian kitab Washoya karangan Syekh Muhammad Syakir? 3. Bagaimana relevansi kitab Washoya tentang etika menuntut ilmu dalam konteks kekinian?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui biografi Syekh Muhammad Syakir

  2. Untuk menjelaskan etika menuntut ilmu dalam kajian kitab Washoya karangan Syekh Muhammad Syakir.

  3. Untuk mengetahui relevansi kitab Washoya tentang etika menuntut ilmu dalam konteks kekinian.

D. Manfaat Hasil Penelitian

  Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis a.

  Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi para akademis khususnya Penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang keterkaitan kitab Washoya dengan adab menuntut ilmu. Dengan ini diharapkan dapat memperluas kepustakaan yang dapat menjadi referensi penelitian-penelitian selanjutnya.

  b.

  Untuk menambah wawasan bagi Penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

2. Manfaat Praktis a.

  Agar dapat memberikan gambaran pada murid akan etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi yang baik terutama dalam etika menuntut ilmu dalam proses pembelajaran.

  b.

  Memberikan pengetahuan khususnya bagi para penuntut ilmu untuk selalu memperhatikan guru dalam proses belajarnya. c.

  Dapat dijadikan bahan acuan bagi para penuntut ilmu agar mempunyai akhlaqul karimah dan berkarakter baik.

E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah dalam judul penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan definisi-definisi operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu untuk dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Etika

  Franz Magnis Suseno adalah seorang guru besar filsafat sosial, ia mengemukakan di dalam bukunya. Bahwa etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi daya fikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik (Franz Magnis Suseno, 1987: 17).

  Sedangkan Amin dalam Minarno (2010: 17) juga berpendapat bahwa etika merupakan ilmu yang menjelaskan tentang arti baik dan buruk, menerangkan apa yang sebaiknya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbutan mereka, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

  Dari pendapat di atas, Peneliti sepakat dengan pendapatnya Minarno dalam bukunya Pengantar Bioetika menjelaskan mengenai etika.

  Syekh Muhammad Syakir merupakan seorang „alim yang mulia dan penulis yang produktif, seorang pembaharu Universitas Al-Azhar. Beliau lahir di Jurja, Mesir pada pertengahan Syawal yahun 1282 H bertepatan pada tahun 1863 M. dan wafat pada tahun 1939 M. ayahnya bernama Ahmad bin Abdil Qadir bin Abdul Warits (Martin, 1995: 160).

2. Kitab Washoya

  Kitab Washoya merupakan salah satu kitab karangan dari Syekh Muhammad Syakir. Judul lengkapnya yaitu Kitab Washoya Al-

  Aba‟ Lil- Abnaa . Kitab ini sangatlah penting sebab di dalam kitab tersebut

  memaparkan tentang keseharian kita. Kitab Washoya menjadi pelajaran di Madrasah-madrasah dan Pondok-pondok Pesantren. Di Madrasah dan Pondok Pesantren mengkaji kitab Washoya merupakan pelajaran yang wajib, ketika santri/murid mulai belajar sebab di dalam kitab Washoya ini berisi tentang nasehat seorang bapak untuk anaknya tersayang. Adapun tema-tema yang terdapat dalam kitab Washoya diantaranya adalah sebagai berikut: a.

  Nasehat guru kepada muridnya b.

  Wasiat bertaqwa kepada Allah c. Hak dan kewajiban terhadap Allah dan rasulnya d.

  Hak dan kewajiban terhadap kedua orang tua e. Hak dan kewajiban terhadap teman f. Adab dalam menuntut ilmu g.

  Adab belajar, mengkaji ulang dan diskusi h. Adab olah raga dan berjalan di jalan umum i. Adab majelis dan kuliah j. Adab makan dan minum k.

  Adab beribadah dan masuk masjid l.

  Keutamaan berbuat jujur m.

  Keutamaan amanah n. Keutamaan dalam „iffah o. Keutamaan muruah (kurang menjaga kehormatan diri), syahamah

  (mencegah hawa bafsu) dan

  „izzatin nafsi (kemuliaan diri) p.

  Ghibah, namimah, hiqd, hasad dan takabbur q. Keutamaan tobat, roja, khauf, sabar dengan bersyukur r. Keutamaan beramal dan mencari rezeki yang disertai tawakal serta zuhud s.

