Diklat Jabatan Tingkat Pertama

  MODUL

PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN

  

(IPS)

Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama Pusbindiklat Peneliti + Kunci Jawaban

DAFTAR ISI

  PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN Konsep Proposal dan Rancangan Penelitian

  3 Pengertian dan Cakupannya

  3 Aspek-aspek Penting Proposal dan Rancangan Penelitian

  6 Kriteria dan Formulasi Proposal dan Rancangan Penelitian

  8 Paradigma Penelitian

  8 Kriteria Proposal

  9 State of The Art

  11 Formulasi Proposal dan Rancangan Penelitian

  13 Bagian-bagian Utama Proposal dan Rancangan Penelitian

  14 Strategi dan Teknik Penulisan Proposal dan Rancangan Penelitian

  27 Beberapa Faktor Penolakan Proposal Penelitian

  27 Faktor Perhatian dalam Penyusunan Proposal

  28 Strategi Penulisan Proposal dalam Berbagai Tahapan

  28 Berpikir Kritis (critical thingking) dan Teknik Pemecahan Masalah

  37 (problem solving) Kritisisme: Modal Dasar Kehidupan Akademik

  37 Analisa

  38 Teknik Merumuskan Permasalahan/Pertanyaan Penelitian

  43 Pengertian Permasalahan dan Rumusan Masalah

  43 Konsep Pertanyaan Penelitian

  43 Identifikasi Masalah

  44 Menentukan Objek, Data, Teknik, Metode dan Pelibatan Personil

  47 dalam Penelitian Penentuan Obyek dan Data Teknik

  47 Metode

  49 Pelibatan Personil

  50 Pengelolaan Pendanaan Penelitian (Rencana Anggaran Biaya/RAB)

  52 Rencana Anggaran Biaya: Penghubung antara Substansi dan Teknis

  52 Penelitian

  Modul DJFP Tingkat Pertama Proposal dan Rancangan Penelitian IPS Modul DJFP Tingkat Pertama

  Tujuh Hal Perhatian Penyusunan RAB

  52 Penyesuaian RAB dengan Skema-skema Pembiayaan

  55 Tawar Menawar dalam Usulan RAB

  61 Menyusun Mini Proposal dan Rancangan Penelitian

  62 DAFTAR PUSTAKA

  64

  

onsep roposal dan ancangan enelitian

K p r p

  Indikator keberhasilan Peserta dapat memahami tujuan penyusunan sebuah proposal penelitian, sehingga mampu membahasakan latar belakang masalah, tujuan, hipotesis, metode penelitian, dan hasil penelitian yang diharapkan dalam sebuah usulan yang menarik dan layak didanai.

  Peserta dapat menuangkan ide substansi proposal penelitian ke dalam rancangan penelitian yang berisi desain operasional teknis dari pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan.

PENGERTIAN DAN CAKUPANNYA

  Kegiatan penelitian akan dimulai dari serangkaian ide yang dituangkan dalam proposal penelitian, dan dilanjutkan dengan penyusunan rancangan penelitian untuk kepentingan teknis dalam pelaksanaan kegiatannya. Dalam bahasa sederhananya, proposal dimaksudkan untuk kepentingan “memamerkan ide”, dan rancangan penelitian dimaksudkan untuk “pegangan operasional” dari serangkaian rencana yang akan dilakukan dalam proses penelitiannya. Gambar 1 memperlihatkan kegiatan penelitian adalah suatu proses yang terbagi ke dua tahapan, yaitu pembuatan proposal dan rancangan penelitian dan pelaksanaan penelitian. Gambar 1 juga memperlihatkan suatu proposal yang baik perlu didukung oleh kerangka konsep atau teori yang akan menuntun jalannya suatu proses penelitian.

  Proposal dan rancangan penelitian bermakna “usulan” suatu kegiatan di bidang penelitian. Penyusunan proposal dan rancangan berarti menunjukkan suatu upaya menyusun usulan atau rencana penelitian yang diajukan kepada suatu pihak untuk mendapatkan persetujuan dan pendanaan sebelum pelak- sanaan kegiatannya. Proposal selalu bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu rencana kegiatan secara lengkap, jelas, singkat, dan mudah dimengerti, sehingga ia menjadi dokumen yang menjadi pertimbangan penting bagi pihak pemberi persetujuan dan pendanaannya. Isi proposal dapat berupa rancangan kegiatan penelitian, dana, pelaksana, dan sebagainya. Hal yang penting diketahui, ilmu sosial memiliki pandangan yang berbeda dengan ilmu pengetahuan alam, dalam mendefinisikan proposal dan rancangan pene- litian.

  Dalam ilmu sosial, rancangan penelitian (riset desain) merupakan extensi dari proposal yang sudah dilengkapi dengan instrumen penelitian secara leng- kap. Dengan demikian, rancangan penelitian, menunjuk pada suatu panduan yang sudah siap untuk dikerjakan atau dilaksanakan. Dalam ilmu alam, proposal biasanya dilengkapi acuan kerja (ToR) atau kerangka acuan kerja (KAK). Artinya, proposal sudah berisikan detail informasi atau blueprint dari suatu rencana penelitian.

  Modul DJFP Tingkat Pertama Proposal dan Rancangan Penelitian IPS

  Gambar 1. Penelitian Sebagai Suatu Proses

  Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan beberapa kementerian lain, memiliki teknik yang berbeda terkait dengan kegiatan awal persiapan peneli- tian, khususnya untuk kegiatan penelitian unggulan. Istilah acuan kerja (terms

  

of reference/TOR), berisikan beberapa komponen penting seperti: abstrak, latar

  belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, hipotesis, tahapan, sasaran, keluaran, metodologi, informasi terkait personil pelaksana kegiatan, lokasi penelitian, jadwal kegiatan, rincian kebutuhan anggaran, dan peralatan.

  Dokumen lain yang juga biasa disiapkan bersama acuan kerja yaitu, doku- men rencana pelaksanaan kegiatan (DRPK). Secara substansi acuan kerja dan DRPK, tidak berbeda, namun dalam DRPK ada beberapa hal tambahan yang perlu dijelaskan seperti: konteks penelitian dengan agenda penelitian LIPI, kendala internal dan eksternal dari penelitian, dampak dan manfaat kegaitan, keluaran yang diharapkan, serta monitoring dan sistem evaluasi kegiatan.

