Ternyata sistem pendidikan Indonesia ter

Ternyata sistem pendidikan Indonesia terendah menurut penelitian yang dilakukan lembaga
Pearson di Eropa, Asia, Amerika. Berikut cuplikan berita dari media online PESATNEWS.
**************
Kenapa Pendidikan di Finlandia Maju?
Besarnya anggaran pendidikan yang dialokasikan pemerintah Finlandia. Beasiswa diberikan
pada warga sejak TK hingga kuliah S3 (program doktoral). Pendidikan di Finlandia juga
didukung iklim politik yang bagus.
Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya
berkaus kaki. Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari the best
ten lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau
insinyur. Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation
Examination untuk masuk PT. Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk
sekolah negeri.
Guru-guru di Finladia adalah guru bermutu tinggi. Karena para guru dipilih yang paling
berkualitas dan terlatih. Untuk bisa kuliah di jurusan pendidikan harus bersaing ketat, lebih ketat
ketimbang persaingan di fakultas-fakultas bergengsi lainnya. Biasanya dari 7 peminat hanya 1
orang saja yang diterima. Padahal di Finlandia gaji guru tidak begitu besar. Tetapi negara dan
rakyat Finladia menempatkan guru sebagai jabatan terhormat dan mereka yang menyandang
jabatan itu pun juga merasa mendapat sebuah prestisius dan kebanggaan. Puncak kebanggaan
mereka berhasil mendidik anak didik bukan berhasil memanipulasi nilai siswa.
Para guru di Finlandia akan selalu mengatakan “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa,

itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.” Artinya, guru Finlandia sangat
bertanggungjawab, minimal pada kelangsungan masa depan anak didiknya termasuk pendidikan
lanjutan yang akan ditempuh anak didik itu. Sementara nilai siswa sama sekali tidak dianggap
penting.
Guru-guru di Finlandia dibebaskan untuk menggunakan metode kelas apapun, dengan kurikulum
yang mereka rancang sendiri dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Ujian bukan hal utama
dan sakral, tetapi ujian hanya digunakan untuk mengetahui kualifikasi siswa di sebuah
universitas.
Kewibawaan guru demikian tinggi di mata murid, karena mereka sangat menghindari kritikan
pada pekerjaan murid, tetapi mereka mengajak murid tersebut membandingkan dengan nilai
sebelumnya. Lebih-lebih mengatakan “kamu salah” pada murid adalah sangat dihindari oleh
guru-guru Finlandia. Para guru melihat sebagai hal biasa jika siswa melakukan kesalahan,
termasuk dalam hal mengerjakan soal-soal.
Siswa di Finlandia juga diarahkan mampu mengevaluasi secara mandiri akan hasil belajarnya.
Dan itu diterapkan sejak dini/pra TK. Mereka didorong bekerja secara individu tak peduli apapun
hasilnya. “Ini akan membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri,”

kata Sundstrom, seorang Kepala Sekolah Dasar di Poikkilaakso, Finlandia. Sampsa Vourio,
seorang guru di Torpparinmaki Comprehensive School, Finlandia menjelaskan kalau sistem
pendidikan di negaranya dijalankan sangat demokratis.

Prestasi siswa, terletak pada prosesnya, buka pada hasil akhirnya. Artinya, jika ada PR, mereka
tidak harus mengerjakannya secara sempurna. Yang penting murid sudah menunjukkan hasil
usahanya, itu sudah dianggap cukup. Sungguh beda dengan di Indonesia, jangankan tidak
mengerjakan PR, mengerjakan salah saja hukuman sudah menanti, tak heran jika masih banyak
anak Indonesia rajin bolos sekolah lantaran belum mengerjakan PR karena takut kena sanksi.
Dalam hal alokasi waktu belajar di sekolah, sebenarnya tidak banyak waktu yang dibebankan
pada murid, rata-rata cuma 30 jam per-minggu. Usia masuk sekolah juga tergolong lambat, yaitu
usia 7 tahun.
Bagaimana Indonesia?
Bagaimana dengan kebijakan pendidikan Indonesia jika dibandingkan dengan Finlandia?
Pengamat pendidikan Syamsul Pasaribu memapakan berikut ini.
1. Kita masih asyik memborbardir siswa dengan sekian banyak tes (ulangan harian, ulangan
blok, ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional). Finlandia
menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa
yang menyelesaikan pendidikan SMA mengikuti matriculation examination untuk masuk
Perguruan Tinggi.
2. Kita masih getol menerapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga siswa yang gagal
tes harus mengikuti tes remidial serta les tambahan dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya,
Finlandia menganut kebijakan automatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu
siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas.

3. Kita masih berpikir bahwa PR amat penting untuk membiasakan siswa disiplin belajar.
Bahkan, di sekolah tertentu, tiada hari tanpa PR. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir
tapi maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah.
4. Kita masih pusing meningkatkan kualifikasi guru SD agar setara dengan S1, di Finlandia
semua guru harus tamatan S2.
5. Kita masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di Finlandia
the best ten lulusan universitas yang diterima menjadi guru.
6. Kita masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan
memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru
bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran
sesuai dengan pertimbangannya.

7. Hanya segelintir guru di tanah air yang membuat proses belajar-mengajar itu menyenangkan
(learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Terbanyak guru masih getol mengajar satu arah
dengan metode ceramah amat dominan. Sedangkan, di Finlandia terbanyak guru menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam
belajar.
8. Di tanah air kita terseret arus mengkotak-kotakkan siswa dalam kelas reguler dan kelas anak
pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa

pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah (sekolah berstandar nasional, sekolah berstandar
internasional, sekolah negeri yang dianakemaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan).
Sebaliknya di Finlandia, tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta
mendapatkan besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.
9. Di Indonesia bahasa Inggris wajib diajarkan sejak kelas I SMP, di Finlandia bahasa Inggris
mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan
ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan
wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
10. Di Indonesia siswa-siswa kita ke sekolah sebanyak 220 hari dalam setahun (termasuk negara
yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia). Sebaliknya,
siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari
liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia. Kita masih menganut pandangan bahwa
semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan semakin banyak hari
libur anak makin pintar.

