Chapter II Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Indonesia Sub Area Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Payne (dalam Adi, 1997:266), suatu pemberdayaan pada intinya, ditujukan guna membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antra lain melalui transfer daya dari lingkungannya.

Shardlow (dalam Adi, 2008:78) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan meraka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masadepan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam kesimpulannya, Shardlow menyimpulkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan ilmu kesejahteraan dengan nama “self–determination”. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menetukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemberdayaan itu bukan hanya suatu imterpretasi, tapi bisa lebih dari satu interprestasi (multiple interpretation), dimana interprestasi yang satu dengan yang lainnya belum tentu sama.

Horgan (dalam Adi, 2000:20) menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu: Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall depowering/ empowerment),

1. Mendiskusikan alasan mengapa tejadi pemberdayaan dan penindakbedayaan (descuss reasons for depowerment/ empowerment).

2. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project ),

3. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (identify usuful power bases),

4. Mengembangkan rencana rencana aksi dan mengimplementasikannya (develop and implement action plans).

2.2. Konsep Tentang Kemiskinan

Kemiskinan adalah sesuatu yang nyata adanya bagi meraka yang tergolong miskin, kereka sendiri merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan tersebut. Kemiskinan itu akan lebih terasa lagi apabila mereka telah membandingkannya dengan kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat kehidupannya. Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, papan sebagai tempat berteduh(Hartomo, 2008:314).

Parsudi Suparlan (dalam Hartomo, 2008: 313) menyatakan kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Sedangkan menurut Emil Salim (dalam Hartomo, 1982:314) Mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan, pakaian tempat berteduh dan lain-lain.

Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terjuwud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut terutama adalah aspek sosial dan ekonomi. Aspek sosial ialah adanya ketidaksamaan sosial diantara sesama warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan aspek ekonomi ialah adanya ketidak saamaan diantara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi(Hartomo, 2008:315)

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang nasib umat manusia. Lebih jauh lagi, kemiskinan merupakan fakta yang sepanjang masa dan dimana saja dapat kita lihat. Hal ini berarti bahwa kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata, dekat dan menyatu dengan kita, namun tidak mudah dipahami secara holistik. Maka dari itu langkah yang pertama yang dapat dilakukan dalam upaya dalam hal memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu:

1. Kemiskinan itu multi dimensi. Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam.

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan dan kemunduran pada aspek lainnya. Justru aspek seperti ini lah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif.

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur. Fenomena yang sering kita temui adalah pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim ditempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Kemiskinan dapat diukur dalam klasifikasi tingkatan, yaitu:

a. Miskin

b. Sangat miskin

c. Sangat miskin sekali BKKBN mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat kedalam berbagai tingkat, yaitui:

a. Prasejahtera

b. Sejahtera 1

c. Sejahtera 2 Klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa kemiskinan itu merupakan fakta yang terukur. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individu maupun kolektif.

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban poverty), dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota secara an sich. Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individi maupun kelompok, dan bukan wilayah (Siagian, 2012:12-15).

Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri–ciri kemiskinan, yakni:

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, meodal yang memadai atau pun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktifitas ekonomi sesuai dengan mata pencahaariannya.

2. Mereka yang pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatasn sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, kondisi ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu lagi untuk belajar atau meningkatkan keterampilan.

4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan ketegori setengah menganggur.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai (Siagian, 2012: 16-23).

Indikator kemiskinan yang beraneka ragam dihasilkan melalui tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Pendapatan. Sekilas pendekatan pendapatan diyakini dapat menghasilkan rumusan indikator kemiskinan yang repsentatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapat hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat.

2. Pendekatan Konsumsi. Banyak pihak berpendapat bahwa pendapatan tidak selalu dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kelemahan yang terdapat pada penetapan pendapatan sebagai indikator kemiskinan menjadi banyak ahli mencari indikator lain. Salah satu indikator alternatif yang di anggap cukup representatif adalah konsumsi.

3. Pendekatan Multi Aspek. Pada awalnya banyak pihak meletakkan harapan pada penetapan indikator kemiskinan yang di tetapkan melalui pendekatan konsumsi.Namun setelah dilakukan, pendekatan tersebut dianggap masih sarat dengan kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah sulitnya dilakukan pengukuran yang akurat.

Salah satu pihak yang berupayan menelaah dan menetapkan indikator kemiskinan melalui pendekatan multi aspek adalah PBB. Dalam laporan PBB I berjudul Report On International Definition And Measurement Of Standard And Level Of Living , badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi:

1. Kesehatan, termasuk kondisi demografi.

2. Makanan dan gizi

3. Pendidikan, termasuk literacy dan skill

4. Kondisi pekerjaan

5. Situasi kesempatan kerja

6. Konsumsi dan tata hubungan aggregatif

7. Pengangkutan

8. Perumahan, termasuk fasilitas – fasilitas perumahan

9. Sandang

10. Rekseasi dan hiburan

11. Jaminan sosial

12. Kebebasan manusia (United Nation, 1965). Upaya merumuskan indikator kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1996 adalah menyusun komposisi kebutuhan dasar, yang dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pangan dan non pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Hal utama yang ingin diketahui adalah data tentang pengeluaran perkapita didaerah kota dan desa.

Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas pangan terdiri:

1. Padi padian dan hasil hasilnya

2. Ubi–ubian dan hasil hasilnya

3. Ikan dan hasil–hasilnya

4. Daging

5. Telur

6. Susu dan hasil hasil dari susu

7. Sayur-sayuran

8. Kacang-kacangan

9. Buah-buahan

10. Makanan yang sudah jadi

11. Minuman yang mengandung alcohol

12. Tembakau

13. Sirih Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas non pengan adalah:

1. Perumahan

2. Bahan bakar

7. Alas kaki

8. Tutup kepala

9. Barang barang yang tahan lama

10. Keperluan pesta dan upacara (BPS, 1996) Informasi yang cukup menarik adalah terjadinya perbedaan jenis komoditas yang termasuk kebutuhan dasar diberbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu diera otonomi daerah saat ini adalah lebih tepat masing masing daerah merumuskan sendiri indikator kemiskinan yang wajar diberlakukan didaerah masing–masing sehingga lebih obyektif.

Penetapan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin yang dilakukan oleh departemen ilmu sosial merumuskan indikator yang merefleksikan tingkat kemiskinan yang sesungguhnya ada dimasyarakat. Hasilnya adalah Penetapan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin yang dilakukan oleh departemen ilmu sosial merumuskan indikator yang merefleksikan tingkat kemiskinan yang sesungguhnya ada dimasyarakat. Hasilnya adalah

1. Penghasilan rendah atau berada bibawah garis sangat miskin yang diukur dari tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS perwilayah provinsi dan kabupaten/kota.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/beras untuk miskin/santunan sosial.

3. Keterbatasan kepemilikan pekaian untuk setiap anggota keluarga pertahun (hanya mampu memiliki satu stel pakaian lengkap perorangan pertahun).

4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit.

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar sembilan tahun bagi anak anaknya.

6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat miskin.

7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.

8. Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf.

9. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.

10. Kesulitan air bersih.

11. Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara.

12. Sanitasi lingkungan yang kumuh/tidak sehat (Departemen sosial 2006). Tiga pendekatan tersebut disebabkan karena sulitnya menetapkan indikator kemiskinan. Artinya jika ternyata tidak menghasilkan indikator yang dianggap 12. Sanitasi lingkungan yang kumuh/tidak sehat (Departemen sosial 2006). Tiga pendekatan tersebut disebabkan karena sulitnya menetapkan indikator kemiskinan. Artinya jika ternyata tidak menghasilkan indikator yang dianggap

2.3. Konsep Tentang Program Kemitraan

2.3.1. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Program tersebut dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa didalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan. Program merupakan segala bentuk rencana yang akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara terintegrasi untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Charles O. Jones menyebutkan bahwa pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cederung membutuhkan staf, misalnya melaksanakan atau sebagai peleku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik. Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones, 1996:295).

2.3.2. Pengertian Kemitraan

Kemitraan adalah kerjasama usaha/kongsi/joint venture baik dengan pelaku usaha secara pribadi maupun dengan perusahaan dalam maupun luar negeri. Kepentingan kemitraan tersebut adalah untuk saling mengisi dan memberi peluang baik untuk kepentingan masyarakat kurang mampu maupun mitra kerjasama. Sebab itu dalam kemitraan tersebut yang diwujudkannya adalah bagaimana menempatkan peluang pembukaan unit-unit usaha baru untuk membangun masyarakat kurang mampu (http://kopindogemilang.123stones.com/whats_new.html. diakses pada tanggal 05 maret 2013, pukul 10.31.WIB).

2.3.3 Pengertian Program Kemitraan

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat

2.3.4. Program Kemitraan PT. Telkom Tbk

Penyelenggaraan program kemitraan untuk membantu pengusaha kecil atau mikro dikasanakan oleh Condev Divre I secara berkelanjutan (kontinu) sejak tahun 2002 hingga saat ini. Program kemitraan terdiri dari Program Penyaluran Dana Pinjaman, Pengumpulan Angsuran Pinjaman dan Program Pembinaan Kepada Mitra Binaan Telkom Divre I Sumatera.

Proses penyaluran dana dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode triwulan, yang biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Penentuan Mitra Binaan (pengusaha mikro/kecil) yang akan dibantu melalui proses seleksi terhadap calon mitra binaan. Proses seleksi tersebut dimulai dari tahap penelitian administrasi hingga tahap survey kelayakan dilapangan, dan dilakukan sejak awal triwulan. Pelaksanaan proses ini dilakukan oleh condev datel atau comdev area pelayanan (provinsi) dimasing-masing area datel atau pelayanannya.

