Peran Strategis Pemerintah Daerah dalam

Pe ran Strate gis Pe m e rin tah D a e rah
d alam Ke rja Sa m a In te rn as io n al
u n tu k Pe m ban gu n an Be rke lan ju tan
N u ru l Is n ae n i
Departem en Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Jakarta
& Institut Asia Eropa Universiti Malay a, Kuala Lum pur

ABSTRAK

Globalisasi telah m endorong kom petisi kota-kota di dunia untuk
m engukuhkan eksistensiny a sebagai pusat dinam ika sosial, ekonom i, politik
dan peradaban m anusia. Seiring dengan arus urbanisasi dan pacu
industrialisasi, kerusakan lingkungan di kaw asan urban pun kian
m engkhaw atirkan. Tulisan ini bertujuan untuk m engevaluasi peran
pem erintah daerah (pem da) di Indonesia dalam proses pencapaian agenda
pem bangunan berkelanjutan. Argum entasi utam a tulisan ini adalah bahw a
pem da, khususny a pem erintah kota (pem kot), m em iliki peran strategis dan
signifikan untuk m engem bangkan kerjasam a internasional guna m engusung
pem bangunan berkelanjutan. Hasil studi kasus di Surabay a m eny im pulkan
bahw a kerjasam a internasional dapat m enjadi m ekanism e y ang efektif bagi
pem kot untuk m eny ukseskan agenda pem bangunanny a.

K a t a -K a t a K u n ci: lingkungan, urbanisasi, kota kem bar, kem itraan,
partisipasi publik, tata kelola y ang baik.

Globalization has encouraged com petition in cities around the w orld to
establish its existence as the center of the dy nam ics of social, econom ic,
political and hum an civilization. Along w ith the urbanization and clim ate
change phenom ena that are increasingly evident, environm ental degradation
in urban areas are increasingly alarm ing. This article aim s to re-evaluate the
strategic role of local governm ent in Indonesia in the process of achieving
sustainable developm ent agenda. This article attem pts to answ er the question
w hy and how international cooperation is im portant for the City to optim ize
its role in supporting sustainable developm ent vsision. The conclusion of a
case study in Surabay a show s that international cooperation can be an
effective m echanism for the City to pursue sustainable developm ent.
K e y w o r d s : environm ent, urbanization, sister cities, partnership, public
participation, good governance.

123

Nurul Isnaeni


Era desentralisasi di Indonesia pasca berakhirnya rezim pem erintahan
Soeharto tahun 1998 pada dasarnya telah m em berikan ruang yang lebih
leluasa bagi Pem da 1 untuk berperan lebih aktif untuk ikut m em ajukan
pem bangunan yang m ensejahterakan. Sayangnya, setelah satu
dasawarsa berlalu wajah pem bangunan daerah pada um um nya m asih
jauh dari apa yang diharapkan oleh cita-cita dan sem angat reform asi,
yaitu m eningkatnya kualitas kehidupan m asyarakat di segala bidang.
Kebisingan aktivitas pem ilihan kepala daerah (Pilkada) dan kesibukan
m encari sum ber-sum ber pendapatan asli daerah (PAD) tam paknya
telah m enum pulkan visi sebagian besar pejabat Pem da untuk dapat
m elihat secara lebih strategis berbagai tantangan dan kesem patan yang
besar dalam era globalisasi dan desentralisasi dewasa ini (Wijoyo
20 0 9). Hal ini berakibat pada m inim nya inisiatif pem bangunan yang
berbasis pada tata kelola pem erintahan yang baik serta partisipasi
m asyarakat yang luas. Tidak m engherankan karenanya m asih m inim
cerita sukses tentang Pem da yang m am pu m em bawa terobosan dalam
proses pem bangunan daerahnya. 2 Alih-alih m engusung visi
1


Secara um um pem erintah(an) lokal (local governm ent) dalam pengertian
pem erintah(an) daerah di Indonesia, dapat didefiniskan sebagai pem erintah
provinsi, pem erintah kabupatan dan pem erintah kota. Dalam tulisan ini yang
dim aksud secara khusus adalah pemerintah(an) kota dan secara lebih spesifik
sebagai studi kasus adalah Pem erintah Kota Surabaya. Berdasarkan
UU.No.22/ 1999 tentang otonom i daerah, pem erintah daerah merujuk pada
pem erintah kabupaten dan pem erintah kota. Dalam penjelasan dasar UU
tersebut dinyatakan: “…Undang-Undang itu menem patkan otonom i daerah
secara utuh pada daerah kabupaten dan daerah kota, yang dalam UU
No.5/ 1974, berkedudukan sebagai kabupaten dan kotam adya daerah tingkat II.
Daerah kabupaten dan daerah kota tersebut berkedudukan sebagai otonom i
m em punyai kewenangan dan keleluasaan untuk m embentuk dan m elaksanakan
kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi m asyarakat” (J atm iko 20 0 1, 55).
Dalam tulisan ini istilah Pem da dan Pem kot akan digunakan bersam a-sama
(saling bergantian) untuk m erujuk pada pem erintahan yang berlangsung di
daerah tingkat 2, yaitu kotam adya atau kabupaten.
2 Perm asalahan Pemerintahan Daerah di era desentralisasi dewasa ini di
antaranya adalah banyaknya kepala daerah yang terlibat kasus hukum karena
isu korupsi dan penyalahgunaan wewenang lainnya. Menurut Kepala Pusat
Penerangan Kem enterian Dalam Negeri, Reydonnyzar Moenek, selam a periode

20 0 4-20 12 sudah terdapat 173 kepala daerah yang m enjalani pem eriksanaan
dengan status sebagai saksi, tersangka dan terdakwa. Sebanyak 70 % dari
jum lah itu sudah m endapat vonis berkekuatan hukum tetap dan menjadi
terpidana. Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, m engatakan bahwa dengan
adanya 495 kabupaten/ kota dan 33 provinsi, jum lah 173 ini m enunjukkan
sepertiga daerah di Indonesia dikelola oleh mereka yang berm asalah dengan
hukum . Menurut Ganjar Pranowo, Wakil Ketua Komisi II DPR, praktik korupsi
oleh Kepala Daerah berakar dari persaingan untuk m erebut kekuasaan selama
Pilkada yang m enuntut biaya sangat m ahal bagi seorang calon Kepala Daerah.
Sedikitnya seorang calon Bupati/ Walikota/ Gubernur harus m enyiapkan m odal
sebesar Rp.15 m iliar – Rp.30 m iliar. Lihat “Pemerintahan Tidak Maksim al”,

124

Global & Strategis, Th. 7, No. 1

Peran Strategis Pem erintah Daerah dalam Kerja sam a Internasional

pem bangunan berkelanjutan, pendekatan ‘grow th first, clean later’
justru lebih m engedepan di kalangan pengam bil kebijakan di daerah. 3