PENDIDIKAN DI AMERIKA SERIKAT
A. Latar belakang
Negara Amerika Serikat merupakan penduduk nomor tiga terbanyak di dunia yaitu berjumlah
kira-kira 275 juta jiwa dan terdiri dari 50 negara bagian. Luas wilayahnya kurang lebih 9,5 juta
km persegi.

Bangsa Amerika terdiri dari bangsa-bangsa emigran dari berbagai kawasan dunia, terutama dari
kawasan Eropa sebagai bagian dominannya. Imigrasi tua berasal dari Eropa Utara dan Barat
seperti Inggris, Scotlandia, Prancis, Belanda, Jerman dan sebagainya yang kemudian diikuti oleh
imigrasi yang muda berasal dari Eropa Selatan dan timur seperti Italia, Rusia, Polandia, Austria,
Hongaria dan lain sebagainya. Setiap bangsa membawa kepercayaan, adat istiadat, bahasa dan
segi-segi kebudayaannya masing-masing ke Amerika sehingga Amerika menjadi periuk
peleburan bagi segala jenis kebudayaan asli dan pendatang dari benua hitam Afrika. Itulah yang
membentuk kebudayaan Amerika sekarang.
Karena bagian terbesar warga Amerika berasal dari kaum imigran Eropa, maka sudah tentu
tradisi pendidikan yang berkembang di Amerika adalah tradisi pendidikan bangsa-bangsa Eropa
yang berimigrasi tersebut. Di tempat orang-orang Jerman berimigrasi, sekolah-sekolahnya
diawasi oleh orang-orang gereja pada pertemuan-pertemuan gereja. Di daerah New Netherland
pengawasan dilakukan oleh petugas-petugas gereja dan dibeberapa tempat oleh kelompok orang
tertentu. Pengawasan terhadap sekolah-sekolah yang dilakukan oleh pribadi-pribadi melalui
pertemuan-pertemuan orang-orang dan petugas gereja yang terus dipertahankan oleh para
imigran itu, menjadi sebab timbulnya tanggung jawab atas sekolah-sekolah pada akhirnya
dipikul oleh masyarakat setempat.
Karakteristik geografis dan demografis yang telah diuraikan di atas mengakibatkan penduduk
Amerika bervariasi. Misalnya Negara bagian Alaska merupakan daerah yang paling luas tetapi
memiliki penduduk yang kecil jumlahnya. Sementara Negara bagian Rhode Island yang

memiliki daerah yang kecil luasnya tetapi memiliki penduduk yang besar jumlahnya di Amerika
Serikat
Kota-kota besar seperti New York, Washington DC, Chicago, Detroit dan Los Angeles
merupakan tempat-tempat terkonsentrasinya para penganggur, orang miskin, orang yang tidak
bisa berbahasa inggris dan minoritas diiringi oleh maslah ekonomi social. Masalah
kependudukan lain ialah semakin kurangnya orang yang bergerak di bidang pertanian, kira-kira
50% penduduk bekerja sebagai juru tulis sampai pada tenaga-tenaga professor. Jumlah tenaga
wanita pun meningkat sementara tingkat pengangguran relatif tinggi.
Pada pemerintahan presiden Ronald Reagon dimulai pengurangan bantuan dana serta campur
tangan pemerintah federal terhadap pendidikan dan menyerahkan tanggung jawab ke negara
bagian. Selama ini Amerika Serikat telah berhasil menyediakan pendidikan gratis selama 12
tahun dan biaya pendidikan yang relatif murah pada tingkat pendidikan tinggi.
B. Tujuan Pendidikan

Karakteristik utama sistem pendidikan di Amerika Serikat adalah sangat menonjolnya
desentralisasi. Pemerintah federal amerika serikat tidak punya mandat untuk mengontrol atau
mengadakan pendidikan untuk masyarakat. Adapun ketentuan dan aturan pemerintah federal
mengenai kelompok-kelompok minoritas rasial dan orang-orang cacat. Pemerintah juga
mendukung penelitian pendidikan. Tetapi Amerika Serikat tidak mempunyai sistem pendidikan
yang berpusat. Namun demikian, tidak berarti bahwa pemerintah federal tidak memberikan arah

dan pengaruh terhadap masalah pendidikan pemerintah federal juga ikut menghilangkan sistem
sekolah yang memisahkan sekolah berdasarkan ras, khususnya antara orang kulit hitan dan kulit
putih. Pemerintah federal menyamakan alokasi pendanaan sekolah, menyediakan akses
pendidikan bagi orang miskin dan orang cacat.
Tujuan sistem pendidikan di Amerika antara lain :
untuk mencapai kesatuan dalam kebhinekaan
untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi
untuk membantu pengembangan individu
untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat
untuk mempercepat kemajuan nasional
C. Struktur dan jenis pendidikan di Amerika
Setiap negara bagian menyediakan pendidikan secara gratis selama 12 tahun mulai dari taman
kanak-kanak sampai pada jenjang berikutnya. Dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat
terdapat beberapa pola pendidikan yaitu :
taman kanak-kanak + pendidikan dasar ”grade” 1-8 + 4 tahun SLTA
taman kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 1-6 tahun + 3 tahun SLTP + 3 tahun SLTA
taman kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 1-4/5 + 4 tahun SLTP + 4 tahun SLTA
setelah menyelesaikan pendidikan tingkat taman kanak-kanak + 12 tahun pada beberapa buah
negara bagian dilanjutkan 2 tahun pada tingkat akademi (junior community college) sebagai
bagian dari sistem pendidikan dasar dan menengah

