Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman den

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918

Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman
dengan Kemampuan Memahami Soal Cerita
Matematika Sekolah Dasar

Idah Faridah Laily
Prodi PGMI, IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
[email protected]

Abstrak
Kemampuan membaca mutlak dimiliki siswa karena ketera mpilan membaca besa r
manfaatnya untuk mempelajari bidang studi lain. Dalam membaca terkandung prinsip
yaitu memahami inti yang dibaca atau menemukan isi bacaan. Hal ini sesuai dengan
salah satu komponen pembelajaran di SD khususnya tingkat tinggi yaitu membaca
pemahaman. Kemampuan membaca pemahama n adalah kesanggupan siswa untuk
memahami suatu bacaan yang meliputi kesanggupan memahami makna kata, makna
kalimat, isi pokok pa ragraf, dan isi ba caan. Kemampuan membaca pemahaman
bermanfaat pada Mata Pelajaran Matematika, khususnya soal cerita yang disajikan

dalam bentuk kalimat-kalimat verbal dan mena nyakan kuantitas-kuantitas tertentu.
Untuk itu diperlukan kemampuan memahami ba caan dari soal cerita. Kemampuan
membaca pemahaman dapat mempenga ruhi kemampuan dalam menyelesaikan
masalah matematika. Masalah matematika dikemas dalam bentuk soal cerita yang
berkaitan dengan kehidupan sekitar siswa, sehingga siswa harus membaca teks soal
cerita terlebih dulu sebelum menyelesaikan soal tersebut. Teks ba caan yang harus
dibaca terlebih dahulu dan kesulitan dalam mengubah kalimat bahasa ke dalam
kalimat matematika yang membuat siswa mera sa jenuh saat menyelesaikan soal cerita.
Kata Kunci : Membaca Pemahaman, kalimat verbal, dan kalimat matematika

Pendahuluan
Pendidikan di Sekolah Dasar dapat
didefinisikan
sebagai
proses
pengembangan kemampuan yang
paling mendasar setiap siswa,
dimana tiap siswa belajar secara
aktif karena adanya dorongan
dalam diri dan adanya suasana

yang
memberikan
kemudahan
(kondusif)
bagi
perkembangan
dirinya secara optimal. Pendidikan
Sekolah Dasar juga mempunyai

tujuan sebagai bahan acuan yang
ingin dicapai.Tujuan pendidikan
Sekolah
Dasar
mencakup
pembentukan dasar kepribadian
siswa sebagai manusia seutuhnya
sesuai
dengan
tingkat
perkembangan dirinya. Sebagai

salah satu lembaga pendidikan,
sekolah memegang peranan penting
dalam
menyiapkan
generasi
penerus. Peran guru sangat besar
dalam
keseluruhan
kegiatan
pembelajaran. Tugas guru bukan

52

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
hanya
menyampaikan
materi
pembelajaran, tetapi guru harus
bisa menanamkan konsep-konsep

yang
benar
dari
materi
pembelajaran, sehingga ilmu yang
dipelajari siswa dapat bermanfaat
dalam kehidupan siswa, sekarang
dan waktu yang akan datang.
Proses
pengembangan
kemampuan yang paling mendasar
pada siswa sekolah dasar adalah
berbahasa
merupakan
tujuan
pertama
baik-tidaknya
kemampuan-kemampuan
lain,
semua kemampuan ini sangat

berguna dan dapat diterapkan oleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Pelajaran bahasa di sekolah dasar
yang paling mendasar adalah
membaca, membaca itu merupakan
proses bahasa. Anak yang sedang
belajar membaca harus paham akan
hubungan antara membaca dan
bahasannya, pengajaran membaca
harus membuat anak paham bahwa
membaca
harus
menghasilkan
pengertian.
Kemampuan membaca pemahaman
yang dimiliki seseorang bukanlah
merupakan
kemampuan
yang
turun-temurun, melainkan hasil

proses belajar mengajar yang
dilakukan dengan tekun dan
terlatih.
Semakin
terampil
seseorang memahami suatu bacaan,
semakin jelas dan terang pula jalan
pikirannya. Yang dimaksud dengan
membaca
pemahaman
yaitu
pemahaman isi bacaan dan dibatasi
pada
pertanyaanpertanyaan
tentang apa, bagaimana, mengapa,
dimana
dan
kesimpulan
berdasarkan masalah dari isi
bacaan.

Kemampuan
membaca
pemahaman juga berpengaruh pada
mata pelajaran lain, khususnya
matematika. Di Sekolah Dasar

matematika adalah salah satu yang
menjadi kebutuhan untuk melatih
penalaran
siswa.
Pembelajaran
matematika
ditunjukkan
pada
pengembangan pola pikir praktis,
logis, kritis dan jujur dengan
berorientasi
pada
penerapan
matematika dalam menyelesaikan

masalah, karena dalam matematika
terdapat soal-soal dalam bentuk isi
bacaan dan cerita dalam bentuk
wacana permasalahan yang harus
dipecahkan
melalui
penalaran
siswa.
Banyak
siswa
yang
menganggap
matematika
merupakan mata pelajaran yang
sulit, bahkan ada yang menganggap
matematika sebagai mata pelajaran
yang
menakutkan.
Padahal
matematika merupakan pelajaran

yang penting bagi siswa, karena
mata
pelajaran
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi
dengan
menggunakan bilangan dan simbolsimbol serta penalaran untuk
membantu
menyelesaikan
permasalahan kehidupan seharihari.
Fajar Shadiq (2007a: 2)
dalam hasil seminar dan lokakarya
pembelajaran Matematika 15-16
Maret 2007 di P4TK (PPPG)
Matematika
disebutkan
data
TIMSS 2003 yang menunjukkan

bahwa penekanan pembelajaran
Matematika di Indonesia lebih
banyak
pada
penguasaan
keterampilan dasar (basic skills),
namun sedikit atau sama sekali
tidak
ada
penekanan
untuk
penerapan
Matematika
dalam
konteks kehidupan
sehari-hari,
berkomunikasi secara matematis,
dan bernalar secara matematis.
Data
persentase

tersebut

53

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
membuktikan bahwa penguasaan
pemecahan masalah Matematika
sangat rendah.
Terkait dengan indikator
keberhasilan belajar Matematika
dan pemecahan maslah yang masih
rendah, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan menyelesaikan soal
cerita dalam pelajaran Matematika
juga rendah. Sutawidjaja dalam
Deddy
Krishananto (2009:
1)
menyatakan bahwa soal cerita erat
kaitannya
dengan
masalah
kehidupan sehari-hari yang penting
sekali
diberikan
dalam
pembelajaran
Matematika
SD
karena pada umumnya soal cerita
dapat digunakan (sebagai cikal
bakal) untuk melatih siswa dalam
menyelesaikan masalah. Terkait
dengan pemecahan masalah yang
biasanya diformulasikan dalam
bentuk soal cerita, maka langkahlangkah yang ditempuh siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
antara
lain
membaca
dan
memahami soal. Dengan membaca
dan memahami soal diharapkan
siswa dapat menceritakan kembali
soal tersebut dengan kata-kata
sendiri.
Kemungkinan
siswa
menetukan apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan dari soal yang
diberikan.
Pada langkah ini siswa
menggunakan
bilangan-bilangan
yang beserta dengan hubungannya
kemudian
membuat
model
Matematikanya. Apabila model
Matematika yang dimaksud telah
ditentukan, siswa menyelesaikan
model Matematika tersebut dengan
melakukan
operasi-operasi
aritmatika dan aljabar beserta
algoritmanya. Dan langkah terakhir
siswa menggunakan penyelesaian
itu untuk menjawab pertanyaan

yang diberikan dalam soal dengan
menggunakan kalimat jawab.
Berdasarkan hal tersebut
dapat di ketahui bahwa variabel
keterampilan membaca berperan
sekali
dalam
langkah
umum
bagaimana
siswa
dapat
meyelesaikan
soal
cerita
Matematika,
keberpihakan
membaca tidak hanya dalam
Matematika
saja,
disisi
lain
ketercapaian pengetahuan yang
komprehensif juga membutuhkan
keterampilan dalam membaca.
Apabila diformulasi satu
persatu,
kepentingan
atau
objektivitas kita untuk membaca
sebuah materi bacaan boleh jadi
beragam antara satu orang dengan
yang lainnya. Tidak bisa disamakan
atau dipaksakan untuk sama bagi
setiap orang. Namun terlepas dari
aneka objektivitas tersebut, setiap
orang
sejatinya
memperoleh
sejumlah informasi dari materi
bacaan tersebut, yang kemudian
informasi itu berubah bentuk dalam
memori otak pembacanya sebagai
suatu
pengetahuan.
Sungguh,
dalam
konteks
ini
aktivitas
membaca berperan amat sangat
signifikan karena ia merupakan
langkah awal untuk mencapai
sebuah pemahaman maksimal dan
pemerolehan pengetahuan yang
komprehensif (Nurhadi, 2008: 5).
.
Kemampuan
Pemahaman
Dasar

Anak

Membaca
Sekolah

D.P. Tampubolon (1990: 7)
menjelaskan bahwa kemampuan
membaca
adalah
kecepatan
membaca dan pemahaman isi
bacaan
secara
keseluruhan.

54

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
Sedangkan Puji Santosa, dkk.
(2010: 3.20) menjelaskan bahwa
membaca pemahaman merupakan
lanjutan dari membaca dalam hati,
mulai diberikan di kelas 3,
membaca tanpa suara dengan
tujuan untuk memahami isi bacaan.
Pendapat tersebut didukung Sabarti
Akhadiah, dkk. (1992: 37) yang
mengungkapkan bahwa membaca
pemahaman merupakan sub pokok
bahasan dari membaca lanjut.
Tujuannya agar siswa mampu
memahami,
menafsirkan,
serta
menghayati isi bacaan.
Aktivitas
membaca
pemahaman dapat diklasifikasi
menjadi
pemahaman
literal,
pemahaman
interpretasi,
pemahaman kritis, dan pemahaman
kreatif. Selanjutnya Henry Guntur
Tarigan (1985: 56) menyatakan
bahwa
membaca
pemahaman
merupakan jenis membaca yang
bertujuan
untuk
memahami
standar-standar atau norma-norma
kesastraan, resensi kritis, drama
tulis serta pola-pola fiksi. Lebih
lanjut, Samsu Somadayo (2011: 10)
menjelaskan bahwa kemampuan
membaca pemahaman merupakan
suatu proses pemerolehan makna
yang secara aktif melibatkan
pengetahuan dan pengalaman yang
telah dimiliki oleh pembaca serta
dihubungkan dengan isi bacaan.
Dari
uraian
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa kemampuan
membaca
pemahaman
adalah
kemampuan dalam memperoleh
makna baik tersurat maupun
tersirat dan menerapkan informasi
dari bacaan dengan melibatkan
pengetahuan dan pengalaman yang
telah dimiliki. Aktivitas membaca
yang tepat untuk memperoleh
keterampilan
pemahaman
ini

adalah
hati.

dengan

membaca

dalam

Membaca
adalah
suatu
proses yang kompleks dan rumit.
Kompleks berarti dalam proses
membaca terlibat berbagai faktor
internal dan faktor eksternal
pembaca. Faktor internal berupa
intelegensi, minat, sikap, bakat,
motivasi, tujuan membaca, dan lain
sebagainya. Faktor eksternal bisa
dalam bentuk sarana membaca,
latar belakang sosial dan ekonomi,
dan tradisi membaca. Rumit artinya
faktor eksternal dan internal saling
berhubungan
membentuk
koordinasi yang rumit untuk
menunjang pemahaman bacaan
(Nurhadi, 2008 : 13). Menurut
Farida Rahim (2008: 11) ada
beberapa tujuan membaca yang
mencakup: a) kesenangan, b)
menyempurnakan
membaca
nyaring, c) menggunakan strategi
tertentu,
d)
memperbaharui
pengetahuannya
tentang
suatu
topik, e) mengaitkan informasi baru
dengan
informasi
yang
telah
diketahuinya,
f)
memperoleh
informasi untuk laporan lisan dan
tertulis, g) mengkonfirmasikan atau
menolak prediksi, h) menampilkan
suatu
eksperimen
atau
mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam
beberapa cara lain, i) mempelajari
tentang struktur teks, dan j)
menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang spesifik.
Kegiatan
membaca
mempunyai pengaruh yang besar
dalam kegiatan belajar di sekolah.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari
slameto yang menyatakan bahwa

55

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
“Hampir sebagian besar kegiatan
belajar adalah membaca” (Slameto,
2003: 85). Dengan demikian siswa
yang tidak dapat membaca atau
tidak
mempunyai
kemampuan
dalam membaca akan kesulitan
dalam kegiatan belajarnya di
sekolah.
Membaca merupakan suatu
proses
penangkapan
dan
pemahaman, ide yang dibarengi
dengan
curahan
jiwa
dalam
menghayati masalah, maka nalar
dan intuisi kita bekerja sama dalam
memahami dan menghayati bacaan
(Amir dan Rukayah, 1996: 3).
Burns dkk, (dalam Farida Rahim,
2007: 12) menyatakan bahwa
“proses membaca terdiri atas
sembilan aspek, yaitu sensori,
preseptual, urutan, pengalaman,
pikiran, pembelajaran, asosiasi,
sikap, dan gagasan”.
Aktifitas
membaca
bukanlah tanpa manfaat. Amir dan
Rukayah
(1996:
8-9)
mengemukakan bahwa manfaat
membaca adalah sebagai berikut:
a.Menambah
perbendaharaan
pengetahuan
dan
pengalaman
hidup. Membaca disini berarti
mempunyai
fungsi
informatif.
Dengan adanya perbendaharan
pengetahuan akan memberikan
masukan agar pembaca lebih
berpengalaman.
b.Meningkatkan
intelektual/kecerdasan
serta
mempedalam penghayatan ilmu.
Membaca di sini berarti mempunyai
fungsi intelektual. Semakin sering
orang membaca maka tingkatan
wawasan dan pengetahuannya akan
bertambah luas dan komprehensif.
c.
Memperkaya
kosa
kata,
menambah
perbendaharaan
ungkapan
yang
tepat.

Kemungkinan besar orang yang
banyak membaca akan lebih bisa
berkomunikasi secara lebih luwas
dengan kata-kata yang variatif.
d. Memperluas cakrawala pikir dan
pandang,
meningkatkan
penghayatan hidup yang lebih
dalam serta membina keterbukaan
dan obyektivitas.
Orang yang banyak membaca
cenderung
lebih
memiliki
kelapangan dalam berfikir, bisa
menghargai
pendapat
dan
keberadaan orang lain, tidak picik,
tidak sempit pandang, dan tidak
fanatik buta.
e.Menggugah
daya
kreativitas
mencipta.
Dengan banyak membaca kita
selalu mendapatkan ide-ide yang
segar, mendapatkan apa yang
belum
pernah
difikirkan
sebelumnya, sesuatu yang unik,
kreatif,
problematik,
motivasi,
inovasi sehingga diharapkan bisa
menggugah
daya
kreatifitas
mencipta.
Kegiatan membaca sangat
erat kaitannya dengan maksud
membaca, yaitu apa yang ingin kita
ketahui dari tulisan yang kita baca.
Agar kita mengetahui apa yang kita
baca, maka harus diketahui dulu isi
bacaannya,
sebab
kegiatan
membaca
tidak
sekedar
menyuarakan bunyi-bunyi bahasa
atau mencari kata-kata sulit dalam
suatu
teks.
Tetapi
kegiatan
membaca
melibatkan
banyak
aktivitas, baik fisik maupun mental,
termasuk secara Intelektual harus
memahami isi apa yang di baca, apa
maksudnya, dan apa implikasinya.
Kemampuan adalah suatu
kesanggupan dalam melaksanakan
sesuatu.
Memahami
adalah
kemampuan melihat hubungan-

56

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
hubungan yang relevan. Pembaca
menghubungkan
apa
yang
dibacanya dengan apa yang sudah
diketahuinya. Sedangkan isi bacaan
berarti dapat menangkap makna
yang disampaikan oleh sebuah teks
yang
dibaca
serta
dapat
enyelesaikan
masalah-masalah
yang terkandung dalam isi bacaan.
Dalam tulisan ini yang dimaksud
kemampuan memahami isi bacaan
adalah memahami isi bacaan dalam
bentuk wacana bahasa. Wacana
menurut
Wester
sebagaimana
dikutip dari buku Syamsuddin,
wacana atau discourse diartikan
dengan “connected speech or writing
consisting of more than one
sentence”. Menurut pengertian ini
wacana itu dapat berupa ucapan
lisan dan dapat juga berupa tulisan,
tetapi persyaratannya harus dalam
satu rangkaian (connected) dan
dibentuk oleh lebih dari satu
kalimat.
Isi bacaan mencakup materi
yang ingin disampaikan penulis,
dalam materi terdapat suatu
masalah yang harus diketahui dan
dipahami oleh siswa, oleh karena
itu untuk memahami isi bacaan
diperlukan penalaran dan logika
untuk dapat memecahkan suatu
masalah dalam isi bacaan. Dalam
memahami isi bacaan juga terdapat
ukuran
sejauh
mana
siswa
memahami apa yang dibacanya,
siswa yang dapat memahami secara
serempak
dan
dengan
tepat
masalah-masalah yang terdapat
pada wacana dan selanjutnya dapat
memahami keseluruhan isi bacaan
itu
dengan
kecepatan
dan
kelancaran yang baik. Hal inilah
yang diukur dalam memahami isi
bacaan. Dengan demikian yang
dimaksud dengan isi bacaan berarti

dapat menangkap makna yang
disampaikan oleh sebuah teks yang
dibaca serta dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang terkandung
dalam isi bacaan.
Soal Cerita Matematika
Pengertian soal cerita dalam
mata pelajaran matematika adalah
soal yang disajikan dalam bentuk
uraian atau cerita baik secara lisan
maupun tulisan (Solichan, 2000).
Soal
cerita
wujudnya
berupa
kalimat verbal sehari-hari yang
makna
dari
konsep
dan
ungkapannya dapat dinyatakan
dalam
simbiol
dan
relasi
matematika. Memahami makna
konsep dan ungkapan dalam soal
cerita serta mengubahnya dalam
simbol dan relasi matematika
sehingga
menjadi
model
matematika bukanlah hal yang
mudah
bagi
sebagian
siswa.
Berdasarkan hal tersebut maka
masalah (soal cerita) bukan hanya
diberikan
setelah
teori
matematikanya
didapat
siswa,
sehingga para siswa hanya belajar
untuk
mengaplikasikan
pengetahuan
matematika
yang
didapat, tidak pernah atau sedikit
sekali
mendapat
kesempatan
memcahkan
masalah
yang
terkategori sebagai masalah proses.
Agar siswa tidak mengalami
kesulitan dalam memahami simbol,
operasi dan relasi yang sesuai
untuk memecahkan soal cerita,
maka guru perlu mendiskusikan
“kata-kata kunci” dalam soal cerita
yang
sesuai
dengan
proses
penanaman
konsep-konsep
matematika.

57

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
Contoh :
1) Operas Penjumlahan
Simbol : +
Kata kunci : ditambah,
digabung, diberi,
dikumpulkan, jumlah dari.
2)

Operasi Pengurangan
Simbol : Kata kunci : dikurangi,
diambil, diberikan, hilang,
rusak.

3)

Operasi Perkalian
Simbol : x
Kata kunci : kelipatan,
digandakan, diperbesar,
diperbanyak
4)

Operasi Pembagian
Simbol : :

Kata kunci : dibagikan,
dikelompokkan,
dipisahkan.
(Winarno,
2003
:
3

4)
Berdasarkan pendapat di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa
dituntut kemampuan memahami
masalah baik dari segi bahasa
maupun dari segi matematikanya,
termasuk dalam hal penalaran,
komunikasi dan strategi pemecahan
masalanya.
Contoh
menyelesiakan
cerita
pecahan.
Menurut Polya dalam Winarmo
(2003)
secara
utuh
tahapan
penyelesaian soal cerita mengikuti
empat tahap pemecahan masalah
yaitu :
a. Memahami masalahnya
Pada tahap ini, siswa harus dapat
mengidentifikasi
apa
yang
diketahui dan apa yang ditanyakan.

b.
Menyusun
rencana
penyelesaian
Tahap ini merupakan tahap penting
dalam menyelesaikan soal cerita
karena akan memuat rumus-rumus,
sifat-sifat dan prosedur matematis
apa
yang
dipilih
untuk
menyelesaikan persoalan.
c. Melaksanakan rencana
Hal
yang
penting
dalam
melaksanakan rencana ini adalah
penguasaan operasi dan teknikteknik perhitungan, serta prosedur
matematis yang sesuai dengan
model matematika dari suatu
persoalan,
sehingga
diperoleh
penyelesaian.
d. Memeriksa hasil
Setelah penyelesaian diperoleh dari
suatu
model
matematika,
memeriksa
hasil
merupakan
langkah terakhir yang cukup
penting
untuk
meyakinkan
kebenaran penyelesaian.
Sedangkan
pecahan
adalah
“bilangan yang disajikan dalam
bentuk a/b dengan a, b anggota
bilangan bulat dan b ≠ 0, pada
bentuk
tersebut
a
disebut
pembilang dan b disebut penyebut.
Pecahan adalah bilangan yang
menggambarkan
bagian
dari
keseluruhan” (Panco, 2005: 44).
Dari definisi di atas dapat penulis
kemukakan bahwa setiap bentuk
pembagian a dengan b (a dan b
adalah
bilangan
bulat)
yang
dinyatakan sebagai a/b dengan b ≠ 0
dinamakan pecahan. Bentuk umum
a/b dibaca
“a per b”, a sebagai
pembilang dan b sebagai penyebut.
Adapun salah satu bentuk
meteri pecahan akan diuraian di
bawah antara lain :
1.
Menentukan banyaknya hasil
dari penjumlahan pecahan seperti
pada soal di bawah ini.

58

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
Bu Ida ke pasar membeli 6 1/2 kg
gula dan 4/2kg tepung terigu.
Berapa kg semua barang yang dibeli
oleh ibu Ida di pasar?.
Berdasarkan contoh soal di atas
maka dapat diselesaikan dengan
cara
Dik : 6 1/2 kg gula dan 4/2kg
tepung terigu.
Dit : Berapa kg semua barang yang
dibeli oleh ibu Ida di pasar
Contoh di atas merupakan salah
satu contoh materi pecahan di
sekolah dasar.
Hubungan
kemampuan
membaca
pemahaman
dan
kemampuan memahami bacaan
soal cerita matematika Sekolah
Dasar
Menurut
Smith
(1994),
membaca memberi peluang kepada
seseorang
untuk
mendapatkan
sesuatu yang lebih luas sifatnya.
Jika
dipandang
dari
segi
penguasaan
membaca,
pada
dasarnya
hubungan
antara
penguasaan kemampuan membaca
dengan strategi metakognitif yang
digunakan mempunyai hubungan.
Pandangan ini berdasarkan pada
hubungan yang erat antara bahasa
dengan
pikiran,
seperti
yang
dikemukakan oleh Vygotsky dan
Luria (Suhor 1984). Selain itu,
Pearson
dan
Tierney
(1984)
memandang kemampuan membaca
sebagai proses mental yang aktif
melibatkan
pengajaran
untuk
mendapatkan makna teks.
Kemampuan
membaca
pemahaman dapat mempengaruhi
kemampuan dalam menyelesaikan
masalah
matematika.
Masalah
matematika dikemas dalam bentuk
soal cerita yang berkaitan dengan

kehidupan sekitar siswa, sehingga
siswa harus membaca teks soal
cerita
terlebih
dulu
sebelum
menyelesaikan soal tersebut. Teks
bacaan yang harus dibaca terlebih
dahulu
dan
kesulitan
dalam
mengubah kalimat bahasa ke dalam
kalimat matematika yang membuat
siswa
merasa
jenuh
saat
menyelesaikan soal cerita.
Desmita (mengutip teori
kognitif Piaget) berpendapat bahwa
anak SD berada pada tahap
operasional
konkrit
(concrete
operational)
(2008).
Sedangkan
Nasution,
dkk.,
(1990)
mengemukakan, “Masa usia sekolah
sering dise-but masa intelektual
atau masa keserasian ber-sekolah”
(hlm. 43). Masa bersekolah dibagi
menjadi 2 fase yaitu masa kelas
rendah (kelas 1-3 SD) dan masa
kelas tinggi, (kelas 4-6 SD).
Rahardjo
dan
Waluyati
menyatakan,
“Soal
cerita
matematika adalah soal matematika yang disajikan dalam bentuk
cerita
dan
berkaitan
dengan
keadaan yang dialami siswa dalam
kehidupan
sehari-hari
yang
didalamnya terkandung konsep
matematika” (2011: 8). Langkah
penyelesaian soal cerita menurut
Eic-holz yaitu memahami apa yang
ditanyakan, menemukan data yang
dibutuhkan, merenca-nakan apa
yang harus dilakukan, menemukan
jawaban
melalui
komputasi
(penghitungan), dan mengoreksi
kembali jawaban (Ahmad, 2000).
Soal cerita adalah soal jenis
tertentu dalam matematika yang
disajikan dalam bentuk bahasa atau
cerita
kehidupan
sehari-hari
(Hudoyo, 1998).Dalam soal cerita
tersebut, secara umum, terkandung
konsep
matematika,
seperti

59

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
pengalian,
penambahan,
pengurangan, dan pembagian.Oleh
karena itu, untuk menyelesaikan
soal
cerita,
siswa
harus
mengonversikan
dalam
bentuk
angka. Dengan demikian, terjadi
dua proses yang dilakukan murid,
yaitu proses pemahaman rangkaian
kalimat
cerita
dan
proses
pengonversian rangkaian kalimat
cerita menjadi angka.
Pengonversian
rangkaian
kalimat cerita menjadi angka
memerlukan
keterampilan
pemahaman teks bacaan atau
dikenal dengan nama membaca
pemahaman. Pengkonversian akan
berjalan dengan lancar jika murid
memahami teks bacaan dengan baik
dan memahami konsep hitungan
matematika,
seperti
pengalian,
penambahan, pengurangan, dan
pembagian. Kedua hal ini saling
berhubungan dan sangat diperlukan
untuk
memahami
dan
menyelesaikan soal hitungan cerita.
Kemampuan
memahami
bahasa matematika hitungan cerita
memiliki
hubungan
dengan
kemampuan membaca pemahaman
karena kedua-dua kemampuan ini
sama-sama menangkap makna yang
terkandung di dalam teks. Apabila
murid-murid
tidak
dapat
memahamiteks, berarti mereka
tidak akan dapatmengungkapkan
atau menceritakan kembali maksud
yang terkandung di dalam teks
bacaan,
apalagi
menyelesaikan
pertanyaan yang berkaitan dengan
teks, seperti yang tergambar dalam
soal hitungan cerita. Menurut
Hudoyo dan Surawidjaja (1997),
penyelesaian soal hitungann cerita
dapat dilakukan dengan cara (1)
baca dan bacalah ulang masalah
tersebut; pahami kata demi kata,

kalimat
demi
kalimat;
(2)
identifikasikan apa yang diketahui
dari
masalah
tersebut;
(3)
identifikasikan apa yang hendak
dicari; (4) abaikan hal-hal yang
tidak
relevan
dengan
permasalahan;
(5)
jangan
menambahkan hal-hal yang tidak
ada sehingga masalahnya menjadi
berbeda dengan masalah yang
dihadapi. Pendapat-pendapat di
atas sejalan dengan pendapat
Soedjadi (2000), bahwa untuk
menyelesaikan soal matematika
umumnya dan terutama soal cerita
dapat ditempuh langkahlangkah: (1)
membaca soal dengan cermat untuk
menangkap makna tiap kalimat; (2)
memisahkan dan mengungkapkan
apa yang diketahui dalam soal, apa
yang diminta/ditanyakan dalam
soal, operasi pengerjaan apa yang
diperlukan; (3) membuat model
matematika
dari
soal;
(4)
menyelesaikan
model
menurut
aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model
tersebut; dan (5) mengembalikan
jawaban soal kepada jawaban asal.
Penyelesaian soal cerita
artinya cara se-seorang untuk
memecahkan masalah yang be-rupa
soal matematika yang disajikan
dalam bentuk cerita. Sedangkan
kemampuan
penye-lesaian
soal
cerita artinya kesanggupan seseorang untuk memecahkan masalah
yang berupa soal matematika yang
disajikan dalam bentuk cerita.
Menurut
Amir
dan
Rukayah
membaca
adalah
peristiwa
penangkapan
dan
pemahaman
aktifitas jiwa seseorang yang
tertuang dalam bentuk bahasa
tertulis dengan tepat dan cermat
(1996). Tujuan utama membaca
adalah
untuk
mencari
dan

60

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
memperoleh informasi, mencakup
isi, dan memahami makna bacaan.
Jenis membaca menurut
Marwoto, dkk., yaitu: membaca
permulaan, membaca pema-haman,
dan membaca cepat. Membaca
pema-haman
yaitu
kegiatan
membaca yang menitik-beratkan
pada pema-haman isi bacaan (1991).
Menurut Abdurrahman (mengutip
pen-dapat Hargrove dan Poteet,
1984) kemampuan yang ingin
dicapai melalui membaca pemahaman yaitu mengenal ide pokok
bacaan, me-ngenal detail yang
penting, mengembangkan imajinasi
visual,
meramalkan
hasil,
mengikuti
petunjuk,
mengenal
organisasi
karangan,
membaca
kritis (2003). Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membaca pemahaman
adalah kesanggupan se-seorang
untuk
membaca
yang
menitikberatkan pada pemahaman
isi bacaan. James dan James
mengartikan matema-tika sebagai
ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang
saling berhu-bungan, serta terbagi
menjadi aljabar, analisis, dan
geometri
(Ruseffendi,
1992).
Mengenai belajar, Fajar (2005)
menyatakan “Belajar adalah suatu
proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam
bentuk pe-ningkatan pengetahuan,
kecakapan, daya pikir, sikap,
kebiasaan, dan lain-lain” (hlm. 10).
Ma-ka dari itu belajar matematika
dapat diartikan sebagai perubahan
diri
dalam
peningkatan
pengetahuan
tentang
bentuk,
susunan, besaran, dan konsep yang
saling berhubungan.
Berdasarkan teori yang telah
diuraikan sebelumnya, maka yang

dimaksud
dengan
kemampuan
memahami soal cerita berarti dapat
menangkap
makna
yang
disampaikan oleh sebuah teks yang
dibaca. Sedangkan Hasil belajar
matematika adalah sesuatu yang
diperoleh siswa melalui usaha atau
kegiatan yang dilakukan dari proses
belajar matematika. Kemampuan
memahami isi bacaan sangat
penting
bagi
siswa,
dimana
kemampuan memahami isi bacaan
menjadi
prasyarat
dalam
perkembangan pemahaman, logika
dan penalaran siswa. Bagi siswa
memahami isi bacaan sangat
membantu dalam pencapaian hasil
belajar yang optimal. Dengan
memahami isi soal cerita khususnya
pada mata pelajaran matematika,
siswa akan dapat mengembangkan
logika dan penalarannya dalam
menyelesaikan permasalahan yang
muncul dalam isi bacaan.
Kemampuan memahami isi
bacaan dengan belajar matematika
salah satu faktor yang menentukan
optimal tidaknya hasil belajar
matematika
yang
diperoleh.
Misalnya
dalam
pelajaran
matematika terdapat latihan soalsoal isi bacaan dan cerita, setiap
soal terdapat masalah yang harus
dibuat penyelesaiannya dengan
menggunakan pemahaman, logika
dan penalaran. Apabila siswa
mempunyai
kemampuan
memahami isi bacaan dengan baik,
maka siswa dapat menyelesaikan
soal, siswa akan paham dengan apa
ditanyakan oleh soal dan dapat
menyelesaikan
permasalahan
dengan
menggunakan
model
matematika yang siswa ketahui
sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar matematika

61

EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014
ISSN 2086 - 3918
Dari penjelasan di atas
maka jelas bahwa pembelajaran
memerlukan
pemahaman
agar
pembelajaran lebih bermakna bagi
siswa sehingga dapat diaplikasikan
oleh siswa sehingga tidak akan
mudah dilupakan oleh siswa. Hasil
belajar matematika yang diperoleh
siswa juga diharapkan dapat
bermakna dan bermanfaat bagi
kehidupan siswa. sehingga terjadi
perubahan perilaku pada diri siswa,
perubahan yang dimaksud adalah
perubahan pada kognitif, afektif,
dan psikomotorik siswa dalam
memecahkan suatu masalah dalam
kehidupan,
sebab
tak
dapat
dipungkiri matematika akan selalu
telibat dalam kehidupan seharihari.

Supplementary Issue. Bruner, J.
1990. Acts of Meaning. Cambridge:
Havard University Press.
Clapham, C. 1996. The Development
of
IELTS: A study of effect of
background
knowledge
on
reading
comprehension.
Cambridge: Cambridge University
Press.
Crawley, S.J. & Mountain, L.
995.Strategies
for Guiding Content Reading.
Boston:
Allyn and Bacon.
Farida Rahim. 2007. Pengajaran
Membaca
Di
Sekolah
Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara

DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah M.K., Sabarti, Maidar G.
Arsjad, dan Sakura H. Ridwan.
1991. Bahasa Indonesia.Jakarta:
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Asep Jihad. 2008. Pengembangan
Kurikulum Matematika (Tinjauan
Teoritis dan Historis). Bandung:
Multi Presindo.
Barton, B., & Neville-Barton, P.
2003.
Language
issues
in
undergraduate
mathematics:
a
report of two studies. New Zealand
Journal of Mathematics, 32, 19-28.

Hudoyo, Herman. 1990. Strategi
Belajar
Mengajar Matematika. Malang:
IKIP
Malang.
Hudoyo, Herman dan Surawijaya,
A.
1997.Matematika. Bagian P3GSD
Ditjen-Dikti Depdikbud, Jakarta
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan
Anak. Jakarta: Erlangga.
Wahyudin. 2010. Materi Pelajaran
Matematika
Kelas
Rendah.
Bandung: Mandiri Bandung.

62