DESAIN IPAL KOMUNAL UNTUK MENGATASI PERM

Konferensi Nasional Teknik Sipil 11
Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017

DESAIN IPAL KOMUNAL UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN SANITASI
DI DESA LUENGBARO, KABUPATEN NAGAN RAYA, ACEH
Meylis Safriani1 dan Cut Suciatina Silvia2
1

Program Studi Teknik Sipil, Universitas Teuku Umar, Jl. Alue Peunyareng, Meureubo, Meulaboh
Email: Safrianimeylis@gmail.com
2
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Teuku Umar, Jl. Alue Peunyareng, Meureubo, Meulaboh
Email: coetsilvia@gmail.com

ABSTRAK
Masyarakat di Desa Luengbaro belum memiliki sarana sanitasi yang baik dikarenakan masih
membuang air besar di berbagai tempat seperti saluran irigasi, saluran drainase, dan alue (anak
sungai). Perencanaan IPAL Komunal bertujuan untuk mengatasi permasalahan sanitasi di desa
tersebut. Penelitian ini dilakukan di Desa Luengbaro, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan
Raya, Provinsi Aceh dengan mengambil lokasi daerah layanan di Dusun Indrapuri dan Dusun Cot
Rundeng. Pengumpulan data primer meliputi wawancara dan survei lokasi sebagai lokasi

perencanaan IPAL Komunal. Data sekunder meliputi data jumlah penduduk, data jumlah rumah,
dan peta topografi wilayah perencanaan. Hasil analisa data menujukkan bahwa dengan jumlah
penduduk 318 jiwa, luas area lahan yang diperlukan dalam perencanaan IPAL adalah 28,4 m2 dan
luas daerah layanan 18,6 ha. Desain IPAL Komunal dengan sistem Anaerob terdiri dari Bak
Ekualisasi, bak Settler, bak ABR, bak AF, dan bak outlet. Dimensi bak inlet yang direncanakan
yaitu 2 m x 0,6 m x 1 m, bak settler 3 m x 2 m x 2,4 m, bak ABR adalah 1 m x 2 m x 2,4 m dimana
bangunan ABR ini direncanakan 2 buah, dimensi bak settler adalah 1,2 m x 2 m x 2,4 m dan
bangunan AF ini direncanakan sebanyak 4 buah, dan dimensi bak outlet adalah 2 m x 0,6 m x 1 m.
Pipa dengan diameter 3” tipe PVC diperuntukkan pada pipa yang mengalirkan buangan limbah dari
jamban ke bak kontrol, pipa dengan diameter 4” tipe PVC SDR-41 diperuntukkan untuk
mengalirkan limbah dari bak kontrol menuju pipa induk, dan pipa dengan diameter 6” tipe PVC
SDR-41 diperuntukkan untuk mengalirkan limbah dari pipa induk menuju bangunan IPAL.
Kata kunci: Limbah, sanitasi, IPAL Komunal, Sistem Anaerob

1.

PENDAHULUAN

Sanitasi merupakan salah satu sektor yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam suatu
lingkungan permukiman. Sanitasi yang baik diperlukan untuk menciptakan kebersihan dan kenyamanan di

