PERDAGANGAN BEBAS PERDAGANGAN BEBAS asean

PERDAGANGAN BEBAS
PERDAGANGAN BEBAS

Perdagangan telah menjadi topik kebijakan publik yang paling hangat diperdebatkan berabadabad lamanya. Salah satu debat yang paling hangat adalah debat antara pendukung perdagangan
bebas dan pendukung proteksionisme. Debat mengenai subjek ini selalu melahirkan pandangan
yang saling bertentangan dan menarik perhatian ekonom, politisi, aktivis juga serikat buruh.
Perdagangan bebas semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir ini utamanya karena ada
upaya-upaya serius untuk mengkoordinasikannya secara internasional melalui perjanjian seperti
Perjanjian Bea-Masuk dan Perdagangan (GATT) dan lembaga seperti Organisasi Perdagangan
Dunia (WTO) (Stiglitz and Charlton, 2005).
Tetapi perdagangan bebas masih perlu ditingkatkan terutama bagi negara-negara berkembang
karena mereka tidak mempunyai kekuasaan politik dan ekonomi sebesar negara-negara maju
untuk mencapai tujuan kebijakan perdagangan. Kepentingan beberapa kelompok di negaranegara maju, terutama sektor pertanian, menghambat kemajuan perdagangan bebas seperti yang
terlihat dalam gagalnya WTO memajukan proses negosiasi dalam Perundingan Doha (Stiglitz
and Charlton, 2005).
Kita tidak bisa mengabaikan pelajaran penting dari sejarah mengenai manfaat perdagangan
bebas. Para ekonom klasik, yang menulis pada abad ke-18 dan 19, memberi kita sejumlah teori
penting mengenai manfaat perdagangan bebas, dan teori-teori ini hingga kini terbukti benar.
Tulisan ini akan memaparkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ekonom klasik seperti
Adam Smith, David Ricardo dan John Stuart Mill.
Douglas Irwin, seorang ekonom terkemuka yang banyak menulis mengenai kebijakan

perdagangan, menyatakan bahwa manfaat perdagangan bebas–seperti yang telah dikemukakan
oleh John Stuart Mill–dapat dikelompokkan menjadi tiga: manfaat langsung, manfaat tidak
langsung, serta manfaat moral dan intelektual (Irwin, 2009). Argumen yang mendukung
perdagangan, yang dikembangkan pertama-tama oleh Adam Smith dan kemudian diperluas oleh
David Ricardo, menjelaskan manfaat langsung dari perdagangan.
Adam Smith yang disebut-sebut sebagai bapak ekonomi modern menyatakan bahwa
perdagangan luar negeri memainkan peranan penting dalam ekonomi sebuah negara karena
perdagangan ini menciptakan pasar, yang permintaannya terhadap barang jauh lebih besar
daripada permintaan dalam negeri. Adam Smith menekankan prinsip keunggulan mutlak
(absolute advantage) dalam teori perdagangan bebasnya. Ia menjelaskan bahwa perdagangan
memungkinkan penggunaan sumber daya secara efisien karena setiap negara akan memproduksi
barang yang menjadi spesialisasinya dan memberinya keunggulan mutlak. Pendapatan
nasionalnya akan meningkat. Kenaikan pendapatan semacam ini tidak akan didapat jika
perdagangan antar negara dibatasi (Spiegel, 1991).
Bagi Adam Smith, pemerintah tidak perlu mengatur impor karena aturan seperti itu akan
menghalangi pasar dalam negeri dari kompetisi. Kebijakan seperti itu pada dasarnya berusaha
“mengarahkan orang untuk menggunakan modalnya dengan cara tertentu, dan karenanya aturan
seperti tidak berguna dan merusak” (Smith, 1776: 366).

