Titik Balik pemulihan Ekonomi Indonesia

MAKALAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
“TITIK BALIK PEMULIHAN EKONOMI DI INDONESIA PADA TAHUN 2016”
(disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Perekonomian Indonesia yang
dibimbing oleh Dr. Sukidin M.Pd dan Novita Nurul Islami S.Pd. M.Pd)

Disusun Oleh:
Nining Wahyuni
140210301043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Solawat beserta salam
tak lupa kita junjung agungkan pada Nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan

syafa’atnya di yaumul kimat kelak,
Makalah dengan judul “Titik Balik Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun
2016” ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia serta untuk
menambah pengetahuan kepada pembaca tentang konsep Perekonomian Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT. senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amin.

Jember, 01 April 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kondisi Geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau baik besar dan kecil

dengan wilayah daratan dan lautan yang sangat luas serta posisi silang Indonesia yang
sangat strategis membawa implikasi adanya kandungan sumber kekayaan alam yang
berlimpah dan beraneka ragam yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Dengan
melihat kondisi lingkungan geografis Indonesia serta sebagian besar mata pencaharian
utama masyarakat Indonesia yang sebagai petani, sudah barang tentu hal tersebut
menjadikan sektor pertanian sebagai sektor penting dalam struktur perekonomian
Indonesia. Seiring dengan struktur berkembangnya perekonomian bangsa yang
mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi tentunya tetap
dipertimbangkan pula untuk memperkuat sektor pertanian.
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam
pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak
mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai
dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi
sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan
semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Perjalanan pembangunan pertanian
Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika
dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional.
Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan
pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan
pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya

Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar,
besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang
menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan
masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia
yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita
masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa

pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap
sektor pertanian keseluruhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Permasalahan dan Keterpurukan yang terjadi di Indonesia hingga Era 2015?
2. Apa Penyebab terjadinya Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia?
3. Bagaimana Cara Mengatasi Permasalahan dan Keterpurukan tersebut?
4. Bagaiamana Titik Balik Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016?
5. Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada
Tahun 2016?
6. Bagaimana Solusi ke Depannya Agar Perekonomian Indonesia tetap Stabil?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Permasalahan dan Keterpurukan yang terjadi di Indonesia hingga
Era 2015

2. Untuk Mengetahui Penyebab terjadinya Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Cara Mengatasi Permasalahan dan Keterpurukan tersebut
4. Untuk Mengetahui Titik Balik Pemulihan Ekonomi di Tahun 2016
5. Untuk Mengetahui Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia
pada Tahun 2016
6. Untuk Mengetahui Solusi ke Depannya Agar Perekonomian Indonesia tetap Stabil

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan dan Keterpurukan yang terjadi di Indonesia hingga Era 2015
1.

Pelemahan kurs rupiah yang mendekati angka 14.000 menjadi sebuah
ancaman yang mengerikan bagi Indonesia. Angka itu secara ekonomi mencerminkan
bahwa banyak investor yang berpindah dari Indonesia ke negara lain. Konsekuensinya
adalah pembangunan-pembangunan nasional yang melibatkan investasi asing dapat
terganggu.
Kondisi ini diperparah dengan Yuan yang melakukan penurunan kurs secara
sengaja. Indonesia yang telah terbanjiri oleh produk China seakan tidak berdaya untuk
bangkit. Hal ini karena produk China lebih murah secara internasional dibandingkan

produk lain. Saat China mengumumkan untuk menurunkan kurs Yuan, rupiah jatuh
218 poin dari selasa hingga Rabu kemarin. Anjloknya kurs rupiah tersebut membuat
produk Indonesia kurang kompetitif di pasar internasional. Besarnya porsi impor
sebagai faktor produksi suatu barang menjadi hambatan sendiri bagi Indonesia untuk
melakukan ekspor.
Tekanan ekonomi luar negeri tersebut ternyata masih ditambah dengan krisis
pangan dan kartel daging. Teriknya El nino mengakibatkan sejumlah petani harus
gulung tikar akibat kurangnya sumber air. Fasilitas pemerintah untuk menopang
sektor pertanian sepertinya belum mampu mengatasi krisis ini.

2.

Tahun 1960-an cadangan devisa yang sangat rendah mengakibatkan
timbulnya kekurangan bahan mentah dan suku cadang yang masih harus diimpor dan
diperkirakan dalam tahun 1966 sektor industri hanya bekerja 30% dari kapasitas yang
ada (Peter McCawley dalam Anne booth dan Peter McCawley, ed., 1990).

3.

Selama Orde Lama telah terjadi berbagai penyimpangan, dimana ekonomi

terpimpin yang mula-mula disambut baik oleh bung Hatta, ternyata berubah menjadi
ekonomi komando yang statistik (serba negara). Selama periode 1959 – 1966 ini
perekonomian cepat memburuk dan inflasi merajalela karena politik dijadikan
panglima dan pembangunan ekonomi disubordinasikan pada pembangunan politik.
(Mubyarto, 1990).

4.

Masalah pembangunan ekonomi yang ala kadarnya sangat memperihatinkan
karena tidak tampak strategi yang bisa membuat perekonomian Indonesia kembali
bergairah. Angka pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi.

5.

Penanganan bencana alam yang datang bertubi-tubi berjalan lambat dan sangat
tidak profesional. Bisa dipahami bahwa bencana datang tidak diundang dan terjadi
begitu cepat sehingga korban kematian dan materi tidak terhindarkan. Satu-satunya
unit pemerintah yang tampak efisien adalah Badan Sar Nasional yang saat inipun
terlihat kedodoran karena sumber daya yang terbatas. Sementara itu, pembentukan
komisi dll hanya menjadi pemborosan yang luar biasa.


6.

Masalah kepemimpinan SBY dan JK yang sangat memperihatinkan. SBY
yang ‘sok’ kalem dan berwibawa dikhawatirkan berhati pengecut dan selalu cari aman,
sedangkan JK yang sok profesional dikhawatirkan penuh tipu muslihat dan agenda
kepentingan kelompok. Rakyat Indonesia sudah melihat dan memahami hal tersebut.
Selain itu, ketidakkompakan anggota kabinet menjadi nilai negatif yang besar.

7.