Bertolak dari latar belakang tersebut, pem bahasan berikut akan
m engulas sejum lah pertanyaan berikut: (1) Apa arti penting kota, dan
Pem kot, dalam pem bangunan berkelanjutan? (2) Bagaim ana kerja sam a
internasional dapat m enjadi m ekanism e Pem kot untuk pencapaian
pem bangunan berkelanjutan? (3) Apa faktor determ inan bagi
efektivitas peran Pem kot dalam kerja sam a internasional? Tulisan ini
akan m engangkat studi kasus kerja sam a ‘kota kem bar’ (sister-city )
yang dilakukan oleh Pem kot Surabaya dengan m itranya di Kitakyushu,
J epang. Diharapkan tulisan ini dapat m em perkaya wacana tentang
peran strategis Pem da dalam m engem bangkan kerja sam a internasional
di era desentralisasi. Sejauh ini studi tentang politik, pem erintahan dan
kebijakan publik di Indonesia di era otonom i daerah lebih banyak
m em berikan porsi perhatian pada isu di seputar m asalah politik dan
sosial ekonom i berskala lokal, khususnya terkait isu pem ilihan kepala
daerah (Wijoyo 20 0 9; Chalid 20 0 5; Aspinal &Faly 20 0 3).

Arti Pe n tin g Ko ta d a lam Pe m ban gu n a n Be rke lan ju tan
Eksistensi dan peran strategis pem erintah kota (Pem kot) pada dasarnya
telah m endapatkan pengakuan yang luas dari m asyarakat internasional
dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (de Viliers 20 10 , 4-5). KTT Bum i

(Earth Sum m it) di Rio de J eneiro tahun 1992 telah m engawali proses
pengakuan ini. KTT Bum i, m elalui Deklarasi Rio dan Agenda 21 nya,
secara eksplisit m enyatakan bahwa persoalan global dalam relasi
pem bangunan dan lingkungan pada dasarnya berakar dari tindakan
lokal dan bahwa kota-kota karenanya m enjadi pem ain kunci bagi
pencapaian agenda pem bangunan berkelanjutan. 4 Peran dan fungsi
http:/ / www.nasional.kompas.com / read/ 20 11/ 0 4/ 17/ 0 1423258 , diakses 10 Mei
20 12.
3 Menurut Witoelar, kondisi ini merupakan sesuatu yang ironis karena
sebenarnya setahun sejak pelaksanaan KTT Bum i Indonesia sudah
m enunjukkan kom itm ennya untuk m engim plementasi Agenda 21 dengan
m enuangkannya ke dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang
selanjutnya diterjem ahkan dalam Rencana Pembangunan Lim a Tahuun
(REPELITA) yang keenam (1994-1999). Akhir Tahun 1996, dokumen Agenda 21
untuk versi local Indonesia bahkan sudah selesai dibuat dengan dukungan
UNDP dan keterlibatan banyak pihak, term asuk dari kalangan pem erintah,
swasta, LSM, akadem ik dan m asyarakat um um .
4 Dalam
dokum en Agenda 21 Section III, pem erintah daerah (local
governm ents) telah dinyatakan secara eksplisit sebagai satu dari sembilan

kelom pok utam a (m ajor groups). Kelom pok utam a ini mencakup (i) kelom pok
bisnis dan industry, (ii) anak-anak dan rem aja/ pem uda, (iii) petani, (iv)
kom unitas local/ asli’ (v) pem erintah daerah, (vi) organisasi-organisasi non-

Global & Strategis, Januari-Juni 20 13

125

Nurul Isnaeni

Pem kot dinilai sangat penting karena m erupakan unit pem erintahan
yang dianggap paling dekat dengan m asyarakatnya (Meadowcroft 1999,
231). Pem kot juga dianggap lebih m udah m em bangun kem itraan dengan
berbagai kelom pok m asyarakat secara berkesinam bungan sehingga
diharapkan dapat lebih efektif dalam m enjalankan proses pem bangunan
(Carter 20 0 1, 196, 276). Melalui UNEP dan dukungan UNDP, PBB
secara khusus karenanya telah m endorong penyusunan ‘Local Agenda
21’ (LA21). Tujuannya adalah agar prinsip-prinsip dan agenda
pem bangunan berkelanjutan 5 yang telah disepakati di tingkat nasional
dapat secara efektif dilaksanakan dengan peran serta para Pem kot di

wilayahnya m asing-m asing.
Tahun 1996 “the Istanbul City Sum m it” di Turki yang m enghasilkan
“Habitat Agenda” turut pula m enggarisbawahi bahwa Pem da adalah
m itra utam a dari pem erintah pusat dalam m ewujudkan im plem entasi
program -program pem ukim an yang layak bagi keberlangsungan hidup
m anusia dan kem anusiaan itu sendiri. Selanjutnya, KTT Dunia untuk
Pem bangunan Berkelanjutan (WSSD) di J ohannesburgh Tahun 20 0 2
yang m enghasilkan “Millennium Declaration” m enguatkan pula arti
penting dari peran internasional pem erintah daerah. Puncaknya adalah
pem bentukan United Cities and Local Governm ents (UCLG) di Paris
pada 5 Mei 20 0 4 yang m endorong penuh inisiatif kem itraan antar kota
di dunia (city -to city partnerships) karena dianggap akan m enentukan
terwujudnya dunia yang m aju, dam ai dan berkelanjutan.
Dalam konteks hubungan antara eksistensi kota dan pem bangunan
berkelanjutan urbanisasi adalah kata kuncinya. Fenom ena urbanisasi di
dunia saat ini telah m enghasilkan lonjakan jum lah penghuni kota yang
sangat drastis. Mem asuki tahun 20 30 , diperkirakan 60 % penduduk
dunia berada di wilayah perkotaan, dibandingkan dengan m asa awal
revolusi industri abad ke 19 yang hanya 3% saja. Dari percepatan ini,
lebih dari 90 % terjadi di dunia berkem bang (Leitm an 20 0 6, 170 ). Di

Indonesia sendiri dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir sedikitnya
telah m uncul sekitar 31 kota baru hasil dari pem ekaran beberapa
kabupaten, sem entara kota-kota terdahulu m engalam i peningkatan
populasi yang cukup tinggi akibat urbanisasi. Sejauh ini tercatat lebih
dari 50 % penduduk Indonesia sudah m endiam i wilayah perkotaan
(Widiantono dan Soepriadi 20 0 9).

pem erintah; (vii) kom unitas epitem ik/ sainstifik, (viii) perem puan, (ix) pekerja
dan serikat pekerja. Lihat http:/ / www.un.org/ esa/ dsd/ agenda21/ res_ agenda21
_ 21.shtm l, diakses 22 J uli 20 11.
5
Tentang prinsip-prinsip ‘pembangunan berkelanjutan’ dengan segala
problem atika dan tantangannya di Indonesia, lihat di antaranya pem ikiran Em il
Salim (Azis, et al., 20 10 ). Secara um um lihat Carter (20 0 1) dan Adam s (20 0 1).