  Di samping dokumen-dokumen tersebut, tahap awal penelitian biasanya dimulai dengan inisiasi peneliti untuk membuat idea concept paper (ICP) dan matrik kerangka kerja logis (MKKL). Gambar 2 memberikan informasi bagaimana tahapan perkembangan dokomen yang perlu disiapkan dalam suatu kegiatan penelitian. Namun demikian, dokumen-dokumen tersebut, tidak akan dibahas mendalam dalam modul ini. Modul ini fokus pada pembahasan proposal dan rancangan penelitian.

  Modul DJFP Tingkat Pertama

  Gambar 2. Rangkaian Usulan Dokumen Ilmiah

  Proposal dan rancangan penelitian yang baik setidaknya mengemukakan dua hal pokok, yaitu (i) masalah yang akan diteliti, dan (ii) metodologi peneliti- an. Proposal dan rancangan penelitian untuk keperluan memperoleh dana dari pihak-pihak tertentu (lembaga pemerintah, lembaga donor, pihak swasta dan implementing partner) sedikit berbeda dengan penelitian untuk keperluan penulisan skripsi, tesis, dan disertasi. Perbedaan ini terletak dari ada atau tidak adanya rincian dana yang diperlukan dan sumber dana untuk penelitian yang diusulkan. Proposal untuk keperluan studi memenuhi persyaratan akademis dan tidak memuat rincian pembiayaan. Sementara proposal yang diajukan un- tuk keperluan suatu kegiatan penelitian non-studi, baik dalam pengembangan ilmu ataupun terapan akan menggunakan rincian dana.

  Perbedaan lain, proposal dan rancangan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif juga berbeda dengan penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Hal ini terkait dengan format metode yang memerlukan keterangan mengenai variabel dan indikatornya. Demikian juga format proposal dan rancan- gan penelitian untuk penelitian eksperimen dapat berbeda dengan penelitian survei. Perbedaan itu sebenarnya hanya terletak pada persoalan metode dan instrumen penelitiannya. Pada bagian-bagian lain tidak akan terlalu berbeda, kecuali persoalan subject matter yang disesuaikan dengan disiplin keilmuannya.

  Format proposal dan rancangan penelitian yang digunakan organisasi profesi juga berbeda antara satu dan lainnya. The Association for Educational;

  

Communication and Technology menyepakati format Proposal Penelitian (AECT,

  1995), yang berbeda dengan American Pscychological Association (APA), atau dengan Modern Language Association (MLA). Di Indonesia, format proposal dan rancangan penelitian yang digunakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi melalui program insentif riset nasional (Sinas Ristek), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Riset Pro (Rispro), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan

  Modul DJFP Tingkat Pertama Proposal dan Rancangan Penelitian IPS Indonesia melalui program Kompetitif atau Unggulan, dan lainnya juga sering berbeda.

ASPEK-ASPEK PENTING PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN

  Proposal dan rancangan penelitian adalah (i) dokumen tertulis yang menjadi alat komunikasi kepada penyandang dana tentang rencana atau strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Selain itu, proposal juga menjadi (ii) indikator kompetensi dan kepakaran dari pengusul; serta (iii) alat perencanaan dan evaluasi. Proposal dan rancangan penelitian yang disusun dengan baik (jelas, fokus, dan detil/terperinci) merupakan kunci keberhasilan suatu penelitian. Penyusunan proposal dan rancangan penelitian perlu dilaku- kan sematang mungkin. Hal ini dilakukan untuk memenangkan usulan kegia- tannya dalam berbagai kompetisi pendanaan penelitian.

  Proposal Penelitian yang baik disusun secara sistematis, berdasarkan konsep ilmiah, terencana, serta menggunakan bahasa baku dengan kalimat yang ringkas, baik, dan benar. Secara umum, proposal penelitian harus dapat menjelaskan apa yang ingin dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Perhatikan pula beberapa kriteria umum yang menjadi penilaian terpenting dari sebuah proposal, yaitu:

  1. Proposal dapat mengatasi permasalahan yang dirumuskan;

  2. Permasalahan yang akan dicari solusinya sangat penting dan menunjukkan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, masyakarat, dan pemerin- tah;

  3. Dana yang diusulkan benar-benar diperlukan untuk memecahkan permas- alahan;

  4. Proposal yang diajukan merupakan penelitian yang memiliki nilai kebaruan.

  Nilai kebaruan bisa diartikan dalam konteks kontribusi terhadap pengem- bangan ilmu, kontribusi terhadap perbaikan atau usulan kebijakan, dan kontribusi terhadap teknik atau pendekatan baru dalam memecahkan suatu permasalahan.

  Dengan demikian, proposal dan rancangan penelitian, selain untuk men- genalkan dan mentransferkan rasa penasaran dan rasa ingin tahu tentang per- soalan tertentu kepada orang lain, juga menjadi semacam pedoman penting “menyelesaikan” masalah penelitian yang diajukan.

  RINGKASAN

  Penting bagi peneliti untuk memahami berbagai perbedaan terminologi se- putar dokumen awal yang harus disiapkan sebelum memulai suatu penelitian. Ada dua hal pokok yang mendasari proposal dan rancangan penelitian, yaitu (1) masalah yang akan diteliti, dan (2) metodologi penelitian. Kedua hal tersebut merupakan hal penting untuk mengevaluasi kelayakan suatu proposal. Struktur proposal dan rancangan penelitian dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: (i) pendahuluan, (ii) metode dan (iii) target capaian.

  Modul DJFP Tingkat Pertama

  LATIHAN

  1. Diskusikan dengan teman sebelah anda, usulan dokumen apa yang biasanya banyak didiskusikan dalam tahapan awal perencanaan kegiatan penelitian?

  2. Jelaskan apa yang ada ketahui tentang proposal dan apa perbedaannya dengan rancangan penelitian?

  JAWABAN

  1. Usulan dokumen yang banyak diceritakan dalam tahapan awal penyusunan rencana penelitian yaitu: Idea Concept Paper (ICP), Acuan kerja (ToR)/kerang- ka acuan kerja, MKKL, Proposal, dan Rancangan Penelitian.