  Keutamaan ikhlas dengan niat Lillahi Ta‟ala dalam setiap amal t. Wasiat terakhir u.

  Keistimewaan membaca surat Al Ikhlas F.

   Metode Penelitian 1.

  Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan

  (Library Research), yaitu suatu bentuk penelitian terhadap literatur dengan pengumpulan data atau informasi dengan bantuan buku-buku karangan Syekh Muhammad Syakir yang berkaitan dengan pemikirannya tentang etika menuntut ilmu, yang ada di perpustakaan dan materi pustaka lainnya.

  Sebagai bahan parameter analisis perbandingan yang dimaksud dengan library research adalah penelaahan kepustakaan yakni penelitian yang berusaha mencari teori-teori, konsep-konsep generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.

  Dalam hal ini Arif Furchan, (1982: 98), menegaskan bahwa penelitian kepustakaan yang dimaksud adalah studi yang sumbernya digali dari buku-buku, disertai dengan indeks penerbitan berkala (majalah atau surat kabar), sistem penyimpanan dan pencarian informasi.

2. Sumber Data a.

  Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji dalam permasalahan. Karena sifat dari penelitian literer, maka datanya bersumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah kitab Washoya karangan Syekh Muhammad Syakir.

  b.

  Sumber Data Sekunder Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku- buku yang berisi tentang etika yang mendukung dalam pembahasan skripsi ini yang ada didalamnya, diantaranya: 1) Eko Budi Minarno. Pengantar Bioetika. 2) Toto Soeharto. Filsafat Pendidikan Islam. 3) Buku-buku pendukung lainnya.

  3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Membaca buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder b.

  Mempelajari dan mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku sumber c.

  Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan mengelompokkan serta mengklasifikasi sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam bentuk bab per bab.

4. Metode Analisis Data

  Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis atau content analysis. Analisis ini adalah metode yang digunakan untuk menganalisis teks, sifatnya terus terang dan mengandung makna yang tersurat (Sarosa, 2012: 71). Krippendroff juga mendefinisikan bahwa Content Analysis sebagai metode yang replikabel dan valid untuk membuat inferensi-inferensi khusus dari sebuah teks pada pernyataan- pernyataan lain dari sumbernya (Emzir, 2011: 285).

  Dalam menganalisis data dari pengumpulan data yang telah dilakukan penulis menggunakan analisis data sebagai berikut: a.

  Deskriptif Sebagai pembahasan yang bersifat literal, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan topik pembahasan hasil penelitian secara apa adanya sejauh yang penulis peroleh. Adapun teknik deskriptif yang penulis pergunakan adalah analisis kualitatif. Dengan analisis ini akan diperoleh gambaran sistematika mengenai isi buku untuk diteliti isinya. b.

  Content Analysis Metode ini digunakan untuk memperoleh pemahaman isi dan makna dari berbagai data dalam penelitian, yang analisis ini menghendaki objektivitas, pendekatan sistematik, dan generalisasi, baik yang mengarah pada isi maupun yang mengarah pada makna, terutama dalam perbuatan dan penarikan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

  Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis, didalam penulisan skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut:

  Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II : Biografi Syekh Muhammad Syakir meliputi tentang nasab dan kelahiran Syekh Muhammad Syakir, latar belakang pendidikan Syekh Muhammad Syakir, pekerjaan Syekh Muhammad Syakir, karya-karya Syekh Muhammad Syakir, dan deskripsi singkat tentang kitab Washoya.

  Bab III : Deskripsi Pemikiran Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washoya tentang pengertian etika menuntut ilmu dalam perspektif Syekh Muhammad Syakir. Bab IV : Analisis Etika Menuntut Ilmu dalam Kitab Washoya dikaitkan dengan konteks kekinian.

  Bab V : PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II BIOGRAFI SYEKH MUHAMMAD SYAKIR A. Latar Belakang Historis Pada abad ke-19 nasib politik dan ekonomi Mesir semakin erat terkait

  dengan Eropa, misalnya Inggris dan Perancis. Selama awal 1800-an, Mesir mengekspor kapas ke Eropa dalam jumlah besar, dan kapaspun akhirnya menjadi hasil utama Mesir (Ali Rahnema, 1996: 127).