Masalah politik dan keamanan cukup stabil dan tampak konsolidasi demokrasi
dan keberhasilan pilkada Aceh menjadi catatan prestasi. Namun, potensi demokrasi ini
belum menghasilkan sistem yang pro-rakyat dan mampu memajukan kesejahteraan
bangsa Indonesia. Tetapi malah mengubah arah demokrasi bukan untuk rakyat
melainkan untuk kekuatan kelompok.

8.

Masalah korupsi. Mulai dari dasar hukumnya sampai proses peradilan, terjadi

perdebatan yang semakin mempersulit pembersihan Republik Indonesia dari koruptorkoruptor perampok kekayaan bangsa Indonesia. Misalnya pernyataan JK yang
menganggap upaya pemberantasan korupsi mulai terasa menghambat pembangunan.

9.

Masalah politik luar negeri. Indonesia terjebak dalam politk luar negeri
‘Pahlawan Kesiangan’. Dalam kasus Nuklir Korea Utara dan dalam kasus-kasus di
Timur Tengah, utusan khusus tidak melakukan apa-apa. Indonesia juga sangat sulit
bergerak diantara kepentingan Arab Saudi dan Iran. Selain itu, ikut serta dalam
masalah Irak jelas merupakan dikte Amerika Serikat yang diamini oleh korps Deplu.
Juga desakan peranan Indonesia dalam urusan dalam negeri Myanmar akan semakin
menyulitkan Indonesia di masa mendatang. Singkatnya, Indonesia bukan lagi negara
yang bebas dan aktif karena lebih condong ke Amerika Serikat.

10.

Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang
pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi
mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negri. Namun


wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya
laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan
jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi
39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara
lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan
lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas
pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga
menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi
pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor
dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.
11.

Terjadinya Kerusuhan-Kerusuhan:


27 Juli 1996, bentrok antara PDI pro-Megawati dengan PDI por-Suryadi di

kantor pusat PDI.



Oktober 1996, kerusuhan di Situbondo, Jawa Timur.



Desember 1996, kerusuhan di Tasikmalaya , Jawa Barat.



Menjelang akhir kampanye pemilu 1997, terjadi kerusuhan di Banjarmasin

12. Krisis Hukum
Pada masa pemerintahan Orde Baru banyak terjadi ketidakadilan di bidang
hukum. Misalnya pada pasal 24 UUD 1945 dinyatakan bahwa kehakiman memiliki
kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah. Namun pada
kenyataannya kekuasaan kehakiman berada di bawah kekuasaan eksekutif. Oleh
karena itu, lembaga pengadilan sangat sulit mewujudkan keadilan bagi rakyat, karena
hakim-hakim harus melayani kehendak penguasa. Bahkan hukum sering dijadikan
sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah. Selain itu, sering
terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila peradilan itu menyangkut diri
penguasa dan kerabatnya.

13. Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak bulan Juli
1996, juga memengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia
ternyata belum mampu untuk menghadapi krisis global tersebut.
Ketika nilai tukar rupiah terus melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia
menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin lesu. Kondisi moneter
Indonesia mengalami keterpurukan, yaitu dengan dilikuidasinya sejumlah bank pada

akhir tahun 1997. Walaupun pada awal tahun 1998 pemerintah Indonesia membuat
kebijakan uang tetap dan suku bunga bank tinggi, namun krisis moneter tetap tidak
dapat teratasi. Akhirnya pada bulan April 1998, pemerintah membekukan tujuh buah
bank bermasalah.
Dalam perkembangan berikutnya, nilai tukar rupiah terus melemah dan
menembus angka Rp10.000,00 per dolar Amerika Serikat. Kondisi seperti itu semakin
diperparah oleh para spekulan valuta asing baik dari dalam maupun dari luar negeri,
sehingga kondisi ekonomi nasional semakin bertambah buruk. Oleh karena itu, krisis
moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan negara, tetapi juga telah
menghancurkan keuangan nasional.
Memasuki tahun anggaran 1998/1999, krisis moneter telah memengaruhi
aktivitas ekonomi yang lainnya. Perusahaan-perusahaan banyak yang tidak mampu
membayar utang luar negerinya yang telah jatuh tempo. Bahkan banyak terdapat
perusahaan yang mengurangi atau menghentikan sama sekali kegiatannya, akibatnya
angka pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat. Angka pengangguran meningkat,
sehingga daya beli dan kualitas hidup masyarakat pun semakin bertambah rendah.
Akibatnya, kesenjangan ekonomi yang telah terjadi sebelumnya semakin tampak jelas
setelah berlangsungnya krisis ekonomi tersebut.
14. Peranan APBN sebagai stimulus ekonomi yang belum optimal
APBN ini penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, jika
jumlahnya besar tetapi belum berperan penting untuk menstimulus ekonomi maka
bisa menjadi masalah tersendiri

2.2 Penyebab terjadinya Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia
1. Korupsi di Indonesia sudah begitu merajalela
Hampir tidak bisa di pungkiri lagi bahwa bangsa Indonesia salah satu negara
yang paling korup di dunia. Banyak hasil survey yang telah membuktikan. Hal ini
jelas mengherankan karena bangsa kita penganut setia agama. Semua agama
mengajarkan moralitas tetapi faktanya masyarakat kita melakukan hal yang
bertentangan dengan nilai-nilai moral agama. Nampak bahwa korupsi di Indonesia
sangatlah meruncing di semua bidang, termasuk di sektor pendidikan. Koruspi di
Indonesia memang sedang mendarah daging dan mengakar hampir di semua bidang
pekerjaan. Mulai areal parkir sampai gedung wakil rakyat. Seperti sudah menjadi hal
yang biasa. Ditinjau dari aspek ekonomi, korupsi selalu dilakukan dengan cara-cara
tidak sah dalam mendapatkan sesuatu melalui pola dan modus yang memanfaatkan
kedudukan. Mengingat korupsi merupakan moral yang kurang baik, sudah seharusnya
diberantas. Meskipun korupsi di Indonesia memang sudah membudaya, menjadi
kebiasaan yang sangat sulit di ubah namun bukan berarti tidak bisa diubah. Dimana
ada kemauan di situ pasti ada jalan. Kita harus yakin bahwa tidak ada penyakit yang
tidak ada obatnya, termasuk korupsi, pasti bisa disembuhkan. Obat paling mujarab
adalah, berikan hukuman seberat-beratnya pada pelaku korupsi. Jangan pandang bulu.
2. Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikasi yang dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan negara tersebut. Pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat melalui tingkat produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan
selama satu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti
Indonesia sering terkendala masalah modal dan investasi. Indonesia masih bergantung
pada modal dari investasi pihak asing untuk menunjang kegiatan ekonominya.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi naiknya harga minyak dunia.
Kenaikan harga minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah.
Kelangkaan disebabkan menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya distribusi
minyak. Kenaikan harga minyak menyebabkan harga barang pokok lain ikut naik.
Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi berkurang dan terjadi penurunan kegiatan
ekonomi masyaraka

