49663819 PELAKSANAAN METODE DRILL LATIHAN SIAP

PELAKSANAAN METODE DRILL (LATIHAN SIAP)
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Oleh: Ahmad Muradi*
Metode pembelajaran bahasa Arab yang sering digunakan oleh
pengajar bagi pemula (baru belajar bahasa Arab) adalah metode drill
(latihan siap). Sebab metode ini sesuai dengan fitrah bahasa dan fitrah
manusia. Yang pertama kali berfungsi panca indra pada manusia adalah mendengar lalu kemudian berbicara. Di sinilah metode yang satu
ini berperan. Oleh karena itu, guru atau pengajar bahasa (khususnya
bahasa Arab) sangat berkepentingan memahami bagaimana pelaksanaan metode drill ini dalam pembelajaran bahasa Arab. Sebab yang
menjadi tujuannya adalah agar siswa cepat tcrampil berbahasa Arab
dalam waktu singkat.
Kata-kata kunci: Metode drill, pembelajciran hahasaArab, maharah
(keterampilan)

A. Pendahuluan
Yusuf dan Syaiful Anwar (1995: 151) menginformasikan bahwa negara maju
seperti Amerika, Eropa, dan sebagainya telah menerapkan metodologi pengajaran
bahasa Arab telah berjalan baik. Pengajaran bahasa Arab yang mereka lakukan disertai
alat-aJat peraga/media pengajaran (audio visiucd aids) tersedia lengkap. Sehingga
dalam waktu enam bulan sampai satu tahun saja orang sudah mampu mengikuti kuliahkuliah, memahami buku-buku, berkomunikasi/berkunjung ke negara-negara Arab.
Bahkan dapat menulis disertasi dengan bahasa Arab.

Hal demikian menjadi tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia. Khususnya
sekolah-sekolah agama maupurt perguruan tinggi Islam yang telah menggunakan
kurikulum yang berorientasi pada agama dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi,
Tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah suatu proses mengubah anak didik
sebelum dilibatkan dalam kegiatan tersebut menjadi anak didik sesudah mengalami
kegiatan tersebut dalam waktu tertentu. Oleh karena itu berhasil tidaknya suatu
pengajaran ditentukan oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah faktor metode

* Tenaga Pengajar Bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjannasm
dan Staf Bahasa Arab pada Pusat Pelayanan Bahasa IAIN Antasari Banjarmasin-

2

FIKRAH, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2006

BegituJuga dengan pengajaran bahasa Arab. Sumardi (1974: 7) menyatakan: "Dalam
pengajaran bahasa salah satu segi yang sering disoroti adalah segi metode. Sukses
tidaknya suatu program pengajaran bahasa seringkali dinilai dari segi metode yang
digunakan. Sebab metodelah yang menentukan isi dalam mengajarkan bahasa".
LIraian di atas menunjukkan, metode baik metode secara umum maiipun

metode untuk pengajaran bahasa Arab bisa mengarahkan keberhasilan belajar anak
didik serta mendorong keijasama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik
dengan anak didik. Di samping itu metode Juga dapat memberikan inspirasi pada anak
didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan anak didik seiring
dengan tujuan pendidikan (Muhaimin, 1993: 232).
Jadi jelas bahwa salah satu komponen yang sangat menentukan terhadap
berhasil atau tidaknya proses pengajaran adalah metodenya. Sebab dengan metode
motivasi belajar siswa akan bertambah. Sehingga transformasi pelajaran dari guru
kepada siswa akan mencapai sasaran dan keberhasilan. Namun dalam pengajaran
bahasa Arab sering terjadi perbedaan metode yang digunakan oleh seorang guru
dengan guru lainnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan pandangan atau approach
yang digunakan.
Untuk menentukan metode mana yang tepat, erat sekali hubungannya dengan
approach yang digunakan. Sebab pada dasamya metode-metode merupakan
penjabaran dari approach. Yang dimaksud dengan approach di sini adalah suatu
keyakinan tentang hakikat bahasa dan pengajaran bahasa.
Di samping itu, metode pembelajaran bahasa dipengaruhi pula oelh tujuan
pengajaran bahasa itu sendiri. Sebab tujuan pengajaran bahasa Arab itu akan sangat
berpengaruh dalam menentukan materi yang harus diajarkan dan menentukan sistem
serta metode yang hendak dipergunakan. Menurut AsaduHah (1995: 49) secara garis

besar tujuan pengajaran bahasa ada dua kategori, kategori bahasa sebagai alat dan
kategori bahasa sebagai tujuan.
Bahasa Arab sebagai alat yaitu alat untuk memahami ajaran-ajaran agama
Islam dari sumber asli yang berbahasa Arab. Tentu saja materi pengajarannya
ditekankan pada qira'ah (membaca). Bagaimana membaca yang bcnar serta bagaimana
bisa memahami bacaan. Dengan kata lain, penekanan pengajaran pada penguasaan

4

FIKRAH, Vol. 5, No.1, Januari-Jmi 2006
Adapun metode drill (latihan siap) itu sendiri menurut beberapa penda-pat
memiliki arti sebagai berikut;
a. Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa
melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau
keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. (Roestiyah N.K,
1985:125).
b. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anakanak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. (Zuhairini, dkk, 1983:
106).
c. Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan
sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau

menyempumakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. (Shalahuddin,
dkk, 1987: 100).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill
(latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan Jalan melatih
siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.
Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu telah dibekali dengan
pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh
guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.