126

Global & Strategis, Th. 7, No. 1

Peran Strategis Pem erintah Daerah dalam Kerja sam a Internasional


Fenom ena ‘urban spraw l’ ini telah m em bawa sejum lah im plikasi serius,
di antaranya adalah degradasi lingkungan yang sangat m asif. Kondisi ini
m enyebabkan akses ke fasilitas infrastruktur dasar dan jasa berbasis
ketersediaan sum ber-sum ber daya alam m enjadi sangat kom petitif.
Ketersediaan lahan untuk perum ahan dan pem ukim an, transportasi, air
bersih dan sanitasi, serta energi untuk berbagai kebutuhan warga dan
industrialisasi, term asuk sistem m anajem en lim bah dan persam pahan,
kini m erupakan agenda kerja pem erintahan di wilayah urban yang kian
kom pleks (Girardet dalam Vertovec and Posey 20 0 3, 87-8 8; Leitm ann
dalam Mudacum ura, et al. 20 0 6, 170 ). Didorong oleh kem ajuan dan
percepatan industrialisasi teknologi inform asi serta budaya m odern
yang sangat konsum tif dan hedonis, kondisi ini juga telah m enciptakan
konsentrasi kem akm uran di titik-titik spasial tertentu, yang pada
gilirannya m elahirkan kesenjangan m aupun segregasi social (Castelles
dalam Vertovec and Posey 20 0 3, 82-84).
Dalam skala m akro, kem ajuan kota-kota besar (m ega cities) di negaranegara m aju pada dasarnya juga tak lepas dari dukungan jejaring
perdagangan sum ber-sum ber daya alam dengan negara-negara sedan g
berkem bang di seluruh penjuru dunia. Proses ini pun berlangsung
dengan biaya sosial-ekologis m asyarakat lokal. Karenanya, ketika

pem erintah dan m asyarakat kota tidak m em iliki wawasan ekologis,
m aka pertum buhan kota akan berdam pak secara serius pada kualitas
lingkungan kota itu sendiri (Girardet dalam Vertovec and Posey, 20 0 3:
90 ). Secara substansial m asalah-m asalah lingkungan perkotaan telah
m erefleksikan adanya kesenjangan antara kem ajuan pem bangunan di
negara-negara industri m aju dan di negara-negara sedang berkem bang.
Bahkan, kom pleksitas perm asalahannya yang m ultidim ensional
sesungguhnya m encerm inkan pula kegagalan pasar, kegagalan
pem erintah sekaligus tantangan terhadap reform asi pem erintahan
(Aoshim a dalam Inoguchi et al. 20 0 3, xvii-xviii).

Ko ta , Glo balis as i, d a n D e s e n tralis as i Ke bijakan Lu a r N e ge ri
Hubungan Luar Negeri dalam bentuk kerja sam a internasional pada
dasarnya m erupakan suatu tuntutan sekaligus kebutuhan bagi setiap
negara. Secara tradisional, kebijakan luar negeri danggap sebagai
dom ain pem erintah nasional atau pem erintah pusat yang
m erepresentasikan negara. Presiden, Parlem en dan Kem enterian Luar
Negeri dalam hal ini m erupakan agent penting dalam struktur dan
proses pengam bilan kebijakan luar negeri serta diplom asi internasional
untuk m ewujudkan apa yang didefinisikan sebagai ‘kepentingan
nasional’.

Global & Strategis, Januari-Juni 20 13

127

Nurul Isnaeni

Seiring dengan tekanan globalisasi, m eningkatnya kom pleksitas
persoalan yang dihadapi oleh setiap negara di berbagai bidang
kehidupan, baik sosial, ekonom i m aupun politik, telah m em buat saling
ketergantungan antar negara di dunia juga sem akin m eningkat. Secara
logis karenanya aktor kerja sam a internasional pun tidak m ungkin lagi
didom inasi oleh pem erintah pusat suatu negara. Ledakan penduduk,
arus urbanisasi, laju industrialisasi serta krisis ekologis dan sosial yan g
m enggejala di kawasan urban dewasa ini telah m enem patkan Pem kot
sebagai pusat perhatian dunia dewasa ini karena m enjadi pem ain kunci
dalam penyediaan layanan publik yang berkualitas bagi m asyarakat.
(Patterson, 20 0 8 dalam Rosyadi 20 10 , 3).
Menurut Garesche (20 0 7), pertum buhan dan perkem bangan pesat kotakota di berbagai belahan dunia dalam dua dekade terakhir ini telah
m em perkuat kem bali fenom ena lam a ‘paradiplom acy ’, dim ana kota dan
Pem kot m em iliki peran penting dalam m em pengaruhi hubungan
internasional suatu negara 6 J enis aktivitas diplom atik ini disebut juga
‘low diplom acy ’. Berbeda dengan ‘high diplom acy ’ yang m erupakan
dom ain pem erintah nasional, ‘low diplom acy ’ m erupakan arena Pem da
dan biasanya m encakup beragam bentuk kerja sam a di seputar m asalah
perkotaan dan kaum urban (Hsu 20 0 3, 19 dalam de Villiers 20 0 6, 2).
Meskipun m araknya inisiatif kerja sam a antar kota antar negara di
dunia ini sem akin m engukuhkan jejaring kerja sam a kota-kota di
seluruh dunia (Beaverstock et.al 20 0 0 dalam Keiner & Kim t.t.), hal ini
tidak serta m erta m erefleksikan versi kecil dari hubungan internasional
tradisional. J ejaring kerja sam a antar kota antar negara ini lebih
dim aksudkan sebagai suatu cara yang efektif untuk m em perkuat
kapasitas kota dalam rangka m em ecahkan m asalah-m asalah sosial dan
lingkungan, m em berikan pelayanan publik yang lebih m em adai bagi
m asyarakatnya, serta m engem bangkan tata kelola dan struktur
m anajem en kota. Pengaruh jejaring kerja sam a ini bahkan m am pu
m endorong m unculnya fenom ena baru yang disebut “glocal
governance”.
Menurut de Villiers (20 10 ), sasaran utam a dari kerja sam a Kota Kem bar
pada hakekatnya adalah seluruh kom unitas kota itu, baik kelom pok
m asyarakat sipil m aupun kom unitas bisnis. Lebih lanjut de Villiers
(20 10 ) berpendapat bahwa Pem kot m em ainkan peran sebagai fasilitator,
nam un penyim pul utam anya adalah antara sesam a kom unitas itu
sendiri. Oleh karenanya m odel kerja sam a Kota Kem bar ini tujuannya
6

Hubungan internasional yang berkembang lewat m odel ataupun m ekanisme
kerja sam a atau kem itraan antar kota antar negara (city -to-city partnership) di
dunia pada dasarnya m emiliki banyak term inologi. Bukan hanya ‘kota kembar’
(sister cities) tetapi juga friendship cities, partnerstadt, jum elage,
decentralized cooperation, m unicipal international cooperation, city -to-city
cooperation (C2C) dan stedenbanden.