  2. Proposal adalah dokumen rancangan penelitian yang disiapkan untuk men- yakinkan donor atau pihak penyandang dana, bahwa studi atau penelitian bernilai untuk dilakukan. Proposal Penelitian yang baik disusun secara sistematis, berdasarkan konsep ilmiah, terencana, serta menggunakan bahasa baku dengan kalimat yang ringkas, baik, dan benar. Sementara itu, rancanangan penelitian dalam penelitian sosial merupakan ekstensi dari proposal yang telah berisikan instrumen penelitian yang komprehensif. Dengan demikian, rancangan penelitian merupakan dokumen yang sudah siap untuk diimplementasikan.

  Modul DJFP Tingkat Pertama Proposal dan Rancangan Penelitian IPS

  

riteria dan ormulasi roposal dan ancangan enelitian

K F p r p

  Indikator Keberhasilan Peserta mampu memahami kriteria dalam menyusun proposal dan ran- cangan penelitian. Peserta mampu memposisikan kekuatan pembeda dari proposal yang disiapkan dengan studi-studi sebelumnya. Peserta diharapkan dapat memiliki rujukan tentang kriteria proposal yang menjadi bahan evaluasi seleksi. Peserta dapat memahami berbagai ketentuan yang ada dalam proses pe- nulisan proposal dan rancangan penelitian, sehingga proposal yang disusun- nya dapat memiliki tingkat akademik yang tinggi dan bisa mendapatkan dukungan dari pihak pemberi dana penelitian.

PARADIGMA PENELITIAN

  Latar belakang pendidikan peneliti akan menentukan bagaimana arah suatu proposal akan bergerak. Namun demikian, perbedaan keduanya bukanlah hal yang perlu dipertentangkan. Paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat bergerak secara bersamaan untuk memecahkan masalah yang sama. Keduanya bisa saling melengkapi dan menyempurnakan.

  Tabel 1 Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Paradigma Maksud/Tujuan Contoh Penelitian

  Memahami

Kualitatif Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti faktor

  Menjelaskan afektif, sosial dan pendidikan yang mungkin Menggambarkan memengaruhi perkembangan ketidakmampuan

  Mengembangkan membaca empat orang dewasa. Studi ini juga mencari penjeleasan mengapa ketidakmampuan membaca siswa tetap ada meski belajar berta- hun-tahun. Ini bukan merupakan studi intervensi dan, meskipun kemampuan membaca sejumlah siswa sudah meningkat, peningkatan kemam- puan membaca bukanlah fokus penelitian.

  Kuantitatif Sangat berbeda dari kualitatif, Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti maksud/tujuan menunjukkan hubungan antara karakteristik pribadi dan variabel yang akan diuji motivasi kerja para pendidik bersertifikat yang mengajar di lembaga-lembaga rehabilitasi orang dewasa di Amerika Serikat yang sudah dipilih

  (Dapat merujuk pada bahan berikut: https://cals. arizona.edu/classes/aed615/documents/Chap- ter_One_of_your_thesis.PDF) Maksud survei……. adalah……(untuk)…………… Contoh: Maksud survei ketahanan rumah tangga miskin terhadap perubahan harga bahan pokok adalah untuk menguji hubungan antara program bantuan pemerintah yang diberikan kepada orang miskin dengan tingkat kesejahteraan orang miskin.

  Modul DJFP Tingkat Pertama

KRITERIA PROPOSAL

  Krug (1967) mengatakan proposal adalah rencana aksi yang terorganisir, yang dipresentasikan atau diberikan kepada suatu organisasi untuk dapat diterima, dan jika tidak, tentu ditolak. Dengan demikian proposal akan melalui suatu proses review dan jika berhasil akan mendapatkan pendanaan. Dalam pro- ses seleksi proposal untuk diterima atau ditolak, reviewer memiliki beberapa kriteria.

  Cavers (1970) mengatakan dasar penilaian suatu proposal tidak hanya pada kualitas proposal, namun juga dalam konteks perbandingan suatu proposal dengan proposal lainnya dalam kondisi aggaran yang sudah tertentu. Cavers (1970) menyebutkan donor biasanya menimbang tiga kriteria berikut sebelum mendanai suatu proposal yaitu: (i)

  social significant, (ii) practical significant, dan (iii) theoretical significant.

  Dalam terminologi lain yang tidak jauh berbeda, ketiga kriteria tersebut, bisa disebut juga sebagai (i) science for science, (ii) science for stakeholders, and (iii) science for community. Tentu saja, menonjolkan ketiga kriteria tersebut bukanlah hal yang mudah. Terlebih jika sumber daya yang tersedia, belum memungkinkan ketiganya dapat dicapai secara berimbang. Namun demikian, hal yang perlu dicermati yaitu arah atau kontribusi apa yang diharapkan dari penyandang dana terhadap ketiga kriteria tersebut.

  Aspek substansi proposal mendapat perhatian paling penting dalam pros- es seleksi proposal. Salah satu penanda yang paling penting yaitu, bagaimana peneliti dalam merumuskan pertanyaan penelitian. Paling tidak ada empat per- tanyaan yang perlu dipikirkan secara baik dalam merumuskan suatu rancangan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:

  1. Apa tujuan dari penelitian ini?

  2. Hal apa yang akan dicapai atau diketahui?

  3. Bagaimana cara melakukannya?

  4. Pelajaran apa yang didapat dan mengapa bernilai untuk melakukan studi ini? Hal penting lain yang perlu diperhatikan yaitu menentukan tujuan peneliti- an. Tujuan penelitian berisikan atau mendeskripsikan ekspektasi peneliti akan hasil yang hendak dicapai (www.soas.ac.uk). Tujuan penelitian biasanya disam- paikan dalam bentuk komunikasi yang mudah dipahami oleh masyarakat pada umumnya (lay terms). Tentu saja tujuan penelitian juga harus menunjukkan harapan yang diinginkan dari penyandang dana atau mitra penelitian (client). Tujuan penelitian dapat terhubung secara langsung pada hipotesis yang akan diuji atau dapat juga berupa suatu penyataan atas tujuan yang tidak memiliki hipotesis.