  Kenyataan seperti ini menjadikan politik, ekonomi, dan kebudayaan di Mesir sangat terpengaruh oleh bangsa Eropa. Mesir menjadi negara yang menggantungkan kebutuhan ekonominya pada bangsa Eropa. Dominasi politik dan ekonomi Eropa disertai dominasi budaya terlihat pada kecenderungan elit Mesir untuk bergaya hidup barat dan untuk memungut gagasan barat, meski dengan mengorbankan keyakinan dan praktik tradisional Islam (Ali Rahnema, 1996: 128). Kairo dan Iskandariah mengembangkan lingkungan terbaratkan, dimana orang Mesir dapat bergaya hidup Eropa, seperti sering mengunjungi restoran dan klub malam.

  Pada tahun 1881, muncul suatu gerakan menentang dominasi politik, ekonomi, dan budaya Eropa, tetapi karena kelihatan mengancam investasi asing, gerakan ini mendorong Inggris melakukan invasi militer pada tahun 1882 (Ali Rahnema, 1996: 127). Dalam hal ini agresi militer yang dilakukan Inggris tersebut bertepatan dengan lahirnya Muhammad Syakir.

  Pada awal 1900-an lahirlah sebuah gerakan nasionalis dan menyerukan kemerdekaan Mesir (Ali Rahnema, 1996: 127). Pada saat ini Inggris secara resmi memisahkan Mesir dari „Utsmaniah dan menyatakan sebagai wilayah proktetorat (Ali Rahnema, 1996: 127). Pada akhir perang tahun 1919, berdiri sebuah gerakan nasionalis untuk kemerdekaan Mesir. Sehingga Inggris menghadapi badai protes nasionalis, dan akhirnya membuat pernyataan sepihak soal kemerdekaan Mesir (dengan beberapa syarat) pada tahun 1922 (Ali Rahnema, 1996: 127). Keadaan politik yang labil menjadikan masyarakat Mesir pada umumnya resah karena Islam dengan nilai-nilai ajaran yang luhur dan bermartabat semakin tidak berdaya berhadapan dengan hegemoni pemerintah Barat. Dengan demikian, iklim politik di Mesir pada tahun-tahun sebelum penerbitan kitab Washoya al Ab

  a‟ lil Abnaa‟ dalam

  keadaan dominasi asing dan perlawanan masyarakat Mesir terhadap dominasi asing.

  Dengan melihat sejarah yang terjadi pada masa-masa sebelum penerbitan kitab Washoya al Ab

  a‟ lil Abnaa‟ dapat digaris bawahi bahwa

  pemikiran Muhammad Syakir tidak dapat dilepas dari keadaan dan lingkungan yang sangat ke barat-baratan. Ada kekawatiran masyarakat bahwa nilai-nilai Islam dan kultur budaya Islam yang ada pada negara tersebut akan luntur dan tenggelam oleh pengaruh budaya asing.

B. Nasab dan Kelahiran Syeikh Muhammad Syakir

  Muhammad Syakir lahir di Jurja, Mesir pada pertengahan Syawal tahun 1282 H bertepatan pada tahun 1863 M dan beliau wafat pada tahun 1939 M. Ayah beliau bernama Ahmad bin Abdil Qadir bin Abdul Warits . (Martin Van Bruinessen, 1995: 160). Keluarga Syekh Muhammad Syakir telah dikenal sebagai keluarga yang paling mulia dan yang paling dermawan di kota Jurja (Abdullah). Beliau termasuk

  Min ba‟dhil muhaddistin atau ahli hadis. Nama laqob beliau adalah Syekh Muhammad Syakir Al-Iskandariyah.

  Nasab beliau bersambung ke al-Husein bin Ali bin Abi Thalib.

  Nama Ahmad yang dimiliki ayahnya juga digunakan sebagai nama anaknya, yang juga bernama Al- „Allamah Syekh Muhammad Syakir Abil

  Asybal seorang Muhaddits besar yang wafat pada tahun 1958 M. Penggunaan nama anak yang disamakan kakeknya biasa dilakukan oleh ulama-ulama zaman dahulu maupun kyai-kyai di Indonesia.

  Ayah beliau asy-Syekh Muhammad Syakir adalah wakil Universitas al-Azhar, mufti, hakim kepala di Sudan, dan Ulama kota Iskandaria Mesir.