David Ricardo, yang lahir di London pada akhir abad ke-18 dan telah memberikan kontribusi

yang luar biasa dalam pemikiran ekonomi yang mempengaruhi para ekonom hingga hari ini,
memusatkan teorinya pada perdagangan (Spiegel, 1991). Penjelasannya mengenai perdagangan
tidak lagi berkisar mengenai keunggulan mutlak, tetapi keunggulan komparatif (comparative
advantage). Keunggulan komparatif menjadi teori yang luar biasa dan sangat berguna untuk
menjelaskan manfaat perdagangan bebas.
David Ricardo menjelaskan teori keunggulan komparatif dengan menggunakan model sederhana
dimana ia membayangkan dunia hanya berisi dua negara yaitu Inggris dan Portugal. Kedua
negara ini memproduksi dan mengkonsumsi dua barang yaitu anggur dan pakaian. Katakanlah
Inggris dapat memproduksi satu unit pakaian dalam satu tahun dengan tenaga 100 orang buruh
dan satu unit anggur dengan tenaga 120 buruh. Sementara Portugal hanya memerlukan 90 orang
buruh untuk memproduksi satu unit pakaian dan 80 orang buruh untuk memproduksi satu unit
anggur (Ricardo, 2004).
Meski Portugal jelas memiliki keunggulan mutlak dalam dua barang tersebut, Ricardo
menunjukkan pada kita bahwa kedua negara masih akan mendapatkan manfaat bila mereka
memiliki hubungan perdagangan. Bagaimana bisa? Jawabannya adalah spesialisasi. Portugal
lebih beruntung jika memproduksi anggur sementara Inggris tak terlalu merugi jika
memproduksi pakaian.
Dengan memproduksi barang yang memberi mereka keunggulan komparatif, dua negara itu
dapat meraih manfaat dari menjalin hubungan dagang. Dengan menekankan keuntungan
spesialisasi dan pertukaran, David Ricardo menunjukkan bahwa perdagangan internasional

meningkatkan efisiensi, meningkatkan perolehan laba dan standar hidup, serta meningkatkan
jumlah komoditi yang tersedia (Spiegel, 1991).
Teori keunggulan komparatif masih menjadi peninggalan David Ricardo yang paling berharga
sebagai ekonom. Sungguh peninggalan yang sangat berharga karena dapat menjelaskan
bagaimana negara berkembang sekali pun dapat memiliki kesempatan untuk meraih manfaat dari
perdagangan di pasar internasional.
Manfaat langsung lain dari perdagangan bebas adalah tersedianya barang yang lebih beragam.
Kesejahteraan sebuah masyarakat akan meningkat bila mereka memiliki beragam jenis barang
untuk dipilih. Selain itu, keragaman jenis barang juga menguntungkan produsen karena ia
membuka kesempatan bagi tumbuhnya produksi barang-barang yang dibutuhkan untuk
memproduksi jenis barang yang lebih beragam dan lebih murah ongkos produksinya (Irwin,
2009).
Kawan karib David Ricardo, John Stuart Mill yang juga dikenal sebagai tokoh penting dalam
filsafat, politik dan ekonomi memberikan kontribusi dengan memaparkan manfaat tak langsung
dari perdagangan bebas (Spiegel, 1991). Mill menyatakan bahwa perdagangan bebas
memperbesar dan memperluas cakupan pasar, dan karena itu produktivitas pun meningkat
(Irwin, 2009). Dengan meningkatnya produktivitas, meningkat pula standar hidup warga sebuah
negara. Inilah manfaat tak langsung dari perdagangan.
Irwin menekankan dua cara penting bagaimana perdagangan internasional menumbuhkan
produktivitas: dengan memudahkan proses pengalihan teknologi yang meningkatkan

produktivitas, dan dengan meningkatkan tingkat kompetisi.
Kemajuan teknologi dapat dialihkan dengan mengimpor barang modal yang merupakan hasil
dari upaya riset dan pengembangan (Irwin, 2009). Penting untuk dicatat di sini bahwa ada
beberapa pengetahuan yang merupakan barang publik (public good).* Dengan membuka diri

terhadap perdagangan internasional sebuah negara mendapatkan kesempatan yang lebih banyak
untuk meningkatkan produktivitas melalui alih pengetahuan.
Kompetisi dalam perdagangan internasional dapat meningkatkan produktivitas karena dapat
mengurangi kekuatan pasar sejumlah perusahaan dalam ekonomi. Dengan adanya kompetisi dari
negara yang menjadi mitra dagang dan kompetisi dalam pasar dalam negeri, perusahaan
didorong untuk menjadi semakin efisien dalam proses produksi mereka.
Selain itu, perusahaan yang berrencana memasuki pasar harus siap menghadapi resiko kompetisi
internasional. Karenanya, hanya perusahaan yang sangat produktif yang biasanya berani
memasuki pasar ini.
Tak seperti manfaat langsung, produktivitas yang merupakan manfaat tak langsung perdagangan
tak mudah diukur. Meski demikian, manfaat tak langsung ini sangat penting karena mereka
menunjukkan bahwa perdagangan bebas memberikan sumbangan yang tak terkira bagi
pertumbuhan ekonomi dan perbaikan standar hidup.
Manfaat ketiga dari perdagangan adalah manfaat intelektual dan moral. Paparan John Stuart Mill
mengenai hal ini tak begitu jelas. Tetapi Irwin menyebutkan sejumlah manfaat tersebut,

