REPRESENTASI PEREMPUAN MASKULIN SEBAGAI PERLAWANAN TERHADAP PATRIARKI DALAM SITKOM OK-JEK (ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE) - FISIP Untirta Repository
REPRESENTASI PEREMPUAN MASKULIN
SEBAGAI PERLAWANAN TERHADAP
PATRIARKI DALAM SITKOM OK-JEK
(ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh Luna Safitri Salsabil
NIM 6662120166
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2016
ABSTRAK
Luna Safitri Salsabil, NIM.6662120166. Representasi Perempuan Maskulin
Sebagai Perlawanan Terhadap Patriarki Dalam Sikom OK-JEK (Analisis
Semiotika Charles Sanders Pierce). Pembimbing I: Uliviana Restu H,
M.Ikom dan Pembimbing II: Husnan Nurjuman , M.SiPerempuan pada masyarakat dengan budaya patriarki sebagai kaum subordinat, berkerja diruang domestik, sebagai objek dan di stereotipekan feminim. Pada perkembangannya citra perempuan dalam media khususnya tayangan situasi komedi ok-jek berubah sebagai perempuan maskulin. Bagaimana representasi perempuan maskulin dan perlawanan terhadap budaya patriarki dalam sitkom ok- jek. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce, dengan judul Representasi Perempuan Maskulin sebagai Perlawanan terhadap Patriarki. Situasi komedi mempunyai tanda berbentuk verbal(bahasa) dan visual oleh karena itu sarat akan tanda. Maka pendekatan semiotika sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas perempuan maskulin sebagai perlawanan terhadap patriarki.Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Dimana data dan analisis dipaparkan secara deskriptif. Untuk mengungkapkan apa yang ada dalam situasi komedi secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakan metode penelitian paradigm kritis merupakan paradigma penelitian yang melihat suatu realita secara kritis sebagai objek penelitian. Hasil penelitian ini adalah maskulin merupakan konstruksi sosial, perempuan bisa memiliki karakteristik maskulin, hegemoni patriarki dipatahkan oleh situasi komedi ini, Kata kunci: Semiotika, Feminisme, Patriarki
ABSTRACT
Luna Safitri Salsabil. NIM.6662120166. Thesis. Representation of Masculine
Female as a Fight Against Patriarchy in Sit-Com OK-JEK (Charles Sanders
Pierce Semiotic Analysis). Uliviana Restu H, M.Ikom; Husnan Nurjuman,
M.SiWomen in society with patriarchal culture as the subordinate, working in the
domestic space, as an object, and in the feminine stereotype. In the development
of the image of women in the media, especially comedy shows ok-jek situation
changed as a masculine woman. How masculine representation of women and the
fight against patriarchal culture in the sitcom ok-jek. This study uses a semiotic
analysis of Charles Sanders Pierce, with the title of Women's Representation
Masculine as resistance against the Patriarchate. Situation comedies have shaped
mark verbal (language) and visual therefore full of pins. So semiotics approach as
a method of analysis in order to sign as a masculine woman peeling resistance
against patriarki. Method research is qualitative. Where the data and analysis
presented descriptively. To reveal what is in the situation comedy thoroughly and
deeply, in this study used research methods critical paradigm is the paradigm of
research critical look at the reality as an object of research. The result of this
research is a social construction of masculine, women can have masculine
characteristics, patriarchal hegemony is broken by a situation comedy.Keyword : Semiotic, Feminism, Patriarchy
Thanks to Allah for all miracle happen in my life .
―No two things have been combined better than Knowledge and Patience‖
- Prophet Muhammad Ketika kesempurnaan hanya milik Allah, sebagai manusia hanya perlu melakukan yang terbaik versi diri sendiri.
Ilmu adalah teman dalam kesendirian, sahabat dalam keterasingan, penolong ketika ada kesulitan dan simpanan kematian.
Dearest mama and papa, thanks for all.
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum Wr. Wb.Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan atas limpahan rahmat dan nikmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan strata (S1) pada program studi ilmu komunikasi konsentrasi hubungan masyarakat di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas sultan ageng tirtayasa. Skripsi ini berjudul ―Representasi Perempuan Maskulin sebagai Perlawanan terhadap Patriarki‖.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas segala doa, dukungan, motivasi, bimbingan, dan bantuan yang tak terhingga dalam proses penelitian serta penyusunan skripsi ini kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.PD. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 4. Bapak Darwis Sagita, S.Ikom. selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Ibu Uliviana Restu H, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Husnan Nurjuman S.Ag., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II Skripsi Yang Membantu Memberikan Arahan Serta Masukan Untuk Menyelesaikan Skripsi Ini.