PT.Telkom dalam Menjalankan Program Kemitraan ini, terdapat beberapa hal yang sebelumnya harus dipahami, antara lain:

1. Perjanjian Kerjasama (PKS)

Perjanjian keraja sama yang merupakan perikatan perjanjian antara Telkom dengan mitra binaan yang mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak.

2. Mitra Binaan

Mitra binaan adalah badan hukum atau perorangan yang telah diberikan dana pinjaman dari Unit CD Telkom untuk mengembangkan usaha sesuai dengan PKS.

3. Laporan

Laporan adalah informasi tentang status progres, dan potensi kegiatan program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang dipertanggung jawabkan kepada pihak yang berkepentingan.

4. Bunga Pinjaman

Bunga pinjaman adalah interes atau nilai dalam prosentase sesuai tabel dana pinjaman yang telah disalurkan oleh Unit CD kepada mitra binaan, yang dikenakan kepada mitra binaan. Bunga diangsur bersama-sama dengan angsuran pokok pinjaman oleh mitra binaan setiap bulan melalui transfer rekening bank.

5. Masa Pinjaman

Masa pinjaman adalah masa perjanjian dana pinjaman 24 bulan terhitung sejak 1 (Satu) bulan tenggang waktu setelah PKS ditanda tangani oleh kedua belah pihak.

6. Rekening Koran

Rekening koran adalah identifikasi nasabah pada institusi perbankan, yang telah disyahkan oleh prebankan tertentu, sebagai alamat transaksi (kirim/terima) antara mitra binaan dengan CD Telkom.

7. Pembayaran Angsuran

Pembayaran angsuran adalah kewajiban mitra binaan menyetorkan sejumlah angsuran (pinjaman pokok + bunga) perbulan ke rekening Unit CD/Telkom selama masa PKS.

8. Anggunan

Angsuran adalah satu jaminan mitra binaan yang diserahkan kepada Unit CD, sebagai ikatan tanggung jawab terhadap dana pinjaman yang harus dikembalikan oleh mitra binaan. Sebelum memberikan pinjaman Telkom Sub Area Medan harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur atau calon Mitra Binaan. Bila terdapat unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan calon Mitra Binaan mengembalikan utangnya, agunan dapat berupa Sertifikat Hak Milik atau Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). Apabila mitra binaan tidak memenuhi kewajiban untuk mengangsur selama 3 bulan berturut-turut, maka mitra binaan memberikan kasa untuk melelang agunan yang diserahkan pada waktu PKS ditandatangani untuk dilelang. Uang hasil lelang tersebut digunakan untuk melunasi sisa pinjaman terhutang. Apabila terdapat kelebihan dari hasil lelang, maka akan diserahkan kepada mitra binaan terkait, namun apabila hasil lelang tidak mencukupi, maka kekurangan pelunasannya tetap menjadi hutang mitra binaan untuk dibayar kembali kepada Telkom(PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:05).

2.3.5. Dasar Hukum Pengelolaan PKBL

1) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. KEP-236/MBU/2003, Tanggal 17 JUNI 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

2) Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. SE 433/MBU/2003 Tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

3) Keputusan DireksiNomor. KD 51/PS150/COP-B0030000/2006 13 September 2006 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Community Development Center).

4) Keputusan Direksi PT Telkom Nomor. KD 51/KU-200/ PLK00/ 2003 TANGGAL 28 Agustus 2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.

5) PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

6) Keputusan Direksi Nomor. KD 12/PS150/COP-B0030000/2008 Tanggal 5 Februari 2008 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Community Development Center) (PT. Telekomunikasi Indonesia CDA I, 2008:02). Beberapa prinsip dasar program kemitraan usaha kecil yang menjadi pijakan

dalam penyusunan pedoman akuntasnsi program kemitraan adalah sebagai berikut:

1. Unit PKBL adalah unit organisasi yang khusus mengelola program kemitraandan program bina lingkungan dan merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina serta berada di bawah pengawasan seorang direksi.

2. Pembukuan dana program kemitraan dan program bina lingkungan dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.

1. Sumber dana program kemitraan berasal dari:

a) Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina.

b) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana program kemitraan.

c) Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

d) Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.

