Jurnal Kajian Geologi Lingkungan Terhada

!
!
!
!

Kajian Geologi Lingkungan Terhadap Penetapan Calon Lokasi TPA Sampah Pitay –
Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Adept Talan Titu Eki, ST

ABSTRACT

The determination of the Pitay Village, in the district of Sulamu – Kupang regency as a
potential regional landfill site for the Kupang Regency and Kupang City’s municipal waste was the
result of the spatial planning for the year 2010 - 2030 as well as the evaluation planning results
based on SNI 03-3241-1994 by the Provincial Government. The need of knowing the feasibility of
the landfill’s location locally in accordance with the geological aspects of the environment was
done by considering the various issues that has arisen in the form of environmental degradation in
landfill sites in various cities in Indonesia, especially in East Nusa Tenggara Province. The purpose
of this study was to evaluate the parameters of environmental geology-based assessment on the
determination of Pitay landfill’s site and to know the feasibility levels in the form of tabulations and

prospective landfill zone maps in the scale of 1:20,000. The feasibility zones are obtained by the
analysis of the geological environment which consists of regional analysis and criteria analysis.
From the results it has been clarified to be 6 (six) zones that were eligible for the landfill waste to
be placed. The zone with the highest score was to be the main chosen site whereas the other zones
were just an alternative choice.
Keywords: Pitay landfill, environmental geology, Kupang Regency

!
!
ABSTRAK
!

Penetapan Desa Pitay, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang sebagai calon lokasi TPA
Sampah regional Kota Kupang dan Kabupaten Kupang merupakan hasil dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kupang tahun 2010 – 2030 serta hasil evaluasi Perencanaan Penyiapan TPA
Regional berdasarkan SNI 03-3241-1994 oleh Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk
itu perlu diketahui kelayakan calon lokasi TPA sampah ini secara lokal sesuai dengan aspek-aspek
geologi lingkungan dengan mempertimbangkan bahwa berbagai permasalahan berupa degradasi
lingkungan telah timbul pada lokasi-lokasi TPA sampah di berbagai kota di Indonesia khususnya di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi parameterparameter penilaian berbasis geologi lingkungan terhadap penetapan calon lokasi TPA Pitay,

sehingga mengetahui tingkat kelayakannya dalam bentuk tabulasi perhitungan serta peta zona calon
TPA dalam skala 1:20.000. Zona kelayakan ini didapatkan dari hasil analisis geologi lingkungan
yakni analisis regional dan analisis kriteria penetapan. Dari hasil penelitian telah didapati 6 (enam)
calon lokasi yang dinyatakan layak untuk ditempatkan TPA Sampah dengan perbedaan tingkat
kelayakan masing-masing. Lokasi dengan nilai tertinggi pada zona layak tinggi merupakan lokasi
yang menjadi pilihan utama serta lokasi lainnya merupakan lokasi pilihan alternatif.

!

Kata kunci: TPA sampah Pitay, geologi lingkungan, Kabupaten Kupang


Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

P

enentuan lokasi Tempat Pengolahan

Akhir (TPA) sampah di daerah Nusa Tenggara
Timur sering menuai masalah. Selain daripada
masalah politik dan polemik kepemilikan

lahan, rencana pembangunan TPA dinilai
sangat merugikan kesehatan masyarakat dan
lingkungan karena tidak berbasis geologi
lingungan.
Contoh kasus yakni penempatan TPA
Alak di Kecamatan Alak Kota Kupang yang
sudah dioperasikan sejak tahun 1998 tidak
berbasis geologi sebab basement atau litologi
lokasi TPA tersebut merupakan batugamping.
Parameter-parameter yang digunakan dalam
menentukan cluster tata ruang ini tidak
berbasis geologi, sehingga dapat menimbulkan
masalah di kemudian hari.
Pada tahun 2006, Ibukota Kabupaten
Kupang dipindahkan ke Oelamasi, maka
sehubungan dengan adanya sebuah area
perkotaan yang baru, tentunya jumlah produksi
sampah akan semakin meningkat. Oleh karena
itu dibutuhkan TPA sampah di daerah
Kabupaten Kupang yang hingga saat ini belum

memiliki TPA sampah. Satu-satunya TPA
Sampah yang sudah ada dan yang terdekat
dengan wilayah Kabupaten Kupang adalah
TPA Sampah Alak di Kelurahan Alak,
Kecamatan Alak, Kota Kupang. Namun
dengan semakin meningkatnya jumlah sampah
yang masuk ke TPA Sampah Alak, maka dalam
beberapa tahun ke depan TPA Sampah Alak
tidak dapat lagi mampu menampung sampah
Kota Kupang.
Pemerintahan Provinsi NTT telah
menetapkan daerah Pitay – Kecamatan Sulamu
sebagai daerah yang akan dijadikan sebagai
lokasi TPA Sampah Regional baru. Penetapan
lokasi ini merupakan hasil evaluasi berskala
regional berdasarkan SNI 03-3241-1994
tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA yang
ditetapkan oleh Departemen PU. Oleh karena
itu, daerah Pitay inilah yang akan menjadi
objek lokasi penelitian, yaitu untuk mengkaji


lokasi ini dengan skala lokal sesuai dengan
aspek geologi lingkungan serta menyatakan
kelayakan/ ketidaklayakan lokasinya sebagai
Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah.

!

Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil evaluasi parameterparameter penilaian berbasis geologi
lingkungan terhadap penetapan calon lokasi
Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah
Pitay.
2. U n t u k m e n g a n a l i s i s k e l a y a k a n /
ketidaklayakan calon lokasi Tempat
Pengolahan Akhir (TPA) sampah Pitay
berdasarkan evaluasi parameter geologi
lingkungan.


!

MATERI DAN METODE
Materi
Geologi lingkungan pada hakekatnya
merupakan ilmu geologi terapan yang
ditujukan sebagai upaya memanfaatkan
sumberdaya alam dan energi secara efisien dan
efektif untuk memenuhi kebutuhan
perikehidupan manusia masa kini dan masa
mendatang dengan seminimal mungkin
mengurangi dampak lingkungan yang
ditimbulkannya (Noor, 2006).

!

Aplikasi Kajian Geologi Lingkungan
Geologi Lingkungan sebagai ilmu yang
mempelajari bumi, mempunyai peranan
penting di dalam perencanaan tataguna lahan,

yang kajian utamanya adalah membahas
karakteristik fisik lingkungan peruntukan lahan
yang meliputi aspek-aspek geologi lingkungan.
Geologi Tata Lingkungan merupakan media
dalam penerapan informasi geologi melalui
penataan ruang dalam rangka pengembangan
wilayah dan pengelolaan lingkungan, yaitu
memberikan informasi tentang karakteristik
lingkungan geologi suatu lokasi/wilayah
berdasarkan keterpaduan dari aspek sumber
daya geologi sebagai faktor pendukung dan
aspek bencana geologi sebagai faktor kendala.
Selanjutnya hasil kajian geologi lingkungan

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

menggambarkan tingkat keleluasaan suatu
wilayah untuk dikembangkan.
Penyusunan informasi Geologi
Lingkungan dilakukan dengan menggabungkan

informasi dari peta tematik geologi maupun
peta non-geologi. Informasi geologi
lingkungan dapat membantu mengatasi
permasalahan lingkungan dan upaya
pengelolaannya melalui rekomendasi
penggunaan lahan dan juga menyediakan
alternatif pemecahan permasalahannya.
Analisis geologi lingkungan menggunakan
metode pembobotan/skoring secara kuantitatif
dan penilaian para ahli ditumpang susun
(overlay) dari peta-peta tematik secara manual
maupun dengan Sistem Informasi Geografi
(SIG).

!

Parameter-parameter penentuan lokasi TPA
sampah
Penelitian mengenai penentuan lokasi TPA
sampah diawali dengan penetapan kriteria

pemilihan TPA sampah berdasarkan SNI
03-3241-1994 tentang Cara Pemilihan Lokasi
Tempah Pembuangan Akhir Sampah serta
disesuaikan dengan ruang lingkup geologi
lingkungan. Tata cara ini menetapkan 14
kriteria pemilihan lokasi TPA sampah, yang
dikelompokan dalam dua kategori kelayakan
regional, yaitu (a) parameter kriteria penilaian,
meliputi; batuan, muka air tanah, kemiringan
lereng, dan curah hujan, (b) parameter kriteria
penyisih, meliputi; jarak terhadap sesar,
kerentanan terhadap gerakan tanah, kerentanan
terhadap banjir, jarak terhadap sungai dan
danau, jarak terhadap garis pantai, daerah
lindung, jarak terhadap pemukiman, jarak
terhadap jalan raya, jarak terhadap bandara,
dan daerah potensi sumberdaya geologi.

!


1. Parameter Kriteria Penilaian
Batuan
Jenis batuan sangat berperan dalam mencegah
atau mengurangi pencemaran air tanah dan air
permukaan secara alami yang berasal dari
leachate (air lindi). Tingkat peredaman sangat
tergantung pada kemampuan peredaman dari
batuan. Kemampuan peredaman mencakup

permeabilitas, daya filtrasi, pertukaran ion,
absorbs, dan lain-lain. Material berbutir halus
seperti batu lempung dan napal mempunyai
daya peredaman yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan batuan berbutir kasar
seperti pasir-kerikilan. Batuan yang telah padu
umumnya juga mempunyai daya peredaman
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
batuan yang sifatnya masih lepas. Batu
gamping dianggap tidak layak untuk menjadi
TPA sampah karena batuan ini umumnya

berongga dan dapat larut oleh air.

!

Muka Air Tanah
Kedudukan muka air tanah merupakan
parameter yang penting. Semakin dangkal
muka air tanah, semakin mudah pencemaran
terjadi. Daerah dengan kedalaman muka air
tanah yang dangkal dengan produktifitas
akuifer yang tinggi serta kelulusan yang tinggi
dianggap tidak layak untuk dijadikan TPA
sampah.
Kemiringan Lereng
Pengelompokan kelas lereng sangat
berpengaruh terhadap peruntukan lahan untuk
TPA sampah. Kemiringan lereng berkaitan erat
dengan kemudahan pekerjaan konstruksi dan
operasional TPA sampah. Semakin terjal suatu
daerah semakin sulit pekerjaan konstruksi dan
pengoperasiannya. Daerah dengan kemiringan
lereng lebih dari 20% dianggap tidak layak
untuk menjadi TPA sampah.
Curah Hujan
Besarnya curah hujan berkaitan dengan tingkat
kesulitan penyediaan sarana TPA sampah yaitu
parit pembuangan air larian, kolam pengumpul
leachate dan oksidasi. Semakin tinggi curah
hujan semakin tinggi pula tingkat kesulitannya.

!