  Kakek dari pihak ibunya adalah asy-Syekh Harun Abdurrazak.

  Ayah beliau mempunyai pengaruh besar dalam mendidik beliau, dimana bersama-sama temannya beliau belajar kepada ayahnya tentang tafsir dan tafsir an-Nasafi. Ayah beliau juga mengajarkan kepada

  al-Baghawi

  mereka kitab Sahih Muslim dan sunan at-Tirmidzi kitab Syamail ar-Rasul

  

shallallahu alaihi wasallam , dan sebagian pembahasan dalam kitab shahih al

  • -Imam al-Bukhari . Dalam ilmu ushul, ayah beliau mengajarkan kitab Jam‟u al-J awami‟ dan kitab syarh al-Asnawi ala al-Minhaj, dalam ilmu mantiq ayah

  beliau mengajarkan kitab syarh al-Khubais dan kitab syarh al-Qutb ala asy-

  

Syamsyiyyah , dalam ilmu bayan, ayah beliau mengajarkan kitab ar-Risalah

al-Bayaaniyyah , dan dalam fiqih al-Hanafiah ayah beliau mengajarkan kitab

  al-Hidayah ala thariq as-Salaf fi istiqlal ar- Ra‟yi wa qurriyyah al-fikr wa nabdzu al-Ashobiyyah li madhzab muayyan.

  Sejak kepemimpinan Utsmaniyah yang memproklamirkan negara Mesir merdeka pada tahun 1805, yakni di masa pemerintahan Muhammad Ali, Mesir mulai mengalami ketenangan politik, khususnya setelah Muhammad Ali membantai sisa-sisa petinggi Mamluk pada tahun 1811 (Taufik Abdullah, 2002: 173). Syekh Muhammad Syakir lahir dalam situasi Mesir yang sudah tenang.

C. Riwayat Pendidikan dan Karir Syekh Muhammad Syakir

  Ketika Syaikh Muhammad Syakir semakin dewasa, ayahnya harus pergi ke Sudan untuk menjabat qadhi qudhat (hakim agung). Ketika sedang berada di Khartoum, Ahmad Syakir masuk keperguruan tinggi Gordon. Muhammad Syakir tinggal di Sudan hingga akhirnya ayahnya kembali lagi ke Alexandria karena harus menduduki jabatan masyikha.

  Pada tanggal 26 April 1904, Muhammad Syakir pun masuk ke Lembaga Keagamaan di Alexandria tempat ayahnya menjadi syaikh. Ketika pada 19 April 1909 ayahnya menjadi wakil Al-Azhar, Muhammad Syakir pun ikut ke Kairo untuk kemudian belajar di Al-Azhar hingga lulus pada 1917.

  Setelah lulus dari Universitas Al-Azhar, Muhammad Syakir menjadi guru di Madrasah Mahir selama empat bulan. Setelah itu, beliau bekerja di pengadilan hingga pindah ke Al-

  Ma‟asy. Ketika bekerja di pengadilan agama, Muhammad Syakir mengeluarkan hukum yang tidak terikat dengan madzhab tertentu. Syekh Muhammad Syakir dikenal sebagai seorang pembaharu Universitas Al-Azhar (Taufik Abdullah, 2002: 172). Yakni, beliau adalah mantan wakil rektor di Universitas Al-Azhar. Karir beliau dimulai mempelajari dan menghafal al-

  Qur‟an di sana, dan di sana pula beliau belajar dasar-dasar studinya di Jurja, Mesir, setelah itu beliau rihlah (bepergian untuk menuntut ilmu) ke Universitas Al-Azhar dan belajar dari guru-guru besar pada masa itu, setelah sekian lama belajar di Universitas Al-Azhar beliau dipercayai untuk memberikan fatwa pada tahun 1307 H. Beliau kemudian menduduki jabatan sebagai ketua Mahkamah Mudiniyyah Al-Qulyubiyyah, dan tinggal di sana selama tujuh tahun sampai beliau dipilih menjadi Qadhi (hakim) untuk negeri Sudan pada tahun 1317 H. Beliau adalah orang pertama pula yang menetapkan hukum- hukum hakim yang syar‟i di Sudan diatas asas yang paling terpercaya dan kuat, kemudian pada tahun 1322 H beliau ditunjuk sebagai guru bagi para ulama-ulama Iskandariyah sampai membuahkan hasil, menebarkan benih-benih yang baik, memunculkan bagi kaum muslimin orang-orang yang menjadi petunjuk bagi umat supaya dapat mengembalikan kejayaan Islam di saentero dunia. Setelah itu beliau ditunjuk sebagai wakil bagi para guru di Al-Azhar.