3. Apabila diperlukan, dana program kemitraan pada unit PKBL dari suatu BUMNdapat dialih kelolakan kepada BUMN lain.

4. Bentuk program kemitraan:

a) Dana program kemitraan dapat disalurkan dalam bentuk pinjaman maupun dalam bentuk dana pembinaan kemitraan.

b) Besarnya dana program kemitraan yang digunakan untuk dana pembinaan kemitraan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c) Penyaluran dalam bentuk pinjaman dapat digunakan untuk modal kerja dan pembelian aktiva produktif sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip jaul beli,

perhitungan proyeksi margin yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, rasio bagi hasilnya sesuai denganperaturan yang berlaku.

f) BUMN Pembina dapat melakukan rescheduling atau reconditioning atas pinjaman dengan kategori kurang lancar, diragukan dan macet.

g) Pinjaman dengan kategori bermasalah dihapus bukukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

5. Penyaluran dana oleh unit PKBL hanya dapat dilakukan setelah melalui serangkaianproses evaluasi dan seleksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Persyaratan-persyaratan akuntansi yang harus dipenuhi dalam penyusunan pedoman akuntansi adalah sebagai berikut:

a) Laporan keuangan harus menyajikan informasi keuangan material yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

b) Laporan keuangan dihasilkan melalui suatu siklus akuntansi.

c) Laporan keuangan harus dapat ditelusuri kebenarannya.

d) Konsistensi antar laporan keuangan harus dijaga.

7. Dari pembatasan-pembatasan sebelumnya, maka beberapa asumsi yang digunakan adalah:

a) Basis yang digunakan adalah basis akrual, kecuali untuk pengakuan pendapatan jasa administrasi pinjaman dan pendapatan sewa beli syariah menggunakan basis kas.

b) Entitas diasumsikan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

c) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran pinjaman adalah ketika dicarikannya pinjaman.

d) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran dana pembinaan kemitraan adalah

ketika dikeluarkannya pembiayaan (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008: 02- 04).

2.4. Bentuk Program Kemitraan 2.4.1.Penyaluran Pinjaman

Pinjaman yang disalurkan melalui program kemitraan diarahkan kepada usaha kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk memperoleh pinjaman sebelum bankable atau prasyarat yang dapat diterima oleh pemberi pinjaman bila ingin berbisnis dengan pemberi pinjaman. Program Kemitraan penyaluran dana ini dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode triwulanyang biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan Desember.Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :

1) Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam

rangka meningkatkan produksi dan penjualan.

2) Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha

Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangkapendek dalam rangka memenuhi peranan dari rekanan usaha Mitra Binaan.

3) Beban pembinaan:

a. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.

b. Beban pembinaan bersfat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.

c. Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binaan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman tersebutadalah sebagai berikut:

A. Pinjaman Dan Evaluasi Proposal

Calon mitra binaan yang ingin mendapat pinjaman program kemitraan untuk pengembangan usahanya, harus menyampaikan proposal kepada BUMN Pembina atau BUMN penyalur atau lembaga penyalur yang membuat sekurang kurangnya data sebagai berikut:

1. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat:

a) Data pribadi sesuai KTP.

b) Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan,

Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah Tenaga Kerja).

c) Data Keuangan meliputi Laporan Keuangan/Catatan Keuangan 3 bulan terakhir, Rencana Penggunaan dana Pinjaman.

2. Melampirkan:

a) FC KTP Suami/Istri atau identitas lainnya.

b) FC Kartu Keluarga.

c) Pas Photo ukuran 3 X 4 - Keterangan Serba Guna dari kelurahan.

d) Gambar/Denah Lokasi Usaha.

e) FC Rekening Bank/Buku Tabungan.

f) Laporan Keuanagn Praktis (diisi pada formulir aplikasi).

g) Surat Pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/perusahaan

lain.

3. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban danneraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha)dan.

4. Rencana usaha dan kebutuhan data. Calon Mitra Binaan akan mengajukan permohonan pengajuan pinjaman kepada Telkom Sub Area MedanSebelum waktu penyaluran dana berlangsung. Kemudian oleh Telkom Sub Area Medan dilakukan penyeleksian terhadap Calon Mitra Binaan dimulai dengan menyeleksi prospek dan jenis usaha dari data-data yang diberikan oleh Calon Mitra Binaan. Calon Mitra Binaan yang lulus seleksi berkas akan diseleksi lagi dengan melakukan survey langsung ke lokasi usaha masing-masing Calon Mitra Binaan. Surve dilakukan oleh staf Telkom Sub Area Medan, namun tidak semua Calon Mitra Binaan disurve secara langsung ke lokasi usahanya, hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia Telkom Sub AreaMedan.

Telkom Sub Area Medan selain surve, juga melakukan koordinasi Koordinator BUMN Pembina. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina didalam suatu provinsi tertentu. Calon Mitra Binaan yang mengajukan permohonan menjadi mitra binaan Telkom, tidak dapat menjadi mitra binaan BUMN lain. Fungsi dari koordinasi yang dilakukan antara Telkom Sub Area Medan dengan Koordinator BUMN Pembina wilayah Sumatera Utara adalah untuk menghindari duplikasi pemberian pinjaman dana Program Kemitraan. Seandainya diketahui Calon Mitra Binaan adalah mitra binaan BUMN lain, maka yang bersangkutan tidak berhak mengajukan permohonan pinjaman kepada pihak Telkom.