7. Seluruh Dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang telah membimbing dan memberikan ilmunya selama bangku perkuliahan.
8. Kedua Orang Tua saya Ibu Metty dan Bapak Muhammad Yamin S.E atas doa, dukungan, motivasi, kesabaran yang tak pernah putus.
9. Kakak saya Farrah Giatri Sakinah S.H , kakak ipar saya Aryo Maulana S.Sos., keponakan Arkenzo Rayyan Maulana, Sepupu saya Ningsih dan Keluarga Di Yogyakarta terima kasih atas doa, dukungan, motivasi untuk penulis.
10. Sahabat yang sudah seperti keluarga yaitu, Fanny Surviva Ramadhani, Alia Fadhillah, Bilqis Naufi, Irma Aprilia, Natasya Arnandha Prihandini, Ica Violla, Dini Anggraini, Muhammad Hamzah, Muhammad Nurwibowo, dan Riffal Ruchi Andrean, yang selalu menjadi penyemangat, penghibur, pendengar setia untuk doa dan dukungannya selama ini.
11. Teman-teman Ilmu Komunikasi (Humas maupun Jurnal) 2012 untuk hari-
12. Teman seperjuangan menggapai sarjana Dhita Sekar Annisa, Isda Isnawangsih Muzakki dan Cut Aini. Serta adik-adik tingkat dari berbagai fakultas yang telah memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Kiranya tidak ada balasan yang lebih baik kecuali yang datang dari Allah SWT, terimakasih untuk segalanya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua, khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan.
Wassalamualikum Wr. Wb.
Serang, 3 Oktober 2016 Luna Safitri Salsabil
DAFTAR ISI
LEMBAR ORISINALITAS .................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................9
1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................................10
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................10
1.5.1 Manfaat Akademis .................................................................................11
1.5.2 Manfaat Praktis ......................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa ..........................................................................................12
2.2 Semiotika..........................................................................................................14
2.2.1 Semiotika Charles Sanders Pierce ....................................................16
2.3 Representasi ....................................................................................................19
2.4 Komedi Situasi ................................................................................................21
2.5 Maskulinitas .....................................................................................................23
2.6 Feminisme ........................................................................................................27
2.7 Patriarki ...........................................................................................................29
2.8 Kerangka Berpikir ............................................................................................30
2.9 Penelitian Terdahulu ........................................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian .......................................................................................36
3.2 Pendekatan Penelitian .....................................................................................37
3.3 Unit Analisis.....................................................................................................39
3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................44
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................45
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................................46
3.6.1 Teknik Analisis Data berdasarkan Sinematografi .............................48
3.7 Triangulasi Data Penelitian ..............................................................................51
3.8 Jadwal Penelitian ..............................................................................................52
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Objek Penelitian ............................................................................54
4.1.1 Profil NET. TV..................................................................................54
4.1.2 Profil Situasi Komedi(sitkom) .........................................................55
4.1.3 Sinopsis Sitkom OK-JEK ..................................................................56
4.1.3.1 Sinopsis Episode 2 .............................................................57
4.1.3.2 Sinopsis Episode 7 .............................................................58
4.1.3.3 Sinopsis Episode 13 ...........................................................59
4.1.4 Karakter dalam Sitkom OK-JEK ......................................................60
4.2 Deskripsi Data Penelitian .................................................................................62
4.2.1 Deskripsi Sign, Object, dan Interpretant Representasi Perempuan Maskulin. .....................................................................................................62
4.2.1.1 Deskripsi Pada Scene Asna Membawa Kotak ...............................62
4.2.1.2 Deskripsi Asna Membawa Penumpang Perempuan ......................66
4.2.1.3 Deskripsi Asna Menjelaskan Target Hidupnya..............................72
4.2.1.4 Deskripsi Pertanyaan Penting Seno Kepada Asna. .......................76
4.2.1.5 Deskripsi Asna Agresif Kepada Seno ............................................80
4.2.2 Deskripsi Sign, Object, dan Interpretant Representasi Perempuan Maskulin Sebagai Perlawanan Terhadap Patriarki .......................................................84
