FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KEPERAWATAN DI RSUD PASAR REBO TAHUN 2010-2011

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI

  saja hingga bayi berusia 6 bulan atau dikenal dengan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan (Februhartanty, 2009). Pemberian ASI eksklusif dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi bayi, serta dapat mempererat hubungan antara ibu dan bayinya. Melihat pentingnya pemberian ASI ini, maka ditetapkanlah Pasal 128 Ayat 1 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis. Hal ini berarti, tanpa indikasi medis maka tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI kepada seorang bayi. Meskipun telah ditetapkan Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009

  ASI eksklusif di negara India <4 bulan sebesar 58,3% dan pemberian ASI eksklusif <6 bulan sebesar 46,4% pada tahun 2005

  WHO Global Data Bank on Infant and Young Child Feeding (IYCF) menyatakan bahwa prevalensi pemberian

  Sampai saat ini pemberian ASI eksklusif pada beberapa negara SEARO (South East Asia Region) masih rendah, ini terlihat dari data yang dikeluarkan WHO.

  Salah satu bidang pekerjaan yang ditekuni wanita adalah tenaga keperawatan (bidan dan perawat) (PP RI no.32 tahun 1996). Dengan ilmu yang telah dimiliki hendaknya seorang tenaga keperawatan yang sedang bekerja tetap bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

  Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif adalah pekerjaan ibu. Dalam era globalisasi ini banyak ibu yang bekerja di berbagai bidang ini terlihat dari meningkatnya partisipasi perempuan dalam lapangan kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) selama bulan Februari 2007 sampai dengan Februari 2008, jumlah pekerja perempuan bertambah 3,26 juta orang. Semakin meningkatnya jumlah pekerja wanita sekarang ini membuat para wanita mempunyai fungsi ganda. Selain fungsi produksi, wanita juga mempunyai fungsi reproduksi dan sosial.

  Faktor – faktor lain yang juga mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu, sikap ibu, usia ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, paritas ibu, rencana pemberian ASI pada saat hamil, antenatal care (ANC), penolong persalinan, tempat persalinan, metode persalinan, dan dukungan petugas kesehatan (Liubai, 2001).

  pasal 128 Ayat 1 tentang pemberian ASI secara eksklusif, akan tetapi pada kenyataannya pemberian ASI di Indonesia belum banyak yang eksklusif.

  Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI

  

EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KEPERAWATAN DI RSUD

PASAR REBO TAHUN 2010-2011

  Pemberian ASI merupakan bekal terbaik bagi seorang bayi untuk memulai hidupnya sehingga diharapkan semua bayi mendapatkan ASI. World Health

  Kata kunci : ASI eksklusif, Sikap, Umur, Paritas, dan Dukungan keluarga (suami) PENDAHULUAN

  Pasar Rebo yang mempunyai bayi usia 7 – 24 bulan, melahirkan di RSUD Pasar Rebo dan bersedia menjadi responden. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memberikan ASI eksklusif hanya 49,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sikap dan dukungan keluarga (suami) mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif, sedangakan umur dan paritas tidak mempunyai hubngan yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif.

  

(cross sectional). Kriteria sampel yang diambil adalah semua ibu yang bekerja sebagai tenaga keperawatan di RSUD

  Pemberian ASI merupakan bekal terbaik bagi seorang bayi untuk memulai hidupnya sehingga diharapkan semua bayi mendapatkan ASI. World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan atau dikenal dengan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan.salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif adalah pekerjaan ibu. Salah satu bidang pekerjaan yang ditekuni wanita adalah tenaga keperawatan (Bidan dan Perawat) (PP RI no.32 tahun 1996). Dengan ilmu yang telah dimiliki hendaknya seorang tenaga keperawatan yang sedang bekerja tetap bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.Dari survey pendahuluan, peneliti tidak menemukan informasi pendokumentasian mengenai pemberian ASI eksklusif di RSUD Pasar Rebo oleh karena itu peneliti menanyakan 8 orang ibu yang bekerja sebagai tenaga keperawatan di RSUD Pasar Rebo mempunyai bayi berumur 7 – 24 bulan didapatkan hanya 3 orang (37,5%) yang melakukan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan mengunakan rancangan penelitian potong lintang