3. Penyebab jatuhnya nilai tukar Rupiah adalah tidak percayanya investor kepada
Indonesia sebagai ‘tempat yang ramah untuk berinvestasi
4. Inflasi yang sangat tinggi (Hiper-Inflasi).
Penyebab terjadinya inflasi ini adalah beredarnya mata uang pendudukan
Jepang secara tak terkendali. Pada saat itu diperkirakan mata uang Jepang yang
beredar di masyarakat sebesar 4 milyar. Dari jumlah tersebut, yang beredar di Jawa
saja, diperkirakan sebesar 1,6 milyar. Jumlah itu kemudian bertambah ketika pasukan
Sekutu berhasil menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan meguasai bankbank.
Dari bank-bank itu Sekutu mengedarkan uang cadangan sebesar 2,3 milyar
untuk keperluan operasi mereka. Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat
inflasi ini adalah petani. Hal itu disebabkan pada zaman pendudukan Jepang petani
adalah produsen yang paling banyak menyimpan mata-uang Jepang.
5. Adanya blokade ekonomi, oleh Belanda (NICA).
Blokade laut ini dimulai pada bulan November 1945 ini, menutup pintu
keluar-masuk perdagangan RI. Adapun alasan pemerintah Belanda melakukan
blokade ini adalah :
1. Untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan militer ke Indonesia;
2. Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing
lainnya;
3. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang
bukan
Indonesia.
Akibat dari blokade ini barang-barang dagangan milik pemerintah RI tidak
dapat diekspor, sehingga banyak barang-barang ekspor yang dibumihanguskan. Selain
itu Indonesia menjadi kekurangan barang-barang impor yang sangat dibutuhkan.
6. Kas negara kosong, pajak dan bea masuk sangat berkurang, sehingga pendapatan
pemeritah semakin tidak sebanding dengan pengeluarannya.
Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena
dukungan petani inilah pemerintah RI masih bertahan, sekali pun keadaan ekonomi
sangat buruk.

7. Ketidakstabilan Perkembangan Ekonomi
Perekonomian tidak selalu berkembang secara teratur dari satu periode ke
periode lainnya. Perekonomian selalu mengalami kondisi naik-turun. Adakalanya
perekonomian berkembang dengan sangat pesat sehingga menimbulkan kenaikan
harga. Periode lainnya perekonomian mengalami perlambatan dan mengalami
kemerosotan serta berada ditingkat paling rendah dibandingkan periode-periode
sebelumnya. Hal ini bisa diakibatkan oleh kondisi perusahaan-perusahaan yang
berada dalam perekonomian tersebut. Setiap perusahaan mengalami naik-turun
kegiatan dalam jangka panjang yang disebut konjungtur atau siklus kegiatan
perusahaan (business cycle).
8. Kemiskinan
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara
kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan
rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada dibawah garis
kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak Negara-negara
bekembang tidak terkecual di Indonesia.
Kemiskinan merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan sebagai akibat berkurangnya pendapatan
masyarakat secara riil. Masyarakat mengalami penurunan daya beli barang-barang
kebutuhan pokok secara umum. Akibatnya, masyarakat tidak dapat hidup secara layak
sehingga taraf hidupnya menurun.
Berdasarkan data BPS bulan Maret 2012 jumlah penduduk yang berada dalam
garis kemiskinan berjumlah sekitar 29,13 juta orang (11,96%). Jumlah ini berkurang
sebanyak 0,89 juta orang dari periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya
angka kemiskinan ditunjang adanya penurunan harga komoditas makanan sedikit
lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan.

9. Kesenjangan Penghasilan
Penghasilan digunakan masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.
Dalam masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam masyarakat
terdapat kelompok masyarkat dengan penghasilan tinggi dan kelompok masyarakat
dengan penghasilan rendah. Masyarakat yang memiliki penghasilan tinggi mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier.
Sementara itu, kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan rendah tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun kebutuhan yang paling dasar.
Perbedaan kelompok masyarakat dengan penghasilan tertentu menimbulkan
permasalahan kesenjangan penghasilan. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah
dalam memeratakan penyaluran distribusi pendapatan. Hal ini dilakukan untuk
meratakan kemampuan masyarakat dalam menikmati hasil pembangunan. Selain itu,
upaya pemerintah dalam meratakan penghasilan bertujuan untuk mengurangi
kesenjangan dan kecemburan sosial masyarakat.
10. Hutang Luar Negeri
Indonesia memiliki hutang luar negeri yang sangat banyak yakni lebih dari
USD 100 miliar. Setiap kementerian mempunyai hutang. Indonesia adalah negara
dengan hutang luar negeri terbesar ke-3 di dunia setelah Brazil dan Meksiko. Hutang
yang terus menumpuk tersebut menyebabkan terjadinya berbagai masalah
perekonomian seperti nilai mata uang Rupiah yang terus menurun
11. Defisit Anggaran
APBN Indonesia selalu mengalami defisit. Defisit adalah saat ketika anggaran
belanja lebih tinggi dari anggaran pendapatan. Itulah salah satu alasan kenapa hutang
negara kita terus menumpuk. Penyebab utamanya adalah korupsi, perilaku pemerintah
yang sangat boros anggaran, dan subsidi yang tidak tepat sasaran.
12. Ketidakmampuan Industrial
Industri di Indonesia kebanyakan hanya merakit barang saja. Kalaupun ada
industri besar, industri tersebut pasti milik asing. Perindustrian masih sangat
bergantung pada ekonomi, bahan baku, dan teknologi asing. Padahal kita memiliki
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat besar. Namun karena kita
tidak dapat mengelolanya dengan baik, maka kita harus meminta bantuan asing.
Akibatnya, sebagian keuntungan dibawa ke luar negeri sedangkan Indonesia hanya
mendapatkan pendapatan dari pajak dan upah buruh saja.