4.2.2.1 Deskripsi Saat Iqbal Bertemu Asna ...............................................84
4.2.2.2 Deskripsi Asna Melawan Penumpang Laki-Laki ..........................94
4.3 Analisis Perempuan Maskulin dalam Sitkom OK-JEK .................................100
4.4 Analisis Perempuan Maskulin Sebagai Perlawanan Terhadap Patriarki Dalam Sitkom OK-JEK ............................................................................................106
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................110
5.2 Saran ...............................................................................................................112
5.2.1 Akademis.........................................................................................112
5.2.2 Praktis .............................................................................................112
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 ............................................................................................................26TABEL 2.2 ............................................................................................................27TABEL 3.1 ............................................................................................................43TABEL 3.2 ............................................................................................................56TABEL 4.1 ............................................................................................................64TABEL 4.2 ............................................................................................................65TABEL 4.3 ............................................................................................................69TABEL 4.4 ............................................................................................................75TABEL 4.5 ............................................................................................................79TABEL 4.6 ............................................................................................................83TABEL 4.7 ............................................................................................................87TABEL 4.8 ............................................................................................................97
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 .......................................................................................................18GAMBAR 3.1 .......................................................................................................50GAMBAR 3.2 .......................................................................................................52GAMBAR 4.1 ........................................................................................................57GAMBAR 4.2 ........................................................................................................58GAMBAR 4.3 ........................................................................................................67GAMBAR 4.4 ........................................................................................................73GAMBAR 4.5 ........................................................................................................77GAMBAR 4.6 ........................................................................................................81GAMBAR 4.7 ........................................................................................................85GAMBAR 4.8 ........................................................................................................94GAMBAR 4.9 ......................................................................................................101BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya dalam media perempuan selalu ditampilkan sebagai sosok yang tidak jauh dari peran domestik seperti masalah dapur, mengurus anak, belanja untuk kebutuhan keluarga, dan sebagainya. Tak jarang dipososikan sebagai subornidat laki-laki, misalnya menjadi bawahan, sekretaris, dan peran- peran melayani atau menopang kebutuhan laki-laki. Sama halnya dengan posisi mereka dalam kehidupan bermasyarakat; banyak peraturan pemerintah, aturan keagamaan, kebudayaan dan kebiasaan atau adat masyarakat yang
1
dikembangkan karena stereotipe ini.Beberapa filsuf menjelaskan kedudukan perempuan seperti Ariestoteles menyebarkan pemahaman yang mengatakan bahwa laki-laki menguasai perempuan karena jiwa perempuan memang tidak sempurna. Sedangkan menurut Immanuel Kant sulit dipercaya bahwa perempuan punya kesanggupan untuk mengerti prinsip-prinsip. Schopenhauer mengungkapkan bahwa perempuan dalam segala hal terbelakang, tidak sanggup berpikir dan berefleksi.Posisinya di antara laki-laki dewasa yang merupakan manusia
2 sesungguhnya dan anak-anak. Perempuan hanya tercipta untuk beranak.
1 Tri Handoko Cons. 2005. Maskulinitas Perempuan Dalam Iklan Dalam Hubungannya
dengan Citra Sosial Perempuan Ditinjau dari Prespektif Gender . Jurnal ―Nirmana‖ Vol.
27 No.1 (85-98)
Cleves Mosse Julia. 2004. Gender Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Spock seperti dikutip dalam Budiman, menyebutkan bahwa perempuan pada hakikatnya hanya dapat mengerjakan sesuatu yang diulang-ulang, pekerjaan tidak menarik, merasa bahagia kalau tidak agresif tidak hanya secara seksual namun juga dalam kehidupan sosial, pekerjaan, dan tugasnya sebagai ibu. Ide bahwa perempuan lebih ‗lemah‘ dari laki-laki disebarkan juga melalui agama-agama besar dunia.