2. Parameter Kriteria Penyisih
Jarak Terhadap Sesar
Jarak terhadap patahan ditetapkan 100 meter
sebagai buffer tidak layak. Buffer TPA sampah
berfungsi untuk mencegah terjadinya pengaruh
patahan terhadap konstruksi TPA sampah
karena zona patahan merupakan zona lemah
sehingga tidak stabil jika terimbas gelombang
gempa.

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

Kerentanan Terhadap Gerakan Tanah
Daerah yang menempati kerentanan gerakan
tanah tinggi hingga menengah dianggap tidak
l a y a k m e n j a d i T PA s a m p a h , s e b a b
dikhawatirkan pada lokasi sampah sebagai
akibatnya bebannya akan memicu terjadinya
longsoran dan dapat merusak daerah di bagian
bawahnya.

Kerentanan Terhadap Banjir
Daerah yang rawan banjir dianggap tidak layak
menjadi TPA sampah karena banjir dapat
merusak konstruksi, sarana, dan prasarana TPA
sampah serta dapat menyebabkan pencemaran.
Daerah yang layak untuk TPA sampah harus
terbebas dari banjir 25 tahunan.

!
!

Tabel 1. Kriteria satuan kelas parameter dan pembobotan
No.

Parameter

Satuan

Nilai

Litologi

Batu lempung bersisik
Batu napal pasiran
Aluvial
Batugamping koral,
batugamping oolitik

5
4
1
-

Muka air tanah

Air tanah langka
Air tanah menengah kedalam
Air tanah dangkal

Bobot

Skor

Kriteria Penilaian

1.

2.

3.

4.

Kemiringan lereng

Curah Hujan

5
2

!

5

4

25
20
5
Tidak Layak
20
8

!

-

Tidak Layak

1–2%
3–5%
6 – 10 %
11 – 20 %
> 20 %

5
4
3
2
-

2

10
8
6
4
Tidak Layak

0 – 1000 mm
1000 – 2000 mm
2000 – 3000 mm
> 3000 mm

5
4
3
2

1

5
4
3
2

< 100 meter

-

-

Tidak Layak

Kriteria Penyisih
5.

Jarak terhadap sesar

6.

Kerentanan Terhadap
Gerakan Tanah

Sedang – tinggi

-

-

Tidak Layak

7.

Kerentanan Terhadap
Banjir

< 25 tahunan

-

-

Tidak Layak

8.

Jarak Terhadap Sungai
dan Danau

< 150 meter

-

-

Tidak Layak

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

9.

Jarak Terhadap Garis
Pantai

10.

Daerah Lindung

11.

< 500 meter

-

-

Tidak Layak

Hutan lindung, suaka alam,
cagar alam, dan lain-lain

-

-

Tidak Layak

Jarak
Te r h a d a p
Permukiman

< 300 meter

-

-

Tidak Layak

12.

Jarak Terhadap Jalan
Raya

< 150 meter

-

-

Tidak Layak

13.

Jarak Terhadap Bandara

< 3000 meter

-

-

Tidak Layak

14.

Daerah Potensi
Sumberdaya Geologi

Sumberdaya air, mineral,
energi dan lahan

-

-

Tidak Layak

Sumber: SNI 03-3241-1994 dengan penyesuaian

!

Rentang zona kelayakan berdasarkan jumlah skor:

!
!
!
!
!

19

33
Layak rendah

47
Layak sedang

Jarak Terhadap Sungai dan Danau
Jarak TPA Sampah terhadap sungai dan danau
ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai sempadan
untuk pengelolaan sungai. Sungai yang
dimaksud merupakan sungai permanen.
Jarak Terhadap Garis Pantai
Jarak TPA sampah terhadap garis pantai
ditetapkan 500 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai sempadan
untuk pengelolaan pantai.
Daerah Lindung
Daerah lindung mencakup: hutan lindung,
cagar alam, cagar budaya, kawasan lindung
geologi dan sebagainya yang ditetapkan
sebagai kawasan lindung oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai
daerah yang tidak layak untuk dijadikan TPA
sampah.
Jarak Terhadap Pemukiman
Jarak terhadap pemukiman ditetapkan 300
meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini
berfungsi untuk mencegah pencemaran air,
gangguan bau, lalat, dan bising yang
ditimbulkan kegiatan dari TPA sampah.

60
Layak tinggi

Jarak Terhadap Jalan Raya
Jarak TPA sampah terhadap jalan raya
ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai daerah
penyangga terhadap estetika. Jalan yang
diberi buffer adalah jalan utama.
Jarak Terhadap Bandara
Jarak TPA sampah terhadap bandara
ditetapkan 3000 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai pencegah
gangguan asap, bau, dan estetika yang berasal
dari TPA.
Daerah Potensi Sumberdaya Geologi
Daerah potensi sumberdaya geologi
mencakup: sumberdaya air, sumberdaya
mineral, sumberdaya energi, sumberdaya
lahan, dan sebagainya, merupakan
sumberdaya yang sangat penting sebagai
kebutuhan utama dalam kehidupan modern
saat ini. Oleh karena itu daerah yang memiliki
potensi sumberdaya geologi dianggap tidak
layak untuk dijadikan TPA sampah sebab
daerah tersebut dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan bagi kesejahteraan daerah dan
masyarakat.

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

Metode
Teknik Penentuan Skor
Penentuan skor dilakukan dengan
menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) dan Weighted Linear
Combination (WLC) untuk menentukan
tingkat kesesuaian lahan dari beberapa
alternatif lokasi. AHP digunakan untuk
menentukan bobot dan nilai dari masingmasing kriteria penilaian, sedangkan WLC
digunakan untuk operasi perhitungan nilai
kesesuaian sebagai lokasi TPA. Pada
penelitian ini, tingkat kesesuaian lahan untuk
lokasi TPA ditentukan dengan persamaan
berikut:

!
!
!
!
!
!
!