  Kemudian pada tahun 1913 M, beliau menggunakan kesempatan dalam mendirikan

  Jam‟iyyah Tasyni‟yyah untuk menjadi anggota organisasi

  tersebut, sebagai pilihannya dari sisi perintah Mesir, dan dengan itulah beliau meninggalkan jabatannya, serta beliau enggan untuk kembali kepada satu bagianpun dan jabatan-jabatan tersebut, dan beliau juga tidak lagi berhasrat kepada sesuatu yang memikat dirinya. Bahkan beliau lebih mengutamakan untuk hidup dalam keadaan pikiran, amalan, hati dan ilmu yang bebas lepas dan memiliki pemikiran-pemikiran yang cemerlang pada tulisannya. Beliau adalah seorang „alim yang mulia, kokoh didalam keilmuan baik secara

  naqliyah (dalil-dalil Al- Qur‟an dan hadits) maupun secara aqliyah.

D. Guru-guru Syekh Muhammad Syakir

  Ketika belajar di Al-Azhar, beliau mengenal dan menuntut ilmu kepada para ulama Mesir dan lainnya, diantaranya:

  1. As-Syaikh Abdullah bin Idris as-Sanusi, ulama ahli hadits dari Maroko, beliau mempelajari darinya kitab Shahih al-Imam Bukhari, dan mendapatkan ijazah darinya, demikian kitab shahih Muslim dan kitab sunan Tirmidzi dan kitab sunan lainnya.

  2. Asy-Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi, beliau belajar kepadanya kitab Bulughul Maram, dan asy-Syaikh memberikan ijazah pengakuan telah mempelajari kitab itu, dan juga kutub sittah.

  3. Asy-Syaikh Mahmud Abu Daqiqah adalah salah seorang ulama di Ma‟had al-Iskandariah dan salah satu anggota majelis ulama dikemudian harinya.

  Beliau belajar kepada Asy-Syaikh Mahmud tentang fikih dan ilmu ushul fikih.

  4. Ayah beliau Syaikh Syakir al-Jaziri, beliau mempelajari hadits dari ayahnya dan asy-Syaikh memberikan ijazah telah mempelajari

  kutubussittah.

  5. Asy-Syaikh Thohir al-Jazairi

  6. Asy-Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, pendiri dan yang menyusun majalah al-Manar.

  7. Asy-Syaikh Salim al-Basyiri, beliau mempelajari syarh al-Muwatha.

  8. Asy-Syaikh Habibullah asy-Syanqithi beliau mempelajari kitab Zaadul Muslim.

  9. Syaikh Abdussalam al-Faqi, beliau mempelajari syair dan sastra Arab.

  

  

Dokumen yang terkait

Literasi Informasi Mahasiswa dalam Pencarian Informasi pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara

0 39 91

Karya Ilmiah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Analisis Penggunaan Kitab Kuning dalam Penulisan Skripsi Bidang ke-Islaman Tahun Akademik 2012).

0 25 139

Peningkatan hasil belajar wudhu siswa kelas VI MI Nurul Falah melalui penerapan metode demonstrasi. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014

0 8 98

Efektivitas Metode Diskusi dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 4 97

Kontribusi Agama dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Riset

0 0 38

Etika Peserta Didik Menuntut Ilmu Dalam Kitab Al-Gunyah Li Ṭālibi Ṭarīq Al-Haqqi ‘Azza Wa Jallā Karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 113

Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah

0 1 6

Nunuk Nur S Pendidikan Agama Islam Untuk Disiplin Ilmu Seni

1 1 127

Eksistensi Jejaringan Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan (JIP-FIP) dalam Meningkatkan Kualitas Guru dan Tenaga Kependidikan Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045 - Universitas Negeri Padang Repository

0 2 20

Judul skripsi : Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab Washaya Al Abaa’ Lil Abnaa’ - Test Repository

0 3 85