Budiman memberi contoh tentang ajaran yang mengatakan perempuan terbuat dari tulang rusuk laki-laki. Bahkan ada doa pagi dari penganut agama tertentu yang isinya pujian dan ucapan syukur pada pencipta karena tidak dilahirkan sebagai perempuan. Contoh lainnya ujarnya adalah agama tertentu mengajarkan pula bahwa laki-laki lebih berkuasa dari wanita karena sifat-sifat yang diberikan Tuhan pada mereka memang demikian adanya dan banyak lagi
3 pendapat yang melemahkan posisi perempuan dalam berbagai ajaran agama.
Selain dogma agama, media sangat berperan dalam pembentuk bahkan
4
pelanggengan streotipe terhadap perempuan. Menurut Marshall McLuhan , media telah ikut mempengaruhi masyarakat. Media tidak hanya memenuhi kebutuhan manusia akan informasi atau hiburan, tetapi juga fantasi yang mungkin belum pernah terpenuhi lewat saluran-saluran komunikasi tradisional lainnya. Ilusi dan fantasi audiens kemudian menjadi semakin bebas atas bermunculannya penggambaran sekaligus pencitraan perempuan yang 3 dikreasikan media melalui perspektif maskulinitas.
Arief Budiman. 1982. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: PT. Gramedia. Hlm.6-
48 Idi Subandy Ibrahim. 2004. Sirnanya Komunikasi Empatik. Bandung: Pustaka Bani
5 Berdasarkan data dari lembaga survei yaitu Neilsen Newletter pengguna
Televisi, dikategorikan berdasarkan jenis kelamin adalah Laki-laki 24.041.343 individu dan Perempuan 24.080.946 individu. Pengguna televisi yang lebih dominan adalah perempuan. Secara umum, para perempuan menonton televisi selama rata-rata 3 jam per hari. Setengah dari populasi perempuan menghabiskan rata-rata 3 sampai 6 jam per hari untuk menonton televisi di hari kerja dan hampir 30% menonton televisi lebih lama, yaitu lebih dari 6 jam per hari di hari Minggu. Sebagai penonton TV terbanyak, ibu rumah tangga menonton TV paling lama (rata-rata 3 jam 47 menit per hari), disusul kemudian oleh perempuan bekerja dan remaja (hampir 3 jam per hari). Dari data tersebut penggunaan televisi sangatlah digemari dan berpengaruh terhadap perempuan
Dalam perkembangannya selanjutnya berbagai stereotipe perempuan yang lemah selalu menjadi subordinat pria dalam penampilannya di media mulai menunjukkan perubahan dimana posisi perempuan terkadang ditampilkan lebih ‗berkuasa‘ dan ‗perkasa‘ dari laki-laki. Atau mereka tidak lagi ditampilkan sebagai makhluk yang lemah dan pasif namun kuat, gesit dan
6
lincah. Salah satu contohnya seperti iklan di era 90an sosok gadis cantik Dian Sastro dalam iklan sabun mandi yang membuat pria-pria penggoda keteteran karena kemampuan bela dirinya yang lihai. Atau Zhang Zi Yi dalam iklan
6 diakses pada Sabtu, 15 Maret 2016 10:22 WIB
Liestianingsih. 2002. Ideologi Gender dalam Iklan Kosmetik di Televisi. Surabaya: produk kartu kredit yang juga membuat pria bertekuk lutut karena keahlian bela dirinya.
Dalam teori sosiologi gender, Connell seperti dikutip oleh Wajcman mengungkapkan bahwa maskulinitas ada dua bentuk dominan, maskulinitas secara budaya atau ‗maskulinitas hegemonik‘ dan bentuk masukulinitas yang
7 Hemegomonik yang dimaksud adalah pengaruh sosial yang ‗tersubordinasi‘.
dicapai bukan karena kekuatan melainkan karena pengaturan kehidupan pribadi dan proses-proses budaya. Hal ini berlawanan dengan tersubordinasi, dimana kekerasan adalah kunci yang sangat berpengaruh untuk memaksakan sebuah cita-cita/kekuasaan bagi maskulinitas tersebut. Maskulinitas hegemonik adalah bentuk maskulinitas ‗ideal‘ karena tidak harus berhubungan
8 erat dengan kepribadian aktual laki-laki.