diantaranya potensi perdagangan bebas untuk membawa perdamaian dengan menciptakan
kesalingtergantungan antar negara, dan juga kesalingpemahaman dan kerjasama. Bagi negara
berkembang, perdagangan internasional nampaknya bisa mendorong tumbuhnya rezim dan
lembaga negara yang demokratis. Meski manfaat-manfaat ini sulit untuk diukur secara
kuantitatif, semakin banyak kajian kreatif yang menunjukkan manfaat non-materil dari
perdagangan bebas (Irwin, 2009).
Para ekonom terkemuka di zaman kita, orang-orang yang memiliki visi seperti Adam Smith,
David Ricardo dan John Stuart Mill telah mengemukakan argumen luar biasa yang mendukung
perdagangan bebas. Argumen mereka masih berpengaruh hingga hari ini. Saya tak mengatakan
bahwa perdagangan bebas adalah satu-satunya cara untuk menumbuhkan ekonomi, tetapi ia
adalah bagian krusial dalam ekonomi kita dan merupakan alat yang penting dalam membantu
negara-negara miskin untuk berkembang. Joseph Stiglitz, Pemenang Nobel Ekonomi, dan
Andrew Charlton, yang bersama dengan Stiglitz menulis buku Fair Trade For All: How Trade
Can Promote Development (2005), menyatakan bahwa perdagangan internasional memang tidak
memadai, tapi penting, bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang.
Perbalahan antara pendukung perdagangan bebas dan pendukung proteksionisme semestinya
sudah selesai sejak lama karena fakta yang mendukung manfaat perdagangan bebas sudah
sedemikian jelasnya. Manfaat yang dapat diraih dari perdagangan bebas adalah luar biasa.
Lagipula zaman kita ini zaman globalisasi, kerjasama dan kesalingtergantungan. Negara-negara
terkemuka semestinya tak membiarkan diri mereka didikte oleh kebijakan peraturan perdagangan

yang tak berwawasan jangka panjang. Penentang perdagangan bebas harus mulai mendengar
pendapat yang rasional supaya kita bisa mendebatkan kebijakan publik dan isu pembangunan
lain yang lebih penting.
Catatan
* Barang publik adalah barang yang penggunaannya tidak menimbulkan permusuhan karena
penggunaan barang tersebut oleh satu orang tidak membatasi penggunannya oleh orang lain.
Barang publik juga barang yang tidak membuat orang tersisihkan karena setiap orang pasti
menggunakan barang itu dan mereka tak mungkin bisa dicegah sepenuhnya dari
menggunakannya. Lihat Veldhuis and Mackenzie, 2010.

Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized
Commodity Descriptionand Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs
Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. Penjualan produk antar negara tanpa pajak
ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan
sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatanyang diterapkan pemerintah) dalam
perdagangan antar individual-individual dan perusahaan- perusahaan yang berada di negara yang
berbeda.

Perdagangan Bebas di Indonesia
Wacana perdagangan bebas sebagai jalan menuju kesejahteraan masih terus

