79669491 PROPOSAL SKIPSI Shirli 2012 Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

HUBUNGAN ANTARA APERSEPSI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SD PERUMNAS 2
KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk persyaratan penelitian dan penulisan skripsi
dalam rangka penyelesaian studi Program S1 PGSD

Diajukan oleh:
MUH. SHIRLI GUMILANG
NIM: 0804719

Kepada
Tim Pembimbing Penulisan Skripsi
Program Studi S1 PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
JANUARI, 2012


Lembar Pengesahan Proposal Skripsi
HUBUNGAN ANTARA APERSEPSI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

Proposal Skripsi

Diajukan oleh:
MUH. SHIRLI GUMILANG
NIM: 0804719

Disetujui oleh:
Pembimbing I,

Drs. H. Sadjaruddin Nurdin, M.Pd.
NIP. 19510503 197603 1 003

Pembimbing II,

Dra. Hj. Momoh Halimah, M.Pd.

NIP. 19530706 197403 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD
UPI Kampus Tasikmalaya

Drs. Rustono WS, M.Pd.
NIP. 19520628 198103 1 001

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Muh. Shirli Gumilang, NIM. 0804719,
Tempat / tanggal lahir Cirebon, 21 Oktober 1990, Fakultas: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan antara Apersepsi dengan
Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SD Perumnas 2
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya adalah benar-benar karya saya sendiri dan
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Tasikmalaya,

Januari 2012

Yang membuat pernyataan,

Muh. Shirli Gumilang
NIM. 0804719

ii

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................

i


LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ....................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
E. Kerangka Berfikir ................................................................................. 5
F. Anggapan Dasar .................................................................................... 6
G. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 6

II.

LANDASAN TEORI
A. Apersepsi Pembelajaran ........................................................................ 7
B. Hasil Belajar.......................................................................................... 14
C. Hakikat Pembelajaran IPS .................................................................... 16


III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................. 21
B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ........................................ 22
C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian............................................... 23
D. Instrumen Penelitian ............................................................................. 24
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 25
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 26
G. Agenda Kegiatan .................................................................................. 29
IV. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI ............................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 31

iii

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan IPS merupakan dasar untuk mengembangkan tujuan kurikulum

yaitu membentuk warga negara yang baik dalam suatu masyarakat demokratis di

tengah globalisasi dan pembentukan intelektual dalam membina kesadaran, baik
secara pribadi, anggota masyarakat, budaya serta intelektual siswa dalam
memecahkan masalah sosial (Hennings, 1989). Sebagai suatu bidang ilmu, IPS
membekali intelektual siswa dalam membina kesadaran hidup di tengah
masyarakat yang komplek dan heterogen, sehingga dapat membentuk pribadi
yang mandiri. Partisipasi dan peran aktif siswa memecahkan masalah sangat
menunjang dalam menentukan keputusan hidup bermasyarakat (Skeet, 1995)
IPS sebagai mata pelajaran tidak semata membekali ilmu saja lebih dari itu
membekali juga sikap atau nilai dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat
sehingga mereka dapat mengetahui lingkungan, masyarakat dan bangsa dengan
berbagai karakteristiknya. Dengan demikian, IPS sebagai suatu mata pelajaran di
sekolah dasar seharusnya berlandas kepada kondisi nyata di lingkungan
masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia. Sehingga siswa tidak
merasakan terasingkan di lingkangan masyarakatnya sendiri.
Mempelajari IPS pada dasarnya berfungsi mengembangkan pengetahuan,
nilai dan sikap serta keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan
sosial yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta
terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa
kini. Sedangkan tujuannya adalah agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan nilai dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya,

mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia sejak
masa lampau hingga kini sehingga siswa bangga sebagai bangsa Indonesia.
Salah satu faktor yang menyebabkan permasalahan terjadi pada
pembelajaran IPS adalah bagaimana proses bembelajaran yang dilakukan guru.
Mengingat fungsi utama guru adalah mulai dari sebelum masuk kelas, di dalam

1

2

kelas hingga ke luar kelas, yaitu merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
proses pembelajaran. Guru merupakan ujung tombak dari semua konsep,
gagassan, kebijakan, tujuan pendidikan nasional.
Masa usia sekolah dasar berlangsung dari usia 6-12 tahun, dalam
pendidikan formalnya dibagi menjadi dua, yaitu masa kelas rendah dan kelas
tinggi dengan karakter yang berbeda pada tiap kelasnya. Untuk itu, penyajian
pembelajaran IPS hendaknya bervariasi baik dari segi materi, metoda maupun
pendekatannya yang sesuai dengan karakteristik perkembangan masing-masing
siswa. Selain itu pembelajaran di sekolah dasar hendaknya memperhatikan prinsip
latar siswa, yakni belajar sambil bekerja, belajar sambil bermain, dan keterpaduan.