Maskulinitas adalah sebuah konstruksi sosial laki-laki dan perempuan
9
berkaitan erat dengan permasalah gender. Menurut Zimmerman menjelaskan bahwa gender (yaitu perilaku yang memenuhi harapan sosial untuk laki-laki dan perempuan) tidak melekat dalam diri seseorang. Tetapi, dicapai melalui interaksi dalam situasi tertentu. Dengan demikian konsepsi individu tentang perilaku laki-laki dan perempuan yang tepat adalah diaktifkan secara situasional.
7 Tri Handoko Cons. 2005. Maskulinitas Perempuan Dalam Iklan Dalam Hubungannya
dengan Citra Sosial Perempuan Ditinjau dari Prespektif Gender . Jurnal ―Nirmana‖ Vol.
87 No.1 (85-98)
Wajcman Judi. 2001. Feminisme Versus Teknologi. Yogyakarta: SBPY-OXFAM UK-1.
9 Hlm.160-161George Ritzer-Douglas J. Goodman. 2003. (cet.3). Teori Sosiologi Modern. Edisi ke.6.
10 Mosse mengungkapkan secara mendasar gender berbeda dengan jenis
kelamin biologis yang merupakan pemberian dimana kita dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan. Namun yang menjadikan kita kemudian disebut maskulin dan feminim adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur yang ‗memaksa‘ kita mempraktekkan cara-cara khusus yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi kita untuk menjadi laki-laki dan perempuan. Mosse mengumpamakannya sebagai kostum dan topeng teater, dimana kita berperan sebagai feminim dan maskulin.
Dapat disimpulkan dari pernyataan Zimmerman dan Mosse bahwa konsepsi individu tentang perilaku laki-laki dan perempuan yang tepat adalah bersifat situasional dan gender berbeda dengan seks dalam artian gender dapat dipertukarkan dan berubah berdasarkan kepentingan situasional. Dengan demikian sah-sah saja perempuan memposisikan dirinya berperan sebagaimana laki-laki. Dia tidak lagi feminim seperti lemah-lembut, lemah fisik, halus, rendah hati, submisif, bersikap manis, dan sejenisnya. Namun menjadi sikap maskulin seperti rasional, cerdas, pengambil keputusan yang baik/tegas, dan perkasa.
Bagaimana konstruksi sosial ini direpresentasikan dalam semua media massa seperti iklan, film maupun sinetron televisi. Contoh dari representasi
11 10 maskulinitas adalah film Hunger Games Trilogi dan Divergent Tetralogi. 11 Ibid., hlm. 2-3
Vera Woloshyn, & Nancy Taber. 2013. Discourses of Masculinity and Feminity in The Dimana Katniss Everdeen dan Tris bersikap maskulin sebagai perempuan yaitu: rasional, cerdas, pengambil keputusan yang baik/tegas, dan perkasa.
Mereka direpresentasikan bukan sebagai perempuan feminim atau bahkan sekedar subordinat. Mereka adalah perempuan yang menjadi ikon pemberotakan pada sebuah sistem. Oleh karena itu maskulin adalah sebuah konstruksi sosial dan media massa turut andil menjadi wadah untuk merepresentasikan sebuah ideologi/pemahaman tentang gender yang telah berubah seiring postmodern.
12 Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses pemaknaan
melalui sistem penandaan dalam dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Representasi merujuk pada proses komunikasi yang menyampaikan realitas melalui kata-kata, bunyi, citra, atau kombinasinya.
13 Marcel Danesi mendefinisikan representasi lebih jelas sebagai penggunaan
tanda (gambar, bunyi dan lain- lain) untuk menghubungkan, menggambarkan, memotret, atau mereproduksi sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa representasi adalah pengambaran realitas melalui tanda dalam suatu media.
Tanda atau simbol merupakan alat dan materi yang digunakan dalam interaksi. Komunikasi merupakan proses transaksional dimana pesan (tanda) 12 dikirim dari seorang (sender) kepada penerima (receiver). supaya pesan
Nuraini Juliastuti. 2000. ‗Representasi, Newsletter Kunci Cultural Studies Center, Edisi
4 Maret, 2000’, hlm. 6. Diakses pada tanggal 15 Februari 2016 dalam
https://archive.org/details/NewsletterKunci4BudayaMateri tersebut dapat diterima secara efektif maka perlu adanya proses interpretasi terhadap pesan tersebut. karena hanya manusialah yang memiliki kemampuan untuk menggunkan dan memaknai simbol-simbol maka berkembanglah cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana memahami simbol atau
14 lambang yaitu semiotika .
