Produksi Ruang Lingkungan Tinggal Desa

Produksi Ruang Lingkungan Tinggal Desa
Melalui Konstruksi Pengetahuan Lokal Masyarakat
di Desa Sidoasri, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang
SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Sosiologi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Minat Utama
Sosiologi Lingkungan

Oleh

RATNA YUNITA
NIM. 0811210016

SOSIOLOGI LINGKUNGAN
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013

ABSTRACT

Ratna Yunita (2013). Sociological Department, Faculty of Social and Political
Science. Brawijaya University. Malang.
Environmental Space Through

Production of

Village Residential

Local Knowledge Construction of The

Community at Sidoasri Village, Sumbermanjing Wetan, Malang Regency. Arif
Budi Nugroho, S.Sos, M.Si, Co-supervisor: Dhanny Septimawan Sutopo, S.Sos,
M.Si

The research discuss about the communal space production of Sidoasri a the
social and economical aspects. The space production is occurred at physical and
abstract space base on ideas and experiences are two things that are obtained by
the community through construction to the local knowledge.

Based on the field findings, there is space production done by Sidoasri community

in the social and economic aspects. The space production done as the action to
fulfill life needs. At the social aspects, the community life needs that is contained
in the process of village separation, village development, and location selection
for live. At the economic aspects, the community life needs

present at the

community livelihood that consist of agricultural activities, advertising, and
trading.

The space production and construction of local knowledge of Sidoasri community
going on together. The communal local knowledge is externalized through space
production become objective reality then be internalized in other people that form
subjective reality. Each human being has similar opportunities to do
externalization and internalization processes. The processes then take place
continuously from generation to generation.

Keywords: space production, knowledge construction

PENDAHULUAN

Kebutuhan, apapun bentuknya, merupakan hal yang sulit dilepaskan dari
kehidupan manusia. Karenanya manusia memiliki kebutuhan penting untuk
melangsungkan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia dipenuhi melalui produksi
ruang fisik dan abstrak. Secara fisik, objek produksi dapat berupa lahan mata
pencaharian, pemukiman, dan infrastruktur. Sedangkan secara abstrak ruang
produksi dapat berupa pertarungan idea tau gagasan dalam mencapai pemenuhan
kebutuhan masing-masing. Proses produksi ruang lingkungan tinggal erat
kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki manusia terhadap ruang tersebut.
Pengetahuan yang mengalami proses konstruksi sosial merupakan salah satu awal
manusia melakukan tindakan tertentu. Konstruksi sosial berlangsung di sebuah
komunitas, salah satunya pada masyarakat pedesaan.
Salah satu desa di Indonesia adalah Desa Sidoasri. Desa Sidoasri berada di
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa
Sidoasri merupakan desa yang berdiri sejak tahun 2007. Sebelumnya, Desa
Sidoasri merupakan bagian dari Desa Tambakasri yang kemudian melakukan
pemisahan sejak tahun 2005. Berdasarkan Data Umum Desa Sidoasri tahun 2008,
wilayah desa didominasi lahan sawah, tegalan, dan hutan sehingga desa ini
menghasilkan hasil alam yang cukup tinggi. Kondisi wilayah tersebut
mengarahkan masyarakat memproduksi ruang fisik sebagai pemenuhan kebutuhan
hidup. Pemenuhan kebutuhan diproduksi melalui produksi ruang fisik dan abstrak

dalam aspek sosial-ekonomi. Pertama, aspek sosial dimana masyarakat
memproduksi interaksi sosialnya melalui beberapa tindakan produksi ruang,
seperti: pemisahan desa, pembangunan desa, dan pemilihan lokasi tempat tinggal.
Kedua, aspek ekonomi dapat tertangkap melalui pengetahuan lokal masyarakat
tentang pemenuhan kebutuhan konsumsi dan proses produksi ruang fisik
dilakukan masyarakat. Kemauan masyarakat Desa Sidoasri untuk memproduksi
ruang lingkungan tinggalnya, baik aspek sosial maupun ekonomi, berasal dari
konstruksi pengetahuan yang terbentuk dalam lingkungannya.