128

Global & Strategis, Th. 7, No. 1

Peran Strategis Pem erintah Daerah dalam Kerja sam a Internasional

sangat variatif, m ulai dari pertukaran kebudayaan dan persahabatan
sam pai dengan pem asaran produk-produk kota dan pem bangunan
ekonom i. Menurut Garesche (20 0 7, 20 ), kerja sam a kota kem bar pada
akhirnya dapat m enjadi pem bentuk jejaring transnasional antar warga
kota di seluruh dunia yang m em perkuat ‘global citizenship’. Eropa
m erupakan ladang yang subur bagi tum buh kem bangnya kerja sam a
Kota Kem bar ini. Kern (20 0 9) dalam studinya m enyorot bagaim ana
jejaring kerja sam a antar kota di Eropa, yang diistilahkan dengan
“Horizontal Europeanization” telah berperan dalam m ewujudkan
integrasi Eropa. Keberadaan kota telah m em beri kontribusi bagi
terbentuknya m ultilevel governance di Eropa, yang tidak hanya berbasis
pada national and supranational sy stem of governance tetapi juga local
governance.
Studi m enarik lainnya m engaitkan bagaim ana jejaring kerja sam a
transnasional kota-kota di seluruh dunia telah m em unculkan fenom ena
yang disebut sebagai ‘m ilieux of innovation’ (Castells dalam Vertovec
and Posey 20 0 3, 74-86). Fenom ena ini m erujuk pada kem am puan kota
untuk m enjadi sum ber-sum ber kem akm uran baru di era inform asi
m elalui kom pleksitas aktivitas produksi, proses inform asi, riset dan
kreativitas di wilayahnya. Dengan penguasaan teknologi inform asi yang
berbasis pada intellectual innovation dan entrepreneurship, Am erika
Serikat dan Eropa m erupakan tem pat tum buh suburnya kota-kota baru
yang m enjadi pusat kekuatan industri telekom unikasi, bisnis jasa
m odern, dan budaya – art, fashion, entertainm ent, publishing – di
dunia abad ini. The Silicon Valley, the San Fransisco Bay area dan the
North Atlanta di Am erika Serikat, m isalnya, adalah beberapa di
antaranya yang m am pu m endam pingi dom inasi New York, Los Angeles
dan London. Di Asia, eksistensi kota-kota tua seperti Tokyo dan
Hongkong juga dibayang-bayangi oleh kem unculan Shenzhen, Macao
dan Pearl River Delta.

In d o n e s ia d an Ke rja s am a ‘Ko ta Ke m bar’
Sejauh ini m asih sangat terbatas studi yang berbasis pada kajian em pirik
yang secara khusus m engeksplorasi relasi antara fenom ena
desentralisasi dengan hubungan internasional. J atm ika (20 0 1), di
antaranya, m encoba m elakukan kajian tersebut. Pem bahasan lebih
bersifat norm atif, m enekankan pada legitim asi peran Pem da dalam
hubungan internasional term asuk proses adm inistrasi prosedural
birokrasi dalam pem bentukan kerja sam a internasional. 7 Sem entara itu
7

Dalam studinya, J atm ika (20 0 1, 47) menegaskan perbedaan antara politik luar
negeri dan hubungan/ kerja sam a internasional. Menurutnya, kedua istilah ini
perlu dibedakan. Kalau yang pertam a m erupakan kewenangan pem erintah
pusat, sem entara yang terakhir dapat dilakukan oleh pem erintah daerah,

Global & Strategis, Januari-Juni 20 13

129

Nurul Isnaeni

studi Sugiarto (20 0 9) m encoba m engkaji lebih spesifik dalam konteks
‘sister province’ antara J awa Tengah dan Queensland (Australia).
Berbasis data em pirik studi ini m enyim pulkan bahwa faktor ekonom i
m enjadi pendorong kerja sam a ini.
Peran Pem da di Indonesia dalam m engelola kerja sam a internasional
pada dasarnya telah m em iliki landasan legal form al, selain tuntutan dari
dinam ika globalisasi. Undang-Undang Republik Indonesia No.37 Tahun
1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 22 Tahun 1999 tentang Otonom i Daerah m em berikan
kerangka hukum yang jelas bagi berlakunya aktivitas kerja sam a
internasional bagi Pem da yang relevan bagi kepentingan pem bangunan
daerah (J atm ika 20 0 1, 41-42) Menurut UU No.37/ 1999, Hubungan
Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang m enyangkut aspek regional dan
internasional yang dilakukan oleh pem erintah di tingkat pusat dan
daerah, atau lem baga-lem baganya, lem baga negara, badan usaha,
organisasi politik, organisasi m asyarakat, lem baga swadaya m asyarakat,
atau warga negara. Sem entara itu UU No.22/ 1999 jo UU 32/ 20 0 4 telah
m em beri otonom i yang luas bagi Pem da untuk m engem bangkan
segenap potensi daerahnya guna m engakselerasi proses pem bangunan
di daerahnya.
Kerja sam a Kota Kem bar adalah hubungan kerja sam a resm i jangka
panjang antara pem erintah satu kota di suatu negara dengan kota
lainnya di negara lain yang ditandai dengan adanya kesepakatan kerja
sam a secara form al (Mem orandum of Understanding atau MoU) dan
diakui serta disetujui oleh parlem en atau DPRD setem pat. Sejalan
dengan sem angat Otonom i Daerah, m aka berdasarkan prinsip yang
m engacu pada UU No.24/ 20 0 0 tentang pem buatan perjanjian
internasional, Pem da (baik Pem prov, Pem kab m aupun Pem kot) telah
ditegaskan sebagai lem baga pem erintahan yang m em iliki kualifikasi
sebagai “Lem baga
Pem rakarsa” untuk
m em buat
perjanjian
internasional. Menurut Departem en Luar Negeri RI (t.t.), pada
um um nya kerja sam a Kota Kem bar ini terbentuk karena sejum lah
alasan, seperti: persam aan kedudukan dan status adm inistrasi,
persam aan ukuran luas wilayah dan fungsi, persam aan karakteristik
sosio-kultural dan topografi kewilayahan, persam aan perm asalahan
yang dihadapi, kom plem entaritas antara kedua pihak yang dapat
m enim bulkan aliran barang dan jasa pertukaran kunjungan pejabat dan
pengusaha.
Departem en Luar Negeri RI m encatat hingga tahun 20 0 3 terdapat 75
kerja sam a sister city / province. Kem udian pada tahun 20 0 4 Usm ar
dengan catatan m elakukan hubungan kerja sam a dengan negara yang secara
resm i telah melakukan huungan diplom atic dengan pem erintah pusat.