Pelaksanaan survei, akan dinilai objek usaha, prospek usaha dan kondisi ekonomi keluarga Calon Mitra Binaan. Kemudian Calon Mitra Binaan yang telah diseleksi melalui survei dan juga telah layak bina akan melaksanakan dan menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Telkom Sub Area Medan sebagai pihak pemberi pinjaman di dalam PKS (perjanjian kerja sama) tersebut dimuat semua Pelaksanaan survei, akan dinilai objek usaha, prospek usaha dan kondisi ekonomi keluarga Calon Mitra Binaan. Kemudian Calon Mitra Binaan yang telah diseleksi melalui survei dan juga telah layak bina akan melaksanakan dan menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Telkom Sub Area Medan sebagai pihak pemberi pinjaman di dalam PKS (perjanjian kerja sama) tersebut dimuat semua

Program Kemitraan ini berlangsung selama dua tahun, artinya setiap Mitra Binaan diberikan batasan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman kepada Telkom Sub Area Medan. Namun jika ada Mitra Binaan yang ingin meneruskan atau memperpanjang hubungan kemitraannya dengan Telkom Sub Area Medan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permohonan pengajuan pinjaman kepada Telkom Sub AreaMedan. Program Kemitraan, Telkom Sub Area Medan tidak semata-mata hanya memberikan pinjaman kepada Mitra Binaannya saja. Tapi lebih dari itu juga melakukan pembinaan kepada masing-masing Mitra Binaan. Pembinaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan berupa pelatihan dan promosi usaha Mitra Binaan guna meningkatkan produktivitas Mitra Binaan.

Hubungan yang dibangun dalam Program Kemitraan antara Telkom Sub Area Medan dengan para Mitra Binaannya tidak monoton hanya sebatas kreditur dan debitur, tetapi juga melahirkan hubungan emosional yang lebih bersifat kekeluargaan dan kebersamaan selayaknya antara Mitra Binaan dan Pembina. Pelayanan yang ramah dan profesional yang dilakukan oleh staf Sub AreaMedan dalam pelaksanaan Program Kemitraan menimbulkan kenyamanan bagi para pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaannnya sehingga menimbulkan semangat bagi Mitra Binaan untuk terus berusaha meningkatkan taraf kesuksesan usaha kecil yang dimilikinya. Telkom Sub Area Medan dalam hal ini telah melakukan pemberdayaan usaha kecil Hubungan yang dibangun dalam Program Kemitraan antara Telkom Sub Area Medan dengan para Mitra Binaannya tidak monoton hanya sebatas kreditur dan debitur, tetapi juga melahirkan hubungan emosional yang lebih bersifat kekeluargaan dan kebersamaan selayaknya antara Mitra Binaan dan Pembina. Pelayanan yang ramah dan profesional yang dilakukan oleh staf Sub AreaMedan dalam pelaksanaan Program Kemitraan menimbulkan kenyamanan bagi para pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaannnya sehingga menimbulkan semangat bagi Mitra Binaan untuk terus berusaha meningkatkan taraf kesuksesan usaha kecil yang dimilikinya. Telkom Sub Area Medan dalam hal ini telah melakukan pemberdayaan usaha kecil

Sesuai dengan yang dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang UMKM yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan kriteria Usaha Kecil itu sendiri adalah sebagai berikut :

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lma puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Bagi Calon mitra binaan yang sudah memberikan proposal kepada BUMN

Pembina atau BUMN Penyalur harus mengetahui jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dan syarat-syarat penerima pinjaman yaitu:

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 Juta (tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha).

b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1 milyar.

c) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

d) Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

e) Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai potensi &

prospek usaha untuk dikembangkan.

f) Belum pernah dan tidak sedang mendapat bantuan pembinaan dari BUMN dan

institusi sejenis yang lain. Syarat usaha kecil yang pertama dan kedua yang ditetapkan Telkom melalui

Keputusan Direksi PT. Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan berbeda dengan kriteria usaha kecil yang ditentukan di dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Pada ketentuan di Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, kekayaan bersih pada usaha kecil paling banyak adalah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak adalah Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah), sedangkan pada Keputusan Direksi PT.Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan kekayan bersih yang dimiliki usaha kecil paling banyak adalah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Kesimpulan yang didapat adalah syarat kriteria usaha kecil yang diterapkan Telkom dalam program kemitraannya lebih kecil dari pada yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor.20 Tahun 2008 tentang UMKM.