13. Pembangunan yang Cenderung Tersentralisasi
Indonesia memang sedang pesat-pesatnya membangun. Tetapi yang
disayangkan adalah kenapa hanya kawasan tertentu saja yang dibangun sedangkan
daerah lain ditinggalkan begitu saja. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan
sosial dan daerah perkotaan menjadi semakin padat. Jika pemerintah melakukan
pembangunan secara merata, maka setiap daerah akan berkembang lebih cepat dan itu
juga bisa mempercepat kemajuan Indonesia.

2.3 Cara Mengatasi Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia
1. Transparansi Pemerintah dalam konteks penggunaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara sangat diperlukan agar mendapat kepercayaan masyarakat.
2. Meningkatkan accountability pengelolaan sumber-sumber pendanaan termasuk dana
3. Di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
4. Meningkatkan export non-migas dan membatasi habis-habisan import barang-barang
konsumtif termasuk mobil-mobil mewah yang sekarang ini malah diijinkan untuk di
import. Hal ini seyogyanya dilarang.
5. Pemerintah harus berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada mata
uang Rupiah dan kepercayaan kepada bank-bank swasta yang dikelola dengan baik.
Hal ini memang tidak mudah tetapi harus dimulai selangkah demi selangkah.
6. Tabungan Nasional harus digalakkan dan semua pihak harus mengetatkan ikat
pingang khususnya kepada para pejabat Negara/pejabat Aparatur Pemerintah agar
mempunyai rasa keprihatinan atas situasi multi krisis yang dihadapi bangsa dan
Negara Indonesia dewasa ini. Hindarilah pemikiran mumpungisme di kalangan para
pejabat Pemerintah. Utamakanlah kepentingan bangsa dan Negara daripada
kepentingan pribadi atau golongan.
7. Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia seyogyanya memonitor dan mengawasi
secara ketat Bank-bank Swasta agar tidak melakukan kecurangan-kecurangan dalam
mengelola dana-dana yang diterima, baik dari Pemerintah maupun dari Masyarakat.
8. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih 200 juta orang, rakyatnya lebih
memerlukan terpenuhinya sandang pangan untuk keperluan sehari-hari dari pada
barang-barang import untuk keperluan konsumtif. Seyogyanya Pemerintah Indonesia
mengatasi krisis ekonomi dewasa ini lebih meningkatkan hasil produksi pertanian,
perkebunan, dan peternakan rakyat dengan jalan memberikan subsidi atau kredit

langsung kepada pengusaha kecil maupun penyalurannya melalui Koperasi Unit Desa
(KUD). Tidak sebaliknya disalurkan kepada para pengusaha besar / konglomerat yang
selalu mempunyai masalah kredit macet. Apabila hal ini dilakukan berarti Pemerintah
turut serta memperkokoh fondasi perekonomian yang langsung menyentuh
kepentingan sebagian besar penduduk Indonesia. Pada masa orde baru umumnya
kredit Pemerintah diberikan kepada hanya segelintir pengusaha besar (konglomerat)
yang pada umumnya kredit itu dipergunakan untuk kepentingan kelompok/group
perusahaannya sendiri ( termasuk hutangnya dari luar negeri ) yang umumnya
dipergunakan untuk membangun hotel-hotel bintang lima, tourism-resort,
mall/supermaket, gedung-gedung apartemen mewah, perumahan-perumahan mewah,
pembangunan lapangan-lapangan golf dan lain sebagainya. Kesemua pembangunan
tersebut samasekali tidak menyentuh kepentingan rakyat banyak. Krisis moneter
antara lain diakibatkan oleh besarnya hutang-hutang luar negeri swasta tersebut,
dampaknya berakibat menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia. Hal ini seyogyanya
jangan terjadi lagi karena lebih dari 90 % rakyat Indonesia tidak membutuhkan mata
uang dollar untuk keperluan hidup sehari-hari.
9. Indonesia adalah negara kepulauan, karena itu seyogyanya Pemerintah menggalakkan
pembangunan kapal-kapal inter-insuler (antar pulau) dari pada membangun industri
pesawat terbang dan proyek-proyek mercusuar lainnya yang tidak menyentuh
kepentingan rakyat banyak.
10. Proyek-proyek pembangunan yang menyentuh kepentingan rakyat banyak seperti
pembangunan pabrik semen, pabrik textil, makanan, farmasi, listrik dan tilpun masuk
desa, irigasi dan lain sebagainya agar terus dilanjutkan.
11. Untuk mengatasi masalah perbankan nasional, merger bank adalah jalan terbaik.
Kemelut yang dihadapi perbankan nasional saat ini lebih baik dihadapi dengan merger
daripada dengan penurunan rasio kecukupan modal (CAR = Capital Adequate Ratio).
Sebab apabila dilakukan pelanggaran CAR hanyalah untuk kepentingan sesaat yang
berakibat bank kurang kompetitif disamping memunculkan spekulasi rekap kedua.
12. Peringatan IMF atas bahaya defisit APBN harus dicermati secara seksama. Konsep
Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi defisit APBN 2001
antara lain: Peningkatan PPh antara Rp. 20-30 T, Penarikan dana perimbangan antara
Rp. 10-20 T, Pencabutan subsidi BBM Rp. 5 T, Penggenjotan pemasukan dari BUMN
dan BPPN sebesar Rp. 33 T, dan Penurunan porsi pembiayaan proyek pemerintah

sebesar

Rp. 19 T. Langkah-langkah ini apabila berhasil dilakukan Pemerintah dapat

menekan defisit anggaran walaupun bersifat sementara .
13. Bank Indonesia dan bank-bank Pemerintah lainnya hendaknya selektif dan ekstra hatihati dalam menyalurkan kredit/penambahan modal kepada para
pengusaha/konglomerat. Apalagi kalau jelas-jelas diketahui bahwa para
pengusaha/konglomerat tersebut bermasalah dan diduga turut serta terlibat dalam
penyalahgunaan dana BLBI. Bank Indonesia/bank Pemerintah harus bertanggung
jawab atas penyaluran kredit. Apabila ada indikasi penyalahgunaan kredit bank
(kredit macet) maka ke dua pihak baik penyalur maupun penerima kredit ke duaduanya harus ditindak tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
14. Pemerintah hendaknya bertindak lebih tegas terhadap oknum-oknum pejabat dan para
pelaku bisnis apabila mereka terbukti melakukan korupsi terhadap keuangan negara,
pengadilan hendaknya tidak ragu-ragu memberikan hukuman yang seberat-beratnya,
termasuk hukuman seumur hidup atau hukuman mati kepada para pelaku mega
korupsi. Hukuman mati kepada pelaku mega korupsi diperlukan sebagai shock terapi
dalam mengatasi masalah korupsi yang sekarang menjamur di Indonesia. Sumber dari
krisis ekonomi yang berkepanjangan adalah diakibatkan karena pemerintah sampai
saat ini belum berhasil membersihkan KKN.
15. Seyogyanya Pemerintah RI dalam menyusun program pembangunan perekonomian
Indonesia selalu mengacu pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. “Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” (Pasal 33 ayat (3) UUD
1945), bukan sebaliknya untuk kepentingan para pengusaha. Disamping itu dalam
rangka Otonomi Daerah Pemerintah Pusat hendaknya melakukan pengawasan yang
ketat terhadap Pemerintah Daerah agar pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam
yang terdapat di Daerahnya tidak dirusak dan dikuras oleh para pengusaha. Contoh:
Adanya keinginan dari Pemda Propinsi Kalimantan Selatan untuk menjadikan Hutan
Lindung Pegunungan Meratus sebagai Hutan Produksi Terbatas. Apabila hal ini
dilakukan mempunyai dampak lingkungan yang luas ( Ecological Disaster ) selain
menimbulkan kerusakan hutan juga akan menimbulkan banjir besar pada musim
hujan di daerah sekitarnya, termasuk banjir besar di sungai Barito Kalimantan Selatan
16. Penyehatan Sistem Perbankan
Untuk menggerakkan kembali roda perekonomian dan memulihkan
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, sekaligus untuk menghindari

penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah, maka langkah-langkah mendasar
dari kebijakan penyehatan dan resrukturisasi perbankan yang ditempuh oleh
pemerintah reformasi terdiri dari dua prinsip pokok, yaitu :
a) Kebijakan untuk membangun kembali sistem perbankan yang sehat guna
mendukung pemulihan ekonomi nasional, melalui :
1) Program peningkatan permodalan bank.
2) Penyempurnaan peraturan perundang-undangan antara lain, mencakup:
- Perijinan bank yang semula dibawah kewenangan Departemen Keuangan
dialihkan ke Bank Indonesia selaku bank sentral ;
- Investor asing diberikan kesempatan lebih besar untuk menjadi pemilik saham di
bank-bank (tak heran apabila sejak krisis moneter bank-bank swasta nasional
menjadi berstatus go public secara hukum)
- Rahasia bank yang semula menyangkut sisi activa dan pasiva diubah menjadi
hanya mencakup nasabah penyimpan dan simpanannya.
3) Penyempurnaan dan penegakan ketentuan kehati-hatian, antara lain :
a. Bank-bank diwajibkan menyediakan modal minimum (Capital Adequacy Ratio)
sebesar 4 % pada akhir tahun 1998, 8 % pada akhir tahun 1999 dan 10 % pada
tahun 2000, sebagaimana diumumkan oleh pemerintah.
b. Melakukan tindakan hukum yang lebih tegas terahdap pemilik dan pengurus
bank yangt telah terbukti melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
b) Kebijakan untuk menyelesaikan masalah perbankan yang telah terjadi dengan
melakukan pemulihan dan penyehatan perbankan.
17. BI melakukan antisipasi dengan menaikan BI rate pada bulan-bulan terakhir sampai
September 2008, dan saat ini BI rate sudah mencapai 9,25%. Tingginya BI rate ini
memang diharapkan dapat menekan angka inflasi namun disisi lain akan berpengaruh
terhadap sektor riil karena kenaikan BI rate berakibat terhadap peningkatan tingkat
bunga pinjaman di bank-bank komersial.

2.4 Titik Balik Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016
Sejauh ini perkembangan makroekonomi Indonesia sudah berjalan pada jalurnya.
Sejalan dengan perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat
di 2015. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,8% , lebih rendah dari 5,0%
pada 2014. Penurunan ini dipengaruhi ekspor yang menurun seiring lemahnya permintaan
global dan penurunan harga komoditas. Hal ini terkonfirmasi dari sisi regional domestik
yang menunjukkan perlambatan ekonomi terutama dialami daerah-daerah berbasis
sumber daya alam.
Di 2016 ini, pertumbuhan ekonomi masih dapat ditopang oleh konsumsi yang masih
cukup kuat, baik rumah tangga maupun pemerintah. Pertumbuhan ekonomi nasional
diperkirakan akan meningkat pada kisaran 5,2%-5,6%. Tim ekonomi BNI
memproyeksikan angka pertumbuhan 5,0-5,5% dengan arah di kisaran 5,3%. Disamping
kuatnya konsumsi domestik, pertumbuhan ekonomi juga didorong stimulus
fiskal terutama untuk pembangunan proyek infrastruktur di seluruh Tanah Air. Sejalan
dengan itu, investasi langsung diharapkan meningkat seiring dengan implementasi
serangkaian paket kebijakan ekonomi yang mendorong investasi dan stabilitas
makroekonomi semakin baik.
Di tengah tantangan pertumbuhan ekonomi global yang melambat, upaya pemerintah
meningkatkan daya beli masyarakat dan mengefektifkan stimulus fiskal memiliki peran
penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di 2016 ini.
BI tentu harus terus menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya
sehingga dapat mendukung stabilitas makoekonomi dan penyesuaian ekonomi ke arah
yang lebih sehat dan berkesinambungan. Apalagi ekspektasi inflasi 2016 diperkirakan
cukup rendah berada di kisaran 4% +/- 1%. Barangkali dari titik inilah BI tidak
menampik bahwa ada ruang untuk penyesuaian suku bunga acuan atau BI Rate jika
melihat kondisi inflasi pada saat ini dan arah ke depannya yang berada di level cukup
rendah. Inflasi tahunan pada Desember 2015 yang di posisi terendah dalam enam tahun
terakhir dinilai akan membuka jalan bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan yang
dipertahankan 7,50% sejak Februari 2015.
Sebelumnya, para pejabat BI menunjuk pada inflasi yang rendah, penyusutan defisit
neraca transaksi berjalan, dan makin berkurangnya ketidakpastian global setelah kenaikan
suku bunga The Fed sebagai faktor-faktor yang akan meningkatkan potensi penurunan
suku bunga acuan. Namun, memang tak disebutkan kapan penurunan BI Rate akan
dilakukan. Meski demikian, penyesuaian tersebut tetap harus melihat stance kebijakan

moneter ke depannya yang diyakini akan lebih akomodatif. Yang pasti, penyesuaian suku
bunga acuan tetap harus memberi perhatian pada stabilitas ekonomi dan sistem keuangan
domestik, yang cukup rentan bergejolak terkait dengan koreksi pertumbuhan ekonomi
global yang bersumber dari perlambatan ekonomi Tiongkok secara konsisten.
Di tengah “desakan” beberapa pihak agar BI segera “menormalisasikan” kebijakan
moneternya, maka pada RDG BI pekan ini BI diperkirakan mulai membuka ruang
penyesuaian secara berhati-hati.
Jika pun BI “berani” menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin dari 7,5% ke 7,25%
pada RDG BI pekan ini, tentu hal ini dilakukan dengan amat hati-hati, terukur dan
diharapkan tidak memberikan efek negatif bagi kestabilan ekonomi, pasar keuangan dan
ekspektasi investor. Sekali lagi, yang dijadikan konsideran oleh bank sentral bukan
semata-mata realisasi inflasi 2015 lalu dan ekspektasi inflasi 2016 ini, namun juga dengan
mempertimbangkan perkembangan konstelasi ekonomi di tingkat global dan regional
Asia.
Di lingkup global, arah kebijakan bank sentral AS, The Fed, yang ditengarai masih
akan melanjutkan kenaikan fed fund rate (FFR) secara bertahap tentu menjadi
pertimbangan. Kebijakan ekonomi yang dovish (longgar) di Uni Eropa dengan penetapan
suku bunga ultra rendah pun menjadi pertimbangan BI.
Di lingkup Asia, perilaku kebijakan moneter bank sentral Tiongkok, People Bank of
China (PBOC), pun menjadi pertimbangan karena sejauh ini upaya pemerintah Tiongkok
untuk mengembalikan jalur pertumbuhan ekonominya belum usai.
Penurunan suku bunga acuan berkali-kali, juga penurunan rasio giro wajib minimum
(GWM) berulang kali serta devalusasi mata uang Yuan secara agresif, dilakukan untuk
mendorong pemulihan ekonomi Tiongkok. Sejauh ini belum ada signal kuat bahwa
perekonomian Tiongkok bergerak membaik. Justru yang muncul perkiraaan yang lebih
buruk. Tensi geopolitik yang memanas di kawasan Timur Tengah yang melibatkan dua
negara tetangga, yakni Iran dan Arab Saudi, pun menjadi perhatian karena ketegangan
geopolitik tersebut bisa mengganggu kestabilan ekonomi kawasan emerging economies
Asia terutama terkait dengan harga minyak mentah di pasar dunia yang terus melemah.
Kesimpulannya, sepanjang sentimen eksternal tetap terkendali, diperkirakan BI akan
memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada RDG BI pekan ini. Namun,
kalau pun BI masih menunda kenaikan BI Rate, sebenarnya masih ada waktu untuk
menyesuaikannya pada RDG-RDG BI berikutnya, secepatnya mungkin di Pebruari atau
Maret tahun ini. Kehati-hatian BI dalam mengambil keputusan ini menjadi teramat

penting di tengah tekanan terhadap rupiah yang belum bergeser sejak awal tahun ini.
Maksudnya, dengan nilai tukar rupiah yang masih labil, bisa jadi ruang penurunan suku
bunga acuan itu tidak digunakan oleh BI untuk jangka pendek ini. Sebelumnya, BI
mematok suku bunga acuan di 2016 ini pada level 7,5%. Angka tersebut merupakan
proyeksi otoritas moneter di 2016 dalam rangka penyusunan anggaran BI tahun ini.
Meski demikian, untuk menentukan suku bunga acuan selanjutnya, BI tentu harus melihat
kondisi serta data terkini dan diputuskan dalam RDG BI. Hanya saja, kini BI memiliki
“amunisi tambahan” dengan membaiknya posisi cadangan devisa akhir Desember 2015
yang sebesar US$105,9 miliar atau meningkat dibandingkan November 2015 yang
US$100,2 miliar.
Peningkatan cadev tersebut berasal dari penarikan pinjaman luar negeri pemerintah,
penerimaan hasil ekspor migas, dan penerbitan global bonds pemerintah sehingga cukup
untuk menutupi kebutuhan devisa, antara lain untuk pembayaran utang luar negeri (ULN)
pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah Dengan
perkembangan tersebut, posisi cadev per akhir Desember 2015 dapat membiayai 7,7
bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah, atau di atas standar
kecukupan internasional, yakni sekitar 3 bulan impor. Posisi cadev tersebut mampu
mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan
ekonomi Indonesia ke depan.
Pada September 2015, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi 2016
berada pada kisaran 5,2% hingga 5,6%. Hal ini sejalan dengan rendahnya volume
perdagangan dunia dan rendahnya harga komoditas. Prediksi ini merupakan revisi dari
prediksi Bank Indonesia sebelumnya. Kendati merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi,
Bank Indonesia meyakini pertumbuhan ekonomi pada tahun depan memang relatif akan
lebih baik dibandingkan tahun ini.
Otoritas Jasa Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada
kisaran 5,1% hingga 5,4%. Padahal pada Agustus 2015, Presiden Joko Widodo sendiri
menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 sebesar 5,5 persen. Bank Dunia
memprediksi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 akan
mencapai 5,3%.
Proyeksi ekonomi Indonesia tersebut disebabkan karena paket kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah mulai terasa atau menunjukan dampak positif di masyarakat pada
2016. Pertumbuhan ekonomi tahun depan dipengaruhi naiknya investasi pemerintah dan
swasta. Konsumsi domestik juga mempengaruhi reborn. Ada juga paket kebijakan

ekonomi yang fokus untuk mendorong investasi dan ekspor. Prediksi ini dikeluarkan pada
bulan Oktober 2015.
International Monetary Fund memprediksikan pertumbuhan ekonomi pada kawasan
ASEAN 5 berada pada kisaran 4,9% pada Oktober 2015 setelah sebelumnya memprediksi
pertumbuhan ekonomi ASEAN 5 berada di kisaran 5,1% pada Juli 2015.
Setelah terjadi keterpurukan ekonomi Indonesia di tahun 2015, diharapkan tahun 2016
menjadi tahun titik balik pemulihan perekonomian Indonesia. Segala keterpurukan yang
lalu bisa menjadi suatu bekal untuk memperbaiki ekonomi nasional. Indonesia
menyongsong peluang serta tantangan di tahun 2016. Pengalaman berharga di tahun 2015
menjadi modal yang berharga untuk menghadapi tantangan baru serta memperbaiki di
tahun kedepannya.
Menurut Presiden Joko Widodo, "Tahun ini pemerintah telah membangun fondasi
yang kuat dalam politik anggaran. Pemerintah juga telah mengalihkan subsidi bahan bakar
minyak untuk program yang bermanfaat bagi rakyat. Yang tidak kalah penting, pemerintah
telah mengubah haluan pembangunan menjadi Indonesia sentris, bukan Jawa sentris, yaitu
memulai pembangunan dari daerah terdepan dan tertinggal”. Tahun 2015, kata Presiden,
Indonesia menghadapi dampak pelambatan ekonomi dunia, harga komoditas yang turun,
kebakaran hutan dan lahan gambut, serta nilai tukar rupiah yang merosot. Namun, tantangan
dapat dilewati dengan baik. Pemerintah mampu meraih pencapaian penting, antara lain
percepatan pembangunan jalan tol dan pembangunan jalur kereta api bandara.
Secara terpisah, ekonom senior Kenta Institute, Eric Alexander Sugandi,
menyebutkan, tahun 2015 menjadi tahun konsolidasi bagi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf
Kalla. Sejumlah terobosan sudah dilakukan kendati tidak berlangsung optimal akibat
pelambatan pertumbuhan ekonomi. Presiden menyebutkan, dirinya telah memerintahkan agar
anggaran yang didelegasikan ke kementerian dan lembaga negara segera direalisasikan pada
awal 2016 untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Presiden meminta para menteri, terutama yang mendapatkan alokasi dana besar dari APBN,
harus mempercepat penyerapan anggaran di awal 2016 untuk menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi 2016 berada pada kondisi
yang sesuai dengan yang kita rencanakan, sekitar 5,3 persen.
Ke depan, pemerintah tetap fokus pada indikator penting berupa pertumbuhan
ekonomi, pengendalian inflasi, penanggulangan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, serta

mengatasi pengangguran dan menekan kesenjangan ekonomi. Seusai sidang kabinet
paripurna terakhir di 2015 itu, Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyampaikan, Presiden
tetap akan melanjutkan paket deregulasi. Hingga kini, sudah ada delapan paket kebijakan
ekonomi pemerintah. Kementerian Bidang Perekonomian diminta menyiapkan paket
deregulasi sepanjang 2016.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, salah
satu fokus perhatian pemerintah adalah menyederhanakan 42.000 aturan yang menghambat
iklim investasi. Regulasi itu tidak hanya terkait pemerintah pusat, tetapi juga penyederhanaan
aturan di tingkat daerah.
Dalam asumsi makro APBN 2016, pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,3 persen
dengan inflasi 4,7 persen. Adapun nilai tukar rupiah Rp 13.900 per dollar AS. Indonesia
harus mampu membangun optimisme untuk menghadapi setiap situasi ekonomi, baik global
maupun domestik. Namun, kondisi ini harus tetap diwaspadai karena mengingat kondisi
ekonomi global yang lebih rentan dengan krisis karena mudah berubah-ubah.
Berkaca dari tahun lalu, pengaruh terbesar bagi ekonomi Indonesia di 2016 bisa jadi
antara lain, yaitu pertama perlambatan ekonomi Tiongkok dan kedua masih rendahnya harga
minyak. Bahasan pertama adalah pengaruh Tiongkok ke Indonesia. Sebagai mitra dagang
terbesar Indonesia, perlambatan di Tiongkok berarti memberi pengaruh pada kegiatan ekspor.
Perlu dicatat, ekonomi dunia juga mendapat pengaruh yang sama atas perlambatan ini.
Melihat hal ini, tentunya pola ekspor Indonesia pun harus mulai diubah, dari barang mentah
menjadi barang jadi/ barang konsumsi. Kedua, terkait harga minyak. Secara otomatis, minyak
menjadi referensi harga bagi komditas lain, dimana nilai minyak yang rendah berimbas pada
harga komoditas yang rendah. Indonesia sendiri mulai berusaha untuk mengurangi
ketergantungan kepada komoditas pada 2015 lalu. Di dalam negeri, harga minyak ini
mengganggu ide pengembangan energi terbarukan karena harganya menjadi lebih murah
untuk dikonsumsi. Hal ketiga ialah, Kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat
juga pasti berpengaruh pada kondisi ekonomi dalam negeri, khususnya sektor keuangan. Hal
ini tentunya harus kita antisipasi sehingga sektor keuangan Indonesia tetap dalam kondisi
stabil.
Pemerintah berkomitmen untuk melakukan koordinasi agar dapat menjaga
fundamental ekonomi baik makro, moneter, maupun fiskal. Salah satu hal yang penting
adalah bagaimana mengoptimalkan belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

(APBN) karena ini menjadi salah satu faktor penyokong pertumbuhan tahun 2016. Di sisi
lain, penyerapan juga mulai digenjot mulai dari awal tahun, dimana proses lelang telah
diizinkan untuk dilakukan sejak November 2015. Pada Januari 2016, beberapa proyek
pekerjaan infrastruktur telah dimulai, antara lain pada Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Kementerian
Perhubungan. Tahun ini, pemerintah mengupayakan adanya penyerapan yang lebih merata,
dimana distribusi penyerapannya juga akan terlihat di semester I.

2.5 Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016
1. Mencakup kebijakan moneter serta fiskal yang berhati-hati, seperti terlihat dalam
reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada 2015, telah mampu berkontribusi
kepada stabilitas makroekonomi sekaligus mendukung pertumbuhan.
2. Pengenalan kebijakan lindung nilai (hedging) untuk mengatur risiko nilai tukar utang
korporasi.
3. Paket-paket kebijakan Pemerintah yang dikeluarkan sejak Agustus 2015 juga
dianggap mampu memberi sinyal mengenai strategi baru untuk memperbaiki iklim
bisnis dan mengurangi biaya dalam berusaha (cost of doing business). Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan daya saing guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Adapun Paket-paket kebijakan jokowi, diantaranya yaitu:
a. Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) atau Tax Allowance untuk perusahaan yang
menahan dividen nya, dan melakukan re-investasi
Kebijakan ini memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang yang
bagus. Dikarenakan memang banyak perusahaan besar di Indonesia, di berbagai
bidang, seperti pertambangan, perkebunan, rokok, konstruksi, telekomunikasi dan
lain-lain yang mayoritas dimiliki oleh perusahaan asing. Dengan adanya kebijakan
ini, diharapkan uang dividen yang biasanya ditarik oleh perusahaan asing, dapat di
investasikan kembali di Indonesia.
b. Bea masuk anti dumping untuk impor
Kebijakan ini dikritisi oleh banyak pengamat, karena tidak akan dapat
memberikan efek jangka pendek yang signifikan. Kebijakan anti dumping sendiri
memiliki track record sangat lama untuk bisa diimplementasikan secara efektif.
Dumping sendiri berarti kebijakan suatu negara untuk menjual suatu barang / jasa
dengan harga lebih murah dibandingkan dengan negaranya sendiri. Kebijakan anti

dumping ini berarti, memberikan bea masuk impor untuk barang-barang tertentu,
sehingga dapat melindungi industri dalam negeri. Untuk jangka panjang,
kebijakan ini akan sangat baik untuk dilakukan. Menilai Indonesia selama ini
mayoritas Produk Domestik Bruto (PDB) mayoritas di sokong oleh konsumsi.
Dan Indonesia memiliki defisit perdagangan yang cukup besar. Melihat dari
negara adidaya yang stabil, seperti China dan Jerman, produksi dan surplus
perdagangan yang dapat menyokong kestabilan mereka.
c. Pembebasan visa bagi wisatawan asing
Kebijakan ini dinilai cukup bagus untuk menyokong fase pertumbuhan
wisatawan mancanegara di Indonesia. Pariwisata di Indonesia masih berada di
tingkat yang sangat rendah. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura, pendapatan Indonesia dari pariwisata hanya sekitar 10%
dari pendapatan Malaysia di bidang pariwisata.
d. Kewajiban pencampuran bahan bakar nabati (BBN) sebanyak 15 persen terhadap
solar
Kebijakan ini dinilai tidak memiliki efek untuk nilai tukar Rupiah
sekarang, dikarenakan harga minyak yang saat ini cukup rendah. Sehingga sedikit
saja investor yang ingin menginvestasikan dana nya di Bio Solar. Tetapi untuk ke
depannya, dengan kebijakan ini, Indonesia sebagai net-importer minyak, tidak
terekspos terlalu banyak terhadap pergerakan harga minyak dunia.
e. Kewajiban menggunakan letter of credit (L/C) untuk produk-produk sumber daya
alam
Penggunaan LC untuk pembelian produk-produk sumber daya alam
dinilai akan meningkatkan daya saing perusahaan lokal yang menggantungkan
produksi nya kepada bahan baku sumber daya alam dari luar negeri.
f. Pembentukan perusahaan reasuransi domestik
Perusahaan reasuransi selama ini mayoritas berdomisili di negara
paman Sam. Perusahaan reasuransi adalah perusahaan asuransi bagi perusahaanperusahaan asuransi. Dan pemerintahan Jokowi berusaha untuk mulai membawa
bisnis triliunan dolar ini di Indonesia.

2.6 Solusi ke Depannya Agar Perekonomian Indonesia tetap Stabil
Solusi yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi emas.
Kapanpun emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal tersebut bukan
berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi tentunya bukan di hitung dalam
waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa dikatakan benar – benar investasi kalau kita
menghitung dalam jangka yang lama, menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca
perdagangan.Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan
menaikkan FasilitasBank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point.Perlu segera diambil
langkah-langkah fundamental dan struktural.
Pengendalian rupiah, taksemestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan
kredit yang bisa berdampak padaperlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus
dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional.Bank Indonesia perlu mempertimbangkan
relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran
modal masuk (Capital inflow). Namun di sisi lain, ekspor harus didorong dan impor harus
sangat dikendalikan. Produksi nasional, mutlak harus didongkrak, termasuk produksi
sektor pertanian, serta industri perkapalan dan sektor kelautan. Agar impor pangan dan
defisit neraca djasa bisa ditekan.Kebijakan fiskal pemerintah harus disusun dalam
kerangka mendorong ekspor. Misalnya dengan menurunkan pajak ekspor dan promosi
perdagangan agresif. Sebaliknya untuk mengendalikan impor, pajak impor harus
dinaikkan dengan dimulai dari barang mewah.
Selain itu, adanya strategi pengembangan industri dan produksi nasional, terutama
industrimenengah dan kecil. Penciptaan lapangan kerja, realisasi anggaran, serta
implementasi program pedesaan, UMKM, dan sosial, perlu dipercepat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permasalahan dan Keterpurukan yang terjadi di Indonesia hingga Era 2015, diantaranya :
1. Pelemahan kurs rupiah yang mendekati angka 14.000 menjadi sebuah ancaman yang
mengerikan bagi Indonesia.
2. Tahun 1960-an cadangan devisa yang sangat rendah mengakibatkan timbulnya
kekurangan bahan mentah dan suku cadang yang masih harus diimpor dan
diperkirakan dalam tahun 1966 sektor industri hanya bekerja 30% dari kapasitas yang
ada (Peter McCawley dalam Anne booth dan Peter McCawley, ed., 1990).
3. Selama Orde Lama telah terjadi berbagai penyimpangan, dimana ekonomi terpimpin
yang mula-mula disambut baik oleh bung Hatta, ternyata berubah menjadi ekonomi
komando yang statistik (serba negara). Selama periode 1959 – 1966 ini perekonomian
cepat memburuk dan inflasi merajalela karena politik dijadikan panglima
dan pembangunan ekonomi disubordinasikan pada pembangunan politik. (Mubyarto,
1990).
4. Masalah kepemimp

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1