130

Global & Strategis, Th. 7, No. 1

Peran Strategis Pem erintah Daerah dalam Kerja sam a Internasional

Salam (20 0 4 dalam Sugiarto 20 0 9) m encatat sedikitnya terdapat 10 0
kejasam a dalam bentuk yang sam a. Secara um um dapat dikatakan
bahwa berdasarkan jum lah MoU yang ditandatangani, praktek kerja
sam a kota kem bar ini telah cukup m eluas di kalangan Pem kot di
Indonesia. Dalam catatan lain, disebutkan sedikitnya ada 13 Pem kot
yang telah m em bangun kerja sam a internasional m elalui m ekanism e
kota kem bar, yaitu J akarta, Surabaya, Medan, Yogyakarta, Bandung,
Bogor, Sem arang, Palem bang, Sangihe, Denpasar, Makasar, Solo dan
Padang. Di antara kota-kota ini J akarta adalah kota yang paling banyak
relasinya (24 kerja sam a), disusul kem udian oleh Surabaya (14 kerja
sam a) dan selanjutnya Medan, Yogya dan Bandung dim ana m asingm asing m em iliki 12 kerja sam a. 8 Dengan dem ikian, m odel kerja sam a
Kota Kem bar tam paknya telah m enjadi pilihan bagi Pem da/ Pem kot
dalam m engem bangkan hubungan internasional, terlepas dari apakah
kerja sam a tersebut telah m em beri m anfaat yang luas bagi kepentingan
kota dan warganya.

Ke rja Sam a Su ra baya-Kitakyu s h u : Stu d i Kas u s
Kerja sam a kota kem bar antara Surabaya (Indonesia) dan Kitakyushu
(J epang) untuk m engatasi m asalah pengelolaan sam pah kota (m unicipal
solid w aste m anagem ent atau MSWM) adalah contoh m enarik dalam
konteks bahasan tulisan ini. Dari 94 kota otonom di Indonesia, Surabaya
adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah J akarta. Dengan jum lah
penduduk yang m encapai ham pir 3 juta orang saat ini, pertum buhan
ekonom i dan dinam ika sosial-budayanya, Surabaya m erupakan kota
m etropolitan 9 . Apa yang m enarik dari studi kasus ini adalah bahwa
Surabaya m am pu m engubah m asalah persam pahan yang pelik, dari
sebuah tragedi sosial 10 m enjadi berkah bagi kota dan warganya; dan
8

Lihat http:/ / www.setda.bantulkab.go.id
Berdasarkan jum lah penduduk, kota-kota di Indonesia, yang tersebar dari
Sabang sam pai Merauke, dapat dikategorisasikan menjadi kota m etropolitan (1
juta jiwa ke atas), kota besar (50 0 ribu – 1 juta jiwa), kota sedang (10 0 ribu –
50 0 ribu jiwa) dan kota kecil (50 ribu – 10 0 ribu jiwa). Berdasarkan ‘city
developm ent index’ Surabaya m erupakan kota dengan CDI tertinggi di luar
J akarta. Artinya kinerja pem bangunan kota untuk penyediaan infrastruktur,
fasilitas pendidikan, persam pahan dan produk ekonom i term asuk yang
berkualitas baik. CDI m engacu pada m etoda evaluasi yang dipakai oleh UNHabitat untuk m em buat perbandingan kinerja kota-kota di dunia (Widiantono
dan Soepriadi 20 0 9, 3-4).
10 Tahun 20 0 1 di Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan ‘Tragedi
Keputih’. Walaupun tidak sam pai m engakibatkan korban jiwa sebagaim ana
tragedi sam pah di Leuwig Gajah Bandung dan Bantar Gebang Bekasi, Tragedi
Keputih ini sangat m embekas di benak m asyarakat Surabaya. Tragedi ini dipicu
oleh tindakan m asyarakat di sekitar TPA (Tem pat Pem buangan Sam pah Akhir)
Keputih yang m enutup secara paksa area TPA. Akibatnya, sekitar 155 TPS
9

Global & Strategis, Januari-Juni 20 13

131

Nurul Isnaeni

kerja sam a internasional dengan Kitakyushu m enjadi salah satu faktor
determ inan dalam proses transform asi tersebut.
Tak banyak m asyarakat awam yang paham bahwa persam pahan pada
dasarnya adalah m asalah strategis. Mism anajem en persam pahan kota
selain bisa m enim bulkan m asalah sosial, dan kesehatan m asyarakat juga
m em punyai relasi kuat dengan fenom ena perubahan iklim global 11 yang
dewasa ini m enjadi perhatian utam a m asyarakat dunia. Agenda 21, Bab
2, Pasal 21, karenanya telah lam a m enegaskan signifikansi m asalah ini:
“environm entally sound m anagem ent of w astes w as am ong the
environm ental issues of m ajor concern in m aintaining the quality of the
Earth’s environm ent and especially in achieving environm entally
sound and sustainable developm ent in all countries”. Arti strategis
m asalah persam pahan ini telah diterjem ahkan oleh Pem erintah
Indonesia dengan m enerbitkan Undang-Undang Pengelolaan Sam pah
(UU No.18/ Tahun 20 0 8) serta m em asukkan sam pah dalam kelom pok
sektor strategis yang m enjadi prioritas kebijakan pem erintah untuk
m engejar target pencapaian reduksi em isi nasional sebesar 26% pada
tahun 20 20 (Bappenas 20 10 ). 12