TINJAUAN TEORITIS
Produksi Ruang H. Lefebvre
Salah satu karya mengenai ruang yang mengarah pada produksi ruang
adalah karya Henri Lefebvre. Lefebvre adalah salah satu sosiolog yang
mengembangkan teorinya berakar dari pemikirian Karl Marx. Menurut Lefebvre,
perlu ada peralihan fokus teori Marxian dari alat-alat produksi yang ada di sebuah
ruang ke produksi ruang itu sendiri karena selain menjadi media ditempatkannya
alat-alat produksi, ruang juga berpengaruh kepada tindakan-tindakan revolusioner
yang memperhatikan penyusunan ruang.
Lefebvre memaparkan pemikirannya tentang produksi ruang melalui
karyanya berjudul The Production Of Space pada tahun 1991. Produksi ruang

terjadi akibat kemauan manusia untuk terus memenuhi kebutuhannya. Lefebvre
membedakan antara produksi ruang sebagai bentuk dominasi dan sebagai
pemenuhan kebutuhan manusia karena beraneka ragamnya kebutuhan manusia.
Menurut Lefebvre, ide, nilai, dan cara hidup yang tidak menghasilkan kondisi
proses di sebuah ruang dan hasil nyata fisiknya secara tepat akan kehilangan
keseluruhan inti dan hanya menjadi sebuah tanda sehingga deskripsi ruang
menjadi abstrak ( Molotch, 1993). Sebuah pengetahuan tentang ruang tertentu
harus mampu menjawab bagaimana proses produksi ruang tersebut berlangsung.
Lefebvre lebih menekankan pemahamannya pada perbedaan tripartite (tiga
pihak), yaitu praktik ruang, representasi ruang, dan ruang representasional.
Praktik ruang, berupa bentuk produksi dan reproduksi ruang yang pada akhirnya
memunculkan dominasi praktik ruang. Bentuk dominasi ini yang akhirnya disebut
representasi ruang sebagai ruang yang paling benar oleh kaum elite masyarakat
dan digunakan untuk mencapai serta memelihara dominasi. Terakhir, ruang
representasional, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman hidup manusia,
khususnya golongan manusia di luar kelompok dominan.
Lefebvre berpendapat bahwa ruang memiliki peran besar dalam aspek
sosial-ekonomi, antara lain: sebagai salah satu kekuatan produksi, sebagai
komoditas produksi manusia, sebagai media pengendalian sistem, sebagai


penopang reproduksi hubungan-hubungan reproduktif dan hak milik, dan
memiliki posisi superstruktur yang memiliki makna ganda Ruang memiliki fungsi
yang tidak kalah besar dengan alat-alat produksi pada umumnya berupa benda dan
manusia.
Disamping membahas tentang tripartite yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, Lefebvre juga menjelaskan tentang tiga pihak yang berada disebuah
ruangnya masing-masing sebagai ruang absolut, ruang abstrak, dan ruang
diferensial. Ruang mutlak, sebagai ruang untuk menghasilkan apa yang mereka
butuhkan agar dapat bertahan hidup dan makmur. Ruang abstrak, ruang yang
diyakini Lefebvre sebagai suatu alat kekuasaan. Jika ruang mutlak sebagai ruang
yang didominasi, maka ruang abstraklah yang memiliki posisi sebagai pihak yang
mendominasi. Ruang Diferensial, sebagai ruang yang memperlihatkan perbedaan
dan kebebasan dari pengendalian dan berupaya memulihkan kesatuan dari
perpecahan yang dihasilkan oleh ruang abstrak.