diperdebatkankhususnya di Indonesia. Di media massa masih sering termuat berbagai retorika
politisi maupun pemain industri dalam negeri yang meneriakkan pentingnya proteksionisme.
Kemudianmeskipun telah banyak literatur ilmu ekonomi yang menunjukkan secara meyakinkan
bahwa perdagangan bebas membawa lebih banyak manfaat bagi banyak orang dari pada
sebaliknya,namun tampaknya hal itu saja belum cukup untuk membimbing pembuatan kebijakan
publik yang lebih cenderung tunduk pada kekuatan lobi pro proteksi. Meski demikian, sebagian
dari pengambil kebijakan Indonesia (pemerintah) percaya pada manfaat perdagangan bebas
juga,terbukti dari tarik-ulur yang kadangkala muncul di media massa kita. Perhitungan
ekonomi politik pastilah penyebab tarik-menarik ini. Harus diakui pembuatan kebijakan memang
perlu perencanaan dan perhitungan yang matang.Seiring dengan munculnya perdagangan bebas
itu, nasionalisme dan proteksionisme menjadilebih terlihat. Apalagi Indonesia juga akan
memasuki era perdagangan bebas wilayah ASEANatau
ASEAN Free Trade Area
(AFTA) pada tahun 2015.[5]Jadi, isu nasionalisme dalam konteks
perdagangan pun semakin penting. Hal ini bertujuan agar produk Indonesia bisa menjadi
tuanrumah di negeri sendiri. Memang kesepakatan Indonesia dalam perjanjian
organisasi perdagangan bebas yang biasa disebut
World Trade Organization
(WTO) masih menuaikontroversi. Karena sebagian kalangan menilai Indonesia belum layak turut
serta dalam perdagangan bebas. Namun, karena Indonesia terlanjur menyetujui perjanjian WTO,

maka mautidak mau Indonesia harus menyiapkan diri menyongsong perdagangan bebas. Inilah
harga yangharus dibayar akibat menganut sistem ekonomi terbuka. Meskipun dalam prakteknya
justru produk-produk asing terutama produk Cina yang membanjiri pasar Indonesia.Era
globalisasi yang telah dimulai bukan saja berpengaruh pada hubungan luar negeri bangsa
ini,namun lebih dari itu, asumsi dasar perekonomian nasional juga sebenarnya telah
semakin bergeser. Indonesia yang memiliki basis perekonomian kerakyatan, tentunya
mengalamitantangan terhadap paham ekonomi liberal yang berasaskan kompetisi bebas dan
bersifat individu maupun kelompok. Era perdagangan bebas yang menjadi salah satu senjata
dariekonomi liberal, saat ini telah ada di depan mata, dan Indonesia menjadi salah satu negara
yangmeratifikasinya. Harapan kita sekarang hanyalah adanya kesiapan dan kemampuan

secaramental, sistem sosial budaya, politik, serta ekonomi bangsa kita dalam menghadapi
ancamanglobalisme-kapitalistik ini. Sehingga tidak memudahkan pengintegrasian perekonomian
Negara Indonesia ke dalam genggaman para pemodal negara-negara kaya
Dampak Perdagangan Bebas terhadap Ekonomi Politik Indonesia
Dengan adanya perdagangan bebas, perusahaan-perusahaan transnasional dan pasar modal
duniamembebaskan bisnis dari kekuasaan politik tanpa distorsi oleh intervensi negara.
Dikonklusikan bahwa aktivitas bisnis yang primer dan kekuasaan politik tidak mempunyai peran
lain kecuali perlindungan sistem terhadap perdagangan bebas dunia. Akibatnya, peran negara
sebagai alatuntuk mensejahterakan rakyat semakin tereduksi oleh kekuatan pasar yang tidak

mempunyaiagenda sosial dan usaha pengentasan kemiskinan. Kondisi ini berimplikasi terhadap
relasi sosialyang selalu diukur dari pendekatan dan solusi pasar, serta prinsip ekonomi pasar
yang jugadijadikan tolok ukur untuk mengevaluasi berbagai kebijakan, yang selanjutnya akan
melahirkan
arogansi kekuatan kapital dan negara berperan sebagai „tukang stempel‟ bagi mereka. Yang
mana dalam hal ini akumulasi modal menjadi prasyarat isi material kelembagaan negara.Selain
itu dengan adanya perjanjian-perjanjian dengan organisasi perdagangan versi WTO
dapatmenyebabkan adanya hambatan nontarif yang sangat merugikan, dimana hal ini
sengajadiciptakan seperti yang terjadi saat ini. Kebijakan nontarif impor ini memaksa
penghapusan satu-satunya bentuk proteksi yang tersisa oleh negara-negara dunia ketiga termasuk
Indonesiaterhadap penetrasi pasar dalam negeri oleh kekuatan-kekuatan imperialis. Tetapi
negara-negaraimperialis dapat membatasi penetrasi terhadap pasar dalam negeri mereka terhadap
ekspor darinegara-negara dunia ketiga melalui penerapan serangkaian hambatan-hambatan
nontarif yangkokoh.Sedangkan pada negara dunia ketiga atau Indonesia, dengan adanya
hambatan nontarif sudahtentu akan menyebabkan banjirnya barang impor karena mudahnya
barang luar negeri masuk ke pasar dalam negeri serta adanya peralihan impor dari yang tadinya
ilegal menjadi legal. Makadengan ini agenda pemberdayaan ekonomi rakyat akan semakin
terpuruk akibat desakan kuatdari komoditas-komoditas asing yang notabene telah mengekspansi
secara simultan, dan benturan antara pemberdayaan ekonomi rakyat dengan pasar bebas pun
tidak dapat terelakkan.Yang semua ini menyebabkan semakin banyaknya angka pengangguran