Sebagai salah satu institusi pendidikan formal yang bertujuan untuk
mengembangkan dan melatih potensi anak, sekolah dasar perlu melakukan
pengorganisasian pendidikan. Termasuk dalam proses pembelajaran hendaknya
dipersiapkan secara baik agar mampu melahirkan siswa yang memiliki karakterkarakter positif. Proses pembelajaran harus mampu mengarahkan siswa sebagai
subjek yang berperan aktif dalam kehidupannya. Siswa perlu mendapatkan
bimbingan, motivasi, dan peluang untuk belajar serta mempelajari hal-hal yang
akan diperlukan dalam kehidupannya.
Bagi siswa sekolah dasar, belajar akan lebih bermakna jika apa yang
dipelajari berkaitan dengan pengalaman dan perkembangan pengetahuan awalnya.
Untuk itu, guru harus kreatif dalam mendesain metode pembelajaran yang
disenangi dan bermakna bagi siswa sehingga siswa dapat menghubungkan
pengetahuan awalnya dengan materi yang akan dipelajarinya. Dengan demikian,
diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan.
Proses pembelajarn tidak dapat dipisahkan antara pengetahuan awal siswa
dengan materi yang akan diajarkan, maka sebelum memulai pelajaran yang baru
sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu
bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan bahan pelajaran yang telah
dikuasai oleh siswa berupa pengetahuan awal yang telah diketahui dari pelajaran

3


yang sebelumnya atau dari pengalaman siswa. Inilah yang dimaksud dengan
apersepsi. Jadi dengan kata lain apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang dialami
apabila kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang dan berkaitan dengan
kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengolahan sehingga
menjadi kesan yang lebih luas.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetep,
proses perubahan ini tidak terjadi sekaligus terapi terjadi secara bertahap
tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi siswa.
Faktor ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang
menunjang pembelajaran seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik
pancaindra dan skema berpikir. Faktor ekstern merupakan segala sesuatu yang
berasal dari luar diri siswa yang menkondisikannya dalam pembelajaran seperti
pengalaman, lingkungan sosial, metode pembelajaran, strategi pembelajaran,
fasilitas belajar dan dedikasi guru. Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil
belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap
selanjutnya. Apersepsi yang dilakukan pada tahap awal pembelajaran pada
umumnya dianggap hal yang kecil, terkadang terlupakan. Namun demikian
berdasarkan fakta di lapangan banyak dijumpai menjadi sangat fatal akibatnya

tatkala siswa dihadapkan pada permasalahan inti dalam proses pembelajaran.
Ketidakbisaan siswa dalam menyelesaikan masalah atau dalam proses
menemukan konsep ternyata sangat dipengaruhi oleh ketidakmatangan sewaktu
apersepsi, yang akhirnya tujuan akhir dari pembelajaran itu tidak tercapai atau
tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan pada peristiwa dan pengalaman empirik tersebut, maka
peneliti terdorong untuk melakukan penelitian kuantitatif. Penelitian ini
dimaksudkan untuk meneliti hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPS di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya.

4

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka

peneliti dapat

mengidentifikasi permasalahan, diantaranya:
1. Berdasarkan tuntutan keprofesionalan, guru harus memiliki delapan

keterampilan mengajar salah satunya adalah membuka dan menutup
pelajaran. Berkaitan dengan keterampilan membuka pelajaran, guru
harus memiliki kompetensi dalam memberikan apersepsi.
2. Keterampilan guru dalam membuka pelajaran kurang memperhatikan
apersepsi pembelajaran dan motivasi belajar siswa.
3. Interaksi pada pembelajaran IPS hanya bersifat satu arah. Guru tidak
memfasilitasi siswa untuk menjadi subjek belajar, dengan kata lain
guru tidak menciptakan kondisi belajar yang kondusif.
Setelah diidentifikasi masalah, peneliti dapat merumuskan masalah yaitu
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Berikut adalah rumusan masalah pada
penelitian ini:
1. Bagaimana apersepsi dalam pembelajaran IPS di Kelas IV SD
Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?
2. Bagaimana hasil belajar siswa di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan
Cipedes Kota Tasikmalaya?
3. Adakah hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa di Kelas
IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apersepsi pembelajaraan pada pembelajaran IPS di
Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas
IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.

5

3. Untuk mengetahui hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar
siswa pada pembelajaran IPS di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan
Cipedes Kota Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian yang dilaksanakan di Kelas IV SD Perumnas 2
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, antara lain:
1. Bagi peneliti sebagai calon guru, hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan tentang apersepsi pada pembelajaran IPS di Kelas IV.
2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi untuk menambah wawasan tentang apersepsi pada
pembelajaran IPS di Kelas IV.
3. Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi dan sebagai bahan masukan yang positif, sehingga pendidik
senantiasa dapat mengarahkan dan mengembangkan kegiatan apersepsi
pada pembelajaran IPS di Kelas IV.

E. Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu apersepsi sebagai
variabel bebas (Independent Variable) yang dilambangkan dengan "X" dan hasil
belajar siswa sebagai variabel terikat (Dependent Variable) yang dilambangkan
dengan "Y". Untuk indikator-indikator apersepsi dilambangkan dengan X1, X2,
X3 dan X4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut:
S K E M A:
X1
X2
Y
X3
X4

Keterangan:
X = Apersepsi Pembelajaran
Y = Hasil belajar siswa
X1 = Memberikan pertanyaan
X2 = Mengulang materi sebelumnya
X3 = Menciptakan kondisi belajar
X4 = Memberikan motivasi

6

F. Anggapan Dasar
Menurut Arikunto (2006:65) “anggapan dasar merupakan titik tolak yang
kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Adapun yang menjadi anggapan dasar
pada penelitian mengenai hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa di
Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, adalah:
Tahap awal pembelajaran adalah waktu yang paling penting, karena sangat
menentukan keseluruhan proses pembelajaran. Peranan guru pada awal
pembalajaran adalah untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan dan
kondusif. Untuk menciptakan kondisi tersebut guru dapat melakukannya dengan
cara membangun apersepsi. Artinya, guru mencoba mengaitkan apa yang telah
diketahui atau di alami dengan apa yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Apersepsi yang dilakukan pada tahap awal pembelajaran pada umumnya
dianggap hal yang kecil, terkadang terlupakan. Namun demikian berdasarkan
fakta dilapangan banyak dijumpai menjadi sangat fatal akibatnya tatkala siswa
dihadapkan

pada

permasalahan

inti

dalam

kegiatan

belajar

mengajar.