Konstruksi Sosial P. Berger
Berger dan Luckmann (1990:1) menjelaskan bahwa kenyataan dibangun
secara sosial dan pengetahuan harus menganalisa proses terjadinya hal itu. Berger
(dalam Poloma, 2007:302) menegaskan bahwa realitas kehidupan sehari-hari
memiliki dimensi-dimensi subyektif dan obyektif. Dimensi tersebut dapat

dijumpai pada proses konstruksi sosial yang sedang berlangsung, dimana terjadi
proses obyektifikasi, internalisasi, dan eksternalisasi. Berger menjelaskan tiga
karakterisasi dari dunia sosial: masyarakat merupakan produk manusia1,
masyarakat merupakan kenyataan obyektif2, manusia merupakan produk sosial3.
Kenyataan obyektif merupakan produk manusia yang dihasilkan melalui
konstruksi sosial sebelumnya. Tidak hanya berhenti sebagai produk, kenyataan

1

Hubungan antara manusia, sebagai produsen, dan dunia sosial sebagai produknya. Hal ini terjadi
pada sat manusia mengeksternalisasi tindakannya yang kemudian membentuk dunia sosial
tertentu.
2
Masyarakat sebagai pengetahuan manusia dalam melakukan tindakan dalam dunia sosial, orangorang berpengaruh, dan dibangun/diproduksi oleh manusiadalam prosesnya
3
Identitas manusia terbentuk melalui momen internalisasi dan dunia sosial merupakan kenyataan
obyektif yang berpengaruh terhadap pembentukan manusia.

obyektif akan kembali berperan dalam proses konstruksi sosial selanjutnya. Titik
awal partisipasi individu dalam dialektika tersebut adalah internalisasi, dimana

proses tersebut merupakan proses subyektif. Pada tahap internalisasi terjadi
pemahaman secara langsung dari dalam diri indvidu terhadap suatu peristiwa
obyektif. Setelah mencapai tahap internalisasi ini, individu dapat dikatakan
menjadi bagian dari anggota masyarakat. Pemahanan peristiwa obyektif tidak
selalu dilakukan seragam bagi antar manusia, namun hal tersebut tidak menjadi
permasalahan karena internalisasi memang terkait dengan manusia sebagai diri
sendiri yang bebas melakukan pemahaman individu. Berger (1990:186)
menjelaskan bahwa pemahaman bukan merupakan hasil dari penciptan makna
secara otonom oleh individu-individu yang terisolasi, melainkan dimulai dengan
individu “mengambil alih” dunia dimana sudah ada orang lain.
Ketika kesadaran terbentuk pada diri manusia, maka terbentuk hubungan
simetris antara kenyataan obyektif dan subyektif. Kenyataan obyektif yang
diinternalisasikan oleh individu akan kembali diterjemahkan secara subyektif
melalui proses eksternalisasi. Hubungan keduanya tidak akan pernah mencapai
titik yang sempurna. Berger (1990: 192) menerangkan bahwa akan selalu tersedia
lebih banyak kenyataan obyektif daripada apa yang benar-benar diinternalisasi ke
dalam kesadaran setiap individu, sesuai dengan distribusi pengetahuan dalam
masyarakat. Selain itu, simetri antara dua kenyataan tersebut harus selalu
diproduksi dan direproduksi. Hubungan antara kenyataan obyektif dan subyektif
akan mengalami dialektika panjang terus-menerus dan dinamis.

DEFINISI KONSEP
Produksi Ruang
Poses penciptaan ruang oleh kemauan masyarakat Desa Sidoasri sebagai
penunjang kehidupan yang terbentuk dari kelas sosial, keahlian, sejarah, dan
sebagainya dengan resiko yang tidak terduga dan dipengaruhi ruang Desa
Sidoasri.

Ruang Fisik
Ruang fisik Desa Sidoasri dapat berupa lahan mata pencaharian, pemukiman
tempat tinggal, dan infrastuktur.