Syarat ketiga adalah milik warga Negara Indonesia, jadi usaha kecil yang dimiliki atau bekerjasama dengan warga Negara asing tidak dapat mengajukan permohonan pinjaman dalam Program Kemitraan ini. Syarat keempat adalah bahwa usaha kecil yang bersangkutan tidak dibenarkan memiliki kerjasama aau berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha besar, jadi usaha kecil tersebut murni berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, ataupun berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha besar.

Syarat kelima adalah usaha kecil yang bersangkutan merupakan badan usaha perorangan baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, termasuk juga koperasi, jadi Koperasi dapat mengajukan pinjaman pada Program Kemitraan ini. Syarat usaha kecil yang terakhir yaitu usaha kecil yang akan mengajukam permohonan pinjaman, harus telah melakukan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai prospek usaha untuk dikembangkan.

Telkom Sub Area Medan selaku unit PKBL Telkom diwajibkan melakukan koordinasi dengan koordinator BUMN Pembina. Jika diketahui calon Mitra Binaan telah ikut dalam Program Kemitraan BUMN lainnya, maka ia tidak dapat mengajukan permohonan untuk menjadi mitra binaan Telkom. Melalui data-data yang diberikan itulah pihak Telkom Sub Area Medan akan mengadakan penyeleksiaan kepada masing-masing calon Mitra Binaan yang telah mengajukan permohonan. Calon Mitra Binaan yang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Telkom dan layak bina akan menyelesaikan proses administrasi selanjutnya.

Setelah proposal permohonan tersebut dibuat oleh calon mitra binaan, proposal permohonan tersebut diseleksi oleh unit Sub Area Medan. Tahap seleksi ini merupakan evaluasi awal yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan kepada calon

Mitra Binaan. Apabila proposal permohonan tersebut memenuhi syarat maka unit Sub AreaMedan akan melakukan survei kepada calon Mitra Binaan. Survei yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan kepada calon Mitra Binaan aktif maupun pasif dengan melakukan wawancara, dan verifikasi data administrasi dan keuangan.

Selain itu survei yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan juga dilakukan tanpa sepengetahuan calon Mitra Binaan itu sendiri, yaitu dengan mencari informasi kepada tetangga atau Kepala Lingkungan maupun kepada instansi terkait lainnya mengenai Calon Mitra binaan. Apabila calon Mitra Binaan ini memenuhi syarat setelah dilakukannya survei oleh unit Sub Area Medan, maka langkah yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini dilakukan oleh unit Sub Area Medan dengan melihat kebenaran identitas dan status usaha, menilai kelayakan usaha, melakukan analisa keuangan, dan menilai lebih lanjut mengenai 5 C yaitu,Character, Capability, Capacity, Condition of economy, dan Collateral.

B. Penyaluran Pinjaman

Proposal dari calon mitra binaan telah disetujui maka unit PKBLmenyalurkan pinjaman kepada mitra binaan. Penyaluran pinjaman tersebut dituangkan dalam satu surat perjanjian/kontrak yang sekurang kurangnya memuat:

1. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur dan mitra binaan.

2. Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur dan Mitra Binaan:

a) Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1) Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina.

2) Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib.

3) Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

4) Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN Pembina.

a. Sektor Usaha yang dapat diberikan bantuan pinjaman adalah Industri, Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan Jasa lainnya.

b. Jumlah pinjaman dan peruntukannya.

c. Bunga pinjaman:

Tabel 2.1 Bunga Pinjaman

No Jumlah Pinjaman Yang Di Berikan Jasa Administrasi /Tahun

1 s/d Rp. 10.000.000 6%

2 > Rp. 10.000.000 s/d Rp. 30.000.000 6%

3 > Rp. 30.000.000 s/d Rp. 50.000.000 6%

4 > Rp. 50.000.000 6% Sumber (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008: 08).

Besarnya jasa administrasi pinjaman dana program kemitraan per tahun sebesar 6% dari limit pinjaman atau administrasi lain oleh Menteri (PER MEN – 05 BAB IV pasal.12 ayat (3)).

C. Monitoring, Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang BermasalahMitra Binaan

Setelah pinjaman disalurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN penyalur atau lembaga penyalur monitor pemenuhan kewajiban mitra binaan. Apabila terdapat pembayaran yang belum diketahui, maka pembayaran tersebut diakui sebagai hutang sampai dengan diketahuinya mitra binaan yang melakukan pembayaran.Pinjaman dana program kemitraan dinilai kualitasnya berdasarkan pada ketetapan waktu pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa administrasinya pinjaman dari Mitra binaan.

Penggolongan kualitas pinjamansesuai ketentuan yang berlaku adalah:

1. Lancar Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dilakukan tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman selambat lambatnya 30 hari (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

2. Kurang Lancar Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.

3. Diragukan Apabil terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh hari) hari dan belum melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh 3. Diragukan Apabil terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh hari) hari dan belum melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh

4. Macet Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008:5-6).

2.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan

Dana pembinaan kemitraan yang disalurkan melaui program kemitraan ditujukan kepada mitra binaan yang telah dan masih terdaftar dalam program kemitraan. Artinya dana ini hanya dapat diberikan kepada dan untuk kepentingan mitra binaan.Dana pembinaan kemitraan disalurkan melalui beberapa program yang disusun untuk membantu mitra binaan dalam rangka mengembangkan usahanya dengan hibah.

