PERBEDAAN DENYUT TERPAPAR PANAS

TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA DI USAHA SUKSES TERPAPAR PANAS DI USAHA SUKSES KARANGANYAR

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Untu

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Memperoleh

Oleh :

Febry Andika Siskawati R0206025 PROGRAM DIPLOMA GRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN TAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET MARET SURAKARTA 2010

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul :

Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Terpapar Panas pada Pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar

Oleh :

Febry Andika Siskawati, R0206025, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah di sahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program D. IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada hari : ................, Tanggal : ................ , Tahun 2010

Pembimbing Utama

Yeremia Rante Ada’, S.Sos, M.Kes. ....................................

Pembimbing Pendamping

Agus Widiyatmo, SE NIP. 19761028 200810 1 001

Penguji

Sarsono, Drs. M.Si. .................................... NIP. 1958 1127 198601 1 001

Tim Skripsi Ketua Program

D. IV Kesehatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM, M.Kes Putu Suriyasa, dr., Ms, PKK, Sp. Ok. NIP. 19650706 198803 1 002

NIP. 19481105 198111 1 001

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2010

Febry Andika Siskawati NIM. R0206025

ABSTRAK

Febry Andika Siskawati, R0206025, 2010. PERBEDAAN DENYUT NADI SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA DI UD USAHA SUKSES KARANGANYAR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekanan panas, denyut nadi pekerja dan perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas pada pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar.

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang berdasarkan pada ciri-ciri tertentu sehingga dari

50 populasi didapatkan subjek penelitian sebanyak 15 orang. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0.

C. Denyut nadi subjek penelitian sebelum terpapar panas sebesar 75,60 denyut/menit dan denyut nadi sesudah terpapar panas sebesar 124,40 denyut/menit. Hasil analisis dengan uji Paired T-Test, uji perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 (p < 0,05).

Tekanan panas di UD Usaha Sukses Karanganyar sebesar 30,27 o

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas yang sangat signifikan. Pencegahan terhadap efek tekanan panas dapat dilakukan dengan penyedian air minum, penyediaan pakaian kerja yang dapat melindungi tenaga kerja dari tekanan panas, pengaturan waktu kerja dan penambahan ventilasi.

Kata Kunci : Tekanan Panas, Denyut Nadi

ABSTRACT

Febry Andika Siskawati, R0206025, 2010. THE PULSE DIFERENCES BEFORE AND AFTER LABOR HOT PRESSURE FOR WORKERS IN UD USAHA SUKSES KARANGANYAR.

This riset has purpose to know heat pressure, pulse workera and pulse differences after and before labor heat pressure for workers in UD Usaha Sukses Karanganyar.

This riset using observational analytic method which used cross sectional prospective. Sample technique is using basic feature and so form 50 population can be get in is peoples numbers subject riset. The data analitation and whirling technique doing with statistic experiment Paired T-Test using computer program SPSS 16.0 version.

The pressure at UD Usaha Sukses Karanganyar poin numbers 30,27 o C. Pulse experiment subject before displayed heat pressure point numbers 75,60

beats/minute and after heat pressure displayed point numbers 124,40 beats/minute. Result analyshins with experiment Paired T-Test, diferences experiment pulse before and after labor heat pressure knew that significance point with numbers 0,000 or less from 0,05 (p < 0,05).

Based on experiment riset statistic showing that any different pulse before and after labor hot pressure has very significance. Prevent for hot pressure effect can be do it with drinking weter preparation, woker clothes preparation can be protect worker from hot pressure, working time arrangements and andded ventilation.

Key Word : Hot Pressure, Pulse

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Terpapar Panas di UD Usaha Sukses karanganyar” guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan Pendidikan Program Diploma IV Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, tidak jarang penulis mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya semua dapat teratasi. Atas segala bantuan dan dukungannya perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof, Dr, A.A. Subijanto, dr, MS, Selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., Selaku Ketua Program Kerja DIV Kesehatan Kerja.

3. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos, M.Kes, Selaku Dosen Pembimbing I.

4. Bapak Agus Widiyatmo , SE, Selaku Dosen Pembimbing II.

5. Bapak Sarsono, Drs. M.Si., Selaku Penguji Skripsi.

6. Bapak Jumali, Selaku pemilik UD Usaha Sukses Karanganyar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Semua pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.

8. Bapak, Ibu dan keluarga semua yang telah melimpahkan kasih dan sayang serta dukungan dalam segala hal selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat dan penulis senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Biodata Responden. Lampiran 2. Data Subjek Penelitian. Lampiran 3. Normalitas Data Umur, Masa Kerja, Berat Badan, Tinggi Badan

dan IMT. Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi dan Tekanan Panas. Lampiran 5. Hasil Uji Statistik Pearson-Product moment antara Umur dan

Denyut Nadi. Lampiran 6. Hasil Uji Statistik Pearson-Product moment antara Masa Kerja dan Denyut Nadi. Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Pearson-Product moment antara IMT dan Denyut Nadi. Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Paired T-Test. Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian. Lampiran 10. Jadwal Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusianya. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang lebih besar, maka diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai dari perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses produksi. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif (Tarwaka dkk, 2004).

Tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain : Tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain :

Dalam lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan tersebut dapat berasal dari kimiawi, fisik, biologis, dan psikis. Tekanan lingkungan kerja fisik khususnya lingkungan kerja panas memegang peranan yang penting, oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan senyaman mungkin supaya didapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produktivitas (Santoso, 1985).

Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam lingkungan nikmat kerja. Pengaturan temperatur atau suhu yang nyaman dilakukan untuk menunjang tercapainya produktivitas kerja. Temperatur yang terlalu panas menjadikan perasaan cepat lelah dan mengantuk, sebaliknya temperatur yang terlalu dingin mengurangi daya atensi dan ketidaktenangan yang berpengaruh negatif terutama pada kerja mental. Dengan demikian penyimpangan dari batas kenyamanan suhu baik di atas maupun di bawah nyaman akan berdampak buruk pada produktivitas kerja. Suhu kerja nikmat atau temperatur yang sesuai dengan orang Indonesia yaitu sekitar 24-26 °C. Suhu dingin mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot (Suma’mur P.K., 1996).

Menurut ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan temperatur tempat kerja, yaitu Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk Temperatur Tempat Kerja, ditetapkan : Nilai Ambang Batas (NAB) untuk iklim kerja adalah situasi kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak melebihi dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu. NAB terendah untuk ruang kerja adalah 25 °C dan NAB tertinggi adalah 32,2 °C, tergantung pada beban kerja dan pengaturan waktu kerja (Depnakertrans, 1999).

Iklim kerja panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen kebagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih cepat. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih meningkat (Santoso, 1985).

Salah satu jenis lingkungan kerja yang mempunyai tekanan panas tinggi adalah lingkungan kerja bengkel las. UD Usaha Sukses Karanganyar merupakan industri yang bergerak dibidang pengelasan. Sejak awal berdirinya Salah satu jenis lingkungan kerja yang mempunyai tekanan panas tinggi adalah lingkungan kerja bengkel las. UD Usaha Sukses Karanganyar merupakan industri yang bergerak dibidang pengelasan. Sejak awal berdirinya

Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan peneliti di UD Usaha Sukses Karanganyar yang bergerak dibidang pengelasan besi didapatkan

tekanan panas sebesar 30,27 o

C. Jika dibandingkan dengan standar iklim kerja di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 dengan pengaturan waktu kerja 75 % kerja dan 25 % istirahat untuk 8 jam kerja dengan beban kerja sedang yang didasarkan atas pengukuran rata-rata denyut nadi selama bekerja yaitu sebesar 117,4 maka iklim kerja tersebut telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 28 o C.

Panas di UD Usaha Sukses Karanganyar disebabkan oleh panas dari mesin atau alat las. Tempat kerja tersebut berada didalam ruangan dengan atap zeng. Para pekerja pada umumnya tidak memakai pakaian khusus untuk melindungi tubuh dan berkeringat yang lebih, namun kebanyakan para pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa kacamata dan tameng muka saat melakukan pengelasan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui besarnya takanan panas di UD Usaha Sukses Karanganyar.

b. Untuk mengetahui denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa tekanan panas dapat mempengaruhi denyut nadi tenaga kerja di UD Usaha Sukses Karanganyar.

2. Aplikasi

a. Bagi Tenaga Kerja Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan bagi tenaga kerja tentang pengaruh tekanan panas dan akibatnya serta melakukan tindakan pencegahan.

b. Bagi Perusahaan Diharapkan

sebagai masukan bagi perusahaan untuk melaksanakan upaya pengendalian terhadap lingkungan kerja panas sebagai masukan bagi perusahaan untuk melaksanakan upaya pengendalian terhadap lingkungan kerja panas

c. Peneliti Mendapatkan pengalaman secara langsung dalam melakukan penelitian mengenai perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Panas

Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh (Suma’mur, 2009). Menurut Katarina (1995), memasukkan hal-hal tersebut dalam kelompok :

1. Climatic factor

a. Suhu udara Bila suhu udara lingkungan tinggi maka tubuh mendapat tambahan panas dengan cara konveksi dan sebaliknya bila suhu lingkungan lebih rendah maka panas dikeluarkan dari tubuh ke lingkungan juga secara konveksi.

b. Kelembaban udara Kelembaban udara adalah banyaknya uap air di udara, makin lembab udara makin rendah penguapan yang terjadi. Pada kelembaban tinggi proses penguapan yang terjadi akan mengalami gangguan maka suhu tubuh akan meningkat.

c. Kecepatan gerakan udara Aliran udara terjadi akibat perbedaan tekanan udara yang berpengaruh terhadap tubuh melalui jalan konveksi dan evaporasi. Batas kecepatan udara secara kasar yaitu antara 0,25 – 0,50 meter / c. Kecepatan gerakan udara Aliran udara terjadi akibat perbedaan tekanan udara yang berpengaruh terhadap tubuh melalui jalan konveksi dan evaporasi. Batas kecepatan udara secara kasar yaitu antara 0,25 – 0,50 meter /

d. Radiasi Radiasi adalah emisi energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang secara terus menerus terpancar dari permukaan suatu benda.

2. Non climatic factor

a. Proses metabolisme Panas metabolisme adalah sumber panas badan dan akan berbeda- beda sesuai dengan kegiatan kerja yang dilakukan. Produksi panas dalam tubuh manusia tergantung kepada kegiatan-kegiatan kerja fisik tubuh. Selain itu juga tergantung dari makanan, pengaruh berbagai bahan kimiawi dan gangguan sistem pengatur panas, misalnya dalam keadaan demam.

Lebih dari 90 % energi yang dikeluarkan tubuh berasal dari reaksi oksigen dengan berbagai makanan. Kecepatan metabolisme juga dapat dihitung dengan tepat dari kecepatan penggunaan oksigen.

b. Pakaian kerja Bentuk dan jenis pakaian kerja dapat mempengaruhi suatu kerja

c. Aklimitasi

Aklimitasi terhadap cuaca kerja adalah proses penyesuaian diri terhadap cuaca kerja. Menurut Suma’mur (2009), sumber panas radiasi adalah permukaan yang panas dan juga sinar matahari sendiri. Menurut Heru dan Haryono (2008), tekanan panas disebabkan karena adanya sumber panas yang terjadi seperti pada pabrik pengecoran logam dan suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi dengan cara pengenceran dan pendinginan secara aktif. Tekanan panas ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas maupun karena ventilasi yang ada kurang baik.

B. Panas Badan

Panas badan ditentukan oleh keseimbangan antara panas yang terbentuk dan panas yang disalurkan keluar tubuh ( Hasjim Effendi, 1983 ). Cara memperoleh panas badan pada manusia melalui dua sumber yaitu :

1. Panas badan akibat metabolisme Dalam proses metabolisme selain dihasilkan tenaga juga dihasilkan panas, dengan demikian panas dalam tubuh akan terus terbentuk selama metabolisme terus berjalan.

2. Panas badan yang diperoleh dari lingkungan Panas lingkungan yang mempengaruhi panas badan berupa :

a. Temperatur udara

b. Kelembaban udara

c. Kecepatan angin

Sedangkan cara mengeluarkan panas badan yaitu melalui :

1. Pendinginan tubuh dengan cara mengeluarkan keringat. Apabila tubuh akan mengeluarkan keringat diperlukan panas. Panas tersebut diambil dari tubuh sehingga panas tubuh akan turun. Adapun yang mempengaruhi penguapan keringat adalah kelembaban udara dan kecepatan angin.

2. Radiasi Panas badan dipancarkan ke udara sekitar badan.

3. Konveksi Panas tubuh dari bagian dalam menjalar ke permukaan kulit lalu kontak dengan udara sekitarnya.

4. Konduksi Konduksi adalah pertukaran panas antara tubuh dengan benda-benda sekitar melalui sentuhan atau kontak (Anonim, 1990).

C. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Tubuh terhadap Panas

Kemampuan tubuh setiap individu dalam menghadapi tekanan panas seringkali berbeda, hal ini dipengaruhi oleh :

1. Umur Daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat keluar keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari 1. Umur Daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat keluar keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari

2. Jenis kelamin Seorang wanita lebih tidak tahan terhadap panas daripada laki-laki karena wanita mempunyai daya konduksi yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan wanita memberikan lebih banyak reaksi perifer bila bekerja pada cuaca panas daripada laki-laki (Benny L. Priatna, 1990).

3. Luas permukaan tubuh Untuk mengetahui luas permukaan tubuh perlu diperhitungkan tinggi dan berat badan untuk orang Indonesia dengan rumus :

A =W 0,425 kg x H 0,275 cm x 74,66

A = luas permukaan badan W = berat badan

H = tinggi badan Ukuran badan mempengaruhi reaksi fisiologis badan terhadap panas, orang dengan ukuran badan lebih besar dapat mengalami tekanan panas lebih besar karena kapasitas kerja maksimalnya lebih besar (Katarina, 1995).

Adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif lebih besar. Hal ini Adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif lebih besar. Hal ini

4. Aklimatisasi Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut nadi, dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan keringat (Siswanto, 1987).

Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa waktu misalnya 2 jam. Mengingat pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu dalam tubuh. Aklimatisasi panas biasanya tercapai sesudah 2 minggu. Dengan bekerja dalam suhu tinggi saja belum dapat menghasilkan aklimatisasi yang sempurna (WHO, 1969).

Tenaga kerja yang terpapar dicuaca kerja panas maka setelah beberapa hari tubuhnya akan menyesuaikan diri dengan cara mengeluarkan keringat lebih banyak dan suhu permukaan kulit akan lebih rendah sehingga suhu tubuh turun (Benny L. Priatna, 1990).

5. Suku bangsa

Perbedaan aklimatisasi yang ada diantara kelompok suku bangsa kecil, mungkin erat hubungannya dengan perbedaan ukuran badan.

D. Akibat Tekanan Panas terhadap Tubuh

Tenaga kerja yang terpapar panas dapat mengalami penurunan prestasi kerja fikir, penurunan itu sangat hebat sesudah suhu 30 0

C. Selain itu suhu panas juga dapat mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris serta memudahkan untuk dirangsang (Suma’mur, 1993).

Menurut Benny L. Priatna (1990), bahwa kegagalan toleransi tubuh terhadap panas dapat mengakibatkan :

1. Heat stroke Akibat bekerja di lingkungan yang panas maka suhu tubuh akan naik

sampai 41 0

C , sedangkan tubuh tidak dapat mengeluarkan keringat sehingga penderita akan kehilangan kesadaran. Hal ini jarang terjadi kemungkinannya satu diantara sejuta tenaga kerja yang bekerja di suhu tinggi. Ada suatu pendapat lain yang mengatakan bahwa tubuh tidak dapat mengeluarkan keringat disebabkan karena adanya kelumpuhan kelenjar- kelenjar keringat (Anonim, 1990).

2. Heat exhaustion Terjadi oleh karena cuaca kerja yang sangat panas terutama pada orang yang belum beraklimatisasi terhadap panas. Orang tersebut akan 2. Heat exhaustion Terjadi oleh karena cuaca kerja yang sangat panas terutama pada orang yang belum beraklimatisasi terhadap panas. Orang tersebut akan

3. Heat cramps Dapat timbul bila tubuh kehilangan cairan dan garam dalam jumlah yang banyak karena lingkungan kerja yang panas dimana kehilangan cairan tersebut tidak diganti kembali maka akan timbul kejang atau rasa sakit pada otot (Hasjim Effendi, 1983).

Menurut pendapat Suma’mur, heat cramps selain terasa sebagai kejang-kejang otot tubuh dan perut yang sangat sakit juga disertai gejala- gejala yang ada pada heat stress yaitu pingsan, kelemahan, mual dan muntah-muntah.

4. Heat syncope Seseorang yang bekerja di lingkungan yang suhunya tinggi maka akan terjadi dilatasi pembuluh darah perifer, keseimbangan peredaran darah terganggu karena darah banyak mengalir ke perifer daerah kaki dan terlalu lama berdiri. Juga terjadi pengeluaran keringat berlebih maka volume plasma berkurang, volume darah juga berkurang, tekanan darah turun dan suplay oksigen ke otak berkurang, orang akan kehilangan kesadaran.

5. Dehidrasi Akibat pengaruh lingkungan kerja yang panas disertai dengan pengeluaran keringat yang berlebih maka akan kehilangan garam-garam natrium, setelah beberapa minggu biasanya penderita akan mengalami kejang-kejang otot tubuh dan perut yang menimbulkan rasa sakit, 5. Dehidrasi Akibat pengaruh lingkungan kerja yang panas disertai dengan pengeluaran keringat yang berlebih maka akan kehilangan garam-garam natrium, setelah beberapa minggu biasanya penderita akan mengalami kejang-kejang otot tubuh dan perut yang menimbulkan rasa sakit,

6. Kelainan kulit Terjadi miliari akibat pengaruh cuaca kerja yang panas juga karena keringat yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa gatal permukaan tubuh atau kulit.

E. Parameter Tekanan Panas

Terdapat beberapa cara menetapkan besarnya tekanan panas, antara lain :

1. Suhu efektif Yaitu suatu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh seseorang tanpa baju dan kerja ringan dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan aliran udara. Suhu efektif dapat ditentukan dengan menggunakan suatu skala suhu efektif. Kelemahan penggunaan skala efektif adalah tidak diperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh. Panas radiasi dapat dikoreksi menggunakan skala suhu efektif dekoreksi, namun panas hasil metabolisme tetap tidak diperhitungkan.

2. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) Merupakan pengukuran yang paling sederhana karena tidak banyak membutuhkan keterampilan, cara atau metode yang tidak sulit dan besarnya tekanan panas dapat ditentukan dengan cepat. Penilaian tekanan panas dengan menggunakan metode ISBB ini dengan rumus sebagai berikut : 2. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) Merupakan pengukuran yang paling sederhana karena tidak banyak membutuhkan keterampilan, cara atau metode yang tidak sulit dan besarnya tekanan panas dapat ditentukan dengan cepat. Penilaian tekanan panas dengan menggunakan metode ISBB ini dengan rumus sebagai berikut :

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering

b. Untuk pekerjaan tanpa penyinaran sinar matahari ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi NAB panas lingkungan kerja yang diperkenankan tergantung dari pengaturan waktu kerja dan beban kerja (tabel 2.1). Tabel 2.1. NAB Tekanan Panas Lingkungan Kerja

Pengaturan Waktu Kerja o ISBB C Beban Kerja

Sedang Berat Beban kerja terus-menerus

Waktu Kerja Waktu Istirahat

Ringan

(*8 jam/hari)

31,1 30,0 Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 dalam Sugeng Budiono (2003).

75% istirahat

3. Suhu Basah Alami (SBA) Indeks ini yang sekarang digunakan sebagai standar iklim kerja di Indonesia dan untuk penilaian kesehatan kerja di perusahaan telah dikeluarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. 01/ MEN/1978, khususnya mengenai iklim kerja. Adapun mengukurnya diperlukan thermometer basah alami dan psikrometer untuk mengontrol kelembaban nisbi. NAB berdasarkan nilai edaran tersebut

0 adalah 21 0 C – 30

C dihubungkan dengan kelembaban udara antara 65% -

4. Indeks Kecepatan Keluar Keringat Selama 4 Jam Prediksi kecepatan keluarnya keringat selama 4 jam (Predicted 4 hour sweetrate disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar selama 4 jam sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan berpakaian dan juga menurut tingkat kegiatan dalam melakukan pekerjaan.

F. Denyut Nadi

Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa keluar jantung. Denyut ini mudah teraba di suatu tempat dimana arteri melintasi sebuah tulang dekat permukaan kulit (Pearce, 1992).

Menurut Ibnu Masud (1989), denyut nadi merupakan manifestasi adanya penjalaran perubahan tekanan pada waktu systole ventrikel jantung dan denyut nadi ini merupakan tolok ukur adanya pengaruh kerja jantung yang dapat dilihat atau dirasakan melalui peragaan dengan ujung-ujung jari tangan kita.

Teori tentang denyut nadi jantung dalam Psycologi Bases of Exercise bahwa latihan yang lama pada lingkungan yang panas menyebabkan denyut jantung lebih tinggi daripada latihan pada temperatur rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan Inayah (2001), dinyatakan bahwa denyut nadi responden yang terpapar panas ternyata mengalami peningkatan saat bekerja hingga selesai bekerja dan menurun pada jam istirahat.

Menurut Grandjean dalam Eko Nurmianto (1996), mengatakan bahwa meningkatnya denyut nadi dikarenakan: (1) Temperatur atau suhu sekeliling yang tinggi; (2) Tingginya pembebanan otot statis dan (3) Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja. Berdasarkan berbagai macam alasan itulah, sehingga denyut nadi dapat dipakai sebagai indeks beban kerja.

Menurut Christensen dalam Tarwaka dkk (2004), bahwa kategori berat ringannya beban kerja dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu

Tubuh dan Denyut Jantung Kategori beban

Ventilasi Suhu Rektal Denyut nadi kerja o Oksigen Paru ( C) (denyut/menit)

Konsumsi

(l/min)

(l/min)

37,5, - 38,0 100 – 125 Berat

38,0 – 38,5 125 – 150 Sangat Berat

38,5 – 39,0 150 – 175 Sangat Berat Sekali

> 39 > 175 Sumber : Christensen (1991). Encyclopaedia of Accupational Health and Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka dkk (2004). Jenis Nadi menurut Depdikbud (1996) antara lain :

60 - 100

a. Nadi Istirahat yaitu rata-rata denyut nadi sebelum kerja.

b. Nadi Sedang Kerja yaitu rata-rata denyut nadi selama kerja.

c. Nadi Pemulihan yaitu total angka denyutan dari akhir kerja sampai masa

pulih tercapai.

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi

1. Usia Pekerja dengan usia diatas 40 tahun kelenjar keringat mempunyai respon yang lebih lambat terhadap beban panas metabolic dan lingkungan 1. Usia Pekerja dengan usia diatas 40 tahun kelenjar keringat mempunyai respon yang lebih lambat terhadap beban panas metabolic dan lingkungan

Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia (tabel 2.3).

Tabel 2.3. Frekuensi Nadi menurut Berbagai Usia

No. Usia Frekuensi Nadi (denyut / menit)

Sumber : Evelyn C. Pearce (1999)

2. Jenis Kelamin Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit.

Pada kerja maksimal laki-laki rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit (Astrand and Rodahl, 1986).

3. Ukuran Tubuh Ukuran tubuh seseorang yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa

Tubuh) dengan Rumus : IMT =

Keterangan : IMT = Indek Masa Tubuh BB = Berat Badan TB = Tinggi Badan. Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

a. IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.

b. IMT 17,0 – 18,4 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.

c. IMT 18,5 – 25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.

d. IMT 25,1 – 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.

e. IMT > 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat

Semakin tinggi Indeks Masa Tubuh (IMT) seseorang maka denyut nadinya semakin lemah (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001).

4. Keadaan Kesehatan Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit maka frekuensi jantungnya cenderung meningkat (Delp & Manning 1994 dalam Eni Mahawati, 1999).

5. Riwayat Kesehatan Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi (Depkes RI 1996 dalam Eni Mahawati, 1999).

6. Intensitas dan Lama Kerja Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata nadi selama kerja) mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit (Astrand and Rodahl, 1986).

7. Sikap Kerja Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk (Ganong, 1992).

8. Faktor Fisik Cuaca kerja baik cuaca kerja panas atau dingin juga akan mempengaruhi sistem sirkulasi dan denyut nadi. Cuaca kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada jantung dan sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen kebagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih banyak lagi atau meningkat (Santoso, 1985).

Peningkatan denyut nadi sebagai akibat dari pekerjaan fisik di lingkungan kerja panas dapat menyebabkan kelelahan otot statis, dapat menyebabkan perubahan fungsional pada organ tubuh dan dapat meningkatkan kecelakaan kerja. Tingginya angka kesalahan dan kecelakaan kerja dapat menimbulkan penurunan efisiensi dan produktivitas kerja (Sugeng Budiono, 2003).

9. Kondisi Psikis

Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang (Guyton, 1990).

H. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Denyut Nadi

Seorang tenaga kerja bila seluruh tubuhnya berada dalam lingkungan kerja yang panas, akan terjadi penambahan aliran darah yang sangat banyak dikulit guna membantu membuang panas dipermukaan tubuh. Pengaturan ini dilakukan oleh hipotalamus dengan mengirimkan impuls yang menimbulkan dilatasi pembuluh darah kulit dan sekresi keringat. Bekerja untuk waktu yang lama ditempat panas dapat menyebabkan kehilangan keringat lebih dari 2 liter per jam. Pada dehidrasi berat kehilangan keringat lebih dari 2,5 liter per jam dimana 600 ml berasal dari plasma. Bahaya penurunan volume plasma akan menurunkan volume cardiac out put atau curah jantung pada tekanan darah pun akan turun (Hasjim Effendi, 1983 ).

Cardiac out put atau curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan keluar dari tiap-tiap ventrikel jantung per denyut dalam satu menit (Ganong, 1992). Dengan penurunan cardiac out put maka darah yang dipompakan (isi sekuncup) yang keluar sedikit. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras dan berdenyut lebih cepat. Peningkatan frekuensi denyut jantung juga mengakibatkan peningkatan denyut nadi, karena waktu jantung memompa darah ke aorta, karena daya elastisitas aorta menyebabkan dinding Cardiac out put atau curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan keluar dari tiap-tiap ventrikel jantung per denyut dalam satu menit (Ganong, 1992). Dengan penurunan cardiac out put maka darah yang dipompakan (isi sekuncup) yang keluar sedikit. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras dan berdenyut lebih cepat. Peningkatan frekuensi denyut jantung juga mengakibatkan peningkatan denyut nadi, karena waktu jantung memompa darah ke aorta, karena daya elastisitas aorta menyebabkan dinding

I. Pengendalian Lingkungan Kerja Panas

Adapun mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar. Disamping itu koreksi tersebut juga dimaksudkan untuk menilai efekitivitas dari sistem pengendalian yang telah dilakukan di masing-masing tempat kerja. Secara ringkas teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi.

2. Mengurangi beban panas radian dengan :

a. Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas.

b. Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.

c. Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas.

3. Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan melalui ventilasi pengenceran (dilution ventilation) atau pendinginan secara mekanis (mechanical cooling).

4. Meningkatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan udara melalui ventilasi buatan dimaksudkan untuk memperluas pendingin evaporasi, tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det. Sehingga perlu dipertimbangkan bahwa menambah pergerakan udara pada temperatur yang tinggi (> 40 ˚ C) dapat berakibat kepada peningkatan tekanan panas.

5. Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan :

a. Melakukan pekerjaan di tempat panas pada pagi dan sore.

b. Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan.

c. Mengatur waktu kerja – istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB.