  Terkadang untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan tujuan antara (inter-

  

mediate goal). Tujuan antara merupakan alat kendali atau kontrol untuk melihat

  apakah tujuan akhir dapat tercapai. Misalkan, jika tujuan penelitian adalah

  Modul DJFP Tingkat Pertama Proposal dan Rancangan Penelitian IPS untuk membuat mobil listrik, maka membuat baterai kendaraan merupakan tujuan antara yang perlu dicapai.

  Dalam pertanyaan penelitian, penting juga untuk menyampaikan bagaima- na cara yang akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan. Dengan kata lain, metode apa yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian secara tepat, efektif, dan efisien.

  Dengan mempertimbangkan, kondisi sumber daya yang terbatas khusus- nya finansial dan personil penelitian, maka penting untuk disampaikan bahwa studi ini sangat bernilai untuk dilakukan. Output dan dampak studi perlu untuk disampaikan untuk menunjukkan bahwa studi ini sangat berguna untuk dilaku- kan.

  Lebih jauh output, outcome, dan dampak, kerap kali dipandang sebagai hal yang sama, padahal ketiganya memiliki perbedaan. Output biasanya dikaitkan dengan luaran yang bisa dihitung secara cepat atau langsung. Misalkan ketika diselenggarakan kegiatan pelatihan instalasi pembangkitan dan pengelolaan listrik berbasis energi terbarukan, maka output dapat dilihat dari jumlah sistem yang bisa dipasang, jumlah partisipan, dan jumlah pelatihan yang dapat dilaku- kan.

  Sementara itu, outcome jangka pendek atau menengah, biasanya diukur dalam bentuk persentase warga yang mendapatkan akses listrik, tingkat ke- mampuan membeli listrik, efisiensi operasi, dan kinerja keuangan pengelolaan. Dalam jangka waktu yang lebih panjang outcome dapat diukur dari jumlah aktivitas baru yang tercipta, perubahan produktivitas, kenaikan jumlah waktu belajar, akses terhadap informasi, kunjungan ke rumah sakit, dan seterusnya. Akhirnya, dampak dapat dilihat dari indikator agregat seperti pendapatan, pen- didikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan, dan lingkungan hidup.

  Tentu saja penyandang dana ataupun penilai proposal, sangat berkepent- ingan untuk mengevaluasi proposal yang disampaikan dengan kriteria tertentu. Para evaluator, biasanya pihak yang memahami akan konteks studi yang dilaku- kan dan mereka memiliki banyak pengalaman pada bidang tersebut. Dengan demikian, evaluator juga akan mempertimbangkan empat aspek berikut ini, yaitu:

  1. Apakah proposal penelitian ‘feasible’ dan ‘doable’?

  2. Apakah berharga untuk melakukannya?

  3. Apakah saya/peneliti dapat melakukannya?

  4. Apakah ini akan menghasilkan tesis yang berharga? Keempat pertanyaan tersebut, biasanya diberikan dalam proses seleksi proposal. Hal penting yang perlu menjadi catatan, yaitu istilah ‘feasible’ dan

  ‘doable’. Tentu saja banyak pertanyaan menarik yang perlu diteliti, namun terk- adang untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut diperlukan upaya yang besar untuk mengerjakannya terutama dalam konteks waktu pengerjaan yang panjang serta dana penelitian yang besar. Dengan demikian, dalam konteks

  Modul DJFP Tingkat Pertama

  ‘feasible’ dan ‘doable’, penting untuk mempertimbangkan segala keterbatasan yang dimiliki khususnya terkait dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki. Setelah aspek substansi disampaikan secara baik, maka sisi teknis juga penting untuk diperhatikan. Secara teknis Krug (1967) menyebutkan lima (5) poin yang penting diperhatikan yaitu: (i) akurasi, (ii) ringkas namun informatif, (iii) jelas, (iv) detail, dan (iv) tata bahasa yang baik.

  Salah satu sumber pendanaan riset yang dapat dimanfaatkan bersumber dari Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI). DIPI adalah lembaga otonom yang berada di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Dalam skema Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia, beberapa kriteria berikut menjadi kriteria penting dalam proses seleksi proposal atau yang diistilahkan sebagai

  scientific merit criterias (diambil dari Grant Manual DIPI version 1.0 April 22, 2016):

  1. Secara keilmuan relevan. Fokus pada upaya mengisi kekosongan pengeta- huan (gaps in knowledge)

  2. Dampak yang besar. Fokus pada kemanfaatan riset untuk ilmu pengetahuan, pemangku kepentingan dan masyarkat.

  3. Kualifikasi investigasi. Latar belakang peneliti harus menyakinkan untuk melakukan penelitian yang dimaksud.

  4. Keberlanjutan. Terkait pada kemanfaatan keilmuan dari studi yang dilaku- kan. Kemandirian untuk mendapatkan pendanaan.

  5. Pendekatan yang inovatif. Menggunakan pendekatan terbaru (novelty) da- lam menguji hipotesis atau kesenjangan ilmu yang ada (knowledge gaps) Jika proposal diartikan sebagai bentuk rencana aksi, maka rancangan pe- nelitian (research design), akan menjadi penuntun untuk memastikan data dan informasi yang telah dikumpulkan dapat diolah secara baik untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan cara yang paling jelas (www.nyu.ed/classes).

  Dengan demikian, secara praktis rancangan penelitian adalah bentuk ekstensi dari proposal, namun dengan penekanan dari sisi metode penelitian yang jauh lebih rinci. Rancangan penelitian akan termanifestasikan dalam bentuk rencana kerja yang bertitik tolak pada isu sampel penelitian, metode pengumpulan data, serta rancangan pertanyaan penelitian atau instrument penelitian. Rancangan penelitian, dapat diupayakan dalam bentuk-bentuk pal- ing sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Rancangan penelitian yang dimaksud, yaitu: rancangan penelitian eksperiment, disain longitudinal, disain

  cross section, dan disain studi kasus (De Vaus, 2001).