lingkungan tempat tinggal. Suatu lingkungan akan menurun kualitasnya apabila tidak ada sanitasi lingkungan yang
layak seperti pengelolaan air limbah rumah tangga, persampahan dan drainase. Dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang mendiami satu area lingkungan, maka semakin meningkat pula air limbah yang dihasilkan di suatu
perumahan atau perkampungan. Pembuangan limbah rumah tangga penduduk secara sembarangan akan
mempengaruhi kualitas air tanah dan akan menyebabkan air tanah tersebut terkontaminasi. Kondisi sistem
pembuangan limbah yang buruk dapat menyebabkan tingginya kontaminasi dan pengaruh terhadap kualitas air
sumur serta dapat menyebabkan tingginya jumlah bakteri E. coli.
Salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya yang termasuk rawan sanitasi adalah
Desa Luengbaro. Berdasarkan survei awal, masyarakat di Desa Luengbaro belum memiliki sarana sanitasi yang
baik. Kebiasaan masyarakat di desa tersebut masih membuang air besar di berbagai tempat seperti saluran irigasi,
saluran drainase, alue (anak sungai), dan bahkan ada yang membuang air besar di halaman kosong di belakang
rumah mereka. Rumah masyarakat di desa tersebut pada umumnya belum memiliki jamban (septic tank). Bagi
masyarakat yang telah memiliki jamban, pembuangan air limbahnya belum ada penanganan (treatment) yang layak
terlebih dahulu. Ketidakpedulian warga terhadap kebersihan lingkungan sangat berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan dan kenyamanan di dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mengatasi sanitasi pada desa ini,
pemerintah telah membangun WC Komunal pada tahun 2015 untuk digunakan secara bersama oleh masyarakat.
Namun, dikarenakan WC Komunal tersebut kurang berfungsi sehingga masyarakat kembali membuang limbah air
besar tidak pada tempatnya. Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan perencanaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Komunal untuk memperbaiki sistem sanitasi di desa ini. Desain IPAL Komunal di Desa Luengbaro
bertujuan untuk meningkatkan sanitasi masyarakat yang lebih baik dalam mempertahankan stabilitas ekosistem

KL - 1

lingkungan. Dengan adanya IPAL Komunal tersebut, maka berbagai limbah dari kamar mandi, dapur dan cucian
baju diharapkan lebih aman kandungannya sebelum dibuang ke sungai.
Beberapa penelitian terkait permasalahan sanitasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sapel et. al. (2011)
menyatakan untuk menangani permasalahan air limbah domestik masyarakat Pinggir Desa Lingkar Kampus IPB di
Kampung Cangkurawok, RT.02/RW.03, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang terdiri dari 70
KK perlu didesain WC komunal dengan dilengkapi tangki septik dan sumur resapan. Desail volume tangki septic
adalah 26,5 m3 dengan dimensi panjang sebesar 2,75 m, lebar sebesar 5,5 m dan tinggi tangki septik sebesar 1,5 m
dan dimensi sumur resapan mempunyai kedalaman 3 m dan diameter 1 m. Prameswari et. al. (2014) merencanakan
pelayanan pengolahan air limbah secara komunal di Desa Krasak dengan menggunakan dua variabel, yaitu aspek
teknis dan aspek kelembagaan. Pada perencanaan pelayanan air limbah komunal Desa Krasak, digunakan pipa PVC
tipe D, diameter 114 mm untuk pipa servis yang menerima air limbah dari setiap rumah. Diameter 114-140 mm
digunakan pada saluran pipa lateral menuju induk yang menuju ke IPAL. Selain itu menggunakan teknologi IPAL
berupa ABR dengan luasan lahan dibutuhkan sebesar 32 m2.

2.

TINJAUAN PUSTAKA


Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia, jadi lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap
berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa munculnya penyakit dapat dihindari. Usaha sanitasi berarti suatu usaha
untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat dalam bahan-bahan pada lingkungan fisik manusia
sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan manusia dapat terpelihara (Daryanto, 2004).

Proyeksi Jumlah Penduduk dengan Metode Geometrik
Proyeksi jumlah penduduk dengan metode geometrik menggunakan Persamaan sebagai berikut.
Pn = Po (1 + q)n
(1)
dengan Pn = jumlah penduduk tahun rencana, Po = jumlah penduduk tahun awal, n = jumlah tahun rencana, dan q =
laju pertumbuhan penduduk.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah sebuah struktur/bangunan yang dirancang untuk mengolah limbah
rumah tangga dan mengurangi kandungan beban pencemar yg terdapat pada limbah (biologis dan kimiawi) sehingga
memungkinkan air hasil olahan tersebut tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan atau dapat untuk
digunakan pada aktivitas yang lainnya. IPAL Komunal merupakan bangunan yang dipergunakan untuk menampung
dan mengolah air limbah dari banyak sumber secara bersama-sama. Perencanaan IPAL meliputi aspek dari segi

sarana pengumpulan dan sarana pengolahan. Dilihat dari segi sarana pengumpulan, air limbah yang dihasilkan akan
dialirkan secara gravitasi melalui jaringan perpipaan (yang dilengkapi dengan bak perangkap lemak, bak kontrol,
manhole) atau saluran ke tempat pengolahan (IPAL). Dilihat dari segi sarana pengolahan, pengolahan air limbah
menyangkut persoalan pilihan teknologi pengolahan, kapasitas, ketersediaan lahan, kemudahan operasi, biaya
operasional dan maintenance serta efisiensi pengurangan zat pencemar. Sistem pengolahan air limbah dibagi
menjadi 3 (tiga) yaitu pengolahan secara an-aerobik, pengolahan secara aerobik, dan pengolahan kombinasi antara
an-aerobik dan aerobic.