Lingkungan Tinggal
Lingkungan tinggal masyarakat Desa Sidoasri adalah wilayah desa secara
keseluruhan yang menjadi lokasi masyarakat melakukan berbagai macam
tindakan kehidupan sehari-hari, seperti melakukan interaksi sosial antar
masyarakat dan menjalankan mata pencaharian masing-masing.

Konstruksi Pengetahuan
Konstruksi pengetahuan memperlihatkan bagaimana sebuah gagasan
muncul dan dapat mengubah sebuah ruang fisik menjadi ruang yang memiliki

nilai pakai melalui produksi ruang.

Pengetahuan Lokal Masyarakat
Pengetahuan lokal masyarakat merupakan pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman adaptasi secara aktif pada lingkungannya yang diwariskan secara
turun-temurun serta terbukti efektif dalam melestarikan fungsi lingkungan dan
menciptakan keserasian sosial, dimana diwujudkan dalam bentuk ideasional,
aktivitas sosial, dan material (Purba, 2002: 152).

METODE PENELITIAN
Penelitian

ini

menggunakan

pendekatan

kualitatif


agar

dapat

mengeksplorasi dan memahami makna dan kejadian yang dilakukan oleh individu
maupun sekelompok orang. Pada penelitian ini, peneliti berupaya menjelaskan
proses-proses yang terjadi secara alamiah berdasarkan ungkapan informan.
Creswell (2010) menjelaskan bahwa salah satu sifat penelitian kualitatif adalah
penafsiran (interpretive), dimana peneliti membuat suatu interpretasi atas apa
yang mereka lihat, dengar, dan pahami berdasarkan interpretasi dari aktor atau
pelaku sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi

sebagai salah satu metode yang dilakukan secara interpretif, sesuai dengan sudut
pandang kualitatif yang peneliti gunakan.
Penelitian dilakukan di Desa Sidoasri, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Kabupoaten Malang, Jawa Timur. Terdapat sepuluh informan yang merupakan
masyarakat Desa Sidoasri dan berasal dari latar belakang pekerjaan dan lokasi
tempat tinggal yang beragam. Penulis menggunakan data primer (informasi dari
informan) dan data sekunder (dokumentasi foto dan data pemerintahan desa).
Data-data

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

dikumpulkan

dengan

menggunakan teknik pra penelitian, observasi, wawncara, dan pustaka. Data-data
penelitian dianalisis menggunakan metode menurut Moustakas, yaitu:
1. Transkrip wawancara
2. Menentukan pernyataan informan yang terkait konteks penelitian
3. Pengelompokan pernyataan ke dalam tema yang sama
4. Identifikasi akhir
5. Membuat deskripsi tekstual individu
6. Membuat deskripsi struktural individu
7. Membuat deskripsi tekstual-struktural individu

HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Ruang dalam Aspek Sosial
Pemisahan Desa
Dalam kegiatan upaya pemisahan desa, ruang fisik wilayah merupakan
obyek pemisahan. Kegiatan pemisahan desa merupakan praktik ruang yang
mengarah pada dominasi, dimana menekankan pada nilai tukar yang diperoleh
masyarakat Sidoasri. Kenyataan-kenyataan obyektif tentang lingkungan fisik,
kondisi sosial, relasi sosial, dan kebersamaan merupakan kenyataan obyektif
yang menjadi pengetahuan masyarakat dalam memproduksi ruang wilayahnya kea
rah pemisahan desa. kenyataan-kenyataan tersebut kemudian diinternalisasikan
oleh masyarakat sehingga membentuk kenyataan subyektif tentang idea tau
gagasan pemisahan desa dan prosesnya. Produksi pemisahan desa memperoleh
legitimasi melalui kondisi nyata yang diakui oleh masyarakat.