15 Elemen-elemen dalam kajian semiotik adalah tanda, acuan dari tanda,
dan pengguna tanda. sebuah tanda adalah sesuatu yang bersifat fisik, dapat diterima oleh indra manusia; mengacu pada sesuatu diluar dirinya; dan bergantung pada pengenalan dari para pengguna bahwa itu adalah tanda kita. contoh asap menandai adanya api, sirine mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota.
16 Tidak berbeda jauh Morissan berpendapat bahwa semiotika adalah studi
mengenai tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada diluar diri. Sitkom merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis semiotika. Situasi Komedi adalah sebuah drama audio-visual berseri dan bersambung yang direncanakan, dimainkan oleh pemeran, direkam, di-edit, dan disiarkan di media massa televisi.
14 Nawiroh Vera. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia
15 hlm. 1 Indiwan Seto Wahyu Wibowo. 2013. Semiotika Komunikasi
- – Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi , Jakarta: Mitra Wacana Media hlm. 7
17
magnetik. Komedi Situasi (Sitkom) diproduksi dan ditayangkan tidak terlepas dari konteks budaya yang melatarabelakanginya. Penonton bisa menikmati suatu tayangan apabila penonton mengenali dan merasa akrab
18
dengan konteks budaya yang melatar belakanginya. Pada sitkom, Konteks budaya justru harus ditampilkan kuat karena sifat komedi yang kultural.
Penonton hanya bisa tertawa atau merasa tergelitik jika penonton mengenali konteks budayanya.
Komedi Situasi (Sitkom) OK-JEK tayangan yang memakan waktu selama 20-30 menit dengan tema berubah-berubah dari waktu ke waktu tetapi menggunakan latar, lokasi, dekorasi, dan karakter yang hampir sama setiap kali tayang televisi. Cocok untuk penonton yang menginginkan hiburan ringan dan tidak terlalu berdrama seperti sinetron ataupun telenovela. OK-JEK adalah sebuah sitkom bergenre drama komedi yang ditayangkan oleh stasiun televisi NET. Sinetron ini menganggat fenomena yang sedang populer saat ini yaitu tukang ojek online. Cerita Komedi Situasi (Sitkom) OK-JEK berfokus kepada 17 para driver OK-JEK dan orang-orang disekitar mereka, juga masalah-masalah
Budi Irawanto. ―Menertawakan Kejelataan Kita: Transgresi Batas-batas Marginalitas dalam Sinetron Komedi Bajaj Bajuri”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 3: 1 (Juni, 2006), 18 hlm. 51.
Sri Kusumo Habsari, Fitria Akhmerti Primasita & M. Taufiq Al Makmum.
Representasi Dominasi Perempuan Dalam Rumah Tangga: Feminisme atau Patriarki? . yang sering dialami para driver dan managementnya. Komedi Situasi (Sitkom) OK-Jek mencoba menghadirkan dan merepresentasikan maskulinitas dalam penokohan Asna yaitu seorang driver perempuan OK-JEK.
Asna berbeda dengan stereotipe perempuan dalam media. Perempuan dalam media ataupun sinetron digambarkan sosok yang lemah dan pasrah terhadap keadaan sedangkan Asna, walaupun masih digambarkan sebagai wanita cantik mempunyai beberapa karakter maskulin. Karakter Asna sebagai wanita yang tidak bekerja di ruang domestik inilah mewakili perlawanan terhadap patriarki. Asna sebagai perempuan tidak mengandalkan laki-laki dalam hidupnya. Televisi merupakan bagian dari komunikasi massa yang
19
digunakan sebagai medium penyampaian pesan. Menurut laswell ―who says
what which channel and what effect”, sitkom sebagai pesan (yang ingin
disampaikan), televisi sebagai media, dan ideologi feminisme tersampaikan melalui sitkom. Dikaji melalui semiotika karena sitkom merupakan kumpulan tanda yang memiliki sign, objek, interpretant.
Dari latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka peneliti memilih judul ―Representasi perempuan maskulin sebagai perlawanan terhadap partriarki dalam Sitkom OK-
Jek‖ untuk diteliti menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce.