3.

METODOLOGI PENELITIAN

Pengumpulan Data
Pengumpulan data awal diperlukan untuk dapat mendesain Bangunan IPAL. Data-data yang diperlukan terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung pada wilayah perencanaan
dengan melakukan observasi untuk mengetahui kondisi di lapangan. Data primer yang diambil berupa foto kondisi
pembuangan limbah di lokasi perencanaan, foto eksisting lahan perencanaan IPAL, dan wawancara terhadap
masyarakat setempat. Wawancara dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya WC di rumah mereka, jumlah
anggota keluarga, dan jenis pekerjaan. Data sekunder yang digunakan adalah data jumlah penduduk, data jumlah
rumah di Desa Luengbaroe,peta wilayah perencanaan, dan peta topografi wilayah perencanaan. Data-data tersebut

akan digunakan dalam perencanaan pelayanan air limbah komunal di Desa Luengbaroe.

KL - 2

Analisis Data
Perencanaan IPAL Komunal antara lain :
a. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk untuk 10 tahun ke depan dengan data yang diambil adalah jumlah
penduduk mulai dari tahun 2013-2017. Jumlah penduduk pada suatu daerah merupakan salah satu hal

yang penting dalam perhitungan sistem penyaluran air limbah. Semakin banyak penduduk maka semakin
besar air limbah yang dihasilkan.
b. Perhitungan debit air limbah
Berdasarkan Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU (1996), kebutuhan air bersih per orang per hari
diambil berdasarkan jumlah penduduk. Apabila dibawah 20.000 jiwa, maka kebutuhan air bersih diambil
80lt/org/hari. Perhitungan debit air limbah dilakukan menggunakan asumsi bahwa 80% dari kebutuhan air minum
akan menjadi air limbah. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar debit dan beban air limbah yang
masuk ke badan air penerima. Perhitungan beban air limbah yang masuk ke badan air penerima dilakukan dengan
menggunakan karakteristik air limbah. Debit Rata-Rata Air Limbah dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Q rata-rata air limbah = (80) % x Q air minum

(2)
dengan Q air minum = 80 liter/ orang/ hari
Timbulan air limbah domestik (Q) dapat menggunakan rumus :
Qair limbah = 1,1 x Q rata-rata air limbah

(3)

c. Perencanaan sistem jaringan perpipaan
Jaringan pipa sambungan rumah dapat ditentukan berdasarkan jenis buangan air limbah. Pipa dari kloset (black
water) : diameter pipa minimal 75 mm, bahan dari PVC, kemiringan pipa (1-2)%. Pipa untuk pengaliran air limbah
non tinja (grey water) : Diameter pipa minimal 50 mm, bahan dari PVC, kemiringan (0,5-1) %, khusus air limbah
dari dapur harus dilengkapi dengan unit perangkap lemak (grease trap). Pada pipa sekunder slope yang
direncanakan berkisar (0,7–1)%, sedangkan pipa induk (pipa primer) direncanakan slope (0,5 – 0,7)%.
d. Perencanaan bangunan IPAL yang meliputi bak pengendap, bak AF, dan bak ABR
Kapasitas IPAL yang direncanakan yaitu menggunakan Persamaan :
Kapasitas IPAL = Qair limbah X Pn

(4)

Desain bak ekualisasi (Inlet), bak Settler/Pengendap, bak Anaerobic Buffle Reactor (ABR), bak Anaerobic Filter

(AF), bak pengendap akhir (outlet) menggunakan Persamaan 5.
Volume 

HRT
xKapasitasIPAL
24

(5)

dengan HRT = waktu tinggal limbah dalam bak, HRT bak ekualisasi = 30 menit, HRT Bak Settler = 12 jam, HRT
bak ABR = 6 jam, dan HRT bak AF = 18 jam, HRT bak outlet = 30 menit.