Pembangunan Desa
Produksi ruang dalam upaya pembangunan desa memiliki dua sisi produksi,
yaitu ruang abstrak dan ruang fisik. Pertama, bentuk produksi ruang abstrak,
dimana kekuasaan perangkat desa memiliki posisi yang kuat dalam prosesnya.
Kondisi sosial, lingkungan fisik, dan kekuasaan merupakan kenyataan obyektif
yang kemudian diinternalisasikan oleh perangkat desa dan masyarakat umum
membentuk ide subyektif berupa perencanaan dan aplikasi pembangunan. Kedua,
bentuk produksi ruang fisik dimana pembangunan desa terbangun secara nyata
melalui fasilitas umum. Kondisi sosial, lingkungan fisik, pendidikan, dan
kebersamaan sebagai kenyataan obyektif mampu membentuk produksi terhadap
ruang fisik desa sebagai fasilitas-fasilitas menunjang kebutuhan hidup masyarakat,
seperti jalur transportasi, tempat ibadah, instansi pendidikan, dan sebagainya.
produksi ruang fisik tersebut tidak terlepas dari proses kontruksi terhadap
pengetahuan. Kondisi obyektif yang diinternalisasikan oleh masyarakat dan
kemudian

membentuk

kenyataan

subyektif

hingga

masyarakat

mengeksternalisasikannya ke dalam bentuk produksi ruang.

Memilih Lokasi Tempat Tinggal
Masyarakat melakukan produksi ruang fisiknya sebagai temopat tinggal
bersama keluarga. Pengetahuan tentang tanah kelahiran dan kesuburan tanah di
Desa Sidoasri merupakan kenyataan obyektif yang diinternalisasikan oleh
masyarakat ke dalam kesadaran mereka. pengetahuan-pengetahuan tersebut
kemudian membentuk kenyataan subyektif dimana masyarakat memilih tinggal di
Desa Sidoasri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Di samping
produksinya terhadap Desa Sidoasri sebagai tempat tinggal, lokasi tempat
tinggalnya di titik tertentu Desa Sidoasri juga berdasarkan kenyataan obyektif
yang diketahui masyarakat. Adat istiadat, makna rumah, lingk.fisik, dan
kenyamanan merupakan kenyataan obyektif yang diinternalisasikan oleh
masyarakat dan membentuk kenyataan subyektif dalam memilih di titik mana
mereka akan membangun dan menempati rumah sebagai tempat tinggalnya.

Produksi Ruang dalam Aspek Ekonomi
Pertanian
Pengetahuan masyarakat tentang potensi alam merupakan kenyataan
obyektif yang menjadi pengetahuan utama masyarakat membentuk kenyataan
subyektif melalui proses internalisasi. Desa Sidoasri yang memiliki kekayaan
alam berupa tanah yang subur dan beberapa tanaman ekonomis dapat tumbuh
berkualitas terinternalisasi ke dalam pemikiran masyarakat melalui pengalaman
sehari-hari dalam melakukan interaksi antar warga. Hasil internalisasi
mengarahkan masyarakat menentukan mata pencahariannya sebagai petani.
Adanya proses pengalaman antar warga menunjukkan bahwa

terdapat

penghubung antara alam dan manusia sehingga membentuk mata pencaharian
petani.
Pemilihan lahan pertanian dijelaskan menjadi dua bagian. Pertama, lahan
pemajakan dimana pemilihan lokasinya berdasarkan pengetahuan masyarakat
tentang lokasinya yang mudah dijangkau dari tempat tinggal, jarak antar lahan,
dan jarak dengan aliran sungai. Kedua, tetelan dimana pemilihannya didasarkan
pengetahuan masyarakat tentang keterbatasan lahan pemajakan, dan hasil tetelan
yang lebih besar dibandingkan lahan pemajakan. Pengetahuan-pengetahuan
tersebut yang menjadi kenyataan obyektif, yang kemudian diinternalisasikan ke
dalam kesadaran manusia sehingga mempengaruhi kenyataan subyektif yang
terbentuk dalam memilih lokasi pertanian.