Ketidakbisaan siswa dalam menyelesaikan masalah atau dalam proses
menemukan konsep ternyata sangat dipengaruhi oleh ketidakmatangan sewaktu
apersepsi, yang akhirnya tujuan akhir dari pembelajaran itu tidak tercapai atau
tidak sesuai dengan harapan.

G. Hipotesis Penelitian
Nasution (dalam Ety Rochaety dkk, 2000:31) menyatakan bahwa hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya harus
diuji secara empiris. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah “tingginya
kompetensi guru dalam memberikan apersepsi berpengaruh terhadap tingginya
hasil belajar siswa di Kelas IV SD Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya”.

II. RINGKASAN KAJIAN TEORI
A. Apersepsi Pembelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran dan ketercapaian tujuan akhir
pembelajaran yang telah ditetapkan akan sangat dipengaruhi oleh kegiatan awal
pembelajaran yang dilakukan guru. Fungsi dari kegiatan awal pembelajaran
adalah untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif sehingga siswa siap
secara penuh untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran.
Kegiatan awal pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas.
Selain itu kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan
perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, menjelaskan kegiatan yang akan
dilalui siswa, dan menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dengan materi
yang akan dipelajari.
Salah satu cara untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan
dibahas adalah dengan membuat kaitan. Siswa akan tertarik dengan materi yang
akan dipelajari apabila mereka melihat kaitan/hubungan dengan pengalaman
mereka sebelumnya atau sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Ajukan
pertanyaan tentang bahan pelajaran yang mempunyai kaitan dan sudah dipelajari
sebelumnya. Bimbing siswa agar mengemukakan pengalaman yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas jika memang ada. Ceritakan tentang manfaat
yang diperoleh dari materi yang akan dipelajari.
1. Pengertian Apersepsi Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi
adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu
dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta
landasan untuk menerima ide-ide baru.
Apersepsi

berasal

dari

kata

”Apperception”

berarti

menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan
pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk

7

8

berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi
dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama
itu disebut bahan apersepsi.
Menurut Nurhasnawati, apersepsi bertujuan untuk membentuk
pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi
Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran
yang baru perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa
atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu serta sesuai
dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.
Apersepsi adalah getaran-getaran tanda yang diterima oleh seorang
individu atas suatu obyek tertentu. Obyek tersebut bisa berupa suatu
benda, gejala alam atau sosial, dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
seseorang. Apersepsi atau getaran-getaran tersebut diterima melalui panca
indra yang kita miliki. Proses penerimaan apersepsi inilah yang kita sebut
sebagai persepsi.
Apersepsi berarti penghayatan tentang segala sesuatu yang menjadi
dasar untuk menerima ide-ide baru. Secara umum fungsi apersepsi dalam
kegiatan pembelajaran adalah untuk membawa dunia mereka ke dunia kita.
Artinya, mengaitkan apa yang telah diketahui atau di alami dengan apa
yang akan dipelajari.
Apersepsi pembelajaran adalah menghubungan pelajaran lama
dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai
pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Disaat
kita akan mengajar sebuah konsep apa saja pada siswa, guru sebaiknya
memahami bahwa setiap siswa memiliki pengalaman, sikap dan kebiasaan
yang berbeda, agar dapat menggali dan menghubungkan pengalaman,
sikap dan kebiasaan siswa terhadap konsep yang akan kita ajarkan perlu
kiranya kita kaitkan dengan apersepsi.

9

2. Tujuan Apersepsi Pembelajaran
Secara khusus apersepsi yang dibangun oleh guru dalam tahap
awal pembelajaran memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut:
a) Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai
sejauh mana materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat
dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan pertanyaan
pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran
terdahulu.
b) Membandingkan

pengetahuan

lama

dengan

yang

akan

disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi baru itu erat
kaitannya dengan materi yang akan dikuasai.
c) Guru menjelaskan konsep atau pengertian dari materi yang
akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang
akan dipelajari sama sekali materi baru.
Adapun tujuan dari apersepsi pembelajaran secara lebih luasnya
adalah sebagai berikut:
a) Mencoba menarik siswa ke dunia yang guru ciptakan
Perlu dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap
apa yang akan kita ajarkan. Tidak semua juga yang menyadari
bahwa pemahaman akan pelajaran lama bisa kembali bermanfaat di
pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran terkadang merupakan
suatu kesatuan yang terangkai antara satu materi dengan materi
lainnya dan dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan
siswa bahwa materi yang akan dipelajari memiliki relevansi
dengan materi yang telah dipelajari.
b) Mencoba menyatukan dua dunia
Walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya
memiiki perbedaan, namun

ada materi-materi tertentu yang

memiliki relevansi dengan materi sebelumnya. Sehingga kiranya

10

sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan menghubungkan
antara kedua materi tersebut.
c) Menciptakan atmosfir
Suasana harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian
rupa agar tetap terus terpelihara suasana yang kondusif bagi bagi
siswa untuk belajar. Selain itu apersepsi bukan hanya membentuk
armosfir fisik yang baik, namun juga dapat membentuk suasana
psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu
untuk mempelajari materi baru.