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Luengbaro, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya. Penelitian ini
dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi wawancara dan survei lokasi sebagai
lokasi perencanaan IPAL (untuk mendapatkan data karakteristik air limbah Desa Luengbaro). Data sekunder
meliputi data jumlah penduduk, data jumlah rumah, dan peta topografi wilayah perencanaan. Analisa debit air

limbah, dimensi pipa dan dimensi penentuan bangunan pelengkap IPAL direncanakan setelah data primer dan
sekunder diperoleh.

Deskripsi wilayah
Desa Luengbaro merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Suka Makmue yang penduduknya paling
padat dibandingkan dengan desa lain dengan jumlah penduduk 1251 orang (BPS, 2016). Desa Luengbaroe memiliki
lima dusun diantaranya Dusun Cot Rondeng, Dusun Indrapuri, Dusun Cot Bak Joek, Dusun Padang Arawet, dan
Dusun Paya Teladan. Lokasi yang menjadi prioritas penelitian adalah Dusun Indrapuri dan Dusun Cot Rondeng.
Jumlah KK pada kedua dusun tersebut pada tahun 2017 yaitu 68 KK dengan jumlah penduduk 272 orang.
Penduduk di Dusun Indrapuri dan Dusun Cot Rondeng pada umumnya bekerja sebagai petani (62%), pekebun
(21%), pedagang (12%), dan bekerja di kantor (5%). Di kedua dusun tersebut, terdapat saluran irigasi yang lebarnya
1 sampai 1,5 meter pada badan jalan. Saluran irigasi ini untuk mensuplai kebutuhan DI Jeuram. Selain irigasi,
KL - 3

terdapat saluran drainase dengan lebar 30 cm yang terdapat di samping dan belakang rumah warga. Namn, drainase
tersebut tidak berfungsi dengan baik. Lokasi anak sungai atau Alue Luengbaroe tidak jauh dari rumah warga sekitar
100 meter yang lebarnya 2-3 meter.
Berdasarkan hasil survei, dari 11,7% rumah warga yang terdapat septiktank, sedangkan 88,3% warga lagi
membuang ke saluran irigasi, saluran drainase, dan ke Alue/anak sungai. Meskipun sudah memiliki WC, dari 11,7%
warga yang sudah ada septictank, 4,4% warga tersebut lebih menyukai membuang kotoran ke badan air. Beberapa

“WC terbang” yang dibuat oleh warga setempat untuk membuang tinja di atas saluran irigasi ditampilkan pada
Gambar berikut.

Gambar 1. Pembuangan limbah oleh masyarakat di saluran irigasi

Perencanaan Desain IPAL Komunal
Hasil proyeksi penduduk dari metode geometrik diperoleh jumlah penduduk untuk 10 tahun ke depan adalah 318
orang. Hasil perhitungan untuk bangunan-bangunan pada IPAL ditampilkan pada Tabel 1. Data-data yang
digunakan untuk perhitungan dimensi bangunan IPAL sebagai berikut.
Pn = 318 orang
Q air bersih = 80 lt/orang/hari
Kapasitas air limbah = 20.352 liter/hari = 0,848 m3/jam
Tabel 1. Rekapitulasi dimensi bangunan IPAL
No
1
2
3
4
5


Nama Bak
Bak Ekualisasi (inlet)
Bak Settler
Bak ABR
Bak AF
Bak akhir (outlet)