STATE OF THE ART

  Selain memperhatikan kriteria di atas, salah satu faktor penting dalam penilaian Proposal Penelitian adalah faktor kebaruan dan keunikan. Secara umum, state of the art, memiliki empat hal penting. Pertama, peneliti sangat memahami perkembangan terkini tentang topik yang diteliti tidak hanya dalam lingkup nasional, namun juga internasional. Kedua, peneliti mampu menentu-

  Modul DJFP Tingkat Pertama Proposal dan Rancangan Penelitian IPS kan arena atau celah dimana ia dapat memberikan kontribusi. Ketiga, peneliti mampu menunjukkan hal baru (novelty) yang akan disumbangkan. Melalui bukti kebaruan dengan cara membandingkan penelitian yang telah dilakukan termasuk di dalamnya metode metode pendekatan yang digunakan serta hasil yang diperoleh. Dengan pembuktian ini akan jelas terlihat bahwa penelitian yang dilakukan menggambarkan kebaruan.

  Keempat, terhindar jauh dari duplikasi dan replikasi yang dapat digolong-

  kan ke dalam plagiarism. Sikap demikian, tidak dapat dibenarkan dan tidak akan memberikan kontribusi kepada pengembangan ilmu pengetahuan. Sekiranya terdapat kemiripan dengan penelitian terdahulu, maka argumenta- si yang memadai perlu disampaikan, sehingga kebaruan yang diklaim dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa penelitian yang diajukan bukan merupakan duplikasi atau jiplakan dari penelitian lain.Jika dianggap perlu, penyandang dana dapat meminta Surat Pernyataan Keaslian Kegiatan. Untuk mencapai kondisi state of the art yang terbaik, maka peneliti perlu banyak membaca jurnal.

  RANGKUMAN

  Bagian ini telah membangun pemahaman kepada peserta diklat tentang apa itu proposal, serta apa kriteria yang perlu dimiliki oleh suatu proposal. Per- tanyaan-pertanyaan mendasar yang perlu ada dalam suatu proposal secara cermat penting untuk diperhatikan. Sistematika umum penulisan proposal dan rancangan penelitian telah disampaikan. Demikian juga kriteria kualifikasi seleksi proposal DIPI. Akhirnya, melakukan penguatan ataupun penambahan informasi dalam hal metode penelitian merupakan bentuk transformasi dari proposal menjadi suatu rancangan penelitian.

  LATIHAN

  1. Keterlibatan peneliti pertama dalam penyusunan proposal dan rancangan penelitian, biasanya belum terlalu intensif. Namun, dukungan dari peneliti pertama sangat penting untuk membuat proposal agar menjadi lebih berkualitas. Peneliti pertama dapat melakukan pemeriksaan atas tiga kriteria berikut yaitu: social significant, practical significant, dan theoretical significant. Diskusikan bersama teman di sebelah ada, akan maksud dari ketiga kriteria tersebut?

  2. Dalam penelitian yang dirancang dalam konteks penelitian eksperimen, apa yang saudara dapat jelaskan tentang rancangan penelitian eksperimen?

  KUNCI JAWABAN PERTANYAAN 1

1. Social significant: Menggarisbawahi akan manfaat penelitian bagi kesejah-

  teraan masyarakat. Hal ini karena penelitian dapat memecahkan permas- alahan yang ada.

  Modul DJFP Tingkat Pertama

  

2. Practical significant: menawarkan pendekatan baru (atau pengetahuan baru)

  dalam memecahkan permasalahan. Dengan demikian, identifikasi atas penerima manfaat dari studi perlu direncanakan.

  

3. Theoretical significant: memperhatikan kontribusi teoritis dari studi yang

dilakukan.

  KUNCI JAWABAN PERTANYAAN 2

  Penelitian dalam rancangan eksperimen, makin mendapat perhatian besar. Pe- nelitian dalam rancangan eksperimen biasanya direncanakan untuk mengukur dampak atas suatu kebijakan. Rancangan penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mendapatkan besaran dampak yang lebih menyakinkan dari suatu inter- vensi kebijakan atas kelompok treatment dengan komparasi kelompok kontrol.

FORMULASI PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN

  Suatu proposal penelitian pada hakikatnya mengandung dua unsur utama, yai- tu (1) masalah dan (2) metodologi. Pengembangan kedua unsur tersebut dalam proposal penelitian dapat berbeda, dan akan semakin rinci ketika ia dituangkan ke dalam rancangan penelitian. Kelayakan suatu proposal penelitian dapat dilihat sejauhmana kejelasan kedua unsurnya diuraikan.

  Masalah penelitian adalah sesuatu yang ingin diketahui, dipecahkan atau

  diatasi oleh peneliti melalui prosedur ilmiah. Masalah penelitian perlu dirumus- kan secara jelas dan operasional. Agar menjadi jelas kedudukan dan pentingnya masalah itu, maka di dalam proposal perlu diberikan (i) latar belakang yang mencakup informasi pendahuluan tentang situasi tempat dan waktu, serta (ii) kerangka berpikir untuk mengidentifikasi dan menjawab masalah yang ada.

  Latar belakang ini berupaya memberikan gambaran yang jelas tentang berbagai kesenjangan yang terjadi dan yang mungkin terjadi beserta akibatnya kalau masalah itu tidak dikatahui dan diatasi. Identifikasi masalah menjadi sangat penting dalam sebuah usulan penelitian. Kejelasan masalah yang diaju- kan juga akan membantu peneliti untuk memilih dan menentukan metodologi penelitian yang tepat.

  Metodologi penelitian, ialah ilmu tentang kerangka berpikir dalam pelak-

  sanaan kegiatan penelitian. Juga dimengerti ilmu tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Metodologi penelitian menawarkan berbagai metode dalam melakukan suatu penelitian, sehingga peneliti perlu memilih metode yang tepat dalam arti efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pene- litiannya. Acuan utama pemilihan metode penelitian adalah kemampuannya untuk menjawab masalah penelitian. Artinya, penentuan metode penelitian baru dilakukan setelah rumusan masalah penelitian telah jelas. Jika di dalam proposal, metode penelitian hanya menyebutkan poin-poin penting dari metode penelitiannya, maka di rancangan penelitian, penjabaran metode pe- nelitian dari persoalan pendekatan, instrumen penelitian, jumlah populasi, dan sebagainya harus sudah dituangkan sedetail mungkin. Untuk mencapai kejelasan dua unsur utama di atas, maka proposal dan rancangan penelitian

  Modul DJFP Tingkat Pertama Proposal dan Rancangan Penelitian IPS dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (i) pendahuluan, (ii) metode dan (iii) target capaian. Ketiga bagian ini dapat disebut sebagai “jantungnya proposal dan rancangan penelitian”. Sementara unsur-unsur lain, berdasarkan ketentuan yang dipersyaratkan, maka bisa disebut sebagai “unsur pendukung” yang melengkapi dokumen yang dibutuhkan tersebut. Berikut adalah tiga unsur utama proposal dan rancangan penelitian.