3. Pembentukan Apersepsi Pembelajaran
Guru sebelum melakukan apersepsi pembelajaran terlebih dahulu
harus mengetahui empat pilar pembentuk apersepsi pembelajaran.
a) Pilar pertama adalah menciptakan alfa zone.
Setelah bertatap muka dengan siswa, mulailah menuju kondisi
awal yang menyenangkan. Kesiapan paling untuk memasukkan fakta
dan informasi. Dalam keadaan ini, pergerakan dendrite otak sudah
harmonis.
Menciptakan alfa zone didapat melalui kegiatan games, cerita
lucu, tebak-tebakan, musik, brain gym, dan serangkaian ice breaking
lainnya yang tak harus ada hubungannya dengan materi yang akan
diajarkan. Tak perlu semua ada. Salah satu saja. Mengingat pentingnya
pengkondisian alfa yang diibaratkan seperti peluru, buatlah katalog ice
breaking. Targetnya adalah siswa bisa tertarik.
b) Pilar ke-dua warmer
Menghangatkan ingatan yang sudah lalu. Jika pertemuan itu
bukan yang pertama, warmer dimaksukan sebagai pembentuk
pengetahuan konstruktivisme, yakni membangun makna baru berdasar
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

11

c) Pilar ke-tiga pre teach.
Ini yang sering dilupakan oleh Guru. Tidak heran kalau kondisi
kelas kusut masai dan siswa tak terkondisi. Pre teach ini memberi
informasi secara manual, bagaimana aturan diberlakukan.
d) Pilar ke-empat adalah scene setting.
Kondisi inilah yang paling dekat dengan strategi. Sering pula
disebut sebagai hook atau pengait menuju mata pelajaran inti.

4. Menciptakan Kondisi Belajar yang Menyenangkan
Dalam menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan tentunya
setiap guru mempunyai trik dan teknik tersendiri. Dengan bertujuan yang
sama yakni, bagaimana materi pelajaran bisa disampaikan dan siswa dapat
menyerap dengan mudah, berbekas dan bisa mengaplikasikannya, atau
paling tidak siswa cepat mengerti dengan baik. Semua itu bisa dilihat
ketika pelaksanaan evaluasi.
Salah satu usaha guru dalam menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan adalah melalui motivasi. Motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu
tujuan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa itu
mau melakukan apa yang dilakukan. Ini merupakan usaha yang disadari
oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri siswa yang
menunjang kegiatan ke arah tujuan–tujuan belajar.
Motivasi merupakan faktor yang berarti dalam pencapaian prestasi
belajar.

Dua

pembangkit

motivasi

belajar

yang

efektif

adalah

keingintahuan dan keyakinan akan kemampuan diri. Setiap siswa memiliki
rasa ingin tahu dan guru perlu menyalurkannya dengan berbagai macam
cara. Begitu pula Keyakinan akan kemampuan diri perlu mendapat
penguatan dari guru sehingga akan menumbuhkan rasa kepercayaan yang

12

pada gilirannya menciptakan situasi perasaan yang lebih yakin akan
kemampuan dirinya. Terdapat 12 prinsip dalam motivasi belajar, yaitu:
a) Kebermaknaan dalam belajar.
Siswa akan termotivasi giat belajar jika hal yang dipelajari
dirasakan bermakna bagi dirinya. Kebermaknaan lazimnya terkait dengan
bakat, minat, pengetahuan dan pengalaman hidupnya.
b) Pengetahuan dan keterampilan siap
Siswa akan dapat belajar dengan baik jika telah siap baik berupa
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu siswa akan
menggunakan

pengetahuan

awalnya

untuk

menapsirkan

dan

menginformasikan pengalamannya. Penafsiran ini akan membangun
pemahaman yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal itu. Dengan
demikian guru perlu memahami pengetahuan awal siswa untuk dikaitkan
dengan bahan yang akan dipelajarinya sehingga membuat belajar menjadi
lebih mudah dan bermakna.
c) Model panutan
Siswa akan menguasai keterampilan baru dengan baik, jika guru
memberi contoh dan model yang patut ditiru.
d) Komunikasi terbuka
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika penyampaiannya
dilakukan secara terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitifnya, sehingga kesan pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
e) Kewajaran dan tugas yang menantang
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika mereka diberi materi
kegiatan baru atau gagasan yang wajar, asli dan berbeda. Gagasan baru
dan asli akan menambah konsentrasi siswa pada pelajaran. Hal ini
berpengaruh pada pencapaian hasil belajar. Konsentrasi juga dapat
bertambah bila siswa menghadapi tugas yang menantang dan sedikit
melebihi kemampuannya. Sebaliknya bila tugas terlalu jauh dari

