Konstitusi Sebagai Dasar Negara republik

Nama : Jeanny Fitriani
NIM

: 02011381621388

Hukum Konstitusi (B)
KONSTITUSI SEBAGAI DASAR NEGARA
Konstitusi adalah segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan, atau Undang
–undang dasar suatu Negara. Dengan kata lain, segala tindakan atau perilaku seseorang
maupun penguasa berupa kebijakan yang tidak didasarkan atau menyimpangi konstitusi,
berarti tindakan (kebijakan) tersebut adalah tidak konstitusional.
Dasar Negara adalah hasil perumusan yang dilembagakan dari suatu pandangan hidup
bangsa. Dasar Negara merupakan filsafat Negara yang berkedudukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sumber dari tata tertib hukum dalam Negara. Sebagai dasar
Negara, pancasila tercantum di dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang merupakan landasan yudiris konstitusional dan dapat disebut juga sebagai ideologi
Negara atau filsafat Negara1.

Dalam berbagai literature hukum tata Negara maupun ilmu politik kajian tentang
ruang lingkup paham konstitusi terdiri dari :
1)

2)
3)
4)

Anatomi kekuasaan tunduk pada hukum.
Jaminan dan perlindungan HAM.
Peradilan yang bebas dan mandiri.
Pertanggungjawaban kepada rakyat sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat.
Keempat prinsip atau ajaran di atas merupakan “maskot” bagi suatu pemerintahan

yang konstitusional. Akan tetapi, suatu pemerintahan meskipun konstitusinya sudah mengatur
prinsip



prinsip

di

atas,


namun

tidak

diimplementasikan.

Dalam

praktiknya,

penyelenggaraan bernegara, maka belumlah dapat dikatakan sebagai Negara yang
konstitusional.
Pemahaman awal konstitusi pada masa awal, hanyalah merupakan sautu kumpulan
dari peraturan serta adat kebiasaan semata-mata. Kemudian, pada masa kekaisaran Roma,
1 Drs. Bambang Priyo Sukonto dkk, Panduan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan 12 SMA IPS (Yogyakarta: Graha
Primagama, 2010), hlm. 47

konstitusi mendapat tambahan pengertian. Sampai akhirnya, menadapat pengaruh yang cukup
kuat sampai abad pertengahan.

Konstitusi modern ini diharapkan bias merupakan jaminan bagi pelaksanaan hak-hak
asasi manusia serta paham welfare state, sekaligus memberikan perlindungan secara yuridis
konstitusional.
Namun, secara garis besar konstitusi-konstitusi yang ada di dunia ini pada umumnya
memuat hal-hal sebagai berikut :
a)

Pernyataan tentang gagasan-gagasan politik, moral dan keagamaan.
Pernyataan gagasan-gagasan politik, moral dan keagamaan yang menjiwai konstitusi

biasanya dimuat dalam bagian awal atau pembukaan konstitusi. Pada umumnya Pembukaan
Konstitusi akan memuat pernyataan pengakuan terhadap Tuhan, dan pernyataan bahwa
keadilan, kebebasan, persamaan dan kebahagiaan/kesejahteraan umum dan lain sejenisnya
akan dijamin melalui Konstitusi. Pembukaan Konstitusi kadang akan memuat pula cita-cita
rakyat atau tujuan Negara dan dasar Negara.
b)

Ketentuan tentang struktur organisasi Negara.
Sesuai dengan fungsinya sebagai pembatas kekuasaan penguasa, Konstitusi memuat


ketentuan-ketentuan tentang pembagian kekuasaan Negara baik antara badan legislatif,
eksekutif dan lembaga Negara lainnya. Contoh : sebagian besar pasal dalam konstitusi Jepang
memuat ketentuan yang mengatur lembaga-lembaga Negara di Jepang seperti kekaisaran
Jepang, cabinet, MA, dan hubungan kerjasama dengan daerah tersebut.
c)

Ketentuan tentang Perlindungan HAM.
Konstitusi umumnya juga memuat ketentuan-ketentuan yang menjamin dan

melindungi hak-hak asasi manusia warga Negara yang bersangkutan. Adakalanya ketentuan
tentang jaminan dan perlindungan HAM itu dimuat dalam naskah tersendiri di luar
Konstitusi. Naskah semacam itu biasanya disebut Bill Of Rights. Contoh, pasal 10-40
konstitusi Jepang mengatur jaminan atas berbagai HAM warga Negara maupun penduduk
Jepang.
d)

Ketentuan tentang Prosedur mengubah UUD.
Di dalam Konstitusi lazimnya ditentukan pula syarat maupun prosedur mengubah

konstitusi yang bersangkutan. Ketentuan semacam ini penting untuk menjaga agar konstitusi

tetap dapat menyesuaikan perkembangan zaman.
e)

Larangan mengubah sifat tertentu dari UUD.
Beberapa Konstitusi juga memuat larangan mengubah bagian tertentu dari kontitusi

yang bersangkutan. Hal ini biasanya terjadi jika para penyusun konstitusi ingin menghindari
terulangnya kembali hal-hal yang baru saja diatasi, seperti misalnya munculnya seorang
dictator atau kembalinya suatu monarki.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara termaksud secara yuridis konstitusional
dalam pembukaan UUD 1945, artinya pancasila sebagai norma dasar negara bersifat
mengikat semua warga negara Indonesia untuk melaksanakan, mewariskan, mengembangkan
dan melestarikannya. Semua warga negara, pejabat, lembaga negara bahkan hukum
perundangan wajib bersumber dan sesuai dengan nilai Pancasila2.

Menurut paham konstitusionalisme, konstitusi adalah suatu dokumen kenegaraan yng
mempunyai fungsi khusus, yaitu :
-

Menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah.


-

Menjamin hak – hak asasi warga Negara.
Dalam setiap konstitusi lazimnya diatur tentang pembagian kekuasaan Negara,

lembaga – lembaga Negara (pemerintah) pemegang masing – masing kekuasaan itu, serta
batas – batas kekuasaan dan saling hubungan antarlembaga Negara. Dalam konstitusi juga
lazim dicantumkan ketentuan – ketentuan yang mengakui dan menjamin HAM. Konstitusi
adalah dasar bagi rule of law. Dengan rule of law, penguasa dicegah dari kecenderungannya
untuk menyalahkangunakan kekuasaan. Dari lain pihak, rule of law juga sama dibutuhkannya
oleh massa rakyat. Sebab rakyat pun juga mempunyai potensi untuk menyalahgunakan
kekuatannya. Dan sebaiknya, baik penguasa maupun rakyat yang seharusnya berdaulat
memang sangat memerlukan konstitusi sebagai dasar pelaksanaan prinsip rule of law.
Dasar negara merupakan sistem nilai yang dijadikan dasar dari segala hukum dan
dasar

moral

dalam


penyelenggaraan

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa

dan

bernegara3.Dasar Negara berisi ajaran tentang prinsip-prinsip hidup bernegara. Prinsip –
prinsip dasar itu harus dipedomani dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu, agar menjadi
lebih operasional prinsip-prinsip itu harus dijabarkan ke dalam berbagai aturan hokum di
Negara yang bersangkutan. Penjabaran dasar Negara ke dalam aturan hokum pertama-tama
2 Drs. Bambang Priyo Sukonto dkk, Panduan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan 12 SMA IPS (Yogyakarta:
Graha Primagama, 2010), hlm. 48.
3 Fajjin Amik dan Humaidi Ratiman, Hakikat Kewarganegaraan untuk kelas X (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2008), h. 82.


dilakukan melalui konstitusi. Ke dalam konstitusilah, dimuat aturan-aturan pokok tentang
kehidupan bernegara yang bersumber dari dasar Negara.
Tidak semua bangsa merumuskan dsar negaranya secara jelas dan tegas/eksplisit
dalam bagian Pembukaan konstitusi seperti bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merumuskan
dasar negaranya ke dalam lima prinsip yang dimuat dalam Pembukaan UUD 1945. Kelima
prinsip itu kemudian dikenal dengan sebutan Pancasila.
Di Indonesia hubungan antara dasar Negara Pancasila dengan Konstitusi dapat dilihat
dari hubungan anatar sila – sila Pancsila yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, dengan
pasal – pasal yang termuat dalam batang – batang Tubuh UUD 1945. Dalam kehidupan
bangsa

Indonesia,

Pancasila

merupakan filosofische

grondslag dan common

platform atau kalimatun sawa4 Menurut L.J. Van Apeldoorn, UUD merupakan bagian

tertulis dari suatu konstitusi, sementara konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun
peraturan tidak tertulis5.Sebagai pengaturan lebih lanjut prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa,
misalnya pasal 29 UUD 1945 menentukan (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing – masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Selain
menegaskan ulang kedudukan sila I Pancasila dalam kehidupan Negara Indonesia, ketentuan
pasal 29 UUD 1945 itu mengatur jaminan hak kebebasan beragama bagi semua penduduk
Indonesia.Sebagai penjabaran sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, di dalam UUD 1945
terdapat sejumlah pasal yang menjamin hak-hak asasi manusia.Pada mulanya pasal-pasal
UUD 1945 yang menjamin hak – hak asasi manusia adalah pasal 27 ayat 1,2 ; pasal 28, 29,
30, 31, 32, 33 dan 34. Sebagai penjabaran sila Persatuan Indonesia, di dalam UUD 1945
dimuat pasal-pasal yang mengatur : bentuk Negara kesatuan ; pemerintah daerah. Sesuai
dengan prinsip demokrasi yang digariskan oleh sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, sangat tegas dikatakan bahwa
kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Dan sila yang terakhir,
yakni sila kelima yang berisikan tentang kesejahteraan social, yang diatur dalam
Perekonomian Nasional dan Kesejahteran Sosial.

4 Jimly Asshiddiqie, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada
5 Fajjin Amik dan Humaidi Ratiman, Hakikat Kewarganegaraan untuk kelas X (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka

Indonesia, 2008), hal. 85

Daftar Pustaka
Drs. Bambang Priyo Sukonto dkk, Panduan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan 12 SMA
IPS (Yogyakarta: Graha Primagama, 2010), hlm. 47
Drs. Bambang Priyo Sukonto dkk, Panduan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan 12 SMA
IPS (Yogyakarta: Graha Primagama, 2010), hlm. 48.
Fajjin Amik dan Humaidi Ratiman, Hakikat Kewarganegaraan untuk kelas X (Jakarta: PT.
Sinergi Pustaka Indonesia, 2008), h. 82.
Jimly Asshiddiqie, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta:PT.RajaGrafindo
Persada
Fajjin Amik dan Humaidi Ratiman, Hakikat Kewarganegaraan untuk kelas X (Jakarta: PT.
Sinergi Pustaka Indonesia, 2008), hal. 85