  Bagian Pendahuluan menjelaskan secara ringkas: (i) latar belakang ma-

  salah, (ii) masalah, (iii) teori yang berkaitan dengan masalah, (iv) variabel yang diteliti, dan (v) pertanyaan-pertanyaan spesifik yang diajukan dalam penelitian.

  Bagian metode dan sumber data, di dalamnya berusaha menjelaskan

  (i) metode penelitian yang akan digunakan termasuk populasi, responden, jum- lah informan, teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data; (ii) dalam penelitian eksperimen disebutkan desain eksper- imen, variabel bebas dan variabel terikat dan cara melakukan eksperimen itu; untuk penelitian kualitatif diuraikan konteks atau latar, orientasi, pemeriksaan validitas, dan tujuan; (iii) bahan dan alat serta teknik-teknik khusus yang diper- gunakan dalam penelitian; (iv) urutan langkah-langkah yang akan ditempuh termasuk urutan langkah-langkah dalam pengumpulan data; dan (v) jadwal kegiatan penelitian secara rinci, mulai dari penyusunan dan pengajuan propos- al, kajian teori, penyusunan instrumen, pengumpulaan data, pengolahan data, serta penyusunan laporan penelitian.

  Pada bagian target capaian atau hasil penelitian, di dalamnya menge-

  mukakan secara singkat hasil serta manfaat yang diharapkan dari penelitian serta menunjukkan pentingnya dilakukan penelitian yang diusulkan. Termasuk di dalamnya, diskusi dan implikasi dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Setidaknya ada penjelasan tentang keunikan penelitian serta perbedaannya dengan penelitian-penelitian sejenis sebelumnya serta implikasinya dalam penelitian yang pernah dilakukan.

BAGIAN-BAGIAN UTAMA PROPOSAL DAN RANCANGAN PENELITIAN

  Bagian berikut merupakan perincian dari setiap aspek di dalam unsur-unsur utama di atas. Aspek-aspek di bawah ini harus ada di dalam penyusuan pro- posal dan rancangan penelitian. Di dalam setiap aspek juga disertai teknik dan strategi yang perlu diperhatikan.

1) Judul

  Merupakan bagian yang pertama kali dibaca oleh panelis/penilai, sehingga sedapat mungkin langsung menarik perhatian. Apabila disajikan kurang menar- ik, besar kemungkinan sudah tidak akan diperhatikan, yang berarti ditolaknya proposal dari awal. Sebuah ide proposal penelitian yang brilian, dapat gagal un- tuk didanai hanya disebabkan oleh judul yang tidak menarik. Judul merupakan “abstrak mini”; dengan demikian sebaiknya judul ditulis dengan singkat, padat, dan jelas.

  Contoh judul berikut terlalu singkat dan tidak memberikan informasi tentang keseluruhan isi Proposal: “Kuliner Analitik”. Judul tersebut tidak cukup

  Modul DJFP Tingkat Pertama untuk menjelaskan apa maksud dari usulan penelitian tentang kuliner yang ada. Judul ini dapat digunakan sebagai judul buku tetapi tidak memberikan informasi yang diperlukan untuk judul sebuah Proposal Penelitian.

  Demikian juga ada judul yang terlalu panjang untuk sebuah proposal penelitian pun tidak cukup baik. Judul panjang itu, misalnya: “Kuliner Analitik

  

Indonesia: Kodifikasi dan Sistem Informasi Kuliner Khas Indonesia dalam Desain

Aplikasi Internet dan Android Terbaru bagi untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif

yang dapat Menyejahterahkan Pelaku Kuliner”. Judul ini terlalu banyak pengulan-

  gan kata dan mendetailkan suatu tujuan yang bisa dikemas dalam bahasa yang lebih sederhana.

  Oleh karena itu, beberapa kata pada judul di atas dapat dihilangkan tanpa menghilangkan maknanya menjadi: “Kuliner Analitik:

  Kodifikasi dan Sistem In-

formasi Kuliner Khas Indonesia untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif”. Di dalam

  judul terakhir itu, ada makna yang cukup substansial dan menyiratkan suatu tujuan yang signifikan bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan bangsa.

  Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menulis judul:

  • Berbentuk pernyataan (bukan pertanyaan)
  • Kata-kata yang digunakan menggambarkan fokus dari isi proposal
  • Kata yang dianggap paling penting dapat ditulis di awal kalimat
  • Rata-rata 12 s.d. 15 kata. Apabila penggunaan kalimat yang panjang tidak dapat dihindari, penulisan judul dapat disajikan dalam bentuk sub-judul

2) Abstrak

  Setelah judul (yang menarik), abstrak adalah bagian yang akan dibaca pertama kali oleh penilai, merupakan gambaran dari keseluruhan isi proposal. Setidakn- ya, abstrak harus menggambarkan apa dan bagaimana sebuah kegiatan dilaku- kan. “Kesan” pertama dari abstrak dapat menentukan keberhasilan proposal untuk didanai. Walaupun merupakan gambaran proposal penelitian, abstrak harus dapat disusun dengan singkat dan padat tanpa mengurangi esensi kes- eluruhan proposal. Pada umumnya, abstrak terdiri dari 100 sampai 150 kata, dan diakhiri dengan kata-kata kunci.