dan akhirnyamelumpuhkan perekonomian nasional. Sebenarnya dibalik semua ini ada
kepentingan darinegara-negara maju, yaitu agenda penaklukan kembali pasar dalam negeri
negara-negara duniaketiga. Yang mana inilah tujuan mendasar dibalik tekanan kekuatan negaranegara imperialis terhadap pasar bebas.
Di lain sisi dampak positif yang dapat diambil dari liberalisasi perdagangan versi WTO ini
tidak mempunyai peran signifikan dalam usaha peningkatan sumber daya yang ada maupun
produk yang akan dihasilkan. Selain itu dengan adanya perdagangan bebas hanya akan lebih
dinikmatioleh segelintir orang atau kelompok tertentu saja yang mempunyai kekuatan kapital
kuat dansebagian besar lainnya lebih dirugikan. Karena mereka dijadikan tidak produktif dan
hanyadijadikan sebagai konsumen yang baik saja.

Upaya Antisipasi Indonesia dalam Menghadapi Perdagangan Bebas
Melihat dampak yang lebih banyak merugikan tersebut, kiranya perlu dilakukan antisipasi
yangcepat dan menyeluruh. Dalam mengantisi dampak-dampak perdagangan bebas yang
cenderungkurang menguntungkan bagi Indonesia tersebut, ada beberapa upaya yang telah

ditempuhmaupun belum ditempuh oleh pemerintah. Beberapa bentuk upaya antisipasi yang
belummaupun sudah ditempuh Indonesia antara lain:
1. Memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk lebih mencintai produk dalam
negeridengan terus meningkatkan mutu produk-produk dalam negeri agar lebih
berkualitas.Misalnya dengan menggiatkan program Aku Cinta Produk Indonesia (ACI ).

2. Melakukan negosiasi ulang kesepakatan perdagangan bebas itu atau minimal
menundanya,terutama untuk sektor-sektor yang belum siap.
3. Melakukan seleksi produk untuk melindungi industri nasional.
4. Mencabut pungutan retribusi yang memberatkan dunia usaha di daerah, agar industri
lokalmenjadi lebih kompetitif.
5. Pengetatan pemeriksaan barang masuk di pelabuhan harus dilakukan juga, karena negara
lain juga melakukan hal yang sama.
6. Memberikan kemudahan dalam bentuk pendanaan, dengan cara kredit usaha dengan
bungayang rendah.
7. Mengaktifkan rambu-rambu nontarif, seperti pemberlakuan Standar Nasional Indonesia(SNI),
ketentuan label, dan sejumlah peraturan lainnya terkait dengan pengamanan pasar dalam negeri.
8. Memperbaiki berbagai kebijakan ekonomi untuk menghadapi perdagangan bebas.Tetapi secara
jangka panjang langkah-langkah tersebut tidak bisa digunakan secara permanen.Sebagai bagian
dari masyarakat dunia, bangsa ini tidak bisa mengelak dari kebijaksanaan globaltersebut.
Masyarakat industri harus berjuang dengan keras untuk memenangkan persainganglobal yang
semakin mengancam tersebut, maka di sini dibutuhkan suatu kejelian. Oleh karenaitu, negara
dunia ketiga harus saling membahu dalam menciptakan tata dunia yang adil denganmenggalang
seluruh kekuatan yang tersedia, baik dalam bentuk kebijakan maupun koalisi untuk penyusunan
skenario ekonomi dunia yang adil agar eksploitasi tidak kembali terjadi.