A. Pendidikan dan Pelatihan Serta Pemagangan.

1. Mengingkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi atau pengelolaan.

Dilakukan melalui pelatihan contohnya dalam mendatangkan instuktur yang ekspert di bidangnya, mitra yang bergerak di bidang olahan pangan maka untuk meningkatkan ketrampilannya dilakukan dengan memberikan pelatihan pengolahan pangan yang baik sesuai dengan standar BPOM.

2. Mengingkatkan pengendalian mutu produksi. Mutu produksi dilakukan dengan mengadakan pelatihan bagi mitra binaan yang terkait dengan produksi barang.

3. Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.

Standarisasi teknologi yang diberikan telkom adalah pemberikan pelatihan mengenai internet, agar mitra binaan bisa mengembangkan produksinya di media jejaring sosial, dan juga pemasaran produksi melalui blog dan lain-lain.

4. Meningkatkan rancang bangun dan perekaysaan.

B. Pemasaran Produk Mitra Binaan.

1. Membantu penjualan produk MB.

2. Membantu mempromosikan produk MB melalui kegiatan pameran maupun penyediaan ruang pameran.

Atas dana pembinaan kemitraan tersebut mitra binaan tidak menerima dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk progam-program yang telah disusun.Kegiatan yang dibiayai melalui dana pembinaan kemitraan tersebut ditangani oleh BUMN Pembina yang dalam pelaksanaannya dapat menyertakan pihak luar sebagai pekasana kegiatan, misalnya dalam hal penyediaan pemateri pelatihan, penyelenggara kegiatan pameran, dan sebagainya (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008:7-8).

2.5. Uraian Pengertian Tentang BUMN

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional disamping usaha swasta dan koperasi. Melalui sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan mengahsilkan barang/jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar besarnya kemakmuran masyarakat.

Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan perintis dalam sector sektor usaha yang belum diminati oleh swarta. Selain itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden dan hasil privatisasi.

Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kagiatan usaha pada hampir seluruh sektor perekonomian seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, mannufaktur, pertambangan keuangan, pos dan telekominukasi, transportasi, listrik, industri dan perdagangan serta kontruksi.

Sebagai institusi bisnis BUMN dituntut untuk dapat menghasilkan laba sebagaimana layaknya perusahaan–perusahaan bisnis lainnya. Namun disisi lain, pada saat yang bersamaan BUMN ditutntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan nasional dan berperan sebagai instiut sosial (public). Peran sosial ini mengisyaratkan bukan saja pemilikan dan pengawasannya oleh publik tetapi juga menggambarkan konsep mengenai public purpose (sasarannya adalah masyarakat) dan public interest (orientasinya pada kepentingan masyarakat). Demikian disadari bahwa posisi perusahaan perusahaan BUMN iniibarat memiliki dua sisi mata uang. Disatu sisi berperan sebagai institute bisnis dan sisi lainnya berperan sebagai institute sosial kerana merupakan alat Negara.

Undang-Undang Nomor. 19 tahun 2003 yang merupakan ketentuan perundangan terbaru mengenai BUMN dikenal dua bentuk badan usaha milik Negara yaitu Usaha Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki Negara yang tujuan utamanya Undang-Undang Nomor. 19 tahun 2003 yang merupakan ketentuan perundangan terbaru mengenai BUMN dikenal dua bentuk badan usaha milik Negara yaitu Usaha Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki Negara yang tujuan utamanya

Praktek tanggung jawab sosial oleh BUMN sungguh menarik untuk dikaji. Salah satunya disebabkan oleh faktor pembeda dibandingkan dengan perusahaan non-BUMN yang secara normative mendukung kegiatan kedermawanan sosial. Faktor pembeda itu adalah terdapatnya instrument pemaksa berupa kebijakan pemerintah. Melalui instrument yang bersifat inperatif(memerintah atau memberi komando, bersifat mengharuskan) ini suka atau tidak suka, mau ataupun tidak mau, implementasi CSR merupakan hal yang mendatory bagi BUMN. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa potensi pemberian donasi sosial perusahaan perusahaan BUMN lebih besar dibadingkan perusahaan-perusahaan swasta.

Peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui keputusan menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003. Keputusan yang dikeluarkan oleh menteri Negara BUMN pada 17 Juni2003 ini pada prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan program kemitraan dan program bina lingkungan atau bisa disingkat dengan istilah PKBL.