J. Kerangka Pemikiran

Tekanan panas

Dilatasi pembuluh darah

Faktor dalam : Faktor luar :

1. Jenis kelamin

Penurunan sekresi keringat

1. Lingkungan

2. Usia panas

3. Ukuran tubuh

Penurunan cardiac out put

2. Lama kerja

4. Keadaan kesehatan

Peningkatan denyut jantung

5. Riwayat kesehatan

Peningkatan denyut nadi

6. Kondisi psikis

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

K. Hipotesis

Ada perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja di UD Usaha Sukses Karanganyar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, apabila ditinjau dari waktu pelaksanaan penelitian ini termasuk penelitian cross- sectional. Penelitian ini mempelajari perbedaan antara variabel sama subyek dengan observasional dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Adapun untuk pengambilan data denyut nadi diambil sebelum dan sesudah terpapar panas pada responden yang sama (Soekidjo Notoatmodjo, 1993).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di UD Usaha Sukses Karanganyar pada bulan Mei sampai Juli 2010.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja di UD Usaha Karanganyar sebanyak 50 orang.

2. Sampel Sampel atau subjek penelitian diambil sebanyak 15 orang yang didasarkan atas ciri-ciri tertentu sesuai dengan syarat atau kriteria yang telah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Jenis kelamin

3. Masa kerja

: 2 – 15 tahun

4. IMT tenaga kerja normal (18,5 – 25,0).

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang didasarkan atas ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi (Soekidjo Notoatmojo, 1993).

E. Identifikasi Variabel Penelitian.

1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tekanan panas.

2. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah denyut nadi.

3. Variabel pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Variabel pengganggu terkendali : umur, masa kerja, jenis kelamin, ukuran tubuh, panas lingkungan, keadaan kesehatan dan riwayat kesehatan.

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : keadaan psikis tenaga kerja.

F. Definisi Operasional

1. Tekanan panas

Tekanan panas merupakan kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara, suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh di UD Usaha Sukses Karanganyar yang diukur dengan

menggunakan Questtemp 0 10 Digital. Alat ukur 0 : Questtemp 10 Digital Satuan o : c

Hasil pengukuran

: Tekanan panas > NAB

Skala Pengukuran

: Nominal

2. Denyut nadi Denyut nadi adalah jumlah denyutan dalam satu menit sebelum dan sesudah bekerja di lingkungan kerja panas. Alat ukur

: Pulse Meter

Satuan

: denyut/menit

Hasil pengukuran : Sangat ringan, ringan, agak berat, berat, sangat

berat, luar biasa berat.

Skala pengukuran : Ratio, kerena memiliki nol mutlak, sehingga batas- batas intervalnya jelas, batas nilai variasinya jelas dan nilai mutlaknya dapat dibandingkan.

G. Desain Penelitian

Populasi

Purposive sampling

Subjek

Denyut nadi Denyut nadi sebelum terpapar

sesudah terpapar tekanan panas

tekanan panas

Paired t-test Bagan 2. Desain Penelitian

H. Cara Pengukuran

1. Tekanan Panas

a. Peneliti menyiapkan Questtemp 0 10 Digital.

b. Melakukan pengukuran pada jam 09.00, 11.00, 13.00 dan 15.00 WIB.

c. Setiap hasil pengukuran dicatat dan kemudian diambil nilai rata-rata tekanan panas.

2. Denyut Nadi

a. Sebelum terpapar panas

1) Peneliti menyiapkan pulse meter untuk mengukur denyut nadi subjek penelitian sebelum terpapar panas.

2) Satu per satu subjek penelitian diukur denyut nadinya secara bergantian sampai 15 subjek dengan alat pulse meter.

3) Mencatat hasil dan waktu pengukuran denyut nadi subjek penelitian.

b. Sesudah terpapar panas

1) Peneliti menyiapkan alat pulse meter.

2) Berdasarkan waktu pengukuran denyut nadi sebelum terpapar panas, subjek penelitian dihitung denyut nadinya menggunakan pulse meter.

3) Mencatat hasil pengukuran denyut nadi subjek penelitian.

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 dengan syarat data berdistribusi normal. Normalitas data menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov . Nilai signifikasi (Asym.sig.) apabila nilai signifikasi > 0,05 maka data dalam distribusi normal (Handoko Riwidikdo, 2008). Interpretasi hasil dengan uji statistik Paired T-Test adalah sebagai berikut :

a. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

b. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).

E. Instrumen Penelitian

1. Quest Temp Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan panas. Adapun cara penggunaannya adalah:

a. Tekan tombol power.

b. Tekan tombol o C atau

F untuk menentukan satuan suhu yang digunakan.

c. Tekan tombol globe untuk menentukan suhu bola.

d. Tekan tombol dry bulb untuk mendapatkan suhu bola kering.

e. Tekan tombol wet bulb untuk mendapatkan suhu bola basah.

f. Tekan tombol Wet Bulb Globe Thermometer (WBGT) untuk mendapatkan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB).

g. Catat hasil yang dibaca pada display.

h. Tekan tombol power untuk mematikan.

i. Diamkan 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk waktu adaptasi.

2. Pulse Meter Pulse meter yaitu alat untuk mengukur tekanan darah. Pulse meter yang digunakan yaitu pulse meter dengan merk Tensoval Hartmann. Adapun cara penggunaannya adalah:

a. Pasang baterai

b. Pasang kantong karet/manset yang dapat dikembangkan pada lengan atas.

c. Tekan tombol start

d. Tunggu sampai terdengar bunyi tanda pengukuran selesai

e. Hasil akan ditampilkan dilayar

3. Timbangan berat badan, yaitu alat untuk mengukur berat badan seseorang.

4. Microtoice, yaitu alat untuk mengukur tinggi badan.

5. Lembar isian data/kuesioner , yaitu daftar yang digunakan untuk mencatat data subjek penelitian dan hasil pengukuran.

6. Alat tulis, yaitu alat untuk mencatat hasil dari pengukuran.

BAB IV HASIL

A. Gambaran Umum Perusahaan

UD Usaha Sukses berada di jalan Ngalian, Lalung, Karanganyar. Berdiri sekitar tahun 1983 yang merupakan perusahan dibidang pengelasan besi. Besi-besi disini diolah untuk dijadikan pagar, namun tidak dalam bentuk pagar yang siap pasang. Pembuatannya disini berdasarkankan pemesanan yang ada.

UD Usaha Sukses Karanganyar memiliki pekerja 50 orang yang melakukan pekerjaan dibidang pengelasan. Tempat kerja berada di dalam ruangan yang luas tanpa sekat dengan atap zeng dan berada tepat ditepi jalan raya. Keadaan lingkungan kerja termasuk tempat yang kurang ventilasi karena aliran udara melalui pintu utama yang dibuka dengan lebar dan lubang-lubang kecil di dinding. Tidak terdapat tempat penyadiaan air minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat berkeringan yang berlebih. Pekerja memakai Alat Pelindung Diri berupa tameng muka tanpa penggunaan baju khusus.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur Distribusi usia pada 15 subjek penelitian di UD Usaha Sukses Karanganyar diperoleh sebaran umur sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur Umur

Persentase (%) 20-25

15 100 (Sumber: Data Primer) Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa pada saat penelitian ini

didapatkan rata-rata umur subjek penelitian adalah 30,66 tahun. Subjek penelitian yang berumur antara 20-25 tahun sebanyak 4 subjek (27%), umur antara 26-30 tahun sebanyak 4 subjek (27%), umur 31-35 tahun sebanyak 5 subjek (33%) dan umur 36-40 tahun sebanyak 2 subjek (12%).

2. Masa kerja Distribusi masa kerja pada 15 subjek penelitian di UD Usaha Sukses Karanganyar diperoleh sebaran masa kerja sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja (tahun)

Persentase (%) 1-5

15 100 (Sumber: Data Primer)

Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa pada saat penelitian ini rata- rata masa kerja subjek penelitian adalah 8,06 tahun. Subjek penelitian Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa pada saat penelitian ini rata- rata masa kerja subjek penelitian adalah 8,06 tahun. Subjek penelitian

3. Indeks Masa Tubuh (IMT) Hasil perhitungan IMT terhadap 15 subjek penelitian di UD Usaha Sukses Karanganyar diperoleh sebaran IMT sebagai berikut : Tabel 4.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan IMT

15 100 (Sumber: Data Primer)

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pada saat penelitian ini rata-rata IMT subjek penelitian adalah 21,20. Semua subjek penelitian yang berjumlah 15 subjek (100%) distribusi IMTnya antara 18,5-25,0.

C. Tekanan Panas

Hasil pengukuran tekanan panas di UD Usaha Sukses Karanganyar dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Tekanan Panas

No. o Waktu ISBB ( C)

(Sumber: Data Primer)

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata ISBB pada penelitian ini adalah 30,27 o

C. Standar tekanan panas berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga kerja Nomor Kep.51/ Men/1999 bahwa nilai ambang batas untuk ruangan kerja dengan waktu kerja 75% kerja 25% istirahat untuk beban kerja

sedang ádalah 28 o C.

D. Denyut Nadi

Hasil perhitungan denyut nadi terhadap 15 subjek penelitian di UD Usaha Sukses Karanganyar diperoleh sebaran sebagai berikut : Tabel 4.5 Data Distribusi Pengukuran Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah

Terpapar Panas Berdasarkan Tingkat Beban Kerja Kategori Beban

Sebelum terpapar Sesudah terpapar Kerja

Kriteria

denyut nadi

Frekuensi

% Frekuensi %

(denyut/menit)

0 0 9 60 Sangat Berat

0 0 6 40 Sangat Berat Sekali >175

15 100 (Sumber : data primer)

Jumlah