  Secara umum, abstrak memuat:

  • Latar belakang: menuliskan masalah yang paling pokok yang menjadi alasan utama dilakukannya penelitian. Dapat ditulis sebanyak dua s.d. tiga kalimat
  • Tujuan: menuliskan tujuan dari kegiatan penelitian
  • Metode penelitian: detail metode penelitian yang digambarkan di dalam proposal harus dapat diringkas dalam dua s.d. tiga kalimat, sedemikian rupa sehingga tanpa membaca keseluruhan metode di dalam proposal, penilai dapat memahami bagaimana sebuah kegiatan penelitian yang diusulkan dilakukan

  Modul DJFP Tingkat Pertama Proposal dan Rancangan Penelitian IPS

  • Temuan/Target/Sasaran: merupakan bagian yang penting di dalam proposal penelitian. Untuk menarik perhatian Penilai, Temuan/Target/Sasaran yang akan dicapai, dapat ditulis di bagian paling atas dari Abstrak • Manfaat dari penelitian dan perlunya kegiatan penelitian didanai, juga dis- ampaikan di bagian abstrak.

  Strategi penulisan abstrak

  Walaupun abstrak adalah bagian awal dari proposal penelitian, sebaiknya ditu- lis paling akhir karena abstrak merupakan rangkuman atas rangkuman. Untuk memulainya, dapat dilakukan dengan mengambil beberapa kalimat penting dari tiap bagian (latar belakang, tujuan, metode, target, dan sasaran) kemudian mengatur/memperbaikinya sedemikian rupa sehingga menjadi bagian terpa- du, sekaligus merangkum keseluruhan isi proposal. Setelah selesai, pastikan bahwa informasi yang dituliskan di dalam abstrak sesuai dengan yang telah diungkapkan di dalam proposal penelitian.

  Contoh Abstrak: Contoh 1: Penelitian ini merupakan studi lanjutan tahun kelima (terakhir). Selama dua tahun (2013-2014), studi ini fokus di kabupaten Manggarai, Provinsi NTT. Di tahun ketiga lokus penelitian bergeser ke kabupaten Bengkayang, Provinsi Kali- mantan Barat yang berbatasan langsung dengan wilayah perbatasan Malaysia (2015). Di tahun ke empat (2016) penelitian tetap dilanjutkan di kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat serta dilakukan penambahan lokasi di Pulau Tunda, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Penelitian ini memiliki arti startegis untuk memberikan akses listrik secara berkelanjutan dengan berbagai berbagai tipologi daerah seperti pedalaman, perbatasan, dan pulau terpencil. Penelitian ini juga akan sangat membantu perintah tidak hanya untuk mencapai target rasio elektrifikasi sebesar 97,2% di tahun 2019, namun juga untuk meningatkan kondisi ketahanan sosial masyarakat di wilayah terpencil. Metode penelitian dilakukan secara mixed method. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan teknik

  

quasi experiment untuk mengukur dampak akses listrik terhadap kesejahter-

  aan masyarakat. Sementara itu penelitian kualitatif dilakukan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan diskusi terfokus. Karena tahun 2017, merupakan tahun akhir penelitian, maka fokus kajian di tahun ini mengarah pada pematangan konsep, strategi, model dan pembulatan bagi peningkatan akses listrik masyarakat di wilayah terpencil.

  Contoh 2: Kuliner Analitik: Kodifikasi dan Sistem Informasi Kuliner Khas Indonesia untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia adalah salah satu surga kuliner dunia. Ribuan jenis makan dengan dukungan rempah-rempah dan pandangan dunia di dalamnya telah membuat kekayaan kuliner itu menjadi khazanah kebudayaan tak ternilai harganya. Say- angnya sampai saat ini kita belum mengetahui dengan pasti seberapa beragam produk kuliner khas yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Demikian juga kand-

  Modul DJFP Tingkat Pertama ungan makna dan perspektif kebudayaan terhadap kekayaan kuliner itu pun belum tergali dengan baik. Padahal potensi dan tantangan yang muncul dari perspektif pengembangan industri kreatif, diversifikasi produk kuliner untuk meningkatkan ketahanan pangan, preservasi tradisi kuliner, dan pengemban- gan riset memberikan arahan pada kebutuhan adanya sebuah Sistem Informasi Kuliner Indonesia, baik sistem informatika ataupun sistem budaya di dalamnya.

  Lebih dari sekedar pusat data, Sistem Informasi Kuliner Indonesia didesain sebagai wahana interaksi antara 4 kategori publik, yaitu para pebisnis kuliner, relawan pendataan, publik umum dan periset. Melalui sistem ini publik dapat mencari informasi yang lengkap tentang sebuah produk kuliner, kandungan makna dan perspektif kebudayaan dari setiap jenis kuliner, berbagi informasi/ promosi resep baru, lokasi jual, evaluasi dan komentar, serta mendapatkan rekomendasi produk kuliner yang sesuai dengan preferensi pengguna. Oleh karenanya, sistem ini dilengkapi dengan informasi data produk kuliner yang besar dan lengkap seperti bahan penyusun, proses pembuatan dan lokasi pen- jualan, juga perangkat analitik berupa sistem rekomendasi produk yang secara cerdas memahami preferensi pengguna, fitur analitik untuk prediksi klasifikasi hidangan berdasarkan bahan penyusun serta fitur untuk rekomendasi menu hidangan.

  Kata kunci: Sistem informasi, perspektif kebudayaan, kuliner, analitik, sistem rekomendasi

  3) Pendahuluan

  Pada bagian Pendahuluan, yang harus disampaikan adalah Latar Belakang (Kajian Pustaka), Permasalahan, dan Tujuan Penelitian.

  

1. Latar Belakang: Pada latar belakang dijelaskan gambaran umum alasan pent-

  ingnya dilakukan penelitian sebagai solusi pemecahan masalah yang selama ini belum dapat dipecahkan. Permasalahan yang akan dicarikan solusinya umumnya adalah permasalahan yang terjadi sehari-hari di masyarakat, baik secara nasional, regional, ataupun global. Secara sistematis menguraikan atau membandingkan hasil-hasil penelitian terdahulu dan kaitannya dengan status penelitian yang diusulkan saat ini. Hal ini terkait dengan kebaruan penelitian yang di ajukan dan merupakan faktor penting disampaikan.