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Program kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja, pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi sarta penelitian. Sudah jelas program ini menjadi sangat penting dalam konteks hubungan antara BUMN dengan Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Program kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja, pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi sarta penelitian. Sudah jelas program ini menjadi sangat penting dalam konteks hubungan antara BUMN dengan

Surat Edaran Menteri BUMN Nomor. SE-433/MBU/2003 yang merupakan petunjuk pelaksanaann dari keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2011 tersendiri yang bertugas secara khusuus menangani PKBL disyaratkan membentuk unit tersendiri yang bertugas secara khusus yang menangani PKBL ini, untuk itu ini menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi perusahaan dan bertanggung jawab langsung kepada salah satu anggota direksi yang ditetapkan dalam rapat direksi.

Selain mengalokasikan dana tersendiri dan memberntuk unit tersendiri untuk melaksanakan program kemitraan dan bina lingkungan ini, hampir semua BUMN juga masih mengalokasikan kontribusinya kepada masyarakat melalui departemen atau unit-unit lain, baik unit stuktural maupun unit non stuktural. Tentu, dengan tambahan budgetnya masing-masing. Semisal yang terjadi di PT Petrokimia Gersik, selain yang digelar oleh Biro KBL aktifitas tersebut juga dilakukan oleh Biro Humas, Biro Umum dan Sekretariat, Biro Personalia, Biro Diklat, Biro Pemasaran, Biro Keamanan, Serikat Karyawan Petro Kimia Gersik, Masjid Nurul Jannah Petro Kimia Gersik, BTM Nurul Jannah Petrokimia Gersik dan unit-unit lainnya.

2.6. Pengertian Perseroan Terbatas

Pengertian perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada didalamnya.Perseroan terbatas (PT) atau dahulu disebut Naamloze Vennootshaap (NV) adalah suatu perusahaan yang memperoleh modal dengan mengeluarkan surat-surat sero (saham).Menurut Griffin perseroan terbatas adalah Pengertian perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada didalamnya.Perseroan terbatas (PT) atau dahulu disebut Naamloze Vennootshaap (NV) adalah suatu perusahaan yang memperoleh modal dengan mengeluarkan surat-surat sero (saham).Menurut Griffin perseroan terbatas adalah

Pemegang Saham Merupakan pemilik dari PT yang mempunyai hak-hak tertentu seperti:

1. Memiliki direksi

2. Meneliti jalannya perusahaan

3. Menyetujui tambahan saham, sebelum saham dijual/dikeuarkan

4. Menetukan manajemen Saham Terbagi Menjadi 3

1. Saham biasa

2. Saham prefere Kelebihan Perseroan Terbatas:

1. Tanggung jawab yang terbatas dari para pemengang saham terhadap hutang- hutang perusahaan. Maksudnya adalah jika anda termasuk pemegang saham dan kebetulan perusahaan mempunyai hutang, anda hanya bertanggung jawab sebesar modal yang anda setorkan dan tidak lebih.

2. Kelangsungan perusahaan sebagai badan hukum lebih terjamin, sebab tidak tergantung pada beberapa pemilik, pemilik dapat berganti ganti.

3. Mudah untuk memindahkan hak milik dengan menjual sahamkepada orang lain.

4. Mudah memperoleh tambahan modal untuk memperluas volume usahanya, misalnya dengan mengelurkan saham baru.

5. Manajemen dan spesialisasinya memungkinkan pengelolaan sumber-sumber modal untuk itu secara efisien. Jadi jika anda mempunyai manajer tidak cakap, anda bisa ganti dengan yang lebih cakap.

Kelemahan PT Perseroan Terbatas:

1. PT merupakan subyek pajak tersendiri. Jadi tidak hanya perusahaan yang terkena pajak. Dividen atau laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham dikenakan pajak lagi sebagai pajak pendapatan. Tentunya dari pemegang saham yang bersangkutan.

2. Jika anda akan mendirikan perseroan terbatas, pendiriannya jauh lebih sulit dari bentuk kepemilikan usaha lainnya. Dalam pendiriannya untuk usaha tertentu.

3. Biaya pembentukannya relatif tinggi.

4. Bagi sebagian besar orang, PT dianggap kurang “secret” dalam hal dapur perusahaan. Hal ini disebabkan karena segala aktifitas perusahaan harus dilaporkan kerena segala aktifitas perusahaan harus dilaporkan kepada pemegang saham. Apalagi yang menyangkut laba perusahaan (http://www.slideshare.net/rizalnurfalah/apa-perseroan-terbatas diakses pada tanggal 28 Maret 2014).

2.7. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME PADA KARYAWAN PT. TELKOM INDONESIA, Tbk KANDATEL JEMBER

3 102 19

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

JUMLAH DANA DAN KREDIT DARI BANK TABUNGAN MENJADI BANK UMUM PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA ( PERSERO ) CABANG DENPASAR

3 91 12