Dampak positif yang ditimbulkan akibat adanya perdagangan bebas di Indonesia terhadap bidang
ekonomi politik, seperti memperluas pasar dan menambah keuntungan serta adanyatransfer
teknologi, ternyata tidak dirasakan secara signifikan oleh segala kalangan. Justru yangd irasakan
adalah
Pertama peran negara sebagai alat untuk mensejahterakan rakyat semakintereduksi oleh kekuatan
pasar yang tidak mempunyai agenda sosial dan usaha pengentasankemiskinan.
Kedua, Adanya hambatan nontarif yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran,
kemiskinan, ketidakseimbangan, dan lumpuhnya perekonomian nasional.
Beberapa upaya yang telah maupun belum terealisasi ditempuh oleh pemerintah Indonesiadalam
mengatasi dampak-dampak dari perdagangan bebas di bidang ekonomi politik, antara lainyang

paling mendasar dan pokok ialah dengan memperbaiki kebijakan ekonomi politik
Indonesiaterkait dengan perdagangan bebas, menanamkan pendidikan cinta produk dalam negeri
sejak dini, serta meningkatkan kualitas produk-produk di dalam negeri.
Saran
Saran dari penulis yang mungkin dapat memberikan sedikit masukan ialah:
Pemerintah perlu memperhitungkan kembali sistem ekonomi Indonesia yang BebasAktif, serta
harus bisa bertindak tegas dan berpedoman pada falsafah Bangsa Indonesia yaituPancasila dalam
setiap mengambil kebijakan.
Kemudian upaya antisipasi yang belum terealisasi tersebut hendaknya segeradilaksanakan
apabila dirasa dapat menstabikan ekonomi politik Indonesia.
Serta sebaiknya pengalaman dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia yang telahlalu
dijadikan guru yang terbaik.
YANG LAINNYA
Dampak Positif yang ditimbulkan diantaranya adalah era globalisasi ini membuka kesempatan
kerja sama yang luas antar negara dan juga dapat meningkatkan standar hidup melalui teori
keuntungan komparatif dan ekonomi skala besar.
Dampak Positif yang bisa ditimbulkan dengan adanya perdagangan bebas diantaranya adalah
membuka kesempatan kerja yang luas antar negara dan juga dapat meningkatkan standar hidup
melalui teori keuntungan komparatif dan ekonomi skala besar.
Dampak Negative perdagangan bebas ini juga dianggap merugikan negara maju karena
pekerjaan dari negara maju akan berpindah ke negara yang lain selain itu juga perdagangan
bebas dapat menimbulkan perlombaan-perlombaan yang menyebabkan standar hidup dan
keamanan yang lebih rendah juga tidak bisa dipungkiri bahwa akan timbulnya persaingan yg
rumit dan ketat akibat dari perdagangan bebas ini
Dampak Negative di sisi perdagangan bebas juga dianggap merugikan negara maju karena ia
menyebabkan pekerjaan dari negara maju berpindah ke negara lain dan juga menimbulkan
perlombaan serendah mungkin yang menyebabkan standar hidup dan keamanan yang lebih
rendah juga akan menimbulkan persaingan yang semakin tajam dan ketat. Oleh sebab itu
perdagangan bebas dianggap mendorong negara - negara untuk bergantung satu sama lain, yang
berarti memperkecil kemungkinan terjadinya perang antar negara, hal lain yang yang timbul
yaitu adanya tantangan di masa mendatang, meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif
di semua sektor industri dengan mengandalkan kemampuan SDM, teknologi dan manajemen.
Oleh karena itu, penerapan otamatisasi industri, sebagai integrasi antara sistem mekanik,
elektronik, komputer dan teknologi industri, untuk memperkecil biaya dan meningkatkan
produksi, menjadi sebuah keniscayaan.

Selain dari dampak-dampak diatas, ada juga dampak-dampak yang timbul akibat
perdagangan internasional yang saya paparkan sebagai berikut.
Dampak positif dari perdagangan internasional antara lain, yaitu :

Meningkatkan kegiatan produksi dalam Negara.


Mendorong pertumbuhan ekonomi negara.



Menambahkan devisa Negara..



Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.



Kebutuhan dalam negara dapat terpenuhi.



Memperluas lapangan kerja.



Mempererat hubungan persaudaraan dan kerjasama antar negara.

Dampak negatif dari perdagangan internasional antara lain, yaitu :


Industri dalam negeri mengalami kerugian yang sangat besar.



Munculnya ketergantungan terhadap negara-negara maju.



Persaingan yang tidak sehat, karena pengaruh perdagangan bebas.



Pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah dan bertambahnya

pengangguran dalam negeri.