(Tem pat Pem buangan Sam pah Sementara) di sekitar kota Surabaya dipenuhi
oleh sam pah m asyarakat selam a berhari-hari dan pada gilirannya berserakan di
segenap penjuru kota. Kondisi ini menyebabkan berbagai persoalan lingkungan
(bau tak sedap, kekum uhan) dan kesehatan m asyarakat m erebak di m anam ana. Tragedi ini pada dasarnya merupakan antiklim aks dari m anajemen
sam pah perkotaan yang buruk, nam un di sisi lain menjadi titik balik dari
perbaikan manajem en sam pah kota Surabaya yang berbasis pada partisipasi
publik, kem itraan m ultipihak dan tata kelola yang baik.
11 Lihat ‘General Inform ation on the Link Between Solid Waste and Clim ate
Change’, http:/ / www.epa.gov/ clim atechange/ wycd/ waste/ generalinfo.html,
diakses 21 J anuari 20 10
12 Di tingkat internasional, UN-HABITAT (20 10 , 20 ) m encatat bahwa sam pah
kering dan cair di perkotaan telah m enyum bang 3% dari total em isi atau gas
rum ah kaca (green house gases = GHGs) dunia, dan setengah dari jum lah
tersebut dihasilkan dari gas m etan (m ethane gas = CH4) di tem pat
pem buangan akhir. UN Habitat selanjutnya juga m enegaskan bahwa MSWM
adalah satu dari lim a m asalah prioritas yang paling m em usingkan pem erintah
kota di seluruh dunia, baik di negara m aju m aupun sedang berkem bang, tetapi
sayangnya m inim perhatian bahkan dari kalangan akadem isi sekalipun.
Sementara itu UNEP (20 0 4) pun m engindikasikan bahwa penyelesaian
m asalah m anajem en persam pahan di Asia Tenggara m erupakan persyaratan
penting untuk m enuju pem bangunan yang berkelanjutan mengingat faktorfaktor yang m em pengaruhi hubungan kausalitas dari kom pleksitas
perm asalahan sam pah sangat m ultidim ensional, m ulai dari urbanisasi,
industrialisasi, m odernisasi, peningkatan pendapatan m asyarakat, perubahan
gaya hidup yang konsumtif, dan lain sebagainya.

132

Global & Strategis, Th. 7, No. 1

Peran Strategis Pem erintah Daerah dalam Kerja sam a Internasional

Tahun 20 0 2 kerja sam a Pem kot Surabaya dengan m itranya dari
Kitakyushu 13 pun ditasbihkan untuk m enjawab perm asalahan MSWM
ini. Kitakyushu m em punyai program internasional yang m enghim pun
banyak kota di Asia (Kitay ushu Initiative N etw ork) dim ana Surabaya
m enjadi salah satu anggotanya. Dengan dukungan dana dari pem erintah
J epang, ‘Kitaky ushu International Techno-cooperative Association’
(KITA) m em berikan bantuan teknik kepada m asyarakat dan organisasiorganisasi di negara-negara berkem bang dalam kaitannya dengan
pelestarian lingkungan.
Kerja sam a Surabaya-Kitakyushu sebenarnya sudah dirintis sejak
sebelum tahun 20 0 0 yang ditandai dengan saling kunjung para birokrat
pem erintahan kedua negara, m ulai dari staf di lingkungan Dinas
Kebersihan dan Pertam anan, Badan Lingkungan Hidup sam pai
Walikota. Dari kegiatan yang sebatas kunjungan antar pejabat kota,
Pem kot Surabaya akhirnya m encoba m engajukan proposal program
yang dapat m em bantu Surabaya di bidang pengelolaan sam pah. Kerja
sam a berdurasi 4 tahunan kem udian disepakati untuk m engem bangkan
program m anajem en persam pahan berbasis m asyarakat yang
m enerapkan prinsip 3-R: reduce, reuse dan recy cle. Dalam
im plem entasi program ini m encakup berbagai kegiatan, m ulai dari
penelitian, sosialisasi hasil dan konsultasi tentang persam pahan dan
pengelolaan m asalah sam pah.
Dalam pelaksanaan kerja sam a ini Pem kot m enggandeng PusdakotaUbaya, sebuah LSM lokal yang bergerak dalam bidang pem berdayaan
m asyarakat kota, untuk m enjadi m itra kerja bagi tim ahli dari J epang.
Selam a sekitar 2 tahun m engadakan penelitian bersam a m engenai
pengelolaan sam pah rum ah tangga, akhirnya ditem ukan sebuah m etode
com posting sederhana untuk m em bantu reduksi sam pah organik skala
rum ah tangga. Metode ini dikenal dengan nam a Takakura Hom e
Method (THM). Kelebihan dari THM ini adalah bentuk dan proses
pengom posannya higienis dibandingkan dengan m etode pengom posan
yang sebelum nya pernah diinisiasi oleh warga. 14

13

Kitakyushu adalah kota di J epang yang m enjadi salah satu pionir dalam
pem eliharaan lingkungan, khususnya m anajemen sam pah berwawasan
lingkungan.
14 Metode ini dinam akan sesuai dengan nam a penem unya, yaitu Koji Takakura.
Metode ini sangat sederahana karena, hanya m enggunakan sebuah keranjang,
sekam sebagai filter, karpet dan bakteri organik. Sebelum THM ditem ukan,
seorang warga di Kelurahan J am bangan, Surabaya Selatan, bernam a
Moham m ad Yadi, pada sekitar tahun 20 0 2 pernah m em buat kom poster aerob
skala rum ah tangga (KRT). Perangkat kom poster ini terbuat dari tong plastik
berukuran 120 liter, tinggi sekitar 1 meter. Di dalam tong ini segala sam pah
basah bisa diproses m enjadi kom pos. Akan tetapi bila tutup tong dibuka m aka

Global & Strategis, Januari-Juni 20 13

133

Nurul Isnaeni

Hasil riset ini kem udian ditindaklanjuti dengan m ereproduksi sebanyak
40 0 0 unit perangkat kom poster THM untuk dibagikan ke m asyarakat.
Dalam proses sosialisasi dan pendam pingan kepada warga Surabaya ini
Pusdakota-Ubaya terus berperan aktif. Dengan pendanaan dari Pem kot
sendiri, THM kem udian kem bali diproduksi m asal sebanyak 16.0 0 0 unit
dan disosialisasikan sebagai bagian dari gerakan ibu-ibu PKK
(Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) yang dipim pin langsung oleh istri
Walikota. Sem entara itu program kom posting berskala kom unitas juga
direplikasi oleh KITA-Pusdakota ke 13 tem pat (kecam atan) di seluruh
kota (Maeda 20 0 9 & 20 10 ). THM untuk skala kom unitas ini ditujukan
terutam a untuk m engurangi sam pah-sam pah organik dari pasar-pasar
tradisional, tam an-tam an um um , dan pepohonan di sepanjang jalan
kota.
Kisah tentang THM dan gerakan m anajem en persam pahan m andiri
berbasis keterlibatan m asyarakat ini tidak berhenti di sini. Sejak tahun
20 0 5, ekstensifikasi dan intensifikasi penggunaan THM dengan segala
aktivitas turunannya berlangsung secara berkesinam bungan seiring
dengan gencarnya program sosialisasi dan advokasi yang dilakukan
m elalui program kom prehensif yang diinisiasi oleh kem itraan
m ultipihak antara Pem kot Surabaya dengan Unilever Indonesia, Koran
J awa Pos, serta sejum lah NGO lokal. Kem itraan ini m engem bangkan
program com m unity -based w aste m anagem ent program yang dikenal
luas dengan nam a ‘Surabay a Green and Clean’ (SGC). Melalui
m ekanism e kom petisi plus fasilitasi dan advokasi, setelah proses
im plem entasi selam a kurang lebih lim a tahun (20 0 5-20 10 ) program ini
berhasil m em acu partisipasi publik yang sangat luas, khususnya
kom unitas di tingkat akar rum put. Lebih dari itu SGC berhasil
m endorong lahirnya berbagai inovasi lokal m asyarakat serta
m enurunkan jum lah sam pah organik yang harus ditansfer ke TPA di
Benowo (Surabaya Barat). Dari sisi partisipasi m asyarakat, tercatat
sedikitnya 27.0 0 0 orang kader lingkungan (environm ental cadre) yang
sebagian besar terdiri dari kaum perem puan, khususnya ibu rum ah
tangga. Mereka bahkan berhasil terorganisir dan m engorganisir dirikelom pok dalam sebuah jaringan kader lingkungan dan paguyuban
fasilitator (Ram dhani 20 10 , 34-63).
Dari sisi inovasi lokal, m elalui SGC berm unculan sejum lah kreasi
kerajinan dari sam pah plastik, kam pung wisata sam pah, kom pos cair
berarom a buah, pem budidayaan tanam an hias. Yang paling m utakhir
adalah alat penyaring lim bah cair rum ah tangga untuk penyiram an
tanam an di lingkungan warga. Terakhir, sebagai indikator utam a,
volum e sam pah organik berhasil direduksi secara signifikan dari tahun
akan m uncul bau busuk dan sejumlah serangga ataupun belatung kerap
berm unculan (Ram dhani 20 10 , 13).