Pada pola pertama seorang siswa menamatkan pendidikan pada umur 17- 18 tahun. Pendidikan
khusus mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Disamping itu pendidikan non
formal tidak hanya di sponsori oleh badan pemerintah tapi juga badan swasta, serikat buruhburuh, badan-badan keagamaan serta oleh individu yang kadang kala menjadikannya usaha
bisnis.
Pada tingkat pendidikan tinggi, struktur dan jenis/ jenjang pendidikan pada dasarnya
dikelompokkan dalam tiga bentuk baik pendidikan tinggi negeri maupun swasta yaitu :
pendidikan tinggi 2 tahun yang lazim disebut junior community atau technical college
memberikan sertifikat dan kadang kala memberikan gelar Associate of Arts (AA)
pendidikan tinggi 4 tahun yang menyediakan pendidikan strata 1 (S-1) disamping pendidikan
profesional (program diploma) level ini lazim disebut undergraduate tamatan program S-1 diberi
gelar Bachelor of Arts (BA) atau Bachelor of Science (BS)

universitas yang biasanya terdiri dari berbagai fakultas yang menyediakan program-program
diploma, S-1, pascasarjana S-2 (master) dan kebanyakan menyediakan program doktor S-3. para
lulusan program s-2 diberi gelar Master of Arts (MA) atau Master of Science (MS). Lulusan
program Doctor (S-3) diberi gelar Doctor of Philosphy (Ph.d) atau Doctor of Education (Ed.D)
dalam bidang-bidang tertentu seperti kedokteran, hukum, teologi, bisnis. Pada level S-3 tersedia
program-program spesialis.
D. Manajemen pendidikan
1. Otorita

Dalam sejarah pendidikan Amerika Serikat, pendidikan sudah menjadi tanggung jawab
pemerintah negara bagian dan masyarakat setempat. Walaupun demikian semenjak 1872
pemerintah telah ikut campur tangan mulai dari memberikan tanah negara guna membangun
fakultas dan juga membantu sekolah dengan program makan siang, menyediakan dana bagi
veteran dan menyediakan pinjaman bagi mahasiswa.
Semenjak tahun 1979 dibentuk sebuah departemen pendidikan federal yang dipimpin oleh
seseorang yang setaraf sekretaris kabinet. Yang memegang tugas melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam pendidikan. Hampir semua negara bagian memisahkan antara badan yang
memberikan izin pendirian pergfuruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Di perguruan
tinggi memiliki struktur pelaksanaan tugas yaitu :
persident
pembantu presiden bidang akademik dan dekan
dekan pascasarjana
pembantu presiden bidang kemahasiswaan
ketua jurusan
registar. registar yaitu orang yang menyimpan segala dokumen kemahasiswaan di universitas
registar pengembangan
senat universitas
2. Personalia
a. Dosen Perguruan Tinggi

ü kualifikasi dan pengangkatan
Pada dasarnya kualifikasi doctor S-3 merupakan syarat untuk menjadi dosen pada perguruan
tiggi di Amerika Serikat.
ü Kepangkatan
Pangkat dosen perguruan tinggi amerika serikat lazim disebut instuctor, assistant, proffesor,
associate proffesor, dan proffesor emeritus, lecturer

b. Guru Pendidikan Dasar dan Menengah
Pengangkatan guru adalah wewenang pemerintah negara bagian yang memiliki syarat untuk
untuk memperoleh sertifikat mengajar. Pendidikan guru untuk sekolah dilakukan di tingkat
universitas pada tingkat sarjana muda dan guru sekolah lanjutan disiapkan pada tingkat sarjana
yang lamanya 4-5 tahun.
3. Pendanaan
Sumber keuangan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah berasal dari daerah
kabupaten dan sumber-sumber lokal lainnya yang sebagian besar berasal dari pajak negara
bagian. Anggaran pemerintah federal untuk perguruan tinggi juga meningkat terutama
pendidikan kejuruan teknik dan pendidikan bagi orang yang kembali ke kampus untuk belajar.
Pada umumnya , beban biaya pendidikan bagi mahasiswa negeri lebih bera dibanding beban
biaya untuk mahasiswa swasta
4. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran

Kebiasaan otonomi yang sudah lama dan kuat serta keadaan masyarakat sangat mempengaruhi
bentuk kurikulum serta cara mengajar di Amerika Serikat. Disini tidak ada kurikulum nasional
yang resmi.
Bagian pendidikan negara bagian menggariskan kurikulum dengan tingkat variasi yang cukup
besardan memberi peluang pada daerah setempat. Pada awalnya sekolah amerika sangat
dipengaruhi oleh agama dan fokus pada keterampilan tulis baca. Semenjak abad ke 19 perhatian
terhadap masalah sosial semakin menonjol.
Pada akhir abad ke 19 muncul tuntutan untuk mengubah kurikulum dan metode mengajar dengan
mengarahkan perhatian pada kebutuhan muris yang berbeda, serta perhatian terhadap kebutuhan
individu. Dengan demikian siswa memiliki peluang yang besar untuk menentukan pilihan.
Pertambahan jumlah populasi sekolah yang sangat cepat dan kemajuan iptek menjadi dorongan
untuk inovasi-inovasi baru terutama metode pengajaran. Di daerah perkotaan persoalan sosial
telah mendorong munculnya mata pelajaran baru yaitu studi etnis, pendidikan lingkungan,
pendidikan seks, pendidikan narkoba dan sebagainya. Namun, awal 1980-an ada kecendrungan
untuk kembali pada yang lama serta kebutuhan baru atas pendidikan akhir.
Sistem pendidikan di Amerika mempunyai sifat yang khas yang berbeda dari sistem pendidikan
di negara-negara lain. Hal ini terutama karena sistem pemerintahannya yang mendelegasikan
kebanyakan wewenang kepada negara bagian dan pemerintahan lokal (distrik atau kota).
Amerika tidak memiliki sistem pendidikan nasional yang ada adalah sistem pendidikan dalam
artian terbatas pada masing-masing negara bagian. Hal ini berdasarkan padafilosofi bahwa
pemerintah (federal/pusat) harus dibatasi perannya, terutama dalam pengendalian kebanyakan
fungsi-fungsi publik seperti sekolah, pelayanan sosial dan lain-lain. Karena itu di Amerika dalam
pendidikan dasar dan menengah tidak ada kurikulum nasional bahkan tidak ada kurikulum
negara bagian. Apa yang ada hanyalah semacam standar-standar kompetensi lulusan yang

ditetapkan pemerintahan negara bagian ataupun pemerintahan lokal. Walaupun begitu
pemerintah federal (pusat) diberi wewenang terbatas untuk mengintervensi dalam masalah
pendidikan bila terkait dengan empat hal yaitu :
Memajukan demokrasi
Menjamin kesamaan dalam peluang pendidikan
Meningkatkan produktivitasnasional
Memperkuat pertahanan/ ketahanan nasional.
Bentuk intervensi pemerintahan pusat tidak dalam bentuk penentuan materi ajar tetapi dalam
bentuk usulan-usulan maupun program pendanaandengan tujuan-tujuan tertentu.
5. kenaikan kelas, ujian dan sertifikasi
Kenaikan kelas murid-murid sekolah ditentukan oleh daerah setingkat kecamatan atau negara
bagain. Dalam prakteknya, anak-anak boleh tinggal kelas dan mengulang lagi apabila
performansinya memang tidak memuaskan.
SLTA tidak dituntut untuk ujian resmi akan tetapi kehadiran murid atau siswa serta rapornya
yang baik memang menjadi persyaratan untuk memasuki perguruan tinggi negeri.
6. penelitian pendidikan
Pemerintah federal sudah sejak lama mendukung berbagai penelitian pendidikan. Walaupun
hanya kira-kira 25 % dana yang disediakan. Penelitian banyak dilakukan pada bidang-bidang
yang menjadi masalah orang banyak, serta pendidikan bagi orang miskin dan orang cacat dan
penelitian perubahan pengangguran pemerintah serta perbaikan sistem pengajaran
7. akreditasi
Ada dua hal yang menjamin mutu pendidikan yaitu :
a. sikap bahwa mutu dan standar itu penting
b. adanya otonomi lembaga
Proses akreditasi bertujuan untuk mendapat keyakinan bahwa perguruan-perguruan tinggi
mempunyai dan mempertahankan standar akademik, dilaksanakan secara baik dan memenuhi
syarat ikut dalam program pemerintah.
Di Amerika Serikat sendiri terdapat beberapa lembaga akreditasi baik regional maupun nasional
yang mengakreditasi berbagai bidang pendidikan maupun bidang profesional. Tetapi lembaga
akreditasi itu tidak terkait dengan pemerintah baik pusat maupun pemerintahan negara bagian.
Lembaga akreditasi tersebut memperoleh pengakuan melalui dua lembaga yaitu : council of
higher education accreditation (CHEA) dan US. Department of Education.

E. Sekolah Guru di Amerika Serikat
Sekolah di amerika serikat ada 4 macam yaitu :
1. sekolah normal (normal school)
Mengeluarkan guru-guru untuk sekolah rendah, lamapendidikan 4 tahun, yang diterima disana
murid-murid tamatan sekolah rendah. Paling banyak di amerika tetapi telah dihapuskan dan
sebahagian dijadikan fakultas guru.
2. fakultas guru (teacher school)
Mengeluarkan guru untuk sekolah menengah
3. jurusan pendidikan di universitas (departemen of education)
Yang dipimpin oleh guru-guru besar seperti dekan dan dosen
4. sekolah atau fakultas pendidikan
Di tengah-tengah fakultas diadakan sekolah atau fakultas khusus untuk pendidikan, maka
siswanya diterima sebelum title ilmiah
F. Isu-isu pendidikan
Mungkin banyak orang menganggap bahwa pendidikan di negara besar seperti Amerika serikat
sudah mantap dan hampir tidak mempunyai masalah yang berarti. Mereka beranggapan seperti
ini karena memiliki alasan yang kuat seperti kestabilan ekonomi dan politik yang sangat
berpengaruh terhadap pendidikan. Amerika serikat sendiri telah lama merintis dan melaksanakan
sistem pendidikan sehingga banyak negara yang mengirimkan warganya untuk belajar di amerika
serikat. Pendidikan di Amerika menerapkan model penerapan konsep sekuler-kapitalisme.
Walaupun bukan hanya Amerika saja yang menerapkan konsep sekuler-kapitalisme namun
karena saat ini Amerika merupakan negara adi daya maka konsepnya dalam berbagai bidang
akan terasa pengaruhnya di negeri lain.
Masalah pendidikan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah amerika serikat adalah :
Dinamika perubahan sosial masyarakat amerika serikat yang terjadi dalam beberapa dekade
terakhir sangat mempengaruhi pendidikan. Mulai dari tingkat pra sekolah sampai ke perguruan
tinggi. Sebagai hasil emansipasi yang sejak lama diperjuangkan di amerika. Hampir semua
wanita sudah mendapatkan pendidikan yang sama dengan pria dan selanjutnya kebanyakan
wanita sudah mendapat tempat yang sangat luas dalam lapangan kerja, baik bagi mereka yang
belum berkeluarga maupun yang sudah
Masyarakat Amerika Serikat saat ini dihadapkan pula pada masalah tingkat perceraian keluarga
yang sangat tinggi dan mungkin yang tertinggi diantara negara-negara di dunia. Akibatnya
adalah makin banyak anak-anak yang hidup atau tinggal dengan satu orang tua (umumnya

dengan ibu) yang mau tidak mau harus bekerja untuk hidup mereka.
Sistem pendidikan amerika serikat memiliki berbagai badan-badan resmi yang berfungsi sebagai
instrumen monitoring dan evaluasi pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian dan informasi yang
dikumpulkan dikethui bahwa kualitas pendidikan amerika serikat mengalami kemunduran yang
cukup serius dan hal ini telah menjadi isu yang sangat hangat yang dipublikasikan oleh berbagai
media masa sejak tahun 1980-an.
PENDIDIKAN DI JERMAN
A. Latar Belakang
Pada bulan Mei 1945, pemerintah tertinggi negara Jerman berakhir dan menyerahnya Jerman
tanpa syarat kepada kekuasaan sekutu. Hanya secara perlahan-lahan hak untuk menentukan hak
sendiri kembali diperoleh.dalam tahun 1949,dua negara rival Jerman muncul yaitu pada
pendudukan Soviet lahir Republik Demokrasi Jerman (The Germany Democratic Repulsic,
GDR), sebuah negara dengan sistem satu partai, dengan ekonomi terpimpin dan pada daerah
pendudukan Amerika, Inggris dan Prancis muncul negara Republik Federal Jerman (Federal
Republic of Germany,FRG). Membangun negara atas pembedaan regional sudah punya sejarah
panjang, kedua negara baru ini melangkah dengan sistem yang berbeda.
Sebagai konsekuensi dari perubahan yang dramatis di Eropa pada akhir tahun 1980-an. Republik
demokrasi Jerman menjadi lebur. Lima daerah yang dulu dikenal ”lander” sekarang dihidupkan
kembali dan digabungkan kedalam Republik Federal Jerman pada Oktober 1990 yang dalam
bentuk negara federal berstatus negara bagian.dengan demikian jerman setelah reunifikasi terdiri
dari 16 negara bagian (state). Setelah mengalami masa perkembangan yang lama dan berbeda
dalam segmendan asmek masyarakat, termasuk pendidikan, situasi pada awal 1990-an
menunjukan keperluan yang mendesak untuk menyamakan tingkat kehidupan dan kondisi kerja
pada kedua negara bagian Jerman.
Secara geografis Jerman terletak pada tengah-tengah benua Eropa dengan luas wilayah 356.957
kilometer persegi. Jerman berpenduduk 82 juta lebih dan kira-kira 8% diantaranya tidak
berkebangsaan Jerman. Warga negara asing ini mulai berdatangan ke Jerman pada akhir tahun
1950-an ketika negara-negara Eropa selatan mulai merekrut buruh-buruh pekerja tangan. Jumlah
yang paling banyak adalah orang Turki, baik yang lahir di Jerman maupun keturunan Turki.
Imigran lain masuk ke Jerman sebagai pengungsi karena perang atau karena tekanan ekonomi di
negaranya masing-masing. Jenis migran ketiga adalah dari etnis Jerman sendiri (walaupun tidak
semuanya berbahasa jerman). Berbeda dengan jenis imigran lain mereka dapat lansung meminta
kewarganegarannya sewaktu mereka masuk ke negara Jerman. Oleh karena kesulitan bahasa,
baik bagi imigran yang telah lama menetap di Jerman, apalagi mereka yang baru datang, maka
hal ini mejadi tantangan bagi sistem pendidikan Jerman.
Jerman bukan negara yang kaya dengan sumber alam dan juga bukan negara yang mampu
memenuhi kebutuhan produksi pertanian sendiri. Oleh sebab itu jerman banyak tergantung pada
barang-barang impor dan pada barang ekspornya. Posisi jerman sebagai negara tangguh
mendapat tantangan berat dalam perdagangan internasional yang membawa dampak terhadap
pendidikan. Penelitian dan pengembangan serta pabrik-pabrik dalam usahanya meningkatkan

nilai tambah produksinya memerlukan orang-orang dengan standar pendidikan tinggi. Disamping
itu perbedaan tingkat pengangguran di Jerman harus dilihat dan dinilai setelah reunifikasi kedua
Jerman.
B. Tujuan Pendidikan
Berdasarkan sejarah pendidikan di Jerman berasal dari dua sumber yaitu gereja dan negara.
Sudah menjadi tradisi semenjak awal abad pertengahan bahwa gereja selalu terlibat dalam
pendidikan, sedangkan the lander (asal mula kekuasaan daerah) selalu pula mengatakan bahwa
merekalah yang bertanggungjawab atas pendidikan. Pengumuman resmi wajib belajar pada
beberapa daerah semenjak akhir abad ke-17 dapat diangggap sebagai penanda resmi bahwa
pendidikan adalah tanggung jawab negara. Semenjak itu, pengaruh gereja secara umum mulai
berkurang. Maka masalah pendidikan mulai saat itu terletak terutama pada kekuatan politik, para
guru, orang tua siswa/ mahasiswa sebagai kelompok yang langsung terlibat untuk menentukan
keadaan pendidikan serta perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan.
Pemerintah negara bagian (state) yang sosial demokrat cenderung untuk menempatkan
pendidikan sebagai hak azazi dengan penekanan pada: usaha pendidikan itu atas inisiatif sendiri,
persamaan dan tindakan pengimbalan, sementara pihak kristen demokrat konservatif
menginginkan tujuan dan kegiatan pendidikan itu bersifat kolektif untuk kepentingan masyarakat
seperti penyiapan lulusan yang berkualitas.
Dengan hilangnya dasar ideologi yang utama dan sistem politik pun berubah, reunifikasi Jerman
memaksa lander jerman timur menyesuaikan sistem pendidikannya dengan struktur yang ada di
jerman barat. Maka dalam konstitusi negara (baru) serta dalam pembukaan undang-undang
tentang sekolah khusus dan universitas ditetapkan tujuan umum pendidikan dengan tekanan pada
pengembangan indivisualitas dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Politik pendidikan dan formulasi tujuan merupakan topik yang hangat dalam kelompok republik
demokrasi. Tahun 1949 pejabat administrasi memoloskan undang-undang mengenai pendirian :
”sekolah persatuan demokrasi”. Dengan maksud untuk menghalangi monopoli pendidikan kelas
masyarakat golongan atas, dan juga menjamin terbukanya kesempatan bagi masyarakat miskin.
Lebih dari 2/3 guru-guru yang bertugas di bawah partai sosialis nasionalis diganti dengan guruguru yang telah mendapatkan pendidikan jangka pendek. Kecocokan dengan peraturan komunis
maka berlangsunglah model soviet seperti prinsip ”pengajaran politeknik” dengan tujuan
membentuk pribadi sosial.
Tujuan pendidikan di Jerman yang dinyatakan dalam undang-undang adalah :
1. untuk membentuk individu yang maju secara fisik, moral dan intelektual
2. untuk membentuk manusia yang kreatif secara sosial yang memiliki minat terhadap sajak
bagaimana terhadap matematika dan ekonomi.
C. JENIS PENDIDIKAN

a. pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi
Wajib sekolah di Jerman berlaku sembilan tahun atau sepuluh tahun. Dengan normal anak masuk
sekolah pada usia enam tahun. Pada akhir abad ke-19 di jerman ada tiga macam sekolah
menengah. Yang paling tua adalah gimnasium didirikan pada tahun 1538. von humboldt
menetapkan mutu sekolah itu dengan mengadakan ujian negara buat murid-muridnya dan
menetapkan syarat ijazah negara buat guru-gurunya.
Jenis kedua dinamakan realgymnasiumyang memusatkan pelajaran pada bahasa latin, ilmu pasti
dan ilmu alam. Sebagai pengganti bahasa yunani boleh diajarkan salah satu bahasa eropa
modern. Jenis sekolah itu sangat populer di jerman selatan, tidak di prussia. Jenis ketiga
ialahober-real-schuleyang tidak mengajarkan bahasa kuno sama sekali, tetapi memberikan
pelajaran dalam ilmu pasti, ilmu alam dan bahasa eropa modern. Pada pertengahan abad ke-18 di
berlin dibuka sebuah real-schule yang lamanya 6 tahun. Ketika sekolah itu dijadikan 9 tahun,
seperti keadaannya dengan sekalian sekolah menengah ketika itu maka ditambahkan istilah ober
(tinggi) di depannya dan menjadi ober-real-svhule. Setelah berhasil menyelesaikan ujian pada
akhir grade, siswa berhak memasuki perguruan tinggi.
b. pendidikan pra sekolah
pendidikan pra sekolah mempunyai sejarah yang panjang di jerma. Pada abad ke-18 dan 19,
muncul lembaga-lembaga untuk mengurus kesejahteraan anak-anak yang membutuhkan yang
pada awalnya menyediakan pengajaran agama (injil)
c. pendidikan khusus
pada tahun 1989, baik di jerman timur maupun jerman barat kira-kira 4% siswa tercatat pada
lembaga-lembaga yang khusus melayani anak-anak cacat. Disamping itu, jerman timur
menjalankan sistem sekolah khusus (spezialschulen) bagi anak-anak yang punya bakat istemewa
dalam bidang seni atau olah raga yang jumlahnya kira-kira 1% dari kelompok umur.
d. pendidikan vokasional, teknik dan bisnis
wajib belajar tidak terbatas hanya pendidikan umum saja. Anak-anak yang tamat dengan ijazah
pendidikan umum pada tingkat hauptschule dan realschule dan bahkan yang tidak dapat ijazah
setelah belajar 9 tahun, harus masuk pendidikan yang secara resmi diakui sebagai persyaratan
untuk mendapatkan pekerjaan dan program ini dapat diikuti secara paruh waktu atau purna
waktu.
Pendidikan bagi orang dewasa (adult of education) di jerman dikelompokkan pada tiga kategori :
umum, vokasional (termasuk teknik dan keuangan) dan politik. Undang-undang federal pada
tahun 1972 mendorong partisipasi masyarakat dalam program pendidikan orang dewasa dengan
memberikan bantuan keuanagn serta tambahan hari libur (bagi yang bekerja) asalkan mereka
mau mengikuti pelajaran vokasional. Kebijakan ini diambil karena kenyataan menunjukkan
bahwa dalam keadaan perubahan ekonomi, sosial dan politik yang sangat cepat, setiap orang
harus memperbaharui dan meningkatkan kualifikasinya sehingga sesuai dengan tuntutan zaman

dan perkembangan masyarakat. Dengan upaya-upaya di atas diperkirakan di Jerman barat kirakira 40% angkatan kerja mengikuti berbagai bentuk program adult education ini setiap tahun.
e. ujian kenaikan kelas dan sertifikasi
Dengan beberapa pengecualian tes formal pada prinsipnya tidak digunakan untuk menilai
keberhasilan anak di sekolah. Pengecualian itu hanya untuk keperluan diagnostik yaitu
untukmengidentifikasikan jenis-jenis dyslexia (kesulitan belajar membaca dan menulis karena
kondisi pada otak). Pendekatan yang dipakai untuk mengetahui pencapaian murid ialah
menyerahkan sepenuhnya kepada guru untuk menyusun tes terulis sendiri ditambah dengan
interaksi lisanmurid dan guru selama proses belajar berlangsung.
f. evaluasi
Tidak ada evaluasi nasional yang dilakukan secara teratur mengenai hasil pendidikan. Komponen
jerman dalam asosiasi internasional untuk penelitian penilaian pencapaian pendidikan dalam
bidang membaca merupakan survey pertama dalam dua decade terakhir yang didasarkan pada
sampai probabilitas secara nasional.
D. Manajemen Pendidikan
1. Otorita
Oleh karena konstitusi federal telah menetapkan kewenagan lander atas pendidikan maka
beberapa lander membuat berbagai ketentuan dalam konstitusi mereka masing-masing mengenai
pengaturan masalah pendidikan dan seluruhnya melalui proses legislatif. Pengaturan itu
mencakup penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran dan prosedur dalam sistem
daerah mereka masing-masing. Dalam negara bagian, tanggung jawab pendidikan terletak pada
level kementrian kabinet yang sering disebut Kementrian Kebudayaan (kultusministerium) pada
negara-negara bagian yang luas daerahnya. Sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh
kementrian negara bagian tetapi melalui badan administratif regional yang merupakan bagian
dari badan eksekutif tanpa pasangan atau counterpart langsung dari pihak legislatif atau DPR.
Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan infrastruktur yang
diperlukan dan ada kalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf.
2. pendanaan
Dengan pengecualian pendidikan tinggi, keuangan pendidikan sepenuhnya berada di tangan
lander dan masyarakat setempat. Secara umum, seluruh biaya personil ditanggung oleh
pemerintah negara bagian dan infrastruktur oleh masyarakat.
3. personalia
Biasanya, hanya guru-guru gymnasien dan sebagian guru spesialis untuk bidang-bidang yang
dididik di tingkat universitas dengan tekanan utama pada bidang keahlian dibandingkan dengan
bidang keguruan. Staf pengajar untuk jenis sekolah lain, termasuk berbagai bentuk sekolah

vokasional dan teknik memperoleh pendidikan di perguruan tinggi lain dan sering menuntut
persyaratan masuk yang lebih rendah. Kebanyakan sistem yang dualisme seperti ini bertahan di
jerman timur sampai tahun 1990. tetapi sejakn tahun 1960-an di Jerman barat pendidikan guru
telah dilaksanakan di universitas yang ada dan bahkan sesungguhnya menjadi inti pendirian
universitas baru. Terdapat kecendrungan untuk menyamakan berbagai bentuk pendidikan guru di
seluruh jerman sehingga dengan kualifikasi yang sama terdapat pula status yang sama. Usaha ini
telah berhasil tetapi baru pada negara bagian kecil.
Menteri-menteri pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mereka melakukan itu melalui tiga jenis
instrumen yaitu :
tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu serta mata pelajaran sesuai dengan grade
dan jenis sekolah
pedoman kurikulum
pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks
E. Isu-isu Pendidikan
Masa untuk melakukan reformasi pendidikan yang mendasar di Jerman barat secara resmi
berakhir tahun 1975 dengan dibubarkannya dewan pendidikan (council of education) yang
mencoba mengimplementasikan sistem pendidikan yang sama sekali baru. Semenjak itu,
pemerintahyang konservatif cenderung mempertahankan struktur tripartit pada pendidikan
menengah, sementara kementrian yang beraliran sosial demokrat mencoba menerapkan
gesamtschule sebagai alternatif, kalau tidak sebagai pengganti sistem tripartit. Namun demikian,
ada perubahan yang cukup berarti . Terjadi penurunan jumlah siswa pada hauptschule dan
peningkatan jumlah siswa pada tingkat gymnasium. Pendidikan akademik dan sekolah-sekolah
kejuruan pada tingkat menengah atas telah semakin paralel, baik karena pengenalan kuliahkuliah baru yang berorientasi profesional di gymnasium atau karena peningkatan jumlah
siswanya atau karena dorongan pengintegrasian beberapa bentuk sekolah menengah atas. Juga
terdapat perubahan pada kurikulum universitas pendidikan guru. Pada level pengajaran kelas,
metode-metode baru mulai diterima. Hal yang sama terjadi pula dalam bidang kajian-kajian baru
seperti pendidikan tentang perdamaian, pendidikan lingkungan dan kajian kewanitaan.
Walaupun tidak semua masalah berhubungan dengan reunifikasi kedua jerman namun yang
menjadi pusat persoalan dalam tahun 1990-an adalah kebutuhan untuk memberikan kesempatan
dan diragukan lagi masalah ini akan berlangsung sampai awal abad baru. Namun demikian,
masih ada harapan tetapi jelas tidak bisa dipastikan bahwa sumber dana, pengalaman politik dan
administratif serta orang-orang yang terlibat menanganinya dianggap mampu mengatasi masalah
ini. Tetapi patut juga dicatat bahwa resiko transisi dapat pula merambat pada hilangnya hal-hal
positif yang selama ini ada di sistem pendidikan jerman timur seperti sukses mereka dalam
menanggulangi siswa-siswa yang lemah atau dalam mempertahankan motivasi siswa yang tinggi
untuk mencapai keberhasilan.
Anak-anak imigran yang jumlahnya semakin besar sesungguhnya merupakan tantangan berat
bagi pendidikan Jerman termasuk isu “pemberian kesempatan yang sama”. Mencari

perimbangan antara kebutuhan integrasi sosial bagi anak-anakcacat dan penyelenggaraan
pengajaran yang optimal tetap menjadi fokus pemikiran.
Sistem pendidikan di Jerman terkenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Dari sinilah
dilahirkan para ilmuwan atau insinyur kenamaan. Akan tetapi tidak semua penduduk yang
bermukim di jerman menikmatinya. Terutama pria remaja berlatang belakang migran yang
memiliki citra umum sebagai kelompok yang kalah dan gagal dalam pendidikan di Jerman.
Dalam arti, jarang yang mendapat menyelesaikan sekolah menengah atasnya.

Pengantar
Sekolah dasar dan menengah adalah wajab bagi seluruh siswa di Amerika Serikat, akan tetap
jenjang usia siswa berbeda-beda di setiap Negara bagian. Siswa di Amerika Serikat memulai
pendidikanya dari jenjang Kindergarten (usia 5 sampai 6 tahun) hingga menyelesaikan
pendidikan menegah pada kelas 12 (usia 18 tahun). Terdapat 14.000 sekolah di Amerika Serikat
dan setiap tahunya pemerintah Amerika Serikat mengalokasikan dana pendidikan sebesar $500
triliun untuk digunakan keperluan sekolah dasar dan menengah.
Pendidikan dasar
Pendidikan dasar di Amerika Serikat berjenjang dari Kindergarten hingga Fithh grade (Kelas 5),
tetapi terkadang juga berjenjang hingga Fourth grade (kelas 4), Sixth grade (kelas 6) atau eighth
grade (kelas 8) tergantung sisitem kurikulum pada school district tersebut. Kurikulum
pembelajaran dipilih oleh school district mengacu pada standar pembelajaran di Negara bagian
tersebut. Standar pembelajaran adalah tujuan yang harus dicapai oleh School district yang harus
mengacu pada AYP (Adequate yearly program).
Suasana pembelajaran pada sekolah dasar di Amerika Serikat berbeda dengan pembelajaran pada
sekolah di Indonesia. Satu kelas terdiri dari dua puluh higga tiga puluh siswa. Guru Sekolah
dasar di Amerika Serikat dibekali pendidikan lanjutan mengenai perkembangan congnitive and
psychological development. Guru-guru di Amerika Serikat telah menyelesaikan pendidikan
lanjutan Sarjana dan atau Pasca Sarjana (Bachelors and/or Masters degree) dalam bidang Early
Childhood and Elementary Education.
Pendidikan Menengah

Jenjang pendidikan menengah di Amerika Serikat dibagi menjadi dua tahap (middle school/
junior high) mulai pada jenjang sixth, seventh, eighth and ninth grade (kelas 6, 7, 8, 9). Jenjang
pendidikan pada middle school/ junior high (grade/kelas) di tentukan oleh faktor demografi
seperti jumlah usia siswa sekolah menegah. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan populasi
siswa sekolah yang stabil. Pada jenjang ini, siswa diberikan kebebasan untuk memilih mata
pelajaran yang dikehendaki dan menggunakan system kelas berpindah (moving class).
Senior High(kelas 9,10,11,12) adalah jenjang lanjutan setelah middle school/ junior high,
biasanya Jenjang ini dimulai dari ninth grade (freshman), tenth grade(sophomores), eleventh
grade(Juniors), twelfth grade(seniors). Perlu diketahui bahwa jenjang middle school/Junior high
dan Senior high berbeda-beda di setiap Negara bagian, mengacu pada demografi usia siswa di
Negara bagian tersebut.
Pendidikan menengah memiliki struktur kurikulum yang berbeda dengan di Indonesia. Pada
jenjang ini, siswa diwajibkan mengabil sejumalah mata pelajaran wajib (mandatory subjects) dan
memilihi mata pelajaran pilihan (electives).
Mata pelajaran wajib (mandatory subjects) meiliputi :


Science (Ilmu pengetahuan alam) meliputi Biologi, Kimia dan Fisika



Mathematics (Matematika) meliputi aljabar, geometri, pre-calculus dan statistika



English (pelajaran bahasa inggris) meliputi sastra, humaniora, mengarang dan
verbal(praktek)



Physical education (Olahraga)

Mata pelajaran pilihan (electives) meliputi:


Atletics meliputi cross country, football, basketball, track and field, swimming, tennis,
gymnastics, waterpolo, soccer, softball, wrestling, cheerleading, volleyball, lacrosse, ice
hockey, fieldhockey, crew, boxing, skiing/snowboarding, golf, mountain biking, marching
band



Career and Technical Education meliputi agriculture/agriscience, Business/Marketing,
Family and Consumer Science, Health occipations



Computer word processing meliputi programing and design



Foreign langguages meliputi bahasa Spanyol dan Perancis (umum) Bahasa Cina, Latin,
Yunani, Jerman, itali dan Jepang (tidak umum)



Performing Arts/Visual Arts meliputi, paduan suara, band, orchestra, drama, seni rupa,
fotografi, ceramics dan dance



Publishing meliputi Journalisme/ Koran siswa, buku tahunan dan majala siswa

FBS-Karangmalang. Jumat (2/3) lalu Badan Eksekutif Mahasiswa FBS UNY menyelenggarakan
seminar internasional bertajuk Perbandingan Pendidikan di Eropa dan Asia (Belanda, Turki,
Cina, dan Indonesia) yang bertempat di Ruang Seminar PLA FBS. Sebanyak 250 peserta
memenuhi kursi-kursi yang berjejer rapi tanpa spasi kosong.
Dalam sambutannya, Dr. Widyastuti Purbani, M.A. menyatakan dukungannya terhadap
penyelenggaraan seminar ini dengan menjelaskan betapa perlunya mengambil pembelajaran dari
sistem pendidikan negara maju mengingat sistem pendidikan serta kurikulum Indonesia, sebagai
negara berkembang, belum begitu kuat. Wakil Dekan I FBS UNY ini kemudian menambahkan
pentingnya memahami sistem pendidikan yang diaplikasikan di negara lain terutama bagi
mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri. Hal ini turut diamini oleh Arda Sedyoko
selaku Ketua BEM FBS sekaligus koordinator acara, “Kami berharap teman-teman peserta dapat
membandingkan dan mengaplikasikan materi dalam seminar, apalagi di sini banyak mahasiswa
yang mengambil jurusan pendidikan.
Seminar internasional yang dikenai harga lebih murah dari biasanya ini menghadirkan Prof. Theo
Wubbles, Ph.D. (Dekan Social and Behaviour Faculty, Utrecht Universitet, The Netherlands),
Lutfi Ulker (mahasiswa Pasca Sarjana UNY), Peng Zillin (mahasiswa FBS UNY), dan Dr. Kun
Setyaning Astuti, M.Pd. (Dosen Pendidikan Seni Musik FBS dan program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Yogyakarta) sebagai pembicara. Para pembicara tersebut membawakan kultur
pendidikan di negara masing-masing.
Prof. Theo Wubbles, Ph.D. menekankan pentingnya interpersonal perspective dalam mengajar.
“Sangat penting bagi guru untuk membangun sebuah jalinan kedekatan dengan muridmuridnya,” ungkap Wubbles. Lebih lanjut ia menambahkan akan lebih baik jika seorang guru
mengerti apa yang dibutuhkan serta dipikirkan murid, karenanya ia menyarankan angket sebagai
sarana evaluasi.
Lutfi Ulker yang merupakan warga Turki lantas menerangkan sistem pendidikan di negaranya.
Dari penjelasannya dapat diketahui jika negara yang berbatasan dengan Selat Bosphorus tersebut
memiliki sistem wajib belajar 12 tahun tanpa dikenakan biaya sedikitpun bagi masyarakatnya.
Ulker kemudian berkata bahwa mereka memiliki SBS Exam yang setara dengan Ujian Nasional
dan OSS Exam sebagai ujian masuk universitas. “Sebenarnya sistem pendidikan Turki dan
Indonesia tidak berbeda jauh. Malah saya menemukan banyak persamaan,” akunya, “Mungkin
yang berbeda adalah sedikitnya universitas swasta di sana. Universitas-universitas negeri
mendominasi dan pemerintah memberikan beasiswa bagi pelajar sebanyak 600 Dollar per bulan.

Penampilan gitar ansambel dari mahasiswa Pendidikan Seni Musik memberikan hiburan bagi
peserta seminar. Acara lalu dilanjutkan dengan pemaparan Peng Zillin dan Dr. Kun Setyaning
Astuti, M.Pd. mengenai pendidikan di Cina dan Indonesia.
Peng Zillin mengemukakan betapa berbedanya sistem pendidikan Cina dan Indonesia. “Di sana
semuanya sudah teratur, dimulai dari jadwal kuliah sampai penyediaan buku. Jadi mahasiswa
tidak perlu kesulitan mencari buku pedoman, universitas sudah menyediakan. Mereka tinggal
belajar saja,” ujarnya. Masih dari Zillin, “Tapi biaya kuliah di Indonesia murah sekali. Dan lagi
biaya hidup di sini juga tergolong terjangkau.
Sementara Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd. menjelaskan sistem student center, dimana murid
yang mendominasi kelas alih-alih guru. Peran guru hanyalah sebagai korektor, jika ada yang
salah barulah guru menengahi. Wakil Dekan III FBS UNY ini juga memaparkan pentingnya
kreatifitas siswa dalam berkarya. “Jadi, misalnya, dalam mengajar tangga nada, cukup iringi
siswa dengan instrumen saja. Ajak mereka berkreasi menciptakan melodi-melodi baru. Jangan
cuma diberitahu jarak antar nada itu satu setengah ketuk dan sebagainya, tandasnya.
Ditanya tentang metode apa yang terbaik, Theo Wubbles menjawab, “Tidak ada yang lebih baik
satu dari yang lainnya. Yang baik adalah mengambil manfaat dari apa yang ada kemudian
menggabungkannya.”
Seminar ini lalu ditutup dengan persembahan lagu oleh Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd., Prof.
Theo Wubbles, Ph.D., serta dua mahasiswa Pendidikan Seni Musik, Riosa dan Jeremiah.
(Nunggal)