2. Tujuan Metode drill (latihan Siap)
Tujuan metode drill (latihan siap) adalah untuk memperoleh suatu
ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan
melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu.
Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperiukan. (Pasaribu dan B.
Simandjuntak, 1986: 112).
Sedangkan menurut Roestiyah N.K (1985: 125-126) dalam strategi belajar
mengajar teknik metode drill (latihan siap) ini biasanya dipergunakan untuk tujuan
agar siswa:
a. Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis,
mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam

olah raga.

AHMAD MURADI, Pelaksanaan Metode ...

5

b. Mengembangkan kecakapan intetek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak. Mengenal
benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca
dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal
lain, seperti sebab akibat banjir - hujan; antara tanda hurufdan bunyi -ing, -ny
dan lain sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan tarn-lain.
Dari keterangan-keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuan dari metode drill (latihan siap) adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan
motoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.
3. Kebaikan Metode drill (Latihan Siap)
Menurut Yusufdan Syaifiil Anwar (1997: 66) kebaikan metode drill (latihan
siap) adalah;
a. Dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan.

b. Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancar.
c. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinue dan disiplin diri, melatih diri,
belajar mandiri.
d. Pada pelafaran agama dengan melalui metode latihan siap ini anak didJk

menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah.
Sedangkan menurut Zuhairini, dkk, (1983: 107) menguraikan hal tersebut
sebagai berikut:
a. Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkanb- Para murid akan memiliki pengetahuan siap.
c. Akan menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin dan
disiplin.

6

FIKRAH, Vot. 5, No.1. Januari-Juni 2006

4. Kekurangan Metode Drill (Latihan Slap)
Team Kurikulum Didakt'k Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1981: 45-46)
dalam Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM menguraikan tentang

kekurangan dari metode drill sebagai berikut:
a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa
MengaJar dengan metode drill berarti minat dan inisiatif siswa
dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak layak dan
kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada kofomuitas dan
diarahkan menjadi uniformitas.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan
Perkembangan inisiatif di dalam menghadapi situasi baru atau masalah
baru pelajar menyelesaikan persoalan dengan cara statis. Hal mi bertentangan
dengan prinsip belajar di mana siswa seharusnya mengorganisasi kembali
pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan situasi yang mereka hadapi.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku
Dengan metode latihan siswa belajar secara mekanis. Dalam
memberikan respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan secara otomatis.
Kecakapan siswa dalam memberikan respon stimulus dilakukan secara
otomatis tanpa menggunakan vintelegensi. Tidaklah itu irrasional, hanya
berdasarkan routine saja.
d. Menimbulkan verbalisme
Setetah mengajarkan bahan pelajaran siswa berulang kali, guru
mengadakan ulangan lebih-lebih jika menghadapi ujian. Siswa dilatih

menghafal pertanyaan-pertanyaan (soal-soal). Mereka harus tahu, dan
menghafal jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan tertentu. Siswa harus
dapat menjawab soal-soal secara otomatis. Karena itu maka proses belajar
yang lebih realistis menjadi terdesak. Dan sebagai gantinya timbullah responrespon yang melalui bersifat verbalistis.

8

FIKRAH, Vol. 5. No.1, Januari-Juni 2006
Ha! ini berhubungan dengan metode drill dan metode Audio-Lingual (alSam'iyyah al-Nuthqiyyah) di mana siswa dilatih menggunakan bahasa
dengan perubahan-perubahannya sesuai dengan objek, tentang sesuatu.
Oleh karenanya pemberian kosa ^ata/mu/raaat sangat diperlu-kan. Hal ini
berbeda dengan metode gramatika atau metode qcswaid wa tarjamah.
Sebab metode gramatika atau metode qawaid wa tarjamah dalam pembelajarannya mengarah kepada diskusi dan analisis tentang susunan kalimat.
Dan ini hanya cocok bagi siswa yang sudah mempunyai dasar dalam
bahasa yang dipelajari /tingkat menengah dan atas bukan bagi pemula).
4. Bahasa adalah apa yang dikatakan secara aktif bukan apa yang mesti
dikatakan.
Maksudnya adalah siswa dibekali dengan ungkapan-ungkapan yang mashur/resmt (/vshha) dan ungkapan-ungkapan yang tidak mashur/tidak resmi
('amiyyah). Serta dibekali dengan pola-pola kalimat dan contoh-contoh
yang bisa dipergunakan dalam berbicara. Dan bukan membekali siswa

dengan materi tentang perbedaan-perbedaan aksen (lahjah) antara satu
daerah (Arab) dengan daerah lain secara mendetail5. Bahasa dalam penuturannya berbeda-beda
Maksudnya adalah pengucapan, susunan, dan simantik serta aspek lainnya
antara bahasa ibu dengan bahasa asing itu berbeda. Oleh karenanya dalam
pembelajaran bahasa asing bagi pemula. Mereka hams meogucapkan
secara berulang-ulang (tardid) huruf demi huruf agar tidak terpengaruh
dengan bahasa ibu. Sehingga mereka dalam berbahasa sanggup secara
otomatis dan refleks seolah-olah sebagai bahasa ibu sendiri. Namun hal ini
dalam pelaksanaan dan pembiasaannya memerlukan usaha serius bagi
guru dan siswa.

Agar metode drill (latihan siap) dapat efektifdan berpengaruh positifterhadap
pembelajaran bahasa Arab, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
1. Drill diberikan hanya pada bahan atau tindakan yang bersifat otomatis.
Semisal pelajaran muhadasah, guru dapat memberikan contoh teks percakapan
dan siswa dapat langsung menirukan apa yang telah didengarnya dari guru.
2. Drill harus memiliki tujuan yang lebih luas, di mana:
a. Siswa menyadari kalau pen-