13

kemampuannya akan terjadi kecemasan. Dan bila tugas kurang dari
kemampuannya akan terjadi kebosanan.
f) Latihan yang tepat dan aktif
Siswa akan dapat menguasai materi pembelajaran dengan efektif
jika kegiatan belajar mengajar memberikan kegiatan latihan sesuai
kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Latihan yang dilakukan secara terus-menerus
dan bertahap akan membuat hasil yang maksimal dalam meningkatkan
kemampuan siswa
g) Penilaian yang berkesinambungan
Siswa akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika
penilaian dilakukan dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama dengan
frekuensi pengulangan yang tinggi.
h) Kondisi dan hasil yang menyenangkan
Siswa akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran
dibuat menyenangkan, nyaman, dan jauh dari perilaku yang menyakitkan
perasannya, serta sering merasakan keberhasilannya.
i) Keragaman pendekatan belajar
Siswa akan belajar jika diberi kesempatan untuk memilih dan
menggunakan berbagai pendekatan belajar. Pengalaman belajar tidak
hanya berorientasi pada buku teks, tetapi juga dapat dikemas dalam
berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama, dan/atau
penelitian/pengujian.
j) Mengembangkan beragam kemampuan
Siswa akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang
disajikan

dapat

mengembangkan

berbagai

kemampuan,

seperti

kemampuan logis, matematis, bahasa, musik, kinestetik, dan kemampuan
inter maupun antar personal.

14

k) Melibatkan sebanyak mungkin indra
Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal, jika
menggunakan semua alat indra dalam belajar.
l) Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar
Siswa akan lebih menguasai materi pelajaran jika pengalaman
belajar diatur sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan
untuk menghayati, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang terjadi.
Memikirkan kembali apa yang telah dialami dan yang sedang dikerjakan
merupakan kegiatan penting dalam memantapkan pemahaman.

B. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan, kecakapan yang di peroleh siswa setelah
melakukan serangkaian proses pembelajaran yang diukur dengan angka dandiukur
dengan menggunakan tes hasil belajar.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima
jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi

keterampilan

motorik,

manipulasi

koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

benda-benda,

15

Batasan mengenai hasil belajar yang telah dikemukakan di atas sesuai
dengan hasil belajar IPS yang diharapkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar
yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan positif dalam diri
siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena
perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas:
1.

Perubahan Intensional
Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau

praktek yang dilakukan secara langsung dan disadari. Pada ciri ini siswa
menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan
pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.
2. Perubahan Positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi
kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang
baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan
tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.
3. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan
manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya
perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila
dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan
perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang
positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

16

C. Hakikat Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran

yang

mempelajarai kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi,
ekonomi,sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah. IPS adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas
dalam berbagai lapangan yang meliputi perilaku dan interaksi manusia dimasa
kini dan masa lalu. IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara
mendalam melainkan memberi tinjauan

yang luas terhadap masyarakat.

(Wikipedia Bahasa Indonesia, 2009).
“pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu sosial dan kewarganegaraan “ (Kurikulum SD, 2004). Ternyata IPS bukan
disiplin ilmu tersendiri, melainkan merupakan kajian dari beberapa konsep
ilmu sosial itu diharapkan siswa dapat mengetahui masalah yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saja masalah “kenakalan remaja” dapat
dikaji dari berbagai ilmu sosial yaitu ekonomi, sosiologi, psikologi sosial dan
lain-lain.
1.

Karakteristik Pembelajaran IPS
Siti J, (Djahiri dalam sapriya dkk, 2006:8) mengemukakan bahwa

kakteristik IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial
lainnya (geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan lain-lain ) adalah sebagai
berikut :
a) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu denagn fakta atau
sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu). Penelaahan dan
pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja,
melainkan bersifat komperehensif (meluas dari berbagai ilmu
sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara
terintegrasi

terpadu)

digunakan

untuk

menelaah

suatu

masalah/tema/topic. Pendekatan seperti ini disebut sebagai

17

pendekatan integreted, juga menggunakan pendekatan broad field,
dan multiple resources (banyak sumber ).
b) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses inkuiri agar siswa
mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analis.
Program pem,belajaran disusun dengan meningkatkan atau
menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial
dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman,
permasalahan,

kebutuhan

dan

memproyeksikannya

kepada

kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun
budayanya.
c) IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat
labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah
terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri
siswa agar siswa memilki kebiasaan dan kemahiran untuk
menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.
d) IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar
manusia dan bersifat manusiawi. Pembelajaran tidak hanya
mengutamakan

pengetahuab

semata,

juga

nilai

dan

keterampilannya. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang
berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti
memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan
yang dekat dengan kehidupannya.
e) Dalam

pengembangan

program

pembelajaran

senantiasa

melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan
pendekatan-pendekatan ciri IPS itu sendiri.
Jadi menurut pakar tersebut IPS merupakan gabungan dari beberapa
unsur dan berusaha mempertautkan teori ilmu dan fakta atau sebaliknya.

18

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS
“IPS di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan,
nilai,sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia “(Kurikulum, 2004)
Pengetahuan dimaksudkan siswa diharapkan dapat mengembangkan
sejumlah informasi, fakta maupun data untuk kepentingan masyarakat.
Nilai dimaksudkan bahwa siswa diharapkan dapat mengembangkan
sejumlah nilai atau norma yang berlaku ditengah masyarakat dimana
mereka berada. Mengembangkan sikap dimaksud siswa telah belajar IPS
dapat memilki sikap-sikap positif terhadap informasi, peristiwa dan fakta
yang ada dimasyarakat sekitarnya, dan keterampilan-keterampilan tertentu
yang harus dimilki siswa sebagai anggota masyarakat dan negara
Indonesia. Fungsi-fungsi tersebut diatas akan dpat terwujud bila guru dapat
melaksanakan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan contohcontoh dan alat pelajaran yang relevan dengan tingkat perkembangan
siswa di Sekolah Dasar.
IPS atau pengetahuan sosial bertujuan sebagai berikut :
a) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,,
sejarah, dan kewarganegaraan melalui penekatan pedagogis dan
psikologis.
b) Mengembangkan kemampuan berpikir teoritis dan kreatif, inkuiri,
memecahkan masalah dan keterampilan sosial.
c) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan.
d) Menciptakan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk baik secara nasional maupun global
(kurikulum SD,2004).
Siti J, (Nu’man dalam sapriya, 2006:13) “The Social Science
Education Frame Work for California School” mengemukakan tujuan
pokok pembelajaran IPS :

19

a) Membina

siswa

agar

mampu

mengembangkan

pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta
konsep

ilmu

tertentu

maupun

yang

bersifat

interdisipliner/komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial.
b) Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekan
keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya
secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial.
c) Membina dan mendorong siswa untuk memehami, menghargai
dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan cultural
maupun individuall. Membina siswa kearah turut mempengaruhi
nilai-nilai

kemasyarakatan

serta

juga

dapat

mengembangkan/menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada
dirinya.
d) Membina

siswa

untuk

berpartisipasi

dalam

kegiatan

kemasyarakatan baik secara individu maupun sebagai warga
negara.
kesimpulannya siswa mengetahui dan memahami konsep dasar dan
mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial,
yang berkembang dimasyarakat.

3. Pentingnya Pengajaran IPS di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang mengajarkan pada siswa SD/MI agar mereka kelak mengenal
fenomena alam dan fenomena sosial mulai dari lingkungan yang dekat
sampai pada lingkungan yang lebih jauh (dunia).Negara Indonesia
diperoleh dan dibangun dengan pengorbanan dan perjuangan yang luar
biasa dari para pahlawannya sehingga menjadi negara kesatuan seperti
sekarang ini, indonesia memilki populasi yang sangat besar dengan
berbagai perbedaan strata sosial, ras, suku, agama dan kebudayaan. Semua

20

itu perlu dipelajari, dipahami dan disadari melalui proses pembelajaran
sehingga timbul rasa persatuan, patriotisme, nasionalisme dan etos kerja
negara Indonesia sejajar dengan negara dan bangsa lain.
Ilmu sosial merupakan suatu pendekatan terhadap hal-hal yang
berkenaan dengan manusia dan masyarakat serta lingkungannya. Ilmu
sosial mempelajari aspek-aspek sosial, spiritual, emosional dan intelektual,
rasional dan global denagn memadukan konsep serta bahan kajian
tradisional dengan bahan kajian yang baru.
Melalui mata pelajaran Pengetahuan Sosial yang merupakan salah satu
mata pelajaran dalam kurikulum SD 2004, siswa diarahkan, dibimbing,
dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang
efektif.

Pengetahuan Sosial juga dirancang untuk membangun dan

merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan masyarakat yang selalu
berubah dan berkembang secara terus menerus.

III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan
penelitian. Berdasarkan tingkat permasalahan, menurut Ridwan (2006:164)
metode penelitian kuantitatif terbagi menjadi 3, diantaranya sebagai berikut:
1. Permasalahan yang bersifat deskriftif, yaitu permasalahan yang
tidak membandingkan dan menghubungkan dengan variabel lain,
hanya studi literature saja.
2. Permasalahan

komparatif,

yaitu

permasalahan

yang

menggambarkan perbedaan karakteristik dari dua variabel atau
lebih.
3. Permasalahan assosiatif, yaitu permasalahan yang menghubungkan
atau pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Penelitian yang digunakan ini adalah penelitian kuantitatif. Pada
penelitian ini, hasil yang didapatkan dari penelitian akan disajikan dalam
bentuk angka. Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian yaitu
dengan menggunakan metode assosiatif atau korelasional. Korelasi diberi
pengertian sebagai hubungan antar dua variabel atau lebih (Sudijono, Anas,
2005: 179). Metode assosiatif atau korelasioanal yang digunakan dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa hal yang diteliti bersifat assosiatif yaitu
meneliti ada tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu apersepsi
pembelajaran dan hasil belajar siswa
Karena termasuk kategori penelitian kuantitatif korelasi, maka variabel
yang dilibatkan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu variabel dependent
merupakan variabel yang dipengaruhi, dan variabel independent yaitu variabel
bebas ( Sudijono, Anas, 2005: 179-180). Dalam penelitian ini yang termasuk
variabel dependent (Y) adalah hasil belajar, sedangkan yang termasuk variabel
independent (X) yaitu apersepsi, artinya variabel X berkorelasi dengan
variabel Y.