  

ABSTRAK

  Alamat Korespondensi : Program Studi D-III Kebidanan, Fakultas Kesehatan Universitas MH.Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550 Telp ; 8096411 ext 1208

  Dewi Suri Damayanti 1 1 Program Studi D-III Kebidanan, Fakultas Kesehatan Universitas MH.Thamrin

  • – 2006. Sedangkan di negara Indonesia prevalensi pemberian ASI eksklusif < 4 bulan 55,1% dan pemberian ASI eksklusif < 6 bulan sebesar 39,5% pada

  • – 2003. Pada tahun 2007 – 2008 di Indonesia prevalensi pemberian ASI eksklusif <4 bulan sebesar 40,6% dan pemberian ASI eksklusif <6 bulan sebesar 32,4%. Dari data
  • – data di atas terlihat bahwa Indonesia mempunyai prevalensi lebih rendah dibandingkan dengan negara India bahkan terjadi penurunan pemberian ASI eksklusif pada tahun
  • – 2008. Terlihat bahwa angka
  • – angka tersebut masih jauh dari target pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu sebesar 80% pada tahun 2010 (Depkes RI, 2003).

  

Tabel 1

Hubungan Sikap dan Pemberian ASI Eksklusif di RSUD Pasar Rebo tahun 2011

Sikap Pemberian ASI Eksklusif Total Nilai p OR 95% Cl Ya Tidak N % Lower Upper n % n %

  18 51,4 35 100 Total 30 49,2 31 50,8 61 100

  50 26 100 1,000 1,059 0,384 2,922 > 30 tahun 17 48,6

  13

  50

  13

  ≤ 30 tahun

  

Tabel 2

Hubungan Umur dan Pemberian ASI Eksklusif di RSUD Pasar Rebo tahun 2011

Umur Pemberian ASI Eksklusif Total Nilai p OR 95% Cl Ya Tidak n % Lower Upper n % n %

  Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang mempunyai sikap positif lebih besar dalam memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 24 responden (63,2%) dibandingkan dengan proporsi ibu yang memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 6 responden (26,1%). Sedangkan dari hasil uji kai kuadrat didapatkan nilai p value = 0,011 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil analisis hubungan keeratan diperoleh nilai OR = 4,857 (95% Cl 1,553

  30 49,2 31 50,8 61 100

  Positif 24 63,2 14 36,8 38 100 0,011 4,857 1,553 15,194 Negatif 6 26,1 17 73,9 23 100 Total

  Dari hasil rekam medik di RSUD Pasar Rebo dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 didapatkan sebanyak 61 orang tenaga keperawatan yang melahirkan di RSUD Pasar Rebo. Sehingga jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 61 responden.

  Sampel dalam penelitian ini yaitu semua ibu yang bekerja sebagai tenaga keperawatan di RSUD Pasar Rebo yang mempunyai bayi usia 7 – 24 bulan, melahirkan di RSUD Pasar Rebo dan bersedia menjadi responden.

  HASIL

  Dalam penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yang didapat dari data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara menggunakan alat bantu kuesioner terhadap sumber data yang meliputi sikap, umur, paritas dan dukungan suami. Selain data primer peneliti juga menggunakan data sekunder, yang diperoleh dari rekam medik tahun 2008 sampai dengan 2010 mengenai karyawan yang melahirkan di RSUD Pasar Rebo.

  Sampel dalam penelitian ini yaitu semua ibu yang bekerja sebagai tenaga keperawatan di RSUD Pasar Rebo yang mempunyai bayi usia 7 – 24 bulan, melahirkan di RSUD Pasar Rebo dan bersedia menjadi responden.

  Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap, usia, paritas, dan dukungan suami. Sedangkan variabel terikat adalah pemberian ASI eksklusif

  dengan cara mengukur variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan.

  cross sectional merupakan penelitian yang dilakukan

  Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kuantitatif dengan mengunakan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional).Penelitian dengan desain

  METODE

  Seperti telah dijelaskan di atas pencapaian ASI eksklusif di Indonesia diharapkan sebesar 80 %, akan tetapi pada kenyataannya jumlah pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh di bawah angka 80 %. Sedangkan dari studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Pasar Rebo didapatkan hanya 37,5% pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pada ibu yang bekerja sebagai tenaga keperawatan di RSUD Pasar Rebo

  tahun 2002

  • – 15,194) yang artinya ibu yang memiliki sikap positif mempunyai peluang memberikan ASI eksklusif 4,857 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki sikap negatif.

  Padatabel 5.7 menunjukkan proporsi reponden berumur ≤ 30 tahun dan memberikan ASI eksklusif sebesar 13 responden (50%), sedangkan proporsi responden berumur > 30 tahun dan memberikan ASI

  Cl 1,553 – 15,194) yang artinya ibu yang memiliki sikap positif mempunyai peluang memberikan ASI eksklusif 4,857 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki sikap negatif, jadi dengan sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif maka diharapkan seorang ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemberian ASI ekslusif pada penelitian ini dikarenakan adannya pengalaman dan pengetahuan mengenai pemberian ASI karena responden penelitian ini merupakan tenaga keperawatan, responden pada penelitian ini juga lebih banyak yang multipara sehingga responden mempunyai pengalaman yang lebih banyak, ditambah pengalaman merawat ibu nifas dan bayi ketika bekerja. Hal ini sesuai dengan peryataan Purwanto (2010) bahwa tiap orang mempunyai sikap yang berbeda

  Hasil uji kai kuadrat didapatkan nilai p value = 0,855 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif.

  Meskipun masih berada di bawah target (80%), namun proporsi ibu yang menyusui eksklusif di RSUD Pasar Rebo sudah cukup tinggi karena hampir dari setengah total responden memberikan ASI eksklusif. Tingginya angka cakupan ini bisa disebabkan karena responden penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai tenaga keperawatan (perawat dan bidan) (PP RI no.32 tahun 1996) yang tentunya selama menjalani pendidikan telah diberikan pengetahuan mengenai ASI dan tambahan pengetahuan setelah bekerja. adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif. Nilai OR = 4,857 (95%

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya hanya 49,2%. Hasil tersebut tentunya masih sangat jauh dari target tahun 2010 yaitu sebesar 80% (Depkes RI, 2003).

  PEMBAHASAN

  Hasil analisis hubungan keeratan diperoleh nilai OR = 4,222 (95% Cl 1,443

  Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang mendapat dukungan keluarga (suami) lebih besar dalam memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 19 responden (67,9%) dibandingkan dengan proporsi ibu yang tidak didukung keluarga (suami) yaitu sebanyak 11 responden (33,3%). Sedangkan dari hasil uji kai kuadrat didapatkan nilai p value = 0,015 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga (suami) dengan pemberian ASI eksklusif.

  22 66,7 33 100 Total 30 42,9 31 50,8 61 100

  Ya mendukung 19 67,9 9 32,1 28 100 0,015 4,222 1,443 12,355 Tidak mendukung 11 33,3

  

Tabel 4

Hubungan Dukungan Keluarga (Suami) dan Pemberian ASI Eksklusif di RSUD Pasar Rebo tahun 2011

Dukungan Keluarga (Suami) Pemberian ASI Eksklusif Total Nilai p OR 95% Cl Ya Tidak n % Lower Upper n % n %

  Pada tabel 3 menunjukkan proporsi reponden primipara dan memberikan ASI eksklusif sebesar 9 responden (45%), sedangkan proporsi responden multipara dan memberikan ASI eksklusif sebesar 21 responden (51,2%). Dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa responden multipara lebih banyak yang memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden primipara.

  eksklusif sebesar 17 responden (48,6%). Dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa responden berumur > 30 tahun lebih banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden berumur ≤ 30 tahun.

  20 48,8 41 100 Total 30 49,2 31 50,8 61 100

  55 20 100 0,855 0,779 0,267 2,278 Multipara (≥ 2 kali) 21 51,2

  11

  45

  9

  Primipara (1 kali)

  

Tabel 3

Hubungan Paritas dan Pemberian ASI Eksklusif di RSUD Pasar Rebo tahun 2011

Paritas Pemberian ASI Eksklusif Total Nilai p OR 95% Cl Ya Tidak N % Lower Upper n % n %

  Hasil uji kai kuadrat didapatkan nilai p value = 1,000 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif

  • – 12,355) yang artinya ibu yang mendapat dukungan keluarga (suami) mempunyai peluangmemberikan ASI eksklusif 4,222 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga (suami).
    • beda terhadap suatu perangsang, ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing – masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat,
    pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan juga dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan situasi lingkungan. keluarga (suami). Wanita yang baru melahirkan membutuhkan banyak dukungan emosional dan

  Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktikal. Pada hari

  • – hari pertama dirumah, dukungan umur responden dengan pemberian ASI eksklusif dengan
  • – ini bisa didapat dari pasangan, keluarga atau teman nilai p value = 1,000. Artinya umur responden yang lebih teman (Moody et all, 2005). Walaupun hubungan dengan muda dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya tidak ibunya adalah penting tetapi yang terpenting adalah lebih baik daripada responden yang berumur lebih tua.

  suami, atau ayah dari janinnya. Seorang perempuan yang Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mempunyai hubungan harmonis dengan suaminya akan dikemukakan oleh Suraatmaja (1997) & Lawrence mempunyai pengaruh emosional dan gejala fisik lebih (1994) dalam Ferawati (2010) yang menyatakan ibu yang sedikit, termasuk komplikasi persalinan dan penyesuaian umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI postpartum (Salmah et all, 2006). Ayah dapat berperan dibandingkan ibu – ibu yang sudah tua. Hal ini terjadi dalam pengambilan keputusan menyusui, inisiasi karena adanya pembesaran payudara pada setiap siklus menyusu dini, dan lamanya menyusui (Februhartanty, ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi sampai 2009). umur 30 tahun. Diatas 30 tahun terjadi degenarasi payudara dan kelenjar alveoli secara keseluruhan. KESIMPULAN Sehingga ASI yang diproduksi berkurang karena alveoli 1.

  Proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif merupakan kelenjar penghasil ASI (Whorhtington sebesar 49,2% dan yang tidak eksklusif sebesar Robert, 1993 dalam Ferawati, 2010 ). hal ini dapat terjadi 50,8%. karena makin tua seseorang maka makin banyak 2.

  Adanya hubungan yang bermakna antara sikap mendapatkan informasi, termasuk informasi mengenai dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai p pemberian ASI eksklusif. value = 0,011. Adanya hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga (suami) dengan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan nilai p value = paritas responden dengan pemberian ASI eksklusif 0,015. dengan p value = 0,885. Artinya paritas responden 3.

  Tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur multipara (≥ 2 kali) tidak lebih baik daripada responden dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai p yang primipara (1 kali) dalam pemberian ASI eksklusif value = 1,000. Tidak adanya hubungan yang pada bayinya. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan bermakna antara paritas dengan pemberian ASI teori yang dikemukakan oleh Moody (2005) yang eksklusif dengan nilai p value = 0,855. menyatakan bahwa kelahiran bayi kedua dan selanjutnya umumnya lebih mudah sementara menyusui dilakukan

  Saran

  dengan lebih santai dan lembut dan para ibu lebih 1.

  Untuk Dinas Kesehatan DKI Jakarta cenderung menyusui bayi keduanya jika mereka pernah a. sosialisasi mengenai

Meningkatkan menyusui bayi pertamanya

  kebijaksaanaan menyusui bagi tenaga kerja Meskipun tidak terdapat hubungan yang perempuan agar dapat menunjang keberhasilan bermakna antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif, program ASI eksklusif, seperti mengharuskan akan tetapi terlihat kecenderungan responden dalam setiap kantor atau perusahaan menyediakan memberikan ASI eksklusif pada kelompok ibu yang ruangan khusus yang memungkin kan ibu multipara, ini terlihat dari proporsi ibu yang memberikan memeras ASI di tempat kerja dan lemari ASI eksklusif pada ibu multipara sebanyak 51,2 % pendingin sebagai tempat penyimpanan ASI, sedangkan pada primipara hanya 45%. Menurut Helsing atau member kelongaran waktu pada jam & King (1982 : 185) dalam Marlina (2005), bayi

  • – bayi istirahat, agar para ibu yang rumahnya dekat dari ibu – ibu multipara seringkali tidak beruntung. Hal dengan kantor atau perusahaan bisa pulang ini mungkin disebabkan karena ibu yang berusia lebih tua untuk menyusui bayi mereka.

  seringkali mengalami malnutrisi. Beberapa diantara b.

Meningkatkan sosialisasi tentang manfaat mereka yang memiliki anak yang tidak mereka inginkan

  menyusui bagi ibu dan bayi kepada para suami dari suatu keluarga besar lebih mudah untuk menyerah agar turut serta mendukung pemberian ASI untuk tidak memberikan ASI kepada anaknya walaupun eksklusif kepada anaknya, melalui berbagai mereka tidak mengalami kesulitan apapun dalam media. menyusui sebelumnya, namun mereka telah terlanjur c.

  Memberikan apresiasi bagi suami yang member meyakini bahwa mereka tidak memiliki cukup ASI untuk perhatian khusus, sehingga istrinya dapat diberikan kepada bayi mereka. memberikan ASI eksklusif.

  2. Bagi RSUD Pasar Rebo adanya hubungan yang bermakna antara dukungan a.

Diadakannya pertemuan para suami dari keluarga (suami) dengan pemberian ASI eksklusif . Nilai

  karyawan yang sedang hamil dan menyusui OR = 4,222 (95% Cl 1,443 – 12,355) yang artinya ibu agar dapat berbagi pengalaman antar ibu dan yang mendapat dukungan keluarga (suami) mempunyai keluarga, sehingga diharapkan dengan adanya peluang memberikan ASI eksklusif 4,222 kali lebih besar pengalaman

  • – pengalaman dari orang lain maka Pondok Cina Kecamatan Beji Kota baik ibu maupun suami akan lebih berusaha Depok. Skripsi FKM UI, Depok. dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

  Hartuti, 2006.Pemberian Asi Eksklusif dan Faktor Disarankan untuk membuat tempat khusus bagi ibu

  • b.

  faktor yang berhubungan di Puskesmas

  • – ibu yang menyusui (pojok ASI), setiap lantai karena banyak responden yang Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi menyatakan bahwa adanya pojok ASI dapat Tesis FKM UI, Depok.

  Sumatera Barat.

  membantu responden dalam memberikan ASI eksklusif. Harvard Medical School, 2008.Eating fish while c.

  pregnant longer breastfeeding lead to better

  Memberi kelongaran waktu pada jam istirahat, agar para ibu yang rumahnya dekat dengan infant development .NewsRx Health & Science.

  RSUD Pasar Rebo bisa pulang untuk menyusui Atlanta, 28 sep 2008 : Page 308. bayi mereka.

  3. JPK-KR. 2008. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal.

  Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif USAID.Jakarta : 132 mengunakan rancangan penelitian potong lintang

  (cross sectional), pada penelitian selanjutnya Kodrat, Laksono, 2010. Dahsyatnya ASI & laktasi.

  diharapkan dapat mengunakan metode kualitatif Media Baca, Yogyakarta ; vii + 160 halaman. karena dapat memberikan hasil yang mengambarkan kondisi keseluruhan responden sehingga intervensi Liubay LI, Sujun LI, 2003.Feeding practice of infant and yang diberikan menjadi lebih spesifik. their correlates in urban areas of Beijing, China.

  Pediatrics Internasional 45: 400

  • – 40

  Astawan, Made, 30 desember 2010. Untung Rugi Pakai Marlina, 2005.Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan "Microwave" Ibu Tentang ASID Dengan Praktek Pemberian

  ASI Eksklusif di Kota Bogor Provinsi Jawa BadanPusatStatistik. Tingkat Pengangguran. Barat. Skripsi FKM UI, Depok.

  Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis obstetri: Obstetri Danim, Sudarwan, 2003. Metode Penelitian kebidanan : Fisiologi, Obstetri Patologi. EGC, Jakarta : 92

  Prosedur Kebijakan dan Etik. EGC, Jakarta ; xii

  • 333 halaman. Moody, Jane et all, 2005. Menyusui cara mudah, praktis,

  & nyaman . Arcan, Jakarta ; xiv + 234 halaman

  Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia sehat 2010 dan

  pedoman penetapan indikator provinsi sehat dan Muharani, Fitri, 2010. Perilaku Ibu Dalam Pemberian kabupaten / kota sehat. Depkes RI, Jakarta : 20. Asi Pada Bayi di Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi FKM UI, Depok.

  Depkes RI, 2007. Keluarga Sadar Gizi di Desa

  Siaga .Depkes RI, Jakarta Nasir, 2001 .Pemberian ASI Ekslusif dan Hal

  • – Hal yang Berhubungan Pada Bayi Umur 4 -11 bulan di

  Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun Kecamatan Pasar Rebo Kotamadya Jakarta 2008 Timur. Skripsi FKM UI, Depok. Dewi, Rita Nirmala, 2010. Faktor Nofrita, 8 november 2010. Pojok yang Tak Seluas

  • – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI Pojo Ekslusif di Puskesmas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur Tahun 2010 . Skripsi FKM UI, Notoadmojo, Soekidjo, 2002. Metodologi Penelitian Depok.

  Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta ; viii + 208

  halaman Farrer, Helen, 1999. Perawatan maternitas.Edisi 2. EGC,

  Jakarta ; vii + 267 halaman. Notoadmojo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku

  Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta ; x + 210

  Februhartanty, Judhiastuty, 2009. ASI : Dari ayah untuk halaman

  ibu dan bayi. Penerbit Semesta Media, Jakarta ;

  98 halaman. Nurini, LutfiPrisma, 2009. Faktor

  • – Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Multipara

  Ferawati, 2010.Faktor

  Dalam Pemberian ASI Ekslusif di KIA

  • – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Pada Anak Umur 6 Kecamatan Cilincing. Skripsi FKM UI, Depok.
  • – 24 Bulan di Kelurahan

  • – Faktor yang Behubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Buatan II Siak tahun 2007.

  

  • – 102 Tim PustakaPoenix, 2009. Kamus Besar Bahasa

  

  Widodo, Yekti, 2003. Pertumbuhan bayi usia 0 – 4 bulan yang mendapat ASI ekslusif dan makanan pendamping lain.

  Umihaafizh, Feb 19, 2009. WHO Global Data Bank on Infant and Young Child Feeding (IYCF)

  sebuah pelatihan . Pokdi ASI St. Carolus dan PPKC.Jakarta ;137 halaman.

  & 639 Tim St. Carolus, 2007. Konseling pemberian ASI :

  Indonesia. Media Pustaka Poenix, Jakarta : 918

  EGC, Jakarta : 1357 Tim penulisFakultasPsikologi UI, 2009.Psikologi Sosial. Salemba Humanika, Jakarta : 80

  Syah, Muhibbin, 2009. Psikologi Belajar. Rajawali Pers, Jakarta : 123 Tim Penerjemah EGC, 1996. Kamus Kedokteran Dorlan.

  • – 141 Ramadani, Mery, 2009.Hubungan Dukungan Suami

  Sidi, I.P.S. et all, 2004. Manajemen laktasi.Cetakan ke 2.PERINASIA, Jakarta ; 132 halaman. Soetjiningsih, 1997.ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan .EGC.Jakarta ; xv + 196 halaman. Stables, Dot, 1999.Physiology in childbearing with anatomy and related biosciences. Bailliere

  Tindal. London : Chapter 55 Swasono, 2008. Ayah perlu dukung ibu menyusui.

  Salmahet all, 2006. AsuhanKebidananAntenatal.EGC, Jakarta : 77

  Keterangan Istilah. Djambatan, Jakarta : 252

  Ramali, Ahmad, 2005. Kamus Kedokteran Arti dan

  Dengan Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Sumatera Barat tahun 2009. Tesis FKM UI, Depok.

  Rosdakarya, Bandung : 140

  EGC, Jakarta ; viii + 95 halaman Purwanto, Ngalim, 2010. Psikologi Pendidikan. Remaja

  Tesis FKM UI, Depok. Purwanti, Hubertin Sri, 2004. Konsep Penerapan ASI Ekslusif.

  Nurpelita, 2007.Faktor

  Winknjosastro, Hanifa,1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : 23 & 180