134

Global & Strategis, Th. 7, No. 1

Peran Strategis Pem erintah Daerah dalam Kerja sam a Internasional

ke tahun (DKP 20 10 ; Ram dhani 20 10 , 22, Maeda 20 0 9). Tercatat
tingkat penurunan sebagai berikut: 1.80 0 ton/ hari (20 0 5), 1.640
ton/ hari (20 0 6), 1.48 0 ton/ hari (20 0 7), 1.258,7 ton/ hari (20 0 8 ),
1.229,43 ton/ hari (20 0 9). Buah keberhasilan ini diakui oleh m asyarakat
nasional m aupun internasional dengan adanya sejum lah tanda
penghargaan yang diterim a oleh Pem erintah dan Warga Surabaya. Di
antaranya adalah Penghargaan Adipura selam a 5 tahun terakhir (20 0 620 12) dan UN Habitat Best Practices 20 0 8. Singkatnya, selam a kurang
lebih sepuluh tahun Surabaya berhasil m engubah wajah dan im age
kotanya; dari sebuah kota kum uh m enjadi ‘benchm ark’ bagi Pem kotPem kot di Indonesia dalam m anajem en persam pahan dan lingkungan
kota (Maeda, 20 0 9).

Ke s im pu la n
Peran strategis pem erintah lokal pada hakekatnya dapat terwujud dari
peran Pem kot. Secara legal form al m aupun realita kekinian dari era
globalisasi dengan segala tantangannya telah m em beri peluang yang
sangat luas bagi aktualitasi dan optim alisasi peran Pem kot. Kota
Kem bar m erupakan m ekanism e kerja sam a internasional yang dapat
m em ungkinkan Pem kot-Pem kot di Indonesia m em ainkan peran
strategisnya untuk m engam bil m anfaat dari adanya jejaring
transnasional kota-kota di seluruh dunia dalam rangka m ewujudkan visi
pem bangunan berkelanjutan. Kerja sam a Pem kot Surabaya dengan
Kitakyushu telah m em buktikan m anfaat dari kerja sam a internasional.
Kerja sam a kota kem bar ini tidak sekedar ‘lips service’ sebagaim ana
um um nya yang terjadi. Sebaliknya, kerja sam a kota kem bar ini secara
efektif dapat dim anfaatkan untuk m em buat suatu terobosan guna
m engatasi m asalah pelik m anajem en persam pahan kota. Efektivitas ini
dapat diindikasikan dari sejum lah capaian konkret yang dihasilkan dari
proses kerja sam a yang berlangsung. Nam un dem ikian, capaian
sesungguhnya dari kerja sam a bukan terletak pada keberhasilan reduksi
sam pah kota itu sendiri. Yang jauh lebih esensial adalah bangkitnya
kesadaran dan partisipasi publik yang m eluas dan seiring dengan waktu
terbukti m am pu m enciptakan sebuah m ekanism e dem okrasi
partisipatoris yang pada gilirannya m am pu m enopang keberlanjutan
program kerja sam a internasional lebih dari sekedar ‘pilot project’
jangka pendek.
Akhirnya tulisan ini m erekom endasikan perlunya penelitian em pirik
lebih lanjut, case by case, bagaim ana dan sejauhm ana Pem kot di
Indonesia telah m am pu m em anfaatkan secara efektif kerja sam a
internasional bagi kem aslahatan kota dan warganya. Adanya kesim pulan
bahwa kebanyakan (65%) kerja sam a internasional yang dibangun
Pem kot hanya m enjadi ‘m acan kertas’ dan ‘tidak m em bum i’ (Salam

Global & Strategis, Januari-Juni 20 13

135

Nurul Isnaeni

20 0 4 dalam Sugiarto 20 0 9) sepatutnya perlu m endapat kajian yang
m endalam .

D aftar Pu s taka
Bu ku
Adam s, W.M., 20 0 1. Green Developm ent: Environm ent and
Sustainability in the Third W orld. Second Edition. New York London: Routledge.
Aspinal dan Greg Feally (eds), 20 0 3. Local Pow er and Politics in
Indonesia: Decentralization and Dem ocratization. Singapore:
Institute of South East Asian Studies.
Azis, Iwan J . et al. (eds), 20 10 . Pem bangunan Berkelanjutan: Peran
dan Kontribusi Em il Salim . J akarta: Kepustakaan Populer Gram edia
(KPG).
Carter, Neil, 20 0 1. The Politics of the Environm ent: Ideas, Activism ,
Policy . Cam bridge: Cam bridge University Press.
Castells, Manuels, 20 0 3. “Global Networks and Local Societies: Cities in
the Inform ation Age”, dalam Vertovec, Steven dan Darrell A. Posey
(eds), 20 0 3. Globalization, Globalism , Environm ents and
Environm entalism : Consciousness of Connections. Oxford: Oxford
University Press.
Chalid, Pheni, 20 0 5. Otonom i Daerah: Masalah, Pem berday aan dan
Konflik. J akarta: Kem itraan.
Girardet, Herbert, 20 0 3, “Cities, People and Planet”, dalam Vertovec,
Steven dan Darrell A. Posey (eds), 20 0 3. Globalization, Globalism ,
Environm ents
and
Environm entalism :
Consciousness
of
Connections. Oxford: Oxford University Press.
Hurrell, Andrew, 1995. “International Political Theory and the Global
Environm ent”, dalam Booth, Ken and Steve Sm ith (eds.), 1995.
International Relations Theory Today , Cam bridge: Polity Press.
Inoguchi, Takashi, et al. (eds.), 20 0 3, Kota dan Lingkungan:
Pendekatan Baru Masy arakat Berw aw asan Ekologi. (terj. LP3ES,
Cities and Environm ent: N ew Approaches for Eco-Societies).
J akarta: LP3ES.
J atm iko, Sidik, 20 0 1. Otonom i Daerah: Perspektif Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Bigraf.
Leitm ann, J osef, 20 0 6. “Urbanization and Sustainable Developm ent
Policy and Adm inistration”, dalam Mudacum ura, Gedeon M., Desta
Mebratu dan M. Sham sul Haque (eds), 20 0 6. Sustainable
Developm ent Policy and Adm inistration. New York: Taylor &
Francis.