21

22

Menurut Ruswandi Hermawan dkk (2010:43) menyatakan bahwa
paradigma penelitian terdiri atas satu variabel independen dan dependen. Hal
ini dapat digambarkan :
r
Variabel Y

Variabel X

Pada Penelitian tentang hubungan komunikasi belajar siswa dan
prestasi belajar ini menggunakan metode kuantitatif korelasi. Menurut
Ruswandi Hermawan dkk (2010:43) menyatakan bahwa paradigma penelitian
terdiri atas satu variabel independen dan dependen. Hal ini dapat
digambarkan:
rxy
Variabel Y

Variabel X

rxy 

Nxy  (x)(y)
[ Nx  (x) 2 ][ Ny 2  (y) 2 ]
2

Keterangan : x = jumlah nilai-nilai x
x 2 = jumlah kuadrat nilai-nilai x

y = jumlah nilai-nilai y

y 2 = jumlah kuadrat nilai-nilai y

(Riduwan, 2004:222)

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannyaa (Sugiyono, 2009:61).

23

Berdasarkan landasn teori yang ada serta rumusan hipotesis
penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas

: Apersepsi pembelajaran

b. Variabel terikat

: Hasil belajar

2. Definisi operasional variabel
Untuk menghindari terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan
variabel yang diteliti maka variabel yang dikemukakan di atas dijelaskan
sebagai berikut :
a. Apersepsi pembelajaran adalah menghubungan pelajaran lama
dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana
siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah
menyerap pelajaran baru.
b. Hasil belajar adalah kemampuan, kecakapan yang di peroleh
siswa setelah melakukan serangkaian proses pembelajaran
yang diukur dengan angka dandiukur dengan menggunakan
tes hasil belajar.
c. Ilmu

Pengetahuan

Sosial

(IPS)

ialah

suatu

program

pendidikanyang merupakan suatu keseluruhan yang pada
pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik
maupun lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya diambil dari
berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi,
sosiologi, antropologi dan tata negara.

C. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi penelitian
Pada penelitian yang berjudul Hubungan Antara Apersepsi
dengan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SD
Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ini, peneliti

24

mengambil lokasi penelitian di SD Perumnas 2 yang beralamat di Jalan
Raya Nusa Indah Perum Cisalak Kota Tasikmalaya
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam

penelitian

ini

menggunakan

teknik

sampling

nonprobability sampling, Menurut Sugiyono (2007:124) teknik sampling
noprobability yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesemapatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel.
Adapun pengambilan sampling yang digunakan peneliti adalah
sampling jenuh karena semua populasi digunakan sebagai sampel yaitu
banyaknya seluruh siswa 27 orang semuanya dijadikan sampel.

D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009;148) bahwa pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi

instrumen

penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alm maupun
sosial yang di amati. Secara spesifik semua fenomena ini di sebut variabel
penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket
atau kuisioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi (data) tentang apersepsi pembelajaran. Penyusunan
angket apersepsi pembelajaran terdiri atas empat dimensi yaitu (1) memberi
pertanyaan, (2) mengulang materi sebelumnya, (3) menciptakan kondisi belajar,

dan (4) memberikan motivasi.
Pemberian skor menggunakan skala Likert (Sugiono, 2001: 73) yang
terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu; sangat setuju (SS), setuju (S), raguragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (ST). Pemberian skor
untuk tiap item adalah sebagai berikut; untuk pernyataan positif SS=5, S=4,

25

R=3, TS=2 dan ST=1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif SS=1, S=2, R=3,
TS=4 dan ST=5.
Sedangkan tes hasil belajar IPS yang digunakan adalah pilihan ganda
dengan empat option. Penyusunan tes hasil belajar IPS ini diawali dengan
menyusun kisi-kisi yang memuat pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada
semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan tes tersebut adalah 45 menit. Sebelum instrumen tersebut
digunakan untuk penelitian terlebih dahulu instrumen diuji coba untuk
memperoleh validitas (empirik) setiap butir dan reliabilitas instrumen.

E. Teknik Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data sangat penting dilakukan untuk menjawab
dan memecahkan masalah penelitian.Teknik yang digunakan untuk
memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan pokok masalah dalam
penelitian ini adalah melalui alat pengumpul data primer berupa tes
penguasaan konsep dalam bentuk tes objektif, lembar observasi untuk
mengetahui keterlaksanaan model dan angket untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
1. Tes Penguasaan konsep
Tes digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa
pada ranah kognitif.Aspek kognitif yang diukur dibatasi hanya pada aspek
hapalan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3) dan terdiri dari berbagai
soal yang memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda serta disesuaikan
dengan indikator soal. Tes yang digunakan untuk pretest dan posttest
merupakan tes yang sama.
2. Lembar observasi
Observasi kelas dilakukan terhadap guru pengajar. Observasi terhadap
guru yang dilakukan oleh observer bertujuan untuk menilai kesesuaian antara
rencana pembelajaran

dengan pelaksanaan

di

kelas dan observasi

keterlaksanaan model pembelajaran.Instrumen ini berbentuk rating scale,

26

dimana observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai
dengan aktivitas yang observasi. Observasi yang telah disusun tidak
diujicobakan, tetapi di koordinasikan kepada guru dan observer yang akan
mengikuti dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalah pahaman
terhadap format observasi tersebut.
3. Angket
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket
atau kuisioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi (data) tentang apersepsi pembelajaran. Penyusunan
angket apersepsi pembelajaran terdiri atas empat dimensi yaitu (1) memberi
pertanyaan, (2) mengulang materi sebelumnya, (3) menciptakan kondisi
belajar, dan (4) memberikan motivasi.

F. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis dan menginterpretasi data yang diperoleh, analisis
statistik yang akan digunakan pada penelitian ini adalah statistik inferensial
parametrik. Oleh karena itu ada beberapa syarat atau asumsiyang harus di
penuhi yaitu:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data yang
diperoleh peneliti berdistribusi normal atau tidak. Jika data tersebut
berdistribusi normal,

maka data yang akan dianalisis menggunakan

statistik parametrik. Dan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi
normal, maka menggunakan statistik non parametrik.
Data yang perlu diuji normalitas pada penelitian ini adalah dua
kelompok

yaitu:

kelompok

data (X) untuk variabel

apersepsi

pembelajaran dan data (Y) untuk variabel hasil belajar siswa.
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Korelasi
Setelah dilakukan uji normalitas data, kemudian dilakukan uji
hipotesis dengan mengkorelasikan antara dua variabel yang berbeda

27

yaitu hubungan antara apersepsi pembelajaran (X) dengan hasil
belajar siswa pada pembelajaran IPS (Y). Tujuannya adalah untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara apersepsi pembelajaran
(X) dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas IV
Sekolah Dasar Perumnas 2 Tasikmalaya. Analisis korelasi yang akan
digunakan penelitia adalah Korelasi Person Product Moment (r).
dengan rumus sebagai berikut:

r hitung =

n. xy  ( X )( Y )
{( n X 2   X ) 2 }{( n Y 2  ( Y ) 2}

Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r) dengan
ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ + 1). Apabila nilai r =
-1 artinya korelasinya negatife sempurna; r = 0 artinya tidak ada
korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti
harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai
berikut:

Tabel 1
Interpretasi Koefisien Kerelasi Nilai r
Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0.80 – 1.000

Sangat Kuat

0.60 – 0.799

Kuat

0.40 – 0.599

Cukup Kuat

0.20 – 0.399

Rendah

0.00 – 0.199

Sangat Rendah

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi, yaitu untuk mencari
makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi Pearson
Product Moment tersebut diuji dengan uji Signifikansi dengan rumus:

28

ℎ� �� =

� �−2
� −� 2

Dimana:
t hitung = Nilai t
r

= Nilai Koefisien Korelasi

n

= Jumlah Sampel

b. Koefisien Determinan
Uji koefisien determinan digunakan untuk menyatakan besar
kecilnya sumbangan variabel X (variable bebas) terhadap Y (variabel
terikat) yang ditentukan dengan rumus koefisien determinan. Dengan
kata lain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variable X
(apersepsi

pembelajaran)

mempunyai

kontribusi

atau

ikut

menentukan variable Y (hasil belajar siswa). Derajat koefisien
determinan dicari dengan menggunakan rumus :
KP = r2 X 100%

Dimana :
KP

= Nilai Koefisien Determinan

r

= Nilai Koefisien Korelasi
Riduwan, 2004:224

c. Hipotesis Statistik
Hipotesis dalam pnelitian ini adalah:
Ho : ρ = 0 (berarti tidak ada hubungan)
Ha : ρ ≠ 0 (berarti ada hubungan)

29

Keterangan:
ρ = Koefisien korelasi antara apersepsi pembelajaran dengan hasil
belajar siswa.
Sugiyono, 2009: 104

G. Agenda Kegiatan
Keseluruhan rencana pelaksanaan penelitian dijadwalkan sebagai berikut.

Tabel 3
N
o

Kegiatan

Januari
Minggu
ke

Studi lapangan

x x

2

Studi
Pustaka/kurikul
um/Penelitian
lain
Pembuatan
Proposal
(terbimbing)
Pembuatan
Instrumen
(terbimbing)
Uji Instrumen

x x x x

4

5
6
7

8

Maret
Minggu
ke

April
Minggu
ke

Mei
Minggu
ke

Juni
Minggu
ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

3

Pebruari
Minggu
ke

Pelaksanaan
Penelitian
Penyusunan
Draft
Skripsi
(terbimbing)
Penyelesaian
Penulisan
skripsi

x x x x

x x

x x
x x x x
x x x x

x x x x

IV. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memahami alur pikir dalam penulisan skripsi ini, maka perlu
diberikan sistematika penulisan yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan
laporan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Bab I berisi Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka berfikir,
anggapan dasar dan hipotesis penelitian.
Bab II berisi ringkasan kajian teori, yang terdiri dari pengertian
komunikasi belajar dan prestasi belajar, bentuk komunikasi belajar siswa,
hubungan komunikasi belajar dan prestasi belajar siswa , Signifikasi komunikasi
belajar dan prestasi belajar siswa.
Bab III berisi metode penelitian, yang terdiri dari desain penelitian,
variabel dan definisi operasional variabel, Lokasi; populasi; sampel/ subjek
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
peralatan dana bahan, dan agenda kegiatan.
Bab IV berisi sistematika penulisan, terdiri dari keterangan isi dari tiap
bab.
Daftar Pustaka berisi tentang kajian pustaka yang relevan dengan
penelitian yang

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25