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, sekiranya perlu dilakukan penelitian yang lebih dalam pada sinetron ini. Maka dari itu peneliti merumuskan masalah penelitian dengan ―Bagaimana perlawanan terhadap patriarki direpresentasikan melalaui perempuan berpenampilan maskulinitas pada Komedi Situasi (Sitkom) Ok-Jek?
1.3 Identifikasi Masalah
Dari rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut,
1. Bagaimana representasi perempuan bernampilan maskulin dalam sitkom ok-jek berdasarkan model triadik Pierce?
2. Bagaimana representasi perempuan bernampilan maskulin sebagai perlawanan terhadap patriarki dalam sitkom ok-jek berdasarkan model triadik Pierce?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka tujuan adanya penelitian ini adalah untuk,
1. Untuk menjelaskan perempuan bernampilan maskulin yang direpresentasikan dalam sitkom ok-jek
2. Untuk mengungkapkan perlawanan terhadap patriarki yang direpresentasikan melalui perempuan maskulin dalam sitkom ok- jek
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang baik dalam hal akademis maupun praktis. Manfaat penelitian ini adalah :
1.5.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam perkembangan kajian mengenai media, khusunya komunikasi massa. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat memberikan pandangan baru dalam kajian ilmu komunikasi khususnya mengenai sitkom, terutama jika dilihat dari analisis semiotika.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan juga dapat memberikan masukan bagi para penggiat sitkom dalam merepresentasikan permasalahan sosial melalui sebuah sitkom dan membuat sitkom yang berkualitas. Begitupun untuk masyarakat bahwa sitkom dapat menjadi media pembelajaran atau pendidikan sehingga masyarakat lebih jeli dalam memilih sitkom yang berkualitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa Sebagai mahluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki
potensi komunikasi, bahkan ketika manusia itu diam manusia itu sedang berkomunikasi, mengkomunikasikan keadaan perasaannya. Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti berkomunikasi, komunikasi pun dapat kita temukan di semua sendi sendi kehidupan, dimana setiap proses interaksi antara manusia dengan manusia lain pasti terdapat komunikasi.
Ilmu Komunikasi merupakan ilmu sosial terapan, bukan ilmu sosial murni, ilmu komunikasi tidak bersifat absolut, sifat ilmu komunikasi dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman, hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak-tanduk perilaku manusia, sedangkan perilaku atau tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk perkembangan zaman.
Sifat ilmu komunikasi adalah interdisipliner atau multidisipliner. Maka dari itu ilmu komunikasi dapat menyisip dan berhubungan erat dengan ilmu sosial lainnya. Hal itu disebabkan oleh objek materialnya
20 sama dengan ilmu sosial lainnya, terutama ilmu sosial kemasyarakatan .
20 Charles R Berger. Michael E. Roloff & David R. Roskos. 2014. Handbook Ilmu
21 Wilbur Schramm mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu
kegiatan komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu source,
message, destination atau komunikator, pesan dan komunikan. Apabila
salah satu dari ketiga komponen itu tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada maka tidak akan berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen
- – komponen utama (komunikator, pesan dan komunikan) mutlak harus ada pada proses komunikasi. Baik komunikasi antarpersonal (interpersonal), kelompok maupun komunikasi massa.
22 Joseph R. Dominick mendefinisikan komunikasi massa sebagai
suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen dan tersebar. Komunikasi massa menurut Tan dan
23 Wright merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh berpencar, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.
Komunikasi massa mempunyai beberapa perbedaan dengan 21 komunikasi tatap muka. Menurut DeFleur dan Dennis, perbedaan terjadi 22 Effendy. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: Cespur dalam hal konsekuensi menggunakan media, konsekuensi memiliki khalayak luas dan beragam, serta pengaruh sosial dan kultur. Sedangkan menurut Elizabeth Noelle-Neuman ada empat tanda pokok dari komunikasi massa bila secara tekhnis komunikasi massa diperbandingkan dengan system komunikasi interpersonal. Tanda pokok tersebut adalah : bersifat tidak langsung, bersifat searah, bersifat terbuka dan memiliki public yang tersebar secara geografis.
Disamping adanya perbedaan antara komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal, terdapat pula hubungan antara komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal. Menurut Elihu Katz dan Paul
24 Lazarfeld komunikasi interpersonal merupakan variable intervenig antara
media massa dan perubahan perilaku. Sedangkan Everett Rogers mengemukakan bahwa antara saluran media massa dan interpersonal saling melengkapi. Kemudian antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal dapat dilihat pada efek sosialisasi dari media massa.
2.2 Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ―tanda‖. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Ada yang mengenal semiotika 24 dengan semiologi, tentunya semiologi lebih dikenal oleh penganut mazhab
Charles R Berger, Michael E. Roloff & David R. Roskos. 2014. Handbook Ilmu ahli semiotik Prancis, Ferdinand de Saussure. Sedangkan semiotik sendiri telah muncul di negara-negara Anglo-Saxon, namun untuk penggunaannya telah dihubungkan dengan karya ahli semiotik modern asal Amerika Serikat, Charles Sanders Pierce
25 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda merupakan perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). (Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53)
Dari pengertian tersebut dapat dipahami jika semiotika dapat membantu manusia dalam memahami kehidupannya dalam dunia ini. Bahkan menurut Van Zoest
26
manusia adalah homo semioticus, yang berarti manusia mencoba untuk mendapatkan tanda dari kekuasaan yang lebih tinggi, jika tidak ada jawaban, maka manusia itu akan memproklamasikan sesuatu, apa saja, sebagai tanda. Menurut Littlejohn dan Foss,
27 Semiotik selalu dibagi kedalam
tiga wilayah kajian —semantik, sintaktik dan pragmatik. Untuk penjelasannya masing-masing dapat dipahami sepeti berikut;
Semantik Berbicara tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjuknya atau apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda.
Sintaktik 25 Sobur, Op.Cit., hlm. 12
26 Ibid., hlm. 14-15
27 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi Theory of human
Adalah kajian diantara tanda-tanda. Dipahami sebagai tanda-tanda tidak berdiri dengan sendirinya.
Hampir semuanya selalu menjadi bagian dari sistem tanda atau kelompok tanda yang lebih besar yang diatur dalam cara-cara tertentu. Pragmatik Memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda pada kehidupan sosial.
2.2.1 Semiotika Charles Sanders Peirce
Peirce dalam sobur memandang tanda sebagai ―…something
which stands to somebody for something in some respect or capacity
‖
28
yang diartikan ―…sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu (ya ng lain) dalam kaitan atau kapasitas tertentu‖ yang tentunya dapat dipahami jika suatu tanda memiliki hubungan erat terhadap seseorang tertentu, dimaksudkan juga, pemaknaan tanda bisa terjadi jika individu tertentu tersebut secara kapasitas menginginkanya.
Lebih lanjut, dalam Sudjiman, Peirce mengemukakan bahwa semiotika bersinonim dengan logika. Logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran ini, menurut hipotesis teori
29 Peirce yang mendasar, dilakukan melalui tanda-tanda.
Peirce mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari kepertamaan, objeknya adalah kekeduaan, dan penafsirnya —
30
unsur pengantara Keketigaan —adalah contoh dari keketigaan. yang ada dalam konteks pembentukan tanda juga membangkitkan semiotika yang tak terbatas, selama suatu penafsir (gagasan) yang membaca tanda sebagai tanda bagi yang lain (yaitu sebagai wakil dari suatu makna atau penanda) bisa ditangkap oleh penafsir
31 lainnya.
Charles Sanders Peirce menyebut tanda sebagai representamen dan konsep, benda, gagasan dan seterusnya, yang diacunya sebagai objek. Makna yang diperoleh dari sebuah tanda diberi istilah interpretant oleh Peirce. Tiga dimensi ini selalu hadir dalam signifikasi. Karenanya, Peirce memandang proses semiosis sebagai
32
sebuah struktur triadik bukan biner. Hubungan Triadik tersebut ditampilkan seperti gambar ini.
Gambar 2.1 Elemen triadik Charles Sanders Peirce29 Sign/Representamen (X)
Panuti Sudjiman (ed), Serba-serbi semiotika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992,
30 hlm. 1 31 Sobur, Op.Cit., hlm. 41 Ibid.Tanda yang dikaitkan dengan ground/representament dibaginya menjadi 3 macam; qualisign, sinsign, legisign. Untuk pejelasannya lebih lanjut akan menjadi seperti ini; 1.