METODE PENELITIAN KUANTITATIF rancangan. doc

1

METODE PENELITIAN KUANTITATIF:
RANCANGAN, INSTRUMEN DAN VARIABEL
Oleh
Prof.DR Ir Soemarno,MS
Mei 2012

PENDAHULUAN

Data dan informasi ilmiah yang termaktub dalam khasanah pengetahuan dan
ilmu semata-mata merupakan hasil rekayasa manusia yang semula diawali
kekaguman manusia terhadap lingkungan di sekitarnya . Kekaguman ini menimbulkan
keinginan manusia untuk mengetahui dan selanjutnya bagaimana alam dapat dikuasai
manusia. Fenomena dan kejadian alam dapat dipelajari karena lazimnya hal-hal yang
terjadi secara alamiah akan berlangsung menurut hukum keteraturan dan konsistensi.
Lazimnya suatu "Ilmu" disusun berdasarkan pengalaman manusia dari hasil
pengamatan manusia terhadap alam, semula menghubungkan satu fenomena satu
dengan lainnya yang bilamana diketahui manusia disebut pengetahuan (knowledge).
Pengamatan adalah suatu tindakan manusia dalam usaha memahami suatu kejadian
(gejala), dan dari hasil pengamatannya manusia berusaha menarik kesimpulan umum

(generalisasi). Pada prinsipnya ada dua pokok kegiatan mental manusia yang
memungkinkan tersusunnya ilmu pengetahuan, yaitu (1) pengamatan, dan (2)
inferensia. Keduanya merupakan komponen dari metoda penelitian ilmiah (scientific
research).
Scientific research: kegiatan manusia yang membutuhkan kecer dikan
(astute), pengamatan atau persepsi obyektif dan dan daya evaluasi dan generalisasi
yang tajam. Tujuan dari penelitian ilmiah adalah untuk memperoleh pengertian
terhadap suatu fenomena atau proses dalam penyelidikan spesifik untuk dapat
memprediksikan dengan akurat mengenai apa yang terjadi dalam proses itu sendiri
atau memodifikasikan proses atau dalam mengembangkan proses baru seperti
metoda produksi (teknologi) yang lebih efisien. Dilihat dari segi metodologi, seluruh
ilmu pengetahuan didasarkan pada:
(1). Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus; dan pengumpulan
data yang sistematis.
(2). Analisis yang digunakan dalam bentuk berbagai cara, antara lain: (a). Analisis
langsung (direct analysis), (b). Analisis perbandingan (comparative analysis), (c).
Analisis matematis dengan meng gunakan model matematis.
(3). Penyusunan model-model atau teori, serta pemuatan peramalan-peramalan
dengan menggunakan model itu.
(4). Penelitian-penelitian untuk menguji ramalan-ramalan tersebut, hasilnya mungkin

benar atau mungkin salah.

2

Proses penelitian juga dapat diartikan sebagai usaha manusia yang dilakukan
secara sadar dan terencana dengan pentahapan proses secara sistematik untuk : (1)
memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan praktis di lapang, atau (2)
menambah khasanah ilmu penge tahuan, baik berupa penemuan teori-teori baru atau
penyempurnaan yang sudah ada.
Dengan demikian penelitian juga dapat digunakan sebagai tolok ukur
kemajuan suatu negara, karena melalui penelitian inilah ilmu pengetahuan dan
teknologi baru dapat dihasilkan.
Secara umum penelitian (research), dalam
pengertian umum dapat dibedakan antara survai (survey) atau studi kasus (case
study) di satu pihak dan penelitian (experiment) di pihak lain.
Untuk dapat
melaksanakan penelitian secara baik, diperlukan penguasaan yang memadai tentang
metode penelitian itu sendiri, baik yang menyangkut pengetahuan teoritikal,
ketrampilan dalam praktek dan juga pengalaman-pengalaman. Lebih dari itu, cara
pelaksanaan penelitian yang baik saja sering dirasa belum mencukupi bila kita tidak

berhasil menyebar luaskan dan meyakinkan akan kegunaan hasil penelitian tersebut
kepada masyarakat, melalui publikasi-publikasi dan pertemuan ilmiah.
Sementara orang seringkali mencampur-adukkan pengertian "metode
penelitian" dan "metodologi penelitian". Metodologi penelitian membahas konsep
teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, serta pemilihan metode yang
akan digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan "metode penelitian"
mengemukakan secara teknis tentang metode-metod yang dipakai dalam suatu
penelitian.
Seringkali metodologi penelitian diperkenalkan dalam maknanya yang teknis
belaka, misalnya langsung membahas tentang populasi, teknik sampling, merumuskan
masalah, mendisain dan merancang instrumen kuantifikasi data, dan sebagainya.
Selain itu, banyak peneliti telah tenggelam pada berbagai teknik sampling, teknik
instrumentasi, teknik analisis, tanpa menyadari bahwa dia telah menjadi penganut
filsafat ilmu tertentu. Pengguna metodologi seperti biasnaya akan cenderung menolak
cara-cara kerja lainnya sebagai spekulatif, subyektif, dan sebagainya. Sebaliknya para
penganbut filsafat ilmu yang berbeda memberi cap "bohong", "munafik" pada
lanbgkah-langkah kerja penelitian yang memulai tulisannya dengan "alasan pemilihan
judul", dan lainnya. Mereka ini lupa atau tidak tahu bahwa ada metodologi penelitian
berbeda yang menggunakan dasar filsafat ilmu yang lain, yang memang menuntut
langkah kerja seperti itu.

Berdasarkan uraian di atas maka seyogyanya seorang peneliti mengetahui dan
menyadari bahwa dia menggunakan landasan filsafat ilmu yang mana untuk
metodologi penelitian yang digunakannya; sehingga dia menyadari kelebihan dan
kelemahan metodologi yang digunakannya, dan sadar pula bahwa ada metodologi
epenelitian lain yang menggunakan landasan filsafat ilmu yang berbeda.
Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode
penelitian, ilmu tentang alat-alat untuk penelitian. Di lingkungan filsafat, logika dikenal
sebagai ilmu tentang alat untuk mencari kebenaran, dan kalau disusun secara
sistematis, metodologi penelitian merupakan bagian dari logika. Kita mengenal lima
macam model logika, yaitu (1) logika formal Aristoteles, (2) Logika matematika
deduktif, (3) Logika matematika induktif, (4) Logika matematik probabilistik, dan (5)
Logika reflektif.
Logika formal Aristoteles berupaya menyusun struktur hubungan antara
sejumlah
proposisi.
Untuk
membuat
generalisasi,
logika
Aristoteles

mengaksentuasikan pada prinsip-prinsip relasi formal antar proposisi. Proposisi
merupakan penegasan tentang relasi antar jenis , proposisi juga dapat dimaknakan
sebagai hubungan antar konsep.

3

Logika matematika deduktif membangun konstruksi pembuktian kebenaran
mendasarkan pada proposisi-proposisi kategorik seperti Logika tradisional Aristoteles.
Bedanya ialah kalau Logika Aristoteles mendasarkan pada kebenaran formalnya,
sedangkan Lohgika Matematik deduktif mendasrakan pada kebenaran materiil. Logika
Aristoteles menguji kebenaran formal dari proposisi khusus (yang disebut sebagai
premis minor) berdasar kebenaran proposisi universal (disebut sebagai premis
mayor). Kontradiksi antar keduanya berarti premis minor ditolak. Konstruksi
keseluruhan pembuktiannya menggunakan silogisme: bahwa kalau a termasuk dalam
b dan b dalam c, maka a termasuk dalam c. Logika matematik deduktif menguji
kebenaran materiil kasus berdasarkan dalil, hukum, teori, atau proposisi umum
universal lain. Logika Aristoteles menuntut dipenuