ANALISIS KESALAHAN SISWA dalam MENYELESAIKAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL
MATEMATIKA DALAM BENTUK CERITA DITINJAU DARI
GAYA BELAJARNYA
Siti Miftakhul Muflihah, Dr. Baiduri, M.Si., Akhsanul In’am, Ph.D
ikka.chiemimu@gmail.com
081333264382
Abstract:
This studyaimed at identifying the most dominant mistakes done by the students to solve
Mathematics story problemsobserved from their learning style and describing the factors. This
study was descriptive qualitative. The data were collected from questionnaire of the students’
learning style, worksheets, and interviews. The research finding was that the 55.263% of visualtyped students did not write “diketahui” and “ditanya ”, 100% of students did not transform, and
86.824% of students gave the wrong answers. Meanwhile, 79.31% of audio-typed students did not
write “what is known” and “what is asked”, 100% of them did not transform, and 93.103% of
them did not recheck and conclude their answers. Next, 100% of kinesthetic-typed students did not
transform and 54.454% of them gave the wrong answers. The factors were that the students were
not accustomed to writing “diketahui” and “ditanuyakan”,lack of understanding to change the
sentences into Mathematics ones, inaccurate so that they could not solve the problems on Algebra,
wrong in deciding the steps of the task solving. In addition, it was found that they forgot to
recheck the answers.

Abstrak:

Tujuan analisis adalah mengidentifikasi kesalahan-kesalahan paling dominan dilakukan
siswa menyelesaikan soal cerita ditinjau dari gaya belajarnya serta mendiskripsikan faktor
penyebabnya. Jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pengambilan data meliputi angket gaya belajar
siswa, lembar tes, dan wawancara. Hasil penelitian adalah siswa visual 55.263% tidak menuliskan
diketahui dan ditanyakan, 100% siswa tidak mentransformasikan, 86.824% siswa salah
menyelesaikan soal. Siswa auditorial 79.31% tidak menuliskan diketahui dan ditanya, 100% siswa
tidak mentransformasikan, 93.103% tidak memeriksa kembali jawaban dan menarik kesimpulan.
Siswa kinestetik 100% tidak mentransformasikan, 54.454% siswa salah menyelesaikan soal.
Faktor penyebabnya ialah tidak terbiasa menuliskan diketahui dan ditanyakan, kurang pahamnya
siswa mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika, kurang teliti sehingga salah operasi
aljabar, salah menentukan langkah penyelesaian soal dan lupa memeriksa kembali jawaban.

Kata Kunci: Analisis keslaahan, soal cerita matematika, gaya belajar
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peranan
penting dalam pendidikan. Matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui
dan memahami apa yang terkandung dalam matematika itu sendiri, tetapi
matematika diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola pikir
siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, dan tepat.
Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat diketahui

melalui soal-soal yang berbentuk uraian. Dengan adanya soal yang berbentuk
uraian, dapat dilihat langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
1

suatu permasalahan. Salah satu soal uraian dalam matematika berupa soal cerita.
Menurut Hudojo (2005) soal cerita adalah soal yang terbatas pada persoalan
sehari-hari. Soal cerita banyak ditemukan dalam setiap pembahasan materi karena
merupakan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran soal cerita ini siswa dituntut untuk memecahkan
masalah

melalui

kemampuannya

dalam

memahami,

merancang,


dan

menyelesaikan soal cerita tersebut (Rahardjo dan Waluyati, 2011). Selain itu, soal
cerita perlu dipelajari karena dapat melatih ketrampilan matematis siswa dalam
memahami konsep dan penerapannya (Tello, 2010).
Tingkat kesulitan soal cerita berbeda dengan tingkat kesulitan soal bentuk
hitungan yang dapat dilakukan dengan komputasi. Oleh sebab itu, dalam
menyelesaikan soal cerita banyak siswa yang mengalami kesulitan sehingga siswa
sering melakukan kesalahan. Menurut Porwanto (Sigit, 2011) penyebab-penyebab
kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika
yaitu kesalahan yang berkaitan dengan bahasa, kesalahan dalam penguasaan
konsep-konsep dan fakta-fakta dalam matematika, kesalahan dalam menggunakan
rumus-rumus atau sifat-sifat. Kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita dapat ditinjau dari gaya belajar siswa.
Menurut Prasetya (Nasution, 2003) gaya belajar atau “learning style” siswa
yaitu cara yang konsisten dalam menangkap stimulus atau informasi, cara
mengingat atau berpikir, dan memecahkan masalah. Gaya belajar, Yudha dan
Makbul (Yunsirno, 2010) ada tiga tipe belajar yang dikenal (berdasarkan
modalitas belajar) yaitu: visual, auditorial, kinestetik. Gaya pembelajaran siswa

satu dengan siswa yang lainnya akan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan masingmasing siswa memiliki cara pandang tersendiri terhadap setiap peristiwa yang
dilihat dan dialami siswa-siswa tersebut.
Nugraheni (2006) mendefinisikan gaya belajar sebagai kecenderungan atau
cara siswa menyerap dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif yang
terlihat pada pola bicara, cara belajar, cara mengejrjakan tugas, cara merespon
orang lain, dan kegiatan lain yang disukai. Gunawan (2007) juga mengemukakan
bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka yang

2

dominan, maka saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang lebih tinggi
dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya
belajar mereka.
Menurut Polya (1973) beberapa langkah yang harus dikuasai siswa untuk
menyelesaikan soal cerita. 1) Understanding the problem, yaitu memahami
masalah atau soal. Proses pemahaman masalah ditentukan dengan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal, dimaksudkan untuk mempermudah
memahami soal dan mempermudah dalam penyelesaiannya, 2) Devising a plan,
yaitu merencanakan penyelesaian. Dalam rencana permasalahan diperlukan suatu
model. Model ini berbentuk data yang ada dengan apa yang ditanyakan. Model ini

merupakan interpretasi dari bahasa persoalan ke bahasa matematika. Proses
perencanaan penyelesaian dilakukan dengan mencari hubungan antara data yang
diberikan dengan data yang diketahui, 3) Carriying out the plan, yaitu
melaksanakan rencana yang tertulis pada langkah ke dua, maka harus memeriksa
tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya secara detail untuk memastikan
bahwa setiap langkah sudah benar, 4) Looking back, yaitu memeriksa proses
penyelesaian soal dan hasil. Pemeriksaan ini merupakan kegiatan menarik
kesimpulan untuk mengembalikan jawaban sesuai konteks soal.
Sedangkan menururt Retna (Soedjadi, 2000) menyusun langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal cerita matematika, yaitu sebagai berikut: 1) membaca soal cerita
dengan cermat untuk memahami makna tiap kalimat; 2) memisahkan dan
mengungkapkan yang ditanyakan oleh soal, pengerjaan hitung apa yang diperlukan;
3)

membuat

model

matematika;


4)

Menyelesaikan soal

matematika;

5)

mengembalikan jawaban model matematika kepada jawaban soal aslinya.

Yasniyati (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara umum
beberapa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dikelompokkan dalam
3 aspek yaitu: 1) Aspek bahasa yang meliputi kesalahan dalam menentukan apa
yang diketahui, apa yang ditanyakan dan kesalahan dalam membuat model
matematika, 2) Aspek tanggapan yaitu kesalahan dalam memahami konsep dasar
materi pembelajaran, 3) Aspek menentukan langkah penyelesaian yaitu kesalahan
dalam

menentukan


formula

penyelesaian,

3

kesalahan

dalam

melakukan

perhitungan dan kesalahan dalam membuat kesimpulan atau mengemabalikan
jawaban kepada permasalahan semula.
Berdasarkan latar belakang diatas, pada penelitian terdahulu belum
memperhatikan gaya belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
Dengan demikian, peneliti terdorong untuk melakukan identifikasi mengenai
kesalahan siswa menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari gaya
belajarnya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat kesalahankesalahan yang paling dominan dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
ditinjau dari gaya belajar visual, auditorial, kinestetik serta mendiskripsikan

faktor-faktor

yang

menyebabkan

siswa

mengalami

kesalahan

dalam

menyelesaikan soal cerita.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode angket, metode tes, dan wawancara. Hasil data yang
diperoleh berupa angket, hasil tes siswa yang kemudian data-data tersebut

dianalisis.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 11 Malang. Waktu penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret 2015. Subjek penelitian ini sebanyak 3 kelas yaitu
VIIB sebanyak 33 siswa, VIIC sebanyak 34 siswa, VIID sebanyak 33 siswa, tital
keseluruhan yaitu 100 siswa.
Analisis data yang digunakan untuk menganalisis data gaya belajar siswa,
data lembar jawaban siswa, dan angket yaitu:
1.

Data Gaya Belajar
Cara penskoran yaitu dengan menghitung skor tiap item yang sudah ditentukan.

Dijumlahkan semua skor tiap gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik yang
didapat, lalu bandingkan. Maksimum skor untuk gaya belajar visual yaitu 35, untuk
gaya belajar auditorial yaitu 45, dan untuk gaya belajar kinestetik yaitu 50. Nilai
terbesar atau yang mendekati skor maksimum tiap gaya belajar menunjukkan
kecenderungan pada modalitas tersebut. Apabila nilai merata, berarti siswa telah

4


menggunakan ketiga cara penerapan informasi secara seimbang. Tetapi dalam
penelitian ini yang diambil adalah kecenderungan siswa pada modalitas tersebut.
2.

Data Lembar Jawaban Siswa

a)

Persentase kesalahan siswa pada tiap tahapan
�� =

b) Frekuesi Kesalahan Siswa

��� =

��
� 100%
��

∑��

�100%


Hasil perhitungan persentase ini kemudian dikualifikasi menurut kriteria
Arikunto (2006) adalah sebagai berikut:
80% ≤ ��� ≤ 100% = Sangat tinggi

65% ≤ ��� ≤ 100% = Tinggi

55% ≤ ��� ≤ 100% = Sedang

45% ≤ ��� ≤ 100% = Rendah

0% ≤ ��� ≤ 100% = Sangat rendah

3.

Wawancara

Untuk menganalisis hasil wawancara digunakan analisis logis yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penyimpulan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Data Angket
Angket yang sudah melewati uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada
siswa kelas VII B, VII C, dan VII D untuk mengetahui gaya belajar siswa. Maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1: Hasil Analisis Data Angket Gaya Belajar Siswa Visual, Auditorial, dan
Kinetstik
Gaya Belajar

N

Mean

Std. Deviation

Maximum

Minimum

Visual

38

30.66

1.529

34

29

Auditorial

29

40.24

2.824

44

29

Kinestetik

33

47.03

0.770

48

46

Total

100

38.84

7.208

48

29

5

Dari tabel 1 dapat kita amati bahwa total responden 100, mean 38.84,
std.deviation 7.208, skor maksimum 48, dan skor minimum 29. Instrumen angket
ini untuk mengelompokkan siswa dengan gaya belajar yang dimilikinya sebelum
soal dibagikan. Karena lembar jawaban siswa dianalisis sesuai dengan kesalahan
yang dilakukan ditinjau dari tiap gaya belajar siswa.
B. Analisis Kesalahan Siswa Gaya Belajar Visual
Tabel 2: Analisis Kesalahan Siswa dengan Gaya Belajar Visual
Jenis
Kesalahan
A1

A2
A3

A4

0
4
(10,52
6%)
0
23
(60,52
6%)
8(21,0
52%)

Frekuensi Kesalahan Siswa
Soal No 1
Soal No 2
1
2
3
0
1
2
4
9
21
4
4
9
(10,52 (23,684 (55,26 (10,526 (10,526 (23,684
6%)
%)
3%)
%)
%)
%)
0
38
0
0
38
(100%)
(100%)
10
4
1
0
5(13,15 33(86,8
(26,31 (10,526 (2,631
7%)
24%)
5%)
%)
%)
10(26, 20(52,6 8(21,05 10(26,3 20(52,5
315%) 31%)
2%)
15%)
31%)

3
21
(55,263
%)
0

-

Berdasarkan tabel 2 dapat kita amati bahwa kesalahan yang paling dominan
dilakukan oleh siswa dengan gaya belajar visual adalah kesalahan tidak
menuliskan diketahui dan ditanyakan karena siswa menganggap penulisan
diketahui dan ditanya dalam jawaban terlalu lama dan siswa tergesa-gesa dalam
mengerjakan soal. Kesalahan mentransformasikan kalimat soal kedalam kalimat
matematika karena kurang pahamnya siswa dalam mengubah kalimat soal
kedalam kalimat matematika dan siswa beranggapan guru matematika tidak
mengajarkan hal itu. Kesalahan menyelesaikan soal dengan langkah yang benar
karena belum cukup memahami soal dan materi serta kurang teliti siswa sehingga
salah dalam operasi aljabar.

6

C. Analisis Kesalahan Siswa Gaya Belajar Auditorial
Tabel 3: Analisis Kesalahan Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial
Jenis
Kesalahan
A1

A2

A3

A4

0
2
(6,896
%)
0

23
(79,31
0%)
2
(6,896
%)

Frekuensi Kesalahan Siswa
Soal No 1
Soal No 2
1
2
3
0
1
2
4
0
23
2
4
0
(13,79
(79,310 (6,896% (13,793
3%)
%)
)
%)
0
29
0
0
29
(100%)
(100%
)
5
1
0
4(13,79 4(13,79 21(72,
(17,24 (3,448%
3%)
3%)
413%)
1%)
)
0
27
2
0
27
(93,103
(6,896%
(93,10
%)
)
3%)

3
23
(79,310
%)
-

0

-

Berdasarkan tabel 3 dapat kita amati bahwa kesalahan yang paling dominan
dilakukan oleh siswa dengan gaya belajar auditorial adalah kesalahan tidak
menuliskan diketahui dan ditanyakan karena siswa menganggap penulisan
diketahui dan ditanya dalam jawaban terlalu lama dan siswa tergesa-gesa dalam
mengerjakan soal. Kesalahan mentransformasikan kalimat soal kedalam kalimat
matematika karena kurang pahamnya siswa dalam mengubah kalimat soal
kedalam kalimat matematika dan siswa beranggapan guru matematika tidak
mengajarkan hal itu. Kesalahan tidak memeriksa kembali jawaban dan menarik
kesimpulan karena siswa tergesa-gesa dalam mengerjakan soal dan tidak terbiasa
melakukan hal itu.

7

D. Analisis Kesalahan Siswa Gaya Belajar Kinestetik
Tabel 4: Analisis Kesalahan Siswa dengan Gaya Belajar Kinestetik
Jenis
Kesala
han
A1

A2

0
15
(45,45
4%)
0

25
(75,75
7%)
19
A4
(57,57
5%)
Berdasarka
A3

Frekuensi Kesalahan Siswa
Soal No 1
Soal No 2
1
2
3
0
1
2
3
5
0
13
15
5
0
13
(15,151
(39,393 (45,454 (15,151
(39,393
%)
%)
%)
%)
%)
0
33
0
0
33
(100
(100%)
%)
5
3
0
5
10
18
0
(15,151 (9,090
(15,151 (30,303 (54,454
%)
%)
%)
%)
%)
8
6
19
8
6
(24.242 (18.18
(57,575 (24.242 (18.181
%)
1%)
%)
%)
%)
tabel 4 dapat kita amati bahwa kesalahan yang dominan

dilakukan oleh siswa dengan gaya belajar kinestetik adalah Kesalahan
mentransformasikan kalimat soal kedalam kalimat matematika karena kurang
pahamnya siswa dalam mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika dan
siswa beranggapan guru matematika tidak mengajarkan hal itu. Kesalahan
menyelesaikan soal dengan langkah yang benar karena belum cukup memahami
soal dan materi serta kurang teliti siswa sehingga salah dalam operasi aljabar.
KESIMPULAN
Kesalahan-kesalahan yang telah dipaparkan dalam hasil dan pembahasan
adalah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa didukung juga dengan
penjelasan secara lisan serta hasil tanya-jawab dengan siswa. Kesalahan-kesalahan
yang dominan dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dalam
bentuk cerita ditinjau dari gaya belajarnya adalah sebagai berikut:
1.

Kesalahan yang paling dominan dilakukan oleh siswa dengan gaya belajar
visual adalah kesalahan tidak menuliskan diketahui dan ditanya sebesar
55.263% kategori sedang,

sebesar 100% kategori sangat tinggi yaitu

kesalahan transformasi kalimat soal kedalam kalimat matematika, dan
kesalahan menyelesaikan soal dengan langkah-langkah yang benar sebesar
86.824% kategori sangat tinggi.
8

2.

Kesalahan yang paling dominan dilakukan oleh siswa dengan gaya belajar
auditorial adalah sebesar 79.310% kategori tinggi yaitu tidak menuliskan
diketahui dan ditanyakan, sebesar 100% kategori sangat tinggi baik yaitu
tidak mentransformasikan kalimat soal kedalam kalimat matematika, dan
sebesar 93.103% kategori sangat tinggi yaitu tidak memeriksa kembali
jawaban atau menarik kesimpulan.

3.

Kesalahan yang dominan dilakukan oleh siswa dengan gaya belajar kinestetik
adalah sebesar 100% kategori sangat tinggi yaitu tidak mentransformasikan
kalimat soal kedalam kalimat matematika dan sebesar 54.454% kategori
rendah yaitu salah dalam menyelesaikan atau menentukan langkah
penyelesaiannya.

Berdasarkan kesalahan-kesalahan tersebut maka didapat faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita
matematika adalah sebagai berikut:
Kesalahan dalam menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan (A1)
a) Siswa tidak terbiasa menuliskannya karena beranggapan hal ini tidak
mempermudah pengerjaan soal melainkan akan memperpanjang jawaban dan
dan terlalu lama
Kesalahan transformasi (A2)
a) Kurang pahamnya siswa dalam mengubah kalimat soal kedalam kalimat
matematika.
b) Siswa beranggapan bahwa guru matematika tidak mengajarkan hal itu.
Kesalahan menyelesaikan soal (A3)
a) Kebingungan siswa yang ternyata belum cukup memahami soal dan materi.
Akhirnya siswa asal dalam mengerjakan soal dan salah dalam menentukan
langkah penyelesaian.
b) Kurang teliti sehingga salah dalam operasi aljabar.
Tidak memeriksa kembali jawaban (A4)
a) Siswa tergesa-gesa dalam menyelesaikan soal sehingga tidak memeriksa
kembali jawaban dan menarik kesimpulan.

9

DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah. 2010. Hubungan AntaraGaya Belajar dengan Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran IPS SMP Islam YKS Depok. Skripsi S1 Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bunga Suci dan Daniel, Tjang. 2013. Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Dua
Variabel Berdasarkan Analisis Newman. Jurnal Studi Kasus Man Malang 2
Batu Universitas Negeri Malang Hal 1-9. Malang.
Clements, M. A.1980. Analysing Children’s Errors on Written Mathematical
Tasks. Educational Studies in Mathematics.
DePotter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2003. Quantum Learning membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan . Bandung: Kaifa.
DePotter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2010. Quantum Learning; (Penerjemah:
Alwiyah Abdurrahman). Bandung: Kaifa.
Dewi Iriani dan Leni, Mutia. 2013. Identifikasi Gaya Belajar dan Pengaruhnya
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VII
SMPN 2 Kerinci. Jurnal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung
Hal 1-6. Jambi.
Dwi Setyono dan Sutarni, Sri. 2013. Kesalahan Menyelesaikan Soal Matematika
dalam Bentuk Cerita Pokok Bahasan Aritmatika Sosial. Jurnal Seminar
Nasional Pendidikan Matematika Hal 1-10. Surakarta.
Gunawan, Adi W. 2007. Born To Be A Genius. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hamzah B. Uno. (2008). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran . Jakarta:
Bumi Aksara
Hartini. 2008. Analisis Kesalahan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita pada
Kompetensi Dasar Menemukan Sifat dan Menghitung Besaran-besaran Segi
Empat Siswa Kelas VII Semester II SMP It Nur Hidayah Suarakarta Tahun
Pelajaran 2006/2007. Tesis Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hudojo, H. (2001. Common Textbook: Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran Matematika. Edisi Revisi. Malang: JICA - Universitas Negeri
Malang.
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika edisi
revisi II. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).
Kadir. 2008. Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika
di SMP . Jakarta.
Kurniawan, Abdul Haris. 2007. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Cerita Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada
Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 6 Sukoharjo. Proposal
Skripsi S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
10

Marlina, Lina. 2013. Penerapan Langkah Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Keliling dan Luas Persegi Panjang. 44 Jurnal Elektronik Pendidikan
Matematika Tadulako, Volume 01 .
Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data
kualitatif:Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Penerjemah: Tjetjep
RohendiRohidi, Jakarta:UI Press.
Mubarik. 2013. Profil Pemecahan Masalah Siswa Auditorial Kelas X SLTA Pada
Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01 Nomor01 .
Newman, A.(1977). Newman Promt. Dari http://www.curriculumsupport.
education. nsw.gov.au/Secondary/ mathematics/numeracy/ newman/
index.htm.
Nugraheni, Endang. 2006. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Vol 7 (1).
Gaya Belajar dan Strategi Belajar Mahasiswa Jarak Jauh: Kasus di
Universitas Terbuka .
Polya, G. 1973. How To Solve It: A New Aspect of Mathematical Method .
Princeton, New Jersey: Princeton University Press.
Porwanto, Muhamad. 2014. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Matematika Bentuk Soal Cerita pada Pokok Bahasan Peluang
SMA Tribhakti Tanggulangin Kelas XII IPS. Jurnal Pendidikan
Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol. 2(3). Sidoarjo.
Pramudito, Oki. 2008. Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Memecahkan
Masalah Soal Cerita Matematika Bagi Siswa Kelas VII SLTP 2 Pandak
Bantul. Skripsi Sarjana Psikologi Unversitas Ahmad Dahlan . Yogyakarta.
Prasetya, Fajar Dwi. 2012. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata
Diklat Listrik Otomotif Siswa kelas XI Teknik Perbaikan Bodi Otomotif
SMKN 2 Depok Sleman. Skripsi Sarjana Pendidikan Teknik Otomotif
Universitas Negeri Yogyakarta . Yogyakarta.
Ratnasari, Desi. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Skripsi S1 Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Reno Agustiawan, Hamzah B. Uno, dan Yamin Ismail. 2013. Analisis Kesalahan
Matematika Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Pembelajaran
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Jurusan Matematika
Program Studi S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Gorontalo
Hal 1-12. Gorontalo.
Retna, Milda. 2013. Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika. Jurnal Pendidikan
Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Hal 1-12. Sidoarjo.
Siswanto, Bambang Hudiono dan Diam Ahmad Budi Satria. 2013. Tahapan
Penyelesaian Soal Aritmatika Sosial Ditinjau dari Tahapan O’Neil
Berdasarkan Tingkat Kemampuan Siswa SMP. Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika FKIP Untan. Pontianak.

11

Soenarjadi, Gatot. 2008. Profil Pemecahan Masalah Geometri Ditinjau dari
Perbedaan Gaya Belajar dan perbedaan Gender. E-jurnal Dinas Pendidikan
Kota Surabaya . Surabaya.
Slavin, R.E. Tanpa Tahun. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktek.
Terjemahan Narulita Yusron. 2005. Bandung: Nusa Media.
Sternberg, R.J. & Ben-Zeev, T. (1996). The Nature of Mathematical Thinking.
Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates,Inc.
Sukayasa. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Fase-Fase Polya
Untuk Meningkatkan Kompetensi Penalaran Siswa SMP dalam
Memecahkan Masalah Matematika. Jurnal UNTAD Vol 1, No 1.
Tello, Enid Acosta. 2010. Making Mathrmatics Word Problems Reliable Measure
of Student Mathematics Abilities. Jurnal of Mathematics Education,
(Online),
3(1):15-26,
(http://educationforatoz.com/images/_2_Enid_Acosta_Article_on_Math_W
ord_problems_4.18.10_New.pdf), diakses 3 Desember 2014.
Umy Zahroh dan Asyhar, Beni. 2014. Kecenderungan Gaya Belajar Mahasiswa
dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi Bijektif. Jurnal Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan hal 1-10. Tulungagung.
Usman M. Uzer. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Wahyudi dan Budiono, Inawati. Matematika dan Masalah-masalah Umum
Dalamnya.
Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Widiyanti, Teti. 2011. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika. Skripsi Sarjana Pendidikan (S.Pd) Jurusan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Winarti, Jakum. 2012. Kajian Pragmatik Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Berbasis Cerita di SMP Negeri 6 Cilacap .
Eksplasia. 6(2): 150-160
Yasniyati. 2005. Analisis Kesalahan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Pokok
Bahasan Peluang Siswa Kelas II Semester 1 SMA Negeri 1 Jumapolo Tahun
Ajaran 2004/2005. Surakarta: UNS Press.
Yudha Agustama dan Muksar, Makbul. 2013. Identifikasi Gaya Belajar
Matematika Siswa Kelas VII di SMP Negeri 14 Malang. Jurnal Universitas
Negeri Malang Hal 1-10. Malang.

12