HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF DI TEMPAT KERJA

  

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF

DI TEMPAT KERJA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Oleh :

Desta Risdiyanto

  

Nim : 029114056

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

  

MOTTO

AMSAL 23: 18

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang

  

ANDA BERPIKIR SUKSES MAKA ANDA SUKSES

ANDA BERPIKIR MALU MAKA ANDA MALU

ANDA BERPIKIR GAGAL MAKA ANDA GAGAL

ANDA BERPIKIR BISA MAKA ANDA BISA

“Ada dua cara menghadapi kehidupan.

  

Yang satu adalah seolah-olah

mukjizat itu tak pernah ada.

  

Yang lain adalah seolah-olah

segala sesuatunya merupakan mukjizat.”

  • - Albert Einstein -

  

Penulis mempersembahkan karya sederhana dan penuh perjuangan ini untuk :

Yang selalu menjagai hidupku, memberi berkat dan anugerah,

my savior “Jesus Christ”

  

‘Thanks God’

Bapak Sukartojo dan Ibu Sularsih

Bapak Sugiyanto dan Ibu Suwartini

“never ending love”

  

“I love you, Dad - I love you, Mom“

Iwilda Prasadyantho dan Renaldo Andreyanto

“adik-adikku”

“I love you all“

  

Yunita Kurniasari

“wanita terhebatku” - thanks

  

ABSTRAK

Hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif

di tempat kerja.

Desta Risdiyanto (029114056)

Program Studi Psikologi, Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi

  

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan

emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja. Emosi cukup

berperan dalam kehidupan manusia. Kecerdasan emosi perlu dimiliki oleh

seseorang dalam mengambil keputusan di tempat kerja. Berdasarkan latar

belakang tersebut peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada

hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang

efektif di tempat kerja.

  Subjek dalam penelitian ini adalah 39 karyawan di PT. Raja Gajah Oya

Yogyakarta yang berusia di atas 21 tahun. Penelitian ini menggunakan metode

penyebaran skala sikap yang diisi oleh setiap subjek. Alat pengumpulan data

berupa Skala Kecerdasan Emosi dan Skala Pengambilan Keputusan yang Efektif.

Uji reliabilitas terhadap kedua skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas

0,931 untuk Skala Kecerdasan Emosi dan 0,924 untuk Skala Pengambilan

Keputusan yang Efektif. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kedua skala

tersebut reliabel.

  Hasil penelitian dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari

Pearson . Hasil analisis menyatakan bahwa sebaran data yang ada normal dan

mempunyai korelasi linear. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,591

dengan p < 0,01. Artinya hipotesis yang menyatakan ada korelasi positif antara

kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif diterima. Dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di

tempat kerja.

  

ABSTRACT

Correlation between emotional intelligence and effective decision making

in the work place.

Desta Risdiyanto (029114056)

Psychology Program, Psychology Department, Psychology Faculty

  

Sanata Dharma University Yogyakarta

The purpose of this research is to find out the correlation between

emotional intelligence and effective decision making in the work place. The

emotion is role in human live. The official employees should have the emotional

intelligence to take effective decision making at work. Based on this premises, the

researcher has conducted a research to find out if there is a positive correlation

between emotional intelligence and effective decision making in the work place.

  Subjects of the research were 39 official employees in the age above 21

years old. The instrument that has been used to measure the correlation was

Emotional Intelligence and Effective Decision Making scale. The reliability

coefficient for Emotional Intelligence Scale was 0,931. Reliability coefficient for

Effective Decision Making Scale was 0,924. Based on the values, both of scales

were reliable.

  The data were analyzed by product moment correlation technique from

Pearson. The correlation coefficient was 0,591 with p < 0, 01. It means that the

hypothesis accepted. Based on the result of the research, a conclusion can be

drawn that there is a positive correlation between emotional intelligence and

effective decision making.

  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan anugerah Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi

ini. Dalam penyusunan ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan

yang ada, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

karena terbatasnya pengetahuan penulis.

  Pembuatan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang dengan rela

memberiklan bantuannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  

1. Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas berkat karunia yang Kau berikan

kepadaku.

  

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

yang memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  

3. MM. Nimas Eki Suprawati, S.Psi., Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah mengarahkan, menyediakan banyak waktu dan memberikan masukan yang berharga kepada penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

  

4. Semua dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu

yang diberikan. Staf Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gik), yang telah membantu kelancaran penulis selama menjalankan studi di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

  

5. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si, selaku Kepala Pusat Pelayanan dan Konsultasi Psikologi (P2TKP) yang telah memberikan kelonggaran bagi penulis untuk bimbingan di tengah kesibukan kerja. Tidak lupa pula Pak Toni dan Ibu Pratiwi yang juga ikut memberikan dorongan dan semangat. Terima kasihku untuk P2TKP yang telah membawaku keliling Indonesia (keliling Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali), kapan Sulawesi dan Papua menyusul ??? he..he… Thanks God.

  

6. Teman-teman Asisten P2TKP (kobo, adi, obeth, elvin, ina, tita, otik, abe)

terima kasih buat dukungannya. Tidak lupa juga mantan Asisten P2TKP (cawet, eko, lisna, katrin, tyo, etik, desi, nita) yang menjadi semangat untuk segera lulus.

  

7. Bapak Pratitis Mubita Aji (General Affairs Supervisor PT. GIA Yogyakarta)

dan Bapak Emi Susanto (Kabag. Departemen Sampel & Designer PT. Raja Gajah Oya) yang banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di perusahaan ini.

  

8. Karyawan PT. Garuda Indonesia Yogyakarta dan PT. Raja Gajah Oya yang

menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasinya dalam mengisi skala penelitian ini.

  

9. Keempat orang tuaku (Pak. Toyo & Bu. Sih, Pak. Anto & Bu. Tini) yang

selalu berdoa, memberikan cinta, kasih sayang, perhatian, dukungan, kebaikan, dan perlindungan yang tak berujung. Terima kasih atas semua yang diberikan. Maaf Pak..Bu... kalau skripsinya baru selesai sekarang.

10. Adik-adikku, Dek Ido dan Dek Andre. Terima kasih untuk semua cinta, keceriaan, dan doa yang diberikan.

  

11. Wanita terhebatku, Aik. Makasih atas semua cinta, dukungan, semangat,

perhatian, dan pengertian yang telah diberikan. Sampai saat ini engkau belum tergantikan.

  

12. Keluarga besarku (Om Ijo, Bulik Beti, Ilin, Pakde Jar, Budhe Yatmi, Mas

Dias, Mas Dedek, Dedi, Om hirto, Bulik Surani, Feni, Lia, Mbak Ida, Mbak

Kris) yang selalu memperhatikan dan memberikan dorongan. Terima kasih.

  

13. Keluarga besar Brotoyudono (Bapak & Ibu, Mas Wahyu & Mbak Tina) yang

sering menanyakan, ‘ketuk bab piro, Ta ?’. he..he.. Terima kasih untuk tegurannya.

  

14. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menguatkanku: Ebenhaezer

Bible Club (ony, sulis, mbak retno, santo, dll), KOMPA (si mey, mas pipin, idus, dll), Shine (tava, ido, wewe, julius, patar), Psikologi 02 (adi, roni, tias, ellen, si bee, sani, wedha, thea, dll). Maaf, tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

15. Yang tidak kalah pentingnya adalah ‘my guitar’ yang selalu kupetik untuk menghiburku disaat akau sedih, sendiri, dan saat aku tidak bisa berpikir.

  Terima kasih untuk nada-nada indah dari pita suaraku. Ini adalah karunia terindah. Tidak lupa juga untuk ‘emosi’ yang aku pahami selama ini. Aku sudah menemukan rahasia terbesarmu. Ini adalah berkat tak terduga.

Dengan kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan

skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………. iii HALAMAN MOTTO…………………………………………………. iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………. vi ABSTRAK ..…………………………………………………………… vii

ABSTRACT …………………………………………………………… viii

KATA PENGANTAR ………………………………………………… ix DAFTAR ISI …………………………………………………………. xii DAFTAR TABEL……………………………………………………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………... xvii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………...

  1 A. LATAR BELAKANG MASALAH ………………………......

  1 B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………..

  6 C. TUJUAN PENELITIAN ………………………………………

  6 D. MANFAAT PENELITIAN …………………………………...

  6

1. Manfaat Praktis …………………………………………..

  6

2. Manfaat Teoritis ………………………………………….

  7 BAB II LANDASAN TEORI………………………………………….

  8 A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF ………..

  8

  

1. Keputusan ………………………………………………..

  

5. Pengertian Kecerdasan Emosi ……………………………

  33

2. Variabel Tergantung …………………………………….

  

1. Variabel Bebas ……………………………………………

  33

  33 B. VARIABEL PENELITIAN ………………………………….

  33 A. JENIS PENELITIAN ……………………………………….

  32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………..

  28 D. HIPOTESIS …………………………………………………

  25 C. HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF

DI TEMPAT KERJA ………………………………………...

  24

7. Indikator Kecerdasan Emosi ……………………………..

  22

6. Pengaruh Kecerdasan Emosi…………………………. …..

  21

  8

  20

4. Macam-Macam/ Penggolongan Emosi …………………..

  

3. Pengertian Emosi …………………………………………

  17

  16

2. Jenis-Jenis Kecerdasan …………………………………..

  16

1. Pengertian Kecerdasan …………………….......................

  15 B. KECERDASAN EMOSI …………………………………….

  4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Di Tempat Kerja …………….…………………………… 13

5. Aspek Pengambilan Keputusan Yang Efektif…………….

  10

  9

3. Dasar Pengambilan Keputusan ………………………….

  

2. Pengambilan Keputusan Yang Efektif ……………………

  33

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN……

  34

1. Kecerdasan Emosi ………………………………………..

  34

  

2. Pengambilan Keputusan Yang Efektif ……………………

  35 D. SUBJEK PENELITIAN ……………………………………..

  37 E. METODE PENGUMPULAN DATA ……………………….

  38

1. Kecerdasan Emosi ………………………………………..

  40

  

2. Pengambilan Keputusan Yang Efektif ……………………

  41 F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT PENELITIAN…

  42

1. Validitas ………………………………………………….

  42

2. Reliabilitas ………………………………………………..

  43 G. ANALISIS DATA …………………………………………..

  44 BAB IV PERSIAPAN PENELITIAN, PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN…….. ………

  45 A. PERSIAPAN PENELITIAN …………………………………

  45

1. Uji Coba Alat Ukur ……………………………………….

  45

  

2. Uji Kesahihan Item dan Reliabilitas Skala Try Out………

  46 B. PELAKSANAAN PENELITIAN …………………………….

  50 C. HASIL PENELITIAN ………………………………………..

  51

1. Deskripsi Subjek Penelitian………………………………..

  51

  

2. Deskripsi Data Penelitian …………………………………

  51

  

3. Hasil Analisis Data Penelitian ……………………………

  53 D. PEMBAHASAN …………………………………………….

  55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..

  59 A. KESIMPULAN ………………………………………………

  59 B. SARAN ……………………………………………………….

  59

1. Bagi Perusahaan ………………………………………….

  59

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ………………………...............

  59 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….

  61

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  1. Blue Print Kecerdasan Emosi……………………………………….

  40

  2. Blue Print Pengambilan Keputusan Yang Efektif……………………

  41

  3. Distribusi Butir-Butir Pernyataan Skala Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba……………………………………………………………..

  47

  4. Distribusi Butir-Butir Pernyataan Skala Pengambilan Keputusan Yang Efektif Setelah Uji Coba………………………………………

  49

  5. Perbandingan Skor Empirik dan Skor Teoritik antara Variabel Kecerdasan Emosi dengan Variabel Pengambilan Keputusan yang Efektif………………………………………………………………..

  52

  6. Uji Normalitas (Kolmogorov - Smirnov Test)………………………

  54 7. Uji Linearitas………………………………………………………...

  55

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A : Skala Try Out ……………………………………………

  63 Lampiran B : Skala Penelitian ………………………………………….

  72 Lampiran C : Skor Item Sebelum Digugurkan …………………………

  79 Lampiran D : Skor Item Setelah Digugurkan ………………………….. 115

Lampiran E : Reliabilitas Sebelum Item Digugurkan …………………. 129

Lampiran F : Reliabilitas Setelah Item Digugurkan …………………… 137

Lampiran G : Uji Normalitas …………………………………………... 145

Lampiran H : Uji Linearitas …………………………………………… 146

Lampiran I : Uji Korelasi …………………………………………...... 149

Lampiran J : Surat Keterangan Penelitian ……………………………. 150

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia memiliki kebutuhan hidup dan mereka berusaha untuk

  memenuhinya. Begitu beragamnya kebutuhan tersebut, sehingga untuk memenuhinya seseorang dituntut untuk melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. Seorang ahli filsafat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk kerja dan ciri khas utama manusia adalah kerjanya (Lahaye, 1983).

  Pada dasarnya bekerja adalah hakikat hidup manusia serta merupakan bagian paling esensial dari kehidupan manusia yang akan memberinya status dalam masyarakat yang ada di lingkungannya. Anorogo & Suyati (1995), mengatakan bahwa bekerja adalah aktivitas manusia baik fisik maupun mental yang merupakan bawaan dan memiliki tujuan untuk mendapatkan kepuasan.

  Syamsi (1989) berpendapat bahwa di dalam setiap organisasi, baik organisasi besar maupun kecil dapat saja terjadi perubahan-perubahan kondisi, pergeseran personalia, timbul pertentangan-pertentangan, terjadi kesalahan-kesalahan yang perlu dibetulkan, dan muncul hal-hal yang tidak terduga sama sekali sebelumnya. Menghadapi perkembangan atau masalah semacam itu diperlukan suatu proses yang penting yaitu pengambilan keputusan.

  Menurut Atmosudirdjo (1979) keputusan merupakan pangkal

permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara

individual maupun kelompok, baik secara institusional maupun secara

organisasional. Di samping itu, keputusan merupakan suatu yang bersifat

futuristik, artinya menyangkut hari depan, masa mendatang, yang efeknya

akan berlangsung cukup lama. Menurut Heller (2005), suatu keputusan

umumnya mengandung risiko, walaupun tingkatnya tidak sama. Kerugian-

kerugian yang dialami perusahaan dapat disebabkan akibat keputusan buruk

sebelumnya. Contohnya, suatu perusahaan mengurangi jumlah staf karena

adanya krisis keuangan. Keputusan ini belum tentu tepat apabila merusak

pelayanan terhadap konsumen.

  Aktivitas pengambilan keputusan dilakukan individu untuk

memecahkan berbagai masalah, mulai dari masalah sederhana sampai

masalah yang lebih kompleks, baik persoalan yang menyangkut kehidupan

pribadi maupun persoalan yang menyangkut kepentingan orang banyak/

publik (Supriyatno & Guritnaningsih, 2005). Pada hakikatnya pengambilan

keputusan adalah suatu tindakan yang sistematis untuk memecahkan suatu

masalah dengan mengumpulkan fakta dan data, menentukan alternatif, serta

mengambil tindakan menurut perhitungan yang paling tepat (Siagian, 1974).

  Byrnes (dalam Miller, V. A., & Drotar, D., 2006) menjelaskan aspek

pengambilan keputusan yang efektif, yaitu: menentukan tujuan,

mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan, mengimplementasikan

pilihan tersebut dalam tindakan, mengevaluasi konsekuensi dari keputusan.

  

Dari penjelasan sebelumnya pengambilan keputusan merupakan suatu

proses yang berlangsung dalam suatu sistem, berupa tindakan yang

sistematis untuk memecahkan masalah. Aspek pengambilan keputusan yang

dikemukakan oleh Byrnes di atas merupakan suatu proses. Oleh karena itu,

bila seseorang mengambil suatu keputusan berdasarkan proses di atas

diprediksikan pengambilan keputusan tersebut akan efektif. Demikian pula

sebaliknya, bila seseorang dalam mengambil suatu keputusan tidak melewati

proses tersebut, diprediksikan pengambilan keputusan yang dilakukan

menjadi tidak efektif.

  Menurut Dorothy & Finkelor (2004) ada beberapa faktor yang ikut

berperan terhadap pengambilan keputusan, salah satunya adalah emosi.

  

Apabila seseorang tidak dapat mengelola emosinya ia tidak dapat berpikir

jernih dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan karena ia tidak dapat

menentukan tujuan dengan baik, mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-

pilihan, mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan,

mengevaluasi konsekuensi dari keputusan. Sebagai contoh: di Perusahaan

eksport import seorang karyawan bagian designer ditargetkan selesai

mendisign beberapa furniture dalam 2 minggu. Ternyata masih banyak

pekerjaan lain yang belum terselesaikan, padahal pesanan semakin

menumpuk. Karyawan ini mendapat perintah dari atasannya untuk segera

menyelesaikan. Keadaan ini membuat karyawan tertekan sehingga ia

mengerjakan pesanan tersebut asal-asalan yang penting cepat selesai tanpa

memperhatikan mutu.

  Seorang yang dapat mengelola dan mengendalikan emosinya dapat

berpikir dengan jernih sehingga penuh pertimbangan dalam mengambil

keputusan. Misalnya pada contoh di atas, saat karyawan merasa tertekan ia

mencoba mengelola emosinya dengan baik. Ia akan melihat tujuan akhir atas

pekerjaannya yaitu menghasilkan furniture yang mempunyai kualitas baik.

Kalaupun pesanan sudah menumpuk, ia bisa mendahulukan yang penting

dulu atau memberi pengertian pada klien tentang keadaan tersebut.

  

Karyawan dapat juga berbicara dengan pimpinan untuk memberikan waktu

dan pengertian, melihat tujuan bahwa untuk mendapatkan kualitas yang baik

maka harus dikerjakan dengan baik pula. Pertimbangan ini sangat berguna

untuk mengambil keputusan dan setelah itu mengevaluasinya.

  Hal di atas menunjukkan bahwa emosi memainkan peranan yang

sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Patton (1998) yang

mengatakan bahwa emosi juga menjadi sangat berarti kalau kita sedang

mengambil keputusan, memecahkan masalah dan menggunakan anugerah

intelektual kita untuk mencapai suatu tujuan. Pada saat-saat seperti ini

memiliki kecerdasan emosi menjadi modal yang utama. Kecerdasan emosi

adalah kemampuan seseorang untuk memanajemen suasana hati/ mood,

mengenali diri, memotivasi diri, mengendalikian impulsi/ desakan diri,

ketrampilan mengendalikan orang.

  Menurut Goleman (2003) kecerdasan emosi mempunyai peran dalam

pengambilan keputusan yang efektif karena mencakup pengendalian diri,

semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

  

dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan

dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur

suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan

berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa,

untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk

menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin.

  Kecerdasan emosi diperlukan saat seseorang menghadapi suatu

masalah yang dapat membuatnya tertekan, sehingga orang tersebut dapat

mengendalikan emosi yang dimilikinya dan dapat menghadapi masalah

tersebut dengan baik. Pendapat di atas didukung oleh Patton (1998) yang

mengemukakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi akan mampu

menghadapi kemalangan dan mempertahankan semangat hidup, kecerdasan

emosi akan membuat perbedaan bagaimana memberi tanggapan terhadap

konflik dan ketidakpastian. Kecerdasan emosi diperlukan untuk mengatasi

masalah kehidupan dan merupakan dasar penting untuk menjadikan

seseorang menjadi manusia yang penuh tanggung jawab, penuh perhatian,

penuh cinta kasih, produktif, dan optimis menghadapi dan menyelesaikan

masalah.

  Uraian di atas mengarah pada asumsi adanya hubungan positif antara

kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif dan ini

dibuktikan oleh Bechara & Damasio (2000) yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara emosi dengan pengambilan keputusan. Di dukung oleh

penelitian sebelumnya, peneliti tertarik melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja. Dengan demikian, dapat dilihat seberapa besar peran kecerdasan emosi dalam pengambilan keputusan yang efektif yang dilakukan seseorang khususnya di tempat kerja.

  B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang permasalahan dan fakta-fakta penelitian terdahulu, maka rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja“.

  C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja.

  D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan di tempat kerja yang berkaitan dengan kecerdasan emosi.

  2. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam Psikologi khususnya teori Psikologi Industri dan Organisasi dalam hubungannya dengan dunia kerja.

BAB II LANDASAN TEORI A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF

  1. Keputusan Menurut Syamsi (1989) keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu di antara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Davis (dalam Syamsi, 1989) yang mengatakan bahwa keputusan adalah hasil pemecahan masalah. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah- masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah telah ditetapkan sebelumnya.

  Keputusan itu sendiri menurut Atmosudirdjo (1979) merupakan pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional. Di samping itu keputusan merupakan suatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut hari depan,

masa mendatang, yang efeknya akan berlangsung cukup lama.

  Jadi keputusan adalah pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah dan merupakan hasil proses berpikir yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah.

  2. Pengambilan Keputusan Yang Efektif Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (Terry, dalam Syamsi 1989). “Decision making can be defined as the selection of one behavior alternative from two or more possible alternatives”. Pendapat di atas diperkuat oleh Kreitner & Kinicki (1995) bahwa pengambilan keputusan memerlukan identifikasi dan pemilihan alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah. Prosesnya dimulai dengan masalah dan berakhir saat solusi sudah dipilih.

  Menurut Syamsi (1989) pengambilan keputusan adalah tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sistematis untuk memecahkan suatu masalah dengan mengumpulkan fakta dan data, menentukan alternatif, serta mengambil tindakan menurut perhitungan yang paling tepat (Siagian, 1974).

  Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai suatu proses membuat pilihan-pilihan dari berbagai kemungkinan alternatif. Dalam mengambil keputusan ini tentunya diperlukan kemampuan/ skill supaya keputusan yang diambil efektif. Kemampuan itu meliputi: identifikasi pilihan-pilihan yang mungkin, identifikasi setiap konsekuensi dari masing-masing pilihan itu, mengevaluasi setiap konsekuensi yang ada, mengasesment kemungkinan dari masing-masing konsekuensi, membuat keputusan (Furby & Beyth-Marom, 1992).

  Menurut Atmosudirdjo (1979) pengambilan keputusan merupakan suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem, walaupun merupakan suatu keputusan pribadi sekali pun yang menyangkut suatu masalah pribadi pula. Sistem dimana proses pengambilan keputusan itu berlangsung terdiri atas berbagai unsur/ elemen atau bagian, dan masing- masing merupakan suatu faktor yang ikut menentukan segala apa yang terjadi atau akan terjadi.

  Unsur/ elemen tersebut, menurut Byrnes (dalam Miller, V. A., & Drotar, D., 2006) dijelaskan sebagai komponen dari pengambilan keputusan yang efektif, yaitu: menentukan tujuan, mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan, mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan, mengevaluasi konsekuensi dari keputusan.

  Dari pengertian-pengertian tentang pengambilan keputusan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan yang efektif adalah pengambilan keputusan yang melalui suatu proses yang berlangsung dalam suatu sistem, berupa tindakan yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menentukan tujuan, mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan, mengimplementasikan pilihan tersebut dalam tindakan, mengevaluasi konsekuensi dari keputusan.

  3. Dasar Pengambilan Keputusan Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari permasalahannya. Keputusan dapat diambil berdasarkan perasaan

  

semata-mata, dapat pula keputusan dibuat berdasarkan rasio. Bahkan

tidak mustahil bahwa dalam instansi pemerintah maupun perusahaan,

keputusan diambil berdasarkan wewenang yang dimilikinya (Syamsi,

1989).

  Dalam prakteknya, pengambilan keputusan itu sangat tergantung

dari macam permasalahan yang dihadapinya, namun juga sangat

tergantung pada individu yang membuat keputusan. Mungkin suatu

keputusan dipecahkan dengan menggunakan intuisi. Ada kalanya

keputusan lebih tepat jika didasarkan rasio. Mungkin juga keputusan

diambil berdasarkan pengalaman waktu yang lalu mengingat

permasalahannya sama sedangkan situasi dan kondisinya tidak jauh

berbeda.

  Dasar pengambilan keputusan menurut Terry (dalam Syamsi, 1989) adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi.

  Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan itu jelas lebih bersifat subjektif. ‘Inner feeling’ yang bersifat subjektif ini mudah terkena sugesti, pengaruh luar, rasa lebih suka yang satu daripada yang lain (preferences), dan faktor kejiwaan lainnya. Sifat subjektif dari keputusan intuitif ini ada keuntungannya, yaitu: dapat segera diputuskan oleh seseorang, keputusannya banyak yang tepat jika seseorang mempunyai ‘olah rasa’ yang tinggi, keputusan intuitif

ini lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan. b. Pengambilan keputusan rasional.

  Keputusan yang bersifat rasional banyak berkaitan dengan pertimbangan dari segi daya guna. Masalah-masalah yang dihadapinya juga merupakan masalah-masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan yang rasional itu lebih bersifat objektif.

  c. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta.

  Pengambilan keputusan ini didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Istilah fakta di sini perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan data itu merupakan bahan mentahnya informasi. Dengan demikian maka data harus diolah lebih dulu menjadi informasi, kemudian informasi inilah yang dijadikan dasar pengambilan keputusan.

  d. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman.

  Pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan memprakirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah. Karena berpengalaman, maka seseorang sudah dapat menduga permasalahannya walaupun hanya melihat sepintas lalu, dan ia juga sudah dapat menduga seperti apa panyelesaian yang dianggap paling baik di antara bermacam-macam alternatif pemecahan masalah.