Volume yang diperlukan (m3)
0,4664
11,1936
5,5968
16,7904
0,4664

P (m)
2
3
2
4,8
2

Dimensi Bak
L (m)
0,6
2
2
2
0,6

T (m)
1
2,4
2,4
2,4
1

IPAL Komunal mengolah air limbah dari rumah-rumah melalui jaringan perpipaan. Pipa yang dipergunakan adalah
pipa jenis air limbah berbahan PVC SNI dengan diameter 4 – 6 inchi (ditanam sesuai dengan peraturan dari SNI
yang berlaku) dan dilengkapi dengan bangunan pelengkap (bak kontrol, bak perangkap minyak, dan manhole) di
setiap ujung gang, belokan dan persimpangan. Pada desain IPAL Komunal di Desa Luengbaroe ini, jenis pipa yang
digunakan adalah tipe PVC dan tipe PVC SDR-41. Pipa dengan diameter 3” tipe PVC diperuntukkan pada pipa
yang mengalirkan buangan limbah dari jamban ke bak kontrol, sedangkan pipa dengan diameter 4” tipe PVC SDR41 diperuntukkan untuk mengalirkan limbah dari bak kontrol menuju pipa induk, dan pipa dengan diameter 6” tipe
PVC SDR-41 diperuntukkan untuk mengalirkan limbah dari pipa induk menuju bangunan IPAL. Sistem IPAL yang
digunakan adalah IPAL Anaerob sebab untuk biaya investasi dan biaya operasional IPAL Anaerob termasuk
katagori murah dan pelaksanaan perawatan bangunannya lebih mudah dibandingkan dengan sistem yang lain.
Panjang pipa diameter 6” yang dibutuhkan adalah 189 m dan pipa diameter 4” dibutuhkan sepanjang 823 m. Dari
analisis data diperoleh, perencanaan manhole (bak pengecekan di pipa induk) dengan ukuran 60/60 cm sebanyak 74
unit, bak kontrol dan bak pengontrol minyak dengan ukuran 30/60 cm masing-masing sebanyak 136 unit. Luas
daerah layanan yang diperuntukkan untuk desain adalah 18,6 ha. Untuk desain IPAL, lahan yang diperlukan seluas
28,4 m2. Layout desain jaringan perpipaan dan lokasi desain IPAL Komunal ditampilkan pada Gambar 2 sedangkan
bangunan-bangunan yang terdapat pada IPAL Komunal disajikan pada Gambar 3.
KL - 4

Gambar 2. Desain jaringan IPAL Komunal di Desa Luengbaroe

Gambar 3. Tampak atas dari bangunan IPAL Komunal
Beberapa bangunan yang terdapat pada IPAL Komunal dengan sistem Anaerob
1. Bak Ekualisasi (Inlet)
Dimensi bak inlet yang direncanakan yaitu 2 m x 0,6 m dengan kedalaman 1 m. Bagian inlet ini berfungsi untuk
jalan masuk pertama limbah tinja dan limbah dapur serta kamar mandi. Dimana fungsi bak inlet juga untuk
membagi aliran yang masuk agar tijak terjadi turbulen pada saat jam-jam tertentu. Sehingga berubah menjadi
laminer dengan adanya bak inlet ini.
2. Settler (Bak Pengendap)
Dimensi bak settler yang direncanakan adalah 3 m x 2 m dengan kedalaman 2,4 m (sudah ditambah dengan ambang
bebas). Bangunan ini sama dengan settling tank/septic tank dimana didalamnya terjadi proses
sedimentasi/pengendapan dan dilanjutkan dengan stabilisasi dari bahan yang diendapkan tersebut melalui proses
anaerobic. Tujuannya adalah untuk mengendapkan dan menstabilkan lumpur aktif sebelum masuk ke pengolahan
selanjutnya (sebagai pengolahan awal).
3. Anaerobic Buffle Reactor (ABR)
Unit proses pengolahan air limbah yang digunakan pada perencanaan ini berupa Anaerobic Baffled Reactor yang
dipilih karena murah dalam operasional dan perawatannya serta memiliki efisiensi yang cukup tinggi. Dimensi bak
ABR yang direncanakan adalah 1 m x 2 m dengan kedalaman 2,4 m (sudah ditambah dengan ambang bebas) dan
bangunan ABR ini direncanakan 2 buah. Bangunan ini bertujuan untuk mengalirkan air limbah dimana terjadi