  Kajian/Tinjauan Pustaka: Untuk dapat menggambarkan Latar Belakang, diper-

  lukan Kajian/Tinjauan Pustaka yang komprehensif yang merupakan kegiatan menelaah kembali pustaka-pustaka yang relevan dengan permasalahan. Kajian Pustaka dilakukan dengan tujuan menegaskan bahwa pustaka-pus- taka yang telah ditelaah, tidak ada yang memecahkan permasalahan seperti yang diajukan oleh pengusul. Dengan Kajian Pustaka ini akan tampak sifat kebaruan dari Proposal Penelitian. Manfaat lain yang diperoleh dari Kajian Pustaka ini adalah Peneliti akan dapat mengikuti perkembangan penelitian di bidangnya, terhindar dari isu plagiarisme, terhindar dari duplikasi atau replikasi penelitian yang tidak perlu. Selain itu Kajian Pustaka dapat digu- nakan untuk mengembangkan metode

  Modul DJFP Tingkat Pertama Proposal dan Rancangan Penelitian IPS

  2. Permasalahan:

  Permasalahan merupakan justifikasi atau alasan dilakukann- ya penelitian. Penentuan masalah dalam penelitian merupakan bagian yang penting karena akan terkait dengan topik penelitian dan berdampak pada langkah-langkah selanjutnya. Pada bagian ini diidentifikasi permasalahan yang sumbernya dapat diperoleh dari hasil/laporan penelitian, makalah ilmiah, buku, majalah, seminar, diskusi, pengamatan/pengalaman pribadi.

  3. Tujuan

  : Setelah permasalahan dapat diidentifikasi, tujuan penelitian disam- paikan secara umum

  Strategi Perumusan Ide untuk bagian Pendahuluan

  Perumusan ide bisa dilakukan dengan cara brainstorming terhadap mas- alah-masalah sekitar. Brainstorming atau penyerbuan dengan ide-ide sebanyak mungkin terhadap suatu masalah dilangsungkan dalam suatu pertemuan. Teknik ini pada dasarnya adalah menerapkan diadakannya suatu pertemuan gagasan dalam memecahkan masalah, yang sebenarnya juga nama lain dari identifakasi masalah. Penggalian ide dengan teknik ini bermula dari pemikiran Osborn yang menganggap bahwa aliran ide spontan yang muncul dari banyak orang lebih baik daripada gagasan seorang diri.

  Brainstorming mengacu pada penggalian ide berdasarkan kreativitas

  berpikir manusia. Seluruh individu yang terlibat dapat secara bebas menyam- paikan pendapat tanpa rasa takut terhadap kritik dan penilaian sebab selama tahap pengumpulan ide semua gagasan akan ditampung tanpa terkecuali. Dalam prosesnya, tidak boleh dilangsungkan perdebatan atau diberikan kritik terhadap sesuatu ide yang dilontarkan.

  Oleh karena itu, identifikasi permasalahan untuk proposal penelitian dapat dilakukan secara berkelompok. Selain mengalirkan ide baru untuk identifikasi permasalahan, brainstorming juga dapat dilakukan untuk menganalisis ide-ide, menentukan alternatif pemecahan masalah, dan merencanakan langkah dan kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki masalah.

  Namun demikian, identifikasi permasalahan dan tujuan dari brainstorming yang dilakukan secara berkelompok di atas, sebenarnya juga dapat dilakukan secara individual. Hal ini mempertimbangkan bahwa tidak semua orang bisa mencurahpikirkan gagasan dan identifikasi permasalahan secara bersama. Ada orang tertentu yang hanya bisa menuangkan gagasannya secara individual. Curah pikir tersebut berhubungan dengan identifikasi permasalahan yang hen- dak diajukan sendiri, dan kemudian setelah proposal penelitiannya disetujui untuk dibiayai, maka proses pelaksanaannya akan dilakukan secara kelompok.

  Empat Aspek Penting dalam Identifikasi Masalah untuk Bagian Pendahuluan

  Identifikasi terhadap masalah, baik yang bersifat individual ataupun bersama, perlu mempertimbangkan empat aspek.

  • Aspek pertama, aspek feasible, dalam arti masalah harus dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu.

  Modul DJFP Tingkat Pertama

  • Aspek kedua, masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persep- si yang sama terhadap masalah tersebut.
  • Aspek ketiga, masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.
  • Aspek keempat, masalah bersifat etis, yaitu tidak bertentangan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama.

  Ketika masalah yang ada dapat memenuhi empat kriteria di atas, maka dim- ulailah menyusun latarbelakang dan masalah secara jelas dan mentransferkan rasa penasaran pengusul kepada orang lain. Caranya bisa menggunakan teknik identifikasi masalah yang akan diteliti, ditinjau dari aspek umum, kemudian diarahkan kepada aspek-aspek yang lebih khusus. Juga sebaliknya, dari suatu kasus kecil kemudian ditingkatkan menjadi masalah umum yang ada pada kehidupan sekeliling kita.

  Ada hal yang tetap diperhatikan ketika brainstorming tersebut dilakukan, yaitu ide-ide yang dituangkan harus memperhatikan etika ilmiah, khususnya dalam persoalan reduplikasi ide dan permasalahan yang tidak bersifat streotyp- ing terhadap kelompok tertentu.

4) Rumusan Masalah

  Rumusan masalah berbeda dengan masalah penelitian. Masalah merupakan kesenjangan atau perbedaan antara teori dan praktik, antara harapan dan kenyataan, atau antara rencana dan realisasi, sementara rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian, yaitu dengan cara mengumpulkan data. Rumusan masalah memiliki peran yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian, karena tanpa permasalahan, sebuah penelitian akan sulit untuk dilakukan.

  Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian yaitu dengan cara mengumpulkan data. Rumusan masalah memiliki peran yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian.Tanpa permasalahan yang dirumuskan secara baik dalam penelitian, maka sebuah penelitian akan sulit untuk dilakukan. Rumusan masalah berperan sebagai pedoman untuk implementasi kegiatan. Dengan kata lain, dapat pula dikatakan bahwa keber- hasilan kegiatan penelitian tergantung kepada keberhasilan merumuskan mas- alah. Dengan perumusan masalah yang tepat, penelitian akan dapat dilakukan dengan baik, terencana, dan fokus. Rumusan masalah dapat dikelompokkan menjadi: