FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS BERESIKO DI SMAN 1 CABANGBUNGIN KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014

  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS

BERESIKO DI SMAN 1 CABANGBUNGIN

KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014

1

2 1,2 Siti Jumhati , Ade Irma

  Program Studi D III Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MH. Thamrin Alamat Korespodensi :

Program Studi D III Kebidanan, Fakultas Kesehatan, Universitas MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta

Timur 13550. Telp : (021) 8096411 ext 1501

  

ABSTRAK

  Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19 tahun, secara biologik sebagian besar remaja sudah matang tetapi secara sosial, mental, emosional belum. Akibatnya dapat tejadi masalah-masalah remaja seperti kehamilan diluar nikah, abortus dan ketergantungan obat. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 44 responden atau 55,0% yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah sebanyak 36 responden atau 45,0%, Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan pendidikan orang tua Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,048 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan pekerjaan orang tua Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan sumber informasi Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,038 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan tingkat ekonomi Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan keikut sertaan organisasi Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,069 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna. Diharapkan siswa, orang tua dan isntansi pendidikan mengupayakan peningkatan pengetahuan mereka tentang perilaku seks beresiko, mencari sumber informasi yang baik kepada anak secara dini,agar anak mendapatkan informasi yang akurat serta membekali anak dengan pemahaman agama yang baik dan bertanggung jawab agar remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi yang dapat mempengaruhi perilaku remaja.

  Kata kunci Perilaku seks beresiko, Tingkat pengetahuan remaja :

PENDAHULUAN yang menganalisis hubungan variabel-variabelnya.

  Berdasarkan hasil survey PKBI (Perkumpulan Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross Keluarga Berencana Indonesia) tahun 2012 dan survey sectional dengan melakukan pengamatan pada saat IRRMA (Indonesian Reproductive Health & Right yang bersamaan.

  

Monitoring and Advocation ) tahun 2008, risiko yang Populasi adalah keseluruhan dari unit pengamatan yang

  dihadapi remaja menyangkut perkembangan kesehatan akan kita lakukan (Hastono,2006). Populasi yang reproduksi dan seksualnya, antara lain sebanyak 15,8% digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Selain kelas XI jurusan IPA berjumlah 80 orang di SMAN 1 itu, sebanyak 30,6% remaja terkena infeksi HIV/AIDS Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus dan 24,4% terlibat pelacuran (Jameela, 2008). Tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini diambil dari Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan seluruh populasi Siswa kelas XI jurusan IPA di SMAN

  1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli- masalah penelitian yaitu “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja Agustus Tahun 2014 yaitu 80 responden. tentang perilaku seks beresiko di SMAN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus HASIL Tahun 2014.

  Analisis Univariat

  Menunjukkan bahwa remaja yang menjawab benar

  METODE

  terbanyak adalah pada pertanyaan no 10 jumlah 79 Metode penelitian yang digunakan dalm penelitian ini (98,75%) sedangkan yang menjawab salah terbanyak adalah metode yang bersifat deskriptif yaitu penelitian pada no 13 jumlah 51 (63,75%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Beresiko di SMAN 1 Cabangbungin

  Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014

  80 Responden terdapat orang tua yang berpendidikan rendah (SD-SMP) sebesar 38 responden atau 47,5% dan yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) sebesar 42 responden atau 52,5%, terdapat Orang tua yang tidak bekerja sebesar 38 responden atau 47,5% dan Orang tua yang bekerja sebesar 42 responden atau 52,5%, sumber informasi dari media cetak dan elektronik sebesar 42 responden atau 52,5% dan yang bersumber dari keluarga/teman sebesar 38 responden atau 47,5%, tingkat ekonomi orang tua yang rendah (jika UMR) sebesar 38 responden atau 47,5% dan tingkat ekonomi tinggi (jika> UMR) sebesar 42 responden atau 52,5%, 41 responden atau 51,3% yang tidak mengikuti organisasi dan yang mengikuti organisasi sebanyak 39 responden atau 48,8%.

  80

  13 Apakah anda mengetahuai cara penghitungan masa subur 21 26,25 51 63,75

  80 Berdasarkan Tabel 2. dapat disimpulkan bahwa

  dari 80 Responden terdapat remaja yang mempunyai pengetahuan rendah sebesar 36 responden atau 45,0% dan yang mempunyai pengetahuan tinggi sebesar 44 responden atau 55,0%.

  Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja

  Tentang Perilaku Seks Beresiko Berdasarkan Kategori di SMAN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014

  Pengetahuan Siswa Frekuensi Presentase (%) Rendah 36 45,0 Tinggi

  44 55,0 Total 80 100,0

  Berdasarkan Tabel 3. dapat disimpulkan bahwa dari

  Tabel 3. Gambaran Variabel

  80

  Variabel Frequensi Persentase (%) Pendidikan Orang Tua Rendah (SD-SMP) 38 47,5 Tinggi (SMA-PT)

  42 52,5 Pekerjaan Orang Tua Tidak Bekerja 38 47,5 Bekerja

  42 52,5 Sumber Informasi Media cetak dan elektronik 42 52,5 Keluarga/teman

  38 47,5 Penghasilan Keluaga <500.000 8 10,0 500.000 - 1.000.000

  30 37,5 >1000.000 42 52,5

  Tingkat Ekonomi Rendah (jika< UMR) 38 47,5 Tinggi (jika > UMR)

  42 52,5 Organisasi Tidak 41 51,3 Ya

  39 48,8 Analisis Bivariat a.

  Orang Tua Berdasarkan tabel 4. dapat terlihat bahwa untuk responden dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap

  12 Masa pubertas laki-laki diawali dengan istilah mimpi basah yang berarti 49 61,25 31 38,75

  11 Menstruasi atau haid terjadi apabila 56 70,0 24 30,0

  No Pertanyaan Jawaban Total Benar Salah N % N %

  80

  1 Apakah anda mengetahui istilah perilaku seks beresiko 75 93,75 5 6,25

  80 2 perilaku seks beresiko diawali oleh perilaku remaja yang ingin coba-coba dalam bidangseks. Merupakan hal yang sangat rawan karena akan membawa dampak yang sangat buruk dan merugikan masa depan remaja diantaranya 46 57,5

  34 42,5

  80 3 perilaku seks beresiko sangat beresiko tertular Penyakit Menular Seksual, Komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit menular seksual adalah, kecuali

  41 51,25 39 48,75

  80

  4 Yang merupakan Penyakit Menular Seksual adalah 45 56,2 35 43,75

  80

  5 Dampak dari perilaku seks beresiko adalah 56 70,0 24 30,0

  6 Salah satu resiko dari perilaku seks beresiko adalah terjadinya kehamilan diluar nikah yang menjurus kepada tindakan aborsi akibat yang ditimbulkan apabila melakukaan tindakan aborsi pada kehamilan adalah, kecuali.

  80

  39 48,75 41 51,25

  80

  7 Melakukan hubungan seks beresiko dapat beresiko bagi kesehatan juga bagi kejiwaan ....dampak psikis dari seks beresiko adalah....kecuali 30 37,5

  50 62,5

  80

  8 Melahirkan anak pada usia kurang dari 20 tahun menimbulkan resiko diantaranya 67 83,75 13 16,25

  80

  9 Dibawah ini cara untuk menghindari penyakit menular seksual adalah 72 90,0 8 10,0

  80

  10 Hubungan seksual boleh di lakukan ketika 79 98,75 1 1,25

Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Pendidikan

  perilaku seks beresiko berjumlah 28 responden atau (66,7%), sedangkan untuk responden dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 14 responden atau (33,3%).

Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Tingkat ekonomi

  Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Beresiko Di Sman 1 Cabangbungin

  42 100

  Jumlah

  56

  45.0

  44

  55.0 80 100

  Berdasarkan tabel 6. dapat terlihat bahwa untuk responden dengan tingkat ekonomi tinggi yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 26 responden atau (61,9%), sedangkan untuk responden dengan tingkat ekonomi tinggi, yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 16 responden atau (38,1%).

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Tingkat Ekonomi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresikodi SMAN

  1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  d.

  Informasi Table 7. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Sumber

  Sumber Informasi Pengetahuan Remaja Total Nilai P Rendah Tinggi n % n % n % Media cetak dan elektronik

  Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014

  38 100

  24 57,1 18 42,9

  42 100 0,038

  Keluarga/ teman 12 31,6 26 68,4

  38 100

  Jumlah

  56

  45.0

  44

  55.0 80 100

  Berdasarkan tabel 7. Dapat dilihat bahwa untuk responden dengan sumber informasi dari media (elektronik dan media masa), yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 18 responden atau (42,9%), sedangkan untuk responden dengan sumber informasi dari elektronik dan media masa, yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 24 responden atau (57,1%).

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,038 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara

  0,280 Tinggi 16 38,1 26 61,9

  Tingkat Ekonomi Pengetahuan Remaja Total Nilai P Rendah Tinggi n % n % n % Rendah 20 52,6 18 47,4

  Tabel 4. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Pendidikan

  b. Hubungan antara Pengetahuan Remaja dengan Pekerjaan Orang Tua Tabel 5.

  Ekonomi Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Beresiko Di Sman 1 Cabangbungin

  Table 6. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Tingkat

  c.

  Orang Tua Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Beresiko Di Sman 1

  Tahun 2014

  Pendidikan Orang Tua Pengetahuan Remaja Total Nilai P Rendah Tinggi n % n % n % Rendah 22 57,9

  16 42,1 38 100 0,048 Tinggi 14 33,3 28 66,7

  42 100

  Jumlah

  56

  45.0 44 55.0 80 100

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,048 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi

  .

  Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014

Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Sumber

  Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Pekerjaan Orang Tua Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja

  Tentang Perilaku Seks Beresiko Di Sman 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus

  Pekerjaan Orang tua Pengetahuan Remaja Total Nilai P Rendah Tinggi n % n % n % Tidak Bekerja 20 52,6 18 47,4

  38 100 0,280

  Bekerja 16 38,1 26 61,9

  42 100

  Jumlah

  56

  45.0 44 55.0 80 100

  Berdasarkan tabel 5 dapat terlihat bahwa untuk responden dengan orang tua yang bekerja, yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 26 responden atau (61,9%), sedangkan untuk responden dengan orang tua yang bekerja, yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 16 responden atau (38,1%).

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Pekerjaan orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN

  1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  Tahun 2014 sumber informasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  e.

  Pengetahuan Remaja dengan Keikutsertaan Organisasi Table 8.

  Meoliono, 2010, bahwa Pengaruh teman sebaya berperan dalam pengetahuan remaja. Seseorang yang kita anggap penting atau dekat dengan kita, yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, ataupun seseorang yang berarti khusus bagi kita akan banyak

  1 cabangbungin kabupaten bekasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,038 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN

  Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa untuk responden dengan sumber informasi dari keluarga atau temanyang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 26 responden (68,4%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 12 responden (31,6%), sedangkan pada responden dengan sumber informasi dari media cetak dan elektronik yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 18 responden (42,9%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 24 responden (57,1%) .

  3. Sumber Informasi

  Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI (2010) bahwa pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga. Informasi sering tidak diberikan oleh orang tua yang bekerja, karena tidak mempunyai waktu yang tersisa selain mencari nafkah.

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Pekerjaan Orang tua dengan tingkat pengetahuan remajaterhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  26 responden (61,9%),dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 16 responden (38,1%) sedangkan pada responden dengan Orang tua yang tidak bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan tinggiterhadap perilaku seks beresiko sebanyak 18 responden (47,7%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 20 (52,6%).

  Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa untuk responden dengan Orang tua yang bekerja, responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak

  Dari uraian diatas berarti sesuai dengan hasil studi Need Asessment For Adolescene Reproductive Health yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua yang rendah akan mengakibatkan pengetahuan orang tua terhadap kesehatan reproduksi juga terbatas sehingga orang tua belum siap untuk mempersiapkan anak-anak mereka menghadapi masa remaja, selain itu orang tua menganggap anak-anak mereka lebih tahu dari pada mereka.(Ali, 2012)

Hubungan

Pekerjaan Orang Tua (Ayah dan Ibu)

  Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maysaroh (2011) pendidikan orang tua (ayah dan ibu) akan berdampak pada minimnya pengetahuan remaja.

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,048 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan Orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresikodi SMAN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi.

  Berdasarkan hasil Analisis responden dengan Orang tua yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) respondenyang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 28 responden (66,7%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 14 responden (33,3%) sedangkan pada responden dengan Orang tua yang berpendidikan rendah (SD-SMP) responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 16 responden (42,1%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 22 responden (57,9%).

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,069 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keikutsertaan organisasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  Berdasarkan tabel 8. Dapat terlihat bahwa untuk responden yang mengikuti organisasi, yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 26 responden atau (66,7%). Sedangkan untuk responden yang mengikuti organisasi yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 13 responden atau (33,3%)

  45.0 44 55.0 80 100

  56

  13 33,3 26 66,7 39 100 Jumlah

  Keikutsertaan Organisasi Pengetahuan Remaja Total Nilai P Rendah Tinggi n % n % n % Tidak 23 56,1 18 43,9 41 100 0,069 Ya

  Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014

  Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Keikutsertaan Organisasi Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja

PEMBAHASAN 1. Pendidikan Orang Tua (Ayah danIbu)

  mempengaruhi pengetahuan kita terhadap sesuatu Disinilah suatu masalah sering kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhan yang juga melibatkan pasangannya.

  Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Moeliono,2010 bahwa organisasi merupakan perkumpulan suatu kelompok tertentu yang terhimpun didalam suatu wadah baik disekolah maupun luar sekolah. Adapun berbagai macam bentuk organisasi yang ada didalam sekolah seperti osis, pramuka,karang taruna dan lainya. Organisasi adalah wadah generasi bangsa yang merupakan wahana penting untuk menangkal berbagai potensi negatif yang berkembang dimasyarakat khususnya generasi muda/remaja yang perlu mengetahui tentang kespro melalui sosialisasi kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi diharapkan dapat merubah perilaku remaja yang tidak sehat menjadi sehat.

  4. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan sumber informasi dari keluarga atautemansebesar 38 responden atau47,5% sumber informasi dari media cetak dan elektronik, sebesar 42 responden atau52,5%. Setelah dilakukan uji dengan Chi- Square diperoleh nilai p Value = 0,038 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  3. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan pekerjaan orang tua yang tidak bekerja sebesar 38 responden atau 47,5% dan pekerjaan orang tua yang bekerja sebesar 42 responden atau 52,5%. Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Pekerjaan ayah dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  2. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan pendidikan orang tua yang berpendidikan rendah (SD-SMP) sebesar 38 responden atau 47,5% dan yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) sebesar 42 responden atau 52,5%. Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,048 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 44 responden atau 55,0% yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah sebanyak 36 responden atau 45,0%.

  Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor- faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku seks beresiko di SMAN 1 analisis univariat dan analisis bivariat di peroleh kesimpulan sebagai berikut : 1.

  KESIMPULAN

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,069 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keikutsertaan organisasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  4. Tingkat Ekonomi

  Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa untuk responden yang mengikuti organisasi, yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 26 responden (66,7%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 13 responden (33,3%), sedangkan yang tidak mengikuti organisasi, yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 18 responden (43,9%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 23 responden (56,1%).

  5. Keikutsertaan Organisasi

  Depkes RI, 2009, yaitu orang tua yang memiliki sosial ekonomi rendah kurang menyadari pentingnya pemberian pengetahuan kepada anaknya. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan reproduksi.

  1 cabangbungin kabupaten bekasi. Hal ini tidak sesuai dengan dengan pernyataan

  Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Tingkat Ekonomi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadapperilaku seks beresiko di SMAN

  Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa untuk responden dengan keluarga dengan tingkat ekonominya tinggi (jika >UMR), yang memiliki tingkat pengetahuan responden (61,9%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 16 responden (38,1%), sedangkan pada responden dengan keluarga dengan tingkat ekonominya rendah (jika<UMR), yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 18 responden (47,4%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 20 responden (52,6%).

  5. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadapperilaku seks beresiko berdasarkan tingkat ekonomi orang tua yang rendah (jika< UMR) sebesar 38 responden atau 47,5% dan tingkat ekonomi tinggi (jika >UMR) sebesar 42 responden atau 52,5%. Setelah dilakukan uji dengan Chi- Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Tingkat Ekonomi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  6. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan keikutsertaan organisasi yang tidak mengikuti organisasi sebanyak 41 responden atau 51,3 dan atau 48,8%. Setelah dilakukan uji dengan Chi- Square diperoleh nilai p Value = 0,069 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keikutsertaan organisasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

  DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo,S.2010.Metodelogi Penelitian Kesehatan.

  Jakarta: Rineka Cipta. ___________, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

  Priyo, Sutanto Hastono, 2007. Analisis Statistik Kesehatan. FKM UI. ___________________,2006. Statistik Kesehatan.

  Jakarta Rajawali Press. Sumber Demografi Kesehatan Indonesia 2007, Jakarta. Saifuddin, Abdul, Bari. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :YBP-SP.

  Serbaguna, 2007. Atlas Tentang Metodologi + Manajemen Penelitian. Jakarta, Sagung seto. Rostina, 2008. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Erlangga. statistic.com) Intan kumalasari,2012.kesehatan reproduksi ,Jakarta, Saleba medika. Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu

  Pendkatan Praktik . Edisi revisi.ke IV, Jakarta

  : Rineka Cipta Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data .

  ___________________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.

  Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman. Rianto, Agus 2009. Pengolahan Data dan Analisis Data Kesehatan (dilengkapi uji validitas.