KL - 5

proses pengendapan selanjutnya melewati/mengkontakan dengan lumpur aktif dan terjadi proses penguraian karena
kontak antara limbah dengan akumulasi mikroorganisme pada lumpur aktif.
4. Anaerobic Filter (AF)
Dimensi bak settler yang direncanakan adalah 1,2 m x 2 m dengan kedalaman 2,4 m (sudah ditambah dengan
ambang bebas) dan bangunan AF ini direncanakan sebanyak4 buah. Bangunan ini menggunakan sistem yang
diharapkan untuk memproses bahan-bahan yang tidak terendapkan dan bahan padat terlarut (dissolved solid) secara
mengkontakan dengan surplus mikro organisme pada media filter dimana akan menguraian bahan organik terlarut
(dissolved organic) dan bahan organic yang terspresi (dispersed organic) yang ada dalam limbah. Gambar potongan
Bangunan AF dapat dilihat pada Gambar 4.
5. Bak Outlet
Bak ini berfungsi sebagai hasil akhir (Effluent) dari pengolahan dari sebelumnya, dimana air hasil dari bagian outlet
inilah yang akan rutin di test di laboratorium mengetahui kadar BOD, COD, Nitrogen dan lain sebagainya. Dimensi
bak outlet yang direncanakan yaitu 2 m x 0,6 m dengan kedalaman 1 m.

Gambar 4. Potongan dari gambar Bangunan Anaerobic Filter
Pada Gambar di atas tampak bahwa aliran dari Bak ABR akan menuju ke dalam BAK AF dimana bak AF
merupakan bak yang terdapat media filter yang berguna sebagai tempat hidup bakteri. Bakteri yang terdapat pada air
limbah pada saat masuk ke dalam bak AF akan menempel pada media ini, sehingga air limbah menjadi berkurang
bakterinya. Media filter direncanakan berasal dari bioball sarang tawon dari pabrikasi atau menggunakan botol
bekas air mineral. Proses didalam bak ini berlangsung secara alami dengan durasi yang telah didesain dari awal,
sehingga didapat air hasil keluaran dari bak AF (effluent) sudah dapat dibuang ke badan air sesuai dengan permen
LHK 2016 tentang baku mutu air limbah domestik.

5.

KESIMPULAN

Perencanaan IPAL Komunal di Desa Luengbaroe, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya diperuntukkan
untuk mengatasi permasalahan sanitasi di desa tersebut. Luas area lahan yang diperlukan dalam perencanaan IPAL
adalah 28,4 m2 dengan luas daerah layanan 18,6 ha dimana yang termasuk luas daerah layanan ini yaitu Dusun
Indrapuri dan Dusun Cot Rondeng. Bangunan yang terdapat pada IPAL Komunal dengan sistem Anaerob
diantaranya Bak Ekualisasi (Inlet), Settler (Bak Pengendap), bak Anaerobic Buffle Reactor (ABR), bak Anaerobic
Filter (AF), dan bak outlet. Dimensi bak inlet yang direncanakan yaitu 2 m x 0,6 m dengan kedalaman 1 m. Dimensi
bak settler yang direncanakan adalah 3 m x 2 m dengan kedalaman 2,4 m. Dimensi bak ABR yang direncanakan
adalah 1 m x 2 m dengan kedalaman 2,4 m dan bangunan ABR ini direncanakan 2 buah. Dimensi bak settler yang
KL - 6

direncanakan adalah 1,2 m x 2 m dengan kedalaman 2,4 m dan bangunan AF ini direncanakan sebanyak4 buah.
Untuk bak outlet, dimensi yang direncanakan adalah 2 m x 0,6 m dengan kedalaman 1 m.

DAFTAR PUSTAKA (DAN PENULISAN PUSTAKA)
BPS. (2016). Kecamatan Seunagan Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Nagan Raya, Provinsi
Aceh.
Daryanto, (2004). Masalah Pencemaran. Tarsito. Bandung.
Prameswari, RA. P., dan Purnomo, A., (2014). “Perencanaan Pelayanan Air Limbah Komunal di Desa Krasak
Kecamatan Jatibarang Kota Indramayu. Jurnal Teknik POMITS”. Vol. 3, No. 2. Pp: 81-84.
Sapel, A., Purwanto, M.Y., dan Kurniawan, A. “Desain Instalasi Pengolah Limbah WC Komunal Masyarakat
Pinggir Sungai Desa Lingkar Kampus”. (2011). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 16, No. 2, pp: 91-99.

KL - 7

KL - 8