Perikanan
Seperti yang terjadi pada bidang pertanian, dalam bidang perikanan juga
terjadi proses konstruksi terhadap pengetahuan yang terdapat dalam masyarakat.
Musim tetelan dan musim ikan yang yang berlangsung merupakan kenyataan
obyektif yang diperoleh masyarakat dari lingkungan nyata. Kenyataan tersebut
merupakan pengetahuan masyarakat yang diperoleh melalui pengalamannya
dalam interaksi sehari-hari baik dengan keluarga maupun teman. Berdasarkan
pengalaman yang telah terinternalisasi ke dalam pemikiran, mereka membentuk

sebuah kenyataan subyektif bahwa perbedaan musim tetelan dan ikan dapat
dimanfaatkan dengan mengatur waktu tetelan dan memancing tidak bersamaan .

Perdagangan
Perdagangan dilakukan dengan membuka toko, warung, dan menjadi
distributor hasil pertanian masyarakat. Lokasi perdagangan ditentukan oleh para
pedagang berdasarkan sistem warisan lokasi dan kenyamanan berkumpul dengan
keluarga. Kedua hal tersebut merupakan kenyataan obyektif sekaligus
pengetahuan yang kemudian diinternalisasikan dan membentuk kenyataan
subyektif dalam menentukan lokasi perdagangan. Kenyataan subyektif tersebut
kemudia dieksternalisasikan melalui produksi ruang perdagangan dimana
lokasinya tersebar di beberapa titik karena lokasinya sebagian besar bersatu
dengan rumah.

PENUTUP
Produksi ruang Desa Sidoasri dilakukan oleh masyarakat dalam dua aspek,
yaitu sosial dan ekonomi. Sebagaimana Harvey menjelaskan Lefebvre (1993)
bahwa produksi ruang terdiri dari ruang abstrak dan fisik. Begitu pula produksi
ruang dalam kedua aspek di atas juga dilakukan pada ruang abstrak dan fisik.
Produksi ruang merupakan tindakan memproduksi ruang tertentu berdasarkan
kondisi lingkungan dan pengetahuan masyarakat. Oleh karena itu, proses
konstruksi pengetahuan memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi ruang
tertentu. Pengetahuan dalam aspek sosial mengalami proses konstruksi melalui
interaksi masyarakat dan pengalaman masing-masing dalam kehidupan seharihari. Produksi ruang dalam aspek sosial berlangsung pada ruang fisik dan abstrak
secara bersamaan. Pengetahuan dalam aspek ekonomi mengalami proses
konstruksi melalui interaksi masyarakat dan pengalaman masing-masing dalam
kehidupan sehari-hari, terutama antara orang tua dan anak. Secara umum produksi
ruang berlangsung pada ruang fisik. Ruang abstrak memiliki peran yang kecil
sebagai penopang proses mata pencaharian. Produksi-produksi tersebut dilakukan
sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.

Secara praktis, dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pentingnya
penanaman pengetahuan sejak dini tentang keseimbangan kelestarian alam dan
ketahanan hidup masyarakat Sidoasri. Penanaman pengetahuan dapat dilakukan
melalui instansi pendidikan dan instansi keagamaan yang ada di Desa Sidoasri.
Sedangkan secara akademis, dari penelitian ini dapat masih diperlukan pengkajian
tentang ruang dan pengetahuan dengan perspektif yang berbeda, seperti perspektif
keagamaan. Perspektif keagamaan dinilai cukup menarik karena fenomena
keagamaan Desa Sidoasri yang mayoritas sebagai penganut GKJW.

DAFTAR PUSTAKA
Berger, Peter, L. 1990. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Sebuah Risalah Tentang
Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES (diterjemahkan oleh Hasan Basari)
Creswell, John, W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological Research Methods. New Delhi: Sage
Publications
Poloma, Margaret, M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers
Purba, Jonny. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik sampai
Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Artikel
Molotch, Harvey. 1993. Review essay: The Space Of Lefebvre

Lain-lain
Tanpa Penulis. 2008. Data Umum Desa Sidoasri 2008. Tanpa Penerbit