136

Global & Strategis, Th. 7, No. 1

Peran Strategis Pem erintah Daerah dalam Kerja sam a Internasional

Ram dhani, Fajar, et al., 20 10 . Inspirasi dari Jaw a Tim ur: Sebuah
Perjalanan Menuju Surabay a Bersih dan Hijau. J akarta: Unilever.
Wijoyo, Suparto, 20 0 9. Otonom i Daerah (Tanpa) Politik Ekologi,
Surabaya: Airlangga University Press.
Ju rn al
Keiner, Marco dan Arley Kim (t.t.), “Transnational City Networks for
Sustainability”, European Planning Studies, ZZ (R).
Meadowcroft, J am es, 1999. “The Politics of Sustainable Developm ent:
Em ergent Arenas and Challenges for Political Science”, International
Political Science Review , April, 2 0 (2): 219-237.
Pram ono, Sugiarto, 20 0 9. “Faktor Pendorong Melakukan Kerja sam a
Sister Province J awa Tengah-Queensland (Australia) 1991-20 0 9”,
Eksplanasi, Oktober, 4 (8).
Se m in ar & W o rkin g Pape rs
De Villiers, J .C., 20 0 6. “Achieving the Millenium Developm ent Goals
through City to City Partnerships: Origins, History and Context of
City to City Partnership”, dalam the 50 th Anniversary Conference of
Sister Cities International, 13 th J uly. Washington, D.C.
Kern, Kristin, 20 0 9. “Cities in European Setting”, dalam the Conference
of Innovation for Good Local and Regional Governance: A European
Challenge, 2-3 April. University of Twente (Erschede).
Maeda, Toshizo, 20 10 , “Enhancing Public Awareness and Stakeholders’
Em powerm ent and Involvem ent in Waste Managem ent – Through A
Case In Surabaya, Indonesia”, dalam International Consultative
Meeting on Expanding W aste Managem ent Services in Developing
Countries, 18 Maret. IGES (Institute for Global Environm ental
Strategies) Kitakyushu Office.
Rosyidi, Slam et, 20 10 . “Konsep Kerja sam a Daerah Antar Negara dalam
Kerangka Otonom i Daerah: Peluang dan Tantangan”, dalam Sem inar
Nasional Bappenas: AGI UNDP , 24 J uni. J akarta.
Witoelar, Erna, 20 11. “Sustainable Developm ent and the Role of Major
Groups”, dalam Lokakary a Persiapan “High Level Dialogue on
Institutional Fram ew ork for Sustainable Developm ent”, 30 J uni.
J akarta: Kem enterian Lingkungan Hidup.
Pu blikas i Re s m i
Bappenas, 20 10 . Indonesia Clim ate Change Sectoral Roadm ap
(ICCSR): Sektor Lim bah. J akarta: Bappenas.
Garesche, Zapata, 20 0 7. Guidelines for International Relations of Local
Governm ent and Decentralized Cooperation betw een the European

Global & Strategis, Januari-Juni 20 13

137

Nurul Isnaeni

Union
and
Latin
Am erica.
Diputacion
de
Barcelona.
http:/ / www.obser-ocd.org/ tem p/ liberia-148.pdf.
Maeda, Toshizo, 20 0 9. Reducing W aste Through the Prom otion of
Com posting and Active Involvem ent of Various Stakeholders:
Replicating Surabay a’s Solid W aste Managem ent Model. Kitakyushu
Initiative Policy Brief# 1. Kitakyushu: IGES.
Pem kot Surabaya, Dinas Kebersihan dan Pertam anan (DKP), 20 10 .
Penurunan Volum e Sam pah di Surabay a. Dokum en tidak untuk
diterbitkan
Sister City International. http:/ / www.sister-cities.org. diakses tanggal
14 N ovem ber 20 11)
UN-Habitat, 20 10 . Solid W aste Managem ent in the W orld’s Cities:
W ater and Sanitation in the W orld’s Cities. London-Washington,
D.C.: UN-Habitat & Earthscan
U n d a n g-U n d a n g
Undang-Undang Republik Indonesia N om or 37 Tahun 1999 tentang
Hubungan Internasional. J akarta: Sekretariat Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia N om or 18 Tahun 20 0 8 tentang
Pengelolaan Sam pah. J akarta: Kem enterian Lingkungan Hidup
Undang-Undang Republik Indonesia N om or 24 Tahun 20 0 0 tentang
Pem buatan Perjanjian Internasional. J akarta: Sekretariat Negara
Undang-Undang Republik Indonesia Nom or 22 Tahun 1999 tentang
Otonom i Daerah. J akarta: Kem enterian Dalam Negeri
Artike l In te rn e t
Widiantono, Doni J . dan Ishm a Soepriadi, 20 0 9. “Menakar Kinerja
Kota-Kota di Indonesia” [online]. dalam Tata Ruang, On-Line
Bulletin, Edisi J anuari-Februari.
“Kerja sam a DIY Kyoto Belum Maksim al” [online] dalam
cetak.kom pas.com / read/ 20 10 / 10 / 22/ 160 73342/ diy-kyoto.belum .
m aksim al [diakses 26 Septem ber 20 12].
“Pem erintahan Tidak Maksim al” [online]. dalam http:/ / www.nasional.
kom pas.com / read/ 20 11/ 0 4/ 17/ 0 1423258 [diakses 5 Septem ber
20 12].
Situ s Re s m i
http:/ / www.surabaya.go.id.
http:/ / www.rrcap.unep.org
http:/ / www.naskah_ perjanjian.deplu.go.id
http:/ / www.un.org/ esa/ dsd/ agenda21/ res_ agenda21_ 21.shtm l.
http:/ / www.epa.gov/ clim atechange/ wycd/ waste/ generalinfo.htm l,
http:/ / www.setda.bantulkab.go.id.

138

Global & Strategis, Th. 7, No. 1