Keterangan:
S
: Tingkat kesesuaian lahan lokasi i untuk TPA
wj
: Bobot penilaian parameter j
xj
: Nilai parameter j
n,j
: Jumlah parameter penilaian

Hasil penilaian tingkat kesesuaian lahan
masing-masing lokasi dikelompokan dalam 4
(empat) tingkat kesesuaian, yaitu: zona tidak
layak, zona layak rendah (19-33), zona layak
sedang (33-47) dan zona layak tinggi (47-60).

!

Teknik Analisis Data
Tahapan pengolahan data yaitu dengan
cara deskriptif kuantitatif yakni mengevaluasi
parameter penilaian berbasis geologi
lingkungan terhadap calon lokasi TPA sampah
Pitay. Analisis data dibagi atas dua tahapan
yaitu sebagai berikut:
1. Analisis Regional
Pada tahapan ini ditetapkan 14 kriteria
p e m i l i h a n l o k a s i T PA s a m p a h y a n g
difokuskan pada evaluasi terhadap parameterparameter geologi lingkungan berdasarkan
SNI 03-3241-1994 (tentang Tata Cara
Pemilihan Lokasi TPA Sampah) dan
dikelompokan dalam dua parameter kriteria
yakni 4 parameter kriteria penilaian dan 10
parameter kriteria penyisih.

2. Analisis Kriteria Penetapan
Pada tahapan ini setiap parameter ditampilkan
dalam peta tematik digital kemudian
digabungkan/di-overlay dengan menggunakan
berbagai perangkat lunak/software Sistem
Informasi Geografis (SIG) berupa Arcgis 9.3,
AutoCAD 2013, Global Mapper, Google
Earth, BaseCamp dan Mapsource. Nilai skor
kemudian dijumlahkan dan dari rentang
jumlah skor kemudian ditentukan tingkat
kelayakannya yaitu dibagi dalam zona-zona
layak dan tidak layak yang dituangkan dalam
suatu peta dasar berskala 1:20.000 (1
centimeter persegi mewakili lahan seluas 200
meter persegi).

!

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bentang Alam (Landscape) Calon Lokasi
TPA Sampah Pitay
Berdasarkan Peta Rupa Bumi skala 1:50.000
Lembar 2306-212 yang diperoleh dari
Bakosurtanal, bentang alam calon lokasi TPA
sampah Pitay menempati perbukitan dari
landai hingga terjal. Bentang alam di bagian
selatan dan timur relatif landai dengan
kemiringan kurang dari 5%, sedangkan bagian
utara dan barat berlereng terjal lebih dari 10%
dengan bentang alam yang bergelombang
halus (Gambar 1 dan 2).

!

!
Gambar 1. Bentang alam dataran di bagian timur
dan selatan Desa Pitay

!

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

!
Gambar 2. Bentang alam bergelombang di bagian
barat dan utara Desa Pitay

!

Didapati juga dua perbukitan karst pada
bagian timur laut Desa Pitay dengan nama
Nuaf Fatuwehendak dan Nuaf Fatulemon.
Punggungan bukit ini melandai dan miring
ke arah selatan dan berada pada elevasi dari
350 hingga 475 meter diatas permukaan laut
(Gambar 3).

!

!
Gambar 3. Nampak punggungan bukit karst
pada bentang alam bagian timur laut Desa Pitay.

!
Analisis Regional
1. Parameter Kriteria
a. Batuan
Berdasarkan pengamatan dilapangan dan
mengacu pada Peta Geologi Lembar KupangAtambua, Timor skala 1:250.000 (Rosidi,
Tjokrosapoetro & Gafoer, 1996), batuan
penyusun di daerah calon lokasi TPA sampah
Pitay dapat dikelompokan menjadi 5 (lima)
satuan batuan, yaitu sebagai berikut:
Satuan Batugamping Oolitik

Satuan batuan ini termasuk dalam Satuan
Otokton dan Parotokton dimana batuan
penyusunnya berupa kalsilutit dan
batugamping oolitik, sedangkan bagian atas
terdiri dari batugamping pejal, sebagian
berupa batugamping koral, kalkarenit dan
kalsirudit. Satuan ini secara regional dapat
dibandingkan dengan Formasi Cablac (Tmc).
Satuan batuan ini tersebar pada bagian utara
P i t a y, t e p a t n y a p a d a G u n u n g N u a f
Fatuwehendak yang memiliki potensi sumber
daya geologi berupa batu marmer.
Satuan Batuan lempung bersisik
Satuan ini secara litologi terdiri dari lempung
bersisik dan bongkahan asing yang berasal
dari satuan batuan disekitarnya. Satuan ini
secara regional dapat dibandingkan dengan
Komplek Bobonaro (Tmb). Sebarannya
merata di daerah Pitay dengan batuan yang
bervariasi namun lebih dominan berupa batu
lempung. Satuan ini umumnya berada pada
bentang alam yang relatif landai. Bahan
permukaan terdiri dari batu lanau dan lanau
lepungan dengan tebal lapisan berkisar 0.8 –
1.5 meter. Lapisan dibawahnya merupakan
lempung dan batu lempung dengan
permeabilitas yang rendah.
Satuan Batuan napal pasiran
Satuan ini secara regional dapat dibandingkan
dengan Formasi Noele (QTn). Satuan batuan
ini berada pada bagian barat Pitay, dengan
litologi berupa napal pasiran berselang seling
dengan batupasir, konglomerat dan sedikit
tufa dasit. Bahaya geologi yang perlu
diperhatikan adalah gerakan tanah namun
umumnya satuan ini terdapat pada bentang
alam yang relatif landai.
Satuan Batugamping koral
Satuan batuan ini merupakan batugamping
koral (Ql) yang berwarna putih sampai
kekuning-kuningan dan kadang-kadang
kemerahan serta batugamping napalan.
Setempat-setempat berkembang pula
batugamping terumbu dengan permukaan
kasar dan berongga. Satuan ini membentuk
topografi yang agak menonjol berupa bukit
memanjang dengan puncak-puncak yang
hampir datar seperti yang nampak pada

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

b a g i a n s e l a t a n P i t a y d e k a t Ta n j u n g
Pantaitamrin. Kedalaman muka air tanah
dalam dan umumnya berada pada bentang
alam yang relatih landai.
Satuan Batuan Aluvium (Qa)
Terdiri dari pasir, kerikil, kerakal yang
berasal dari bermacam-macam batuan,
terdapat pada dataran banjir sungai-sungai
besar. Jenis lempung pasiran dan lumpur
hitam terdapat di daerah rawa-rawa dan
dataran pantai. Tersebar pada bagian utara
Pitay dengan endapan yang berumur Kuarter
– Holosen. Bahaya geologi yang perlu
diperhatikan adalah gerakan tanah/longsor.

!

b. Muka air tanah
Air tanah hanya terdapat pada satuan daratan
alluvial dan perbukitan rendah. Air tanah
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu akuifer dengan
aliran melalui ruang antar butir, dan akuifer
dengan aliran melalui celahan, rekahan dan
saluran.
Air tanah dangkal
Kedudukan air tanah sangat beragam serta
akuifer dengan produktivitas sedang.
Umumnya berada dalam aluvium yang terdiri
dari pasir, kerikil, kerakal, lempung, dan
lumpur. Kelulusan sedang sampai tinggi pada
material kasar, dan berkelulusan rendah pada
material halus.
Air tanah menengah kedalam
Umumnya berada pada satuan batugamping
koral, setempat terkarstkan. Kelulusannya
beragam, tergantung pada derajat
pembentukan karst. Akuifer dengan
produktivitas sedang dan aliran air tanah
terbatas pada zona celahan, rekahan, dan
saluran pelarutan; muka air tanah umumnya
dalam; debit sumur dan mataair beragam
dalam kisaran yang besar, mataair umumnya
jarang.

!

c. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng di daerah kajian terbagi
atas 4 (bagian) yaitu sebagai berikut:
Kemiringan lereng 1 – 2 %
Satuan ini memiliki bentuk morfologi yang
hampir datar, dengan kemiringan berkisar 1 –

2 %. Ketinggiannya bervariasi, berkisar 12 –
62 meter diatas permukaan laut. Sebarannya
tidak merata dengan arah penyebaran meluas
ke arah selatan menuju Tanjung Pantaitamrim.
Satuan ini mencakup sekitar ± 35% dari
wilayah kajian.
Kemiringan lereng 3 – 5 %
Satuan ini memiliki bentuk morfologi yang
bergelombang halus, dengan kemiringan
berkisar 3 – 5 %. Ketinggiannya bervariasi,
berkisar 62 – 87 meter diatas permukaan laut.
Sebarannya tidak merata dengan arah
penyebaran meluas ke arah utara menuju
Bukit Nuaf Fatulemon. Satuan ini mencakup
sekitar ± 42% dari wilayah kajian.
Kemiringan lereng 6 – 10 %
Satuan ini memiliki bentuk morfologi yang
bergelombang sedang, dengan kemiringan
berkisar 6 – 10 %. Ketinggiannya bervariasi,
berkisar 87 – 150 meter diatas permukaan
laut. Sebarannya tidak merata dan tersebar
pada hampir setiap wilayah pada daerah
kajian. Satuan ini mencakup sekitar ± 15%
dari wilayah kajian.
Kemiringan lereng 11 – 20 %
Satuan ini memiliki bentuk morfologi yang
b e r g e l o m b a n g a g a k k a s a r, d e n g a n
kemiringan berkisar 150 – 180 %.
Ketinggiannya bervariasi, berkisar 150 – 180
meter diatas permukaan laut bahkan lebih.
Sebarannya tidak merata dan tersebar pada
hampir setiap wilayah pada daerah kajian.
Satuan ini mencakup sekitar ± 18% dari
wilayah kajian. Kemiringan lereng yang
melebihi satuan ini dianggap tidak layak
untuk dijadikan lokasi TPA Sampah.

!

d. Curah hujan
Curah hujan rata-rata per tahun Kabupaten
Kupang berdasarkan catatan Stasiun
Klimatologi Lasiana-Kupang adalah 189
mm. Nilai curah hujan pada beberapa tahun
yang lalu juga berkisar demikian, sehingga
nilai curah hujan di Kabupaten Kupang
kurang dari 1000 mm. Berdasarkan tabel
kriteria penilaian, maka skor curah hujan
bagi daerah kajian adalah 5 (lima).

!

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

e. Jarak terhadap sesar
Struktur utama yang terdapat di daerah
Sulamu merupakan sesar (fault) yang
terbentuk di bagian selatan Sulamu
mendekati garis pantai. Struktur geologi yang
berkaitan langsung dengan lokasi
pembuangan sampah adalah struktur geologi
patahan. Patahan merupakan zona lemah
sehingga jika terdapat rambatan gelombang
kegempaan zona ini akan mengalami
kehacuran yang lebih besar di bandingkan
daerah yang berjauhan dengan zona patahan.
Daerah dengan jarak 100 meter dari bidang
patahan merupakan daerah yang tidak layak
untuk TPA sampah.

!

f. Kerentanan terhadap gerakan tanah
Gerakan tanah atau longsor adalah
pergerakan massa batuan/tanah dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Gerakan tanah mudah terjadi pada
wilayah yang relatif terjal dengan formasi
batuan yang telah mengalami pelapukan dan
erosi tinggi, dan juga sebagai pemicu adalah
keberadaan patahan. Dalam menentukan
kelas kelayakan TPA sampah, wilayah yang
termasuk zona kerentanan gerakan tanah
menengah sampai tinggi merupakan
parameter penyisih mutlak sebagai zona tidak
layak. Daerah yang mempunyai tingkat
kerentanan gerakan tanah menengah dapat
terjadi gerakan tanah berdimensi kecil dan
besar terutama pada daerah yang berbatasan
dengan lembah sungai, peralihan litologi atau
tebing jalan. Gerakan tanah lama dapat aktif
kembali terutama disebabkan oleh media air
hujan. Gerakan tanah tinggi terjadi pada
bagian lembah antar bukit yang disusun oleh
material bahan rombakan. Material yang
sifatnya lepas ini bila jenuh air akan mudah
longsor dan biasanya daerah ini subur, air
tanah dangkal dan diminati untuk
pemukiman.

!

g. Kerentanan terhadap banjir
Karakteristik banjir di Desa Pitay berupa
banjir bandang dengan periode genangan

singkat yakni air yang tergenang berkumpul
di daerah-daerah dengan permukaan rendah
akibat hujan yang turun terus menerus.
Genangan ini terdapat pada beberapa titik di
bagian tengah Pitay serta bagian selatan Pitay
dekat garis pantai, yakni aliran air dari hulu
menuju hilir sungai Noel Oetufi, Noel
Netatekok, dan Noel Lutufat dan bermuara
pada garis pantai dekat Tanjung Pantaitamrin

!

h. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan
sepanjang kiri-kanan
sungai permanen
seperti Sungai Tanisa, Netatetok, Lutufatu
dan Sungai Oetufi serta sungai musiman
lainnya yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi
sungai. Jarak yang ditetapkan terhadap
sempadan sungai adalah 150 meter.

!

i. Kawasan Pesisir Pantai
Kawasan pesisir pantai adalah kawasan
dimana terjadi interaksi antara daratan dan
lautan.
Kawasan yang berada sepanjang
pesisir pantai ini mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai, yakni daratan sepanjang tepi pantai
yang memiliki lebar yang proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai,
sekurang-kurangnya 500 meter diukur dari
garis pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan
pesisir pantai ini diterapkan di sepanjang
pesisir pantai Desa Pitay Kecamatan Sulamu

!

j. Daerah lindung
Desa Pitay bebas dari daerah lindung seperti:
hutan lindung, suaka alam, cagar alam, dan
lain-lain. Tutupan lahan daerah kajian ini
berupa semak/belukar yang menutupi hampir
seluruh lahan desa dengan presentase berkisar
80% sedangkan daerah bagian barat terdiri
atas tanah terbuka yang menutupi lahan
daerah kajian sebesar 20%. Kedua jenis
tutupan lahan tersebut dianggap sama-sama
layak untuk dijadikan lokasi TPA Sampah.

!
!

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

k. Kawasan pemukiman
Kawasan permukiman yang ada di daerah
kajian memiliki pola linier yaitu mengikuti
jaringan jalan yang ada. Kawasan pemukiman
berada pada bagian selatan Desa Pitay dimana
terdapat jaringan jalan berupa jalan lokal
primer.

!

l. Jarak terhadap bandara
Bandara yang terdekat dari daerah kajian
Desa Pitay adalah Bandara El-Tari Penfui –
Kupang dimana bandara ini jaraknya terhadap
daerah kajian melebihi 3000 meter yaitu
sesuai nilai standar yang sudah ditetapkan.
Hal ini menunjukan bahwa pengoperasian di
lokasi TPA tidak akan memengaruhi aktivitas
di bandara.

!

m. Jarak terhadap jalan raya
Jalan raya yang melintasi Desa Pitay
merupakan jaringan jalan kabupaten berupa
Jalan Lokal Primer yang berada pada bagian
selatan daerah kajian. Lokasi TPA Sampah
harus berjarak 150 meter atau lebih dari jalan
utama tersebut.

!

n. Daerah potensi sumberdaya geologi
Potensi yang terdapat pada daerah kajian Desa
Pitay berupa sumberdaya mineral dalam hal
ini batuan marmer yang terletak di daerah
Nuaf Fatuwehendak dan Nuaf Fatulemon.
Penyebaran batuan ini membentuk bukit ke
arah Timur dan Barat dengan cadangan yang
ditaksir sebesar 8.766.000 m3 (Sumber: Hasil
pemetaan dan Inventarisasi Bahan Galian
Golongan C – Dinas Pertambangan
Kabupaten Kupang Tahun 2001). Terdapat
juga potensi sumber daya geologi berupa
mineral logam mangan yang tersebar secara
tidak merata di Pitay. Karena belum adanya
data pemerintahan akan sebaran potensi
mineral logam di daerah ini, maka penulis
melakukan peninjauan lapangan untuk
mengetahui potensi mineral logam yang
berada disekitar tapak calon TPA Sampah.
Berdasarkan peninjauan tersebut, didapati
beberapa lokasi bekas penambangan rakyat
dengan skala kecil pada tepi sungai Noel

Tanisa pada bagian barat Pitay. Daerah
berpotensi seperti ini tidak layak untuk
ditempatkan TPA Sampah sebab akan
menghalangi kegiatan penambangan jika akan
dikembangkan dikemudian hari.

!

2. Analisis kriteria penetapan
Hasil overlay dari peta satuan batuan
dengan peta hidrogeologi Desa Pitay
menghasilkan dua daerah yang merupakan
zona potensi kelayakan. Dua daerah tersebut
memiliki nilai yang berbeda berdasarkan
tingkat kelayakannya, dimana pada daerah
yang diarsir berwarna coklat memiliki nilai
tertinggi (50) sebab berada pada daerah satuan
batuan Bobonaro Clay dan berada pada
daerah air tanah langka. Sedangkan daerah
yang diarsir berwarna biru memiliki nilai 45
sebab berada pada daerah Formasi Noele
(napal pasiran) dan juga berada pada daerah
air tanah langka.
Pada tahap ini terjadi pengurangan
daerah yang besar pada bagian utara dan
selatan sebab daerah tersebut berada pada
satuan Batugamping Koral dan Batugamping
Oolitik, dan juga berada pada daerah muka air
tanah sedang-dangkal sehingga berdasarkan
kriteria penilaian yang ditentukan maka
daerah tersebut dianggap tidak layak untuk
dijadikan sebagai calon lokasi TPA Sampah.

!
!

Tabel 1. Tabulasi perhitungan skor overlay peta
geologi dengan MAT
Penilaian
Zona

A1
A2

!!

Jmlh
skor

Keterangan

Curah
hujan

Jenis
batuan

MAT

5

25

20

50

Batuan lempung,
MAT langka

5

20

20

45

Batuan napal,
MAT langka

Hasil overlay peta satuan batuan, hidrogeologi
serta kemiringan lereng menghasilkan
berbagai zona tingkat kelayakan. Didapati
satu zona kelayakan dengan nilai tertinggi
yaitu pada daerah yang diarsir berwarna
magenta dengan total nilai 60 (enampuluh).

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

Gambar 3. Hasil overlay peta geologi dengan
MAT

dengan sungai dan garis pantai sehingga akan
mengganggu pengelolaannya; serta berada
pada daerah potensi sumberdaya geologi
seperti mangan dan marmer.

!

Gambar 4. Hasil overlay peta geologi, MAT
dengan kelas lereng

!

Tabel 2. Tabulasi perhitungan skor overlay peta
geologi, MAT dengan lereng
Penilaian
Zona

Kemiringa
n lereng

Jmlh
skor

Keterangan

B1

50

10

60

Lereng 1-2%,
b a t u a n
lempung

B2

50

8

58

Lereng 3-5%,
b a t u a n
lempung

B3

50

6

56

L e r e n g
6-10%,
b a t u a n
lempung

B4

45

10

55

Lereng 1-2%,
batuan napal

B5

!

Batuan
+MAT +
Curah Hjn

50

4

54

L e r e n g
11-20%,
b a t u a n
lempung

!

Hasil Analisis Kelayakan Calon Lokasi
TPA Sampah Pitay
Hasil analisis zona kelayakan TPA
sampah telah menghasilkan 6 (enam) calon
lokasi TPA sampah yang dinilai layak. Enam
calon lokasi ini dibagi lagi berdasarkan
tingkat kelayakannya yang dinilai berdasarkan
jumlah skor calon lokasi TPA sampah dan
juga berdasarkan parameter penyisih pada
analisis regional.

!

Tabel 3. Tabulasi perhitungan tahap akhir
calon lokasi TPA sampah Pitay
Penilaian
ID

Pada tahap akhir, dilakukan overlay berbagai
peta-peta tematik yang sesuai dengan kriteria
penyisih untuk mengeliminasi beberapa
daerah yang dianggap tidak layak TPA. Zona
tidak layak TPA merupakan lahan yang akan
atau sudah dipergunakan sebagai pemukiman;
lahan dengan potensi tinggi akan bencana
alam seperti longsor dan banjir; berada dekat
pada patahan atau zona lemah sehingga akan
berdampak buruk jika terjadi gempa; daerah
yang dekat dengan jalan raya sehingga
mengganggu estetika; daerah yang dekat

Batua
n

1

Jml
h
skor

Tingkat
klayaka
n

Keterang
an

5

60

Tinggi

-

8

5

58

Tinggi

Jauh dari
DAS

20

8

5

58

Tinggi

-

20

8

5

58

Tinggi

Berada
dekat
perbatasa
n desa

MAT

leren
g

Cura
h hjn

25

20

10

2

25

20

3

25

4

25

5

25

20

8

5

58

Tinggi

Berada
dekat
subsegment
DAS

6

20

20

10

5

55

Tinggi

-

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

Zona 1
Zona ini terletak pada satuan batuan lempung
bobonaro serta jauh dari daerah rawan
bencana. Zona ini terletak jauh dari jalan raya
maupun sungai dan tidak berada pada jalur
patahan. Sedangkan Kemiringan lereng
berada pada rentang 1 – 2 %. Total nilai
kelayakan daerah ini berdasarkan perhitungan
adalah 60.
Zona 2
Zona ini berada pada satuan batuan lempung
bobonaro serta terletak jauh dari daerah rawan
bencana dan berada jauh dari aliran sungai.
Kemiringan lereng daerah ini berada pada
rentang 3 – 5 %. Total nilai kelayakan daerah
ini berdasarkan perhitungan adalah 58.
Zona 3
Zona ini berada pada satuan batuan lempung
bobonaro serta terletak jauh dari daerah rawan
bencana. Zona ini terletak jauh dari jalan raya
maupun sungai dan tidak berada pada jalur
patahan. Kemiringan lereng daerah ini berada
pada rentang 3 – 5 %. Total nilai kelayakan
daerah ini berdasarkan perhitungan adalah 58.
Zona 4
Zona ini berada pada satuan batuan lempung
bobonaro serta terletak jauh dari daerah rawan
bencana Zona ini terletak jauh dari jalan raya
maupun sungai dan tidak berada pada jalur
patahan, namun berada dekat pada perbatasan
antara Desa Pitay dengan Desa Pantai
Beringin. Total nilai kelayakan daerah ini
berdasarkan perhitungan adalah 58.
Zona 5
Zona ini berada pada satuan batuan lempung
bobonaro serta terletak jauh dari daerah rawan
bencana. Zona ini terletak jauh dari jalan raya
maupun sungai dan tidak berada pada jalur
patahan, namun terletak tidak terlalu jauh dari
sub-segment daerah aliran sungai (DAS).
Total nilai kelayakan daerah ini berdasarkan
perhitungan adalah 58.
Zona 6
Zona ini terletak pada satuan batuan napal
pasiran, serta jauh dari daerah rawan bencana.
Zona ini terletak jauh dari jalan raya maupun
sungai dan tidak berada pada jalur patahan.
Sedangkan Kemiringan lereng daerah ini

berada pada rentang 1 – 2 %. Total nilai
kelayakan daerah ini berdasarkan perhitungan
adalah 55.
Zona Tidak Layak
Zona ini tersebar luas hampir di seluruh Desa
Pitay. Faktor utama yang menyebabkan zona
ini tidak layak adalah karena memiliki satu
atau lebih parameter penilaian dan parameter
penyisih aspek geologi maupun aspek nongeologi. Aspek penilaian yang paling dominan
adalah satuan batuan, sedangkan aspek
penyisih yang paling dominan adalah jarak
terhadap sungai.

!

PENUTUP
Kesimpulan
• Berdasarkan hasil evaluasi parameterparameter penilaian berbasis geologi
lingkungan terhadap penetapan calon
lokasi TPA sampah Pitay maka didapati 6
(enam) calon lokasi yang dinyatakan layak
dengan perbedaan tingkat kelayakan
masing-masing. Lokasi dengan nilai
tertinggi pada zona layak tinggi merupakan
lokasi yang menjadi pilihan utama serta
lokasi lainnya merupakan lokasi pilihan
alternatif.
• Lokasi terpilih terletak pada bagian barat
Desa Pitay dengan satuan batuan lempung
bobonaro serta jauh dari daerah rawan
bencana seperti longsor dan banjir. Jenis
batuan ini memiliki kelulusan air yang
rendah hingga sangat rendah, praktis kedap
air, sehingga merupakan daerah dengan
potensi air tanah langka. Zona ini terletak
jauh dari jalan raya maupun sungai dan
tidak berada pada jalur patahan. Sedangkan
kemiringan lereng berdasarkan skala
regional, maka daerah ini berada pada
rentang 1 – 2 %. Ketinggian daerah ini
adalah berkisar 90 – 100 meter diatas
permukaan laut. Total nilai kelayakan
daerah ini berdasarkan perhitungan adalah
60, oleh karena itu calon lokasi TPA
Sampah Pitay ini dinyatakan layak
berdasarkan evaluasi parameter geologi
lingkungan.

!

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pemerintah Kabupaten Kupang, 2010,
Laporan Pendahuluan Penyususnan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Kupang Tahun 2010-2030,
PT. Wahana Adya Konsultan, Kupang.

!

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang,
2013, Kabupaten Kupang Dalam
Angka 2013, BPS Kabupaten Kupang,
Kupang.

!

Dinas Pertambangan Kabupaten Kupang,
2001, Hasil Pemetaan Dan
Inventarisasi Bahan Galian Golongan
C “Proyek Peningkatan Sarana
Penunjang dan Pemetaan Sumber Daya
Wilayah Pertambangan Kabupaten
Kupang T.A. 2001”, Dinas Pertambangan
Kabupaten Kupang, Kupang.

!

Montgomery, C.W., 2003, Environmental
Geology, McGraw-Hill, New York.

!

Noor, Djauhari., 2011, Geologi untuk
Perencanaan, Graha Ilmu, Yoyakarta.

!

Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur,
2008, ”Laporan Final” Perencanaan
Penyiapan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Regional Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang, Pemprov NTT,
Kupang.

!

Rosidi, H.M.D; K. Suwitodirdjo dan S.
Tjokrosapoetro., 1996, Peta Geologi
Lembar Kupang – Atambua, Timor,
Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Geologi, Bandung.

!

SNI 03-3241-1994., 1994, Tata Cara
Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan
Akhir Sampah

!

Gambar 5. Peta zona kelayakan penempatan calon TPA sampah

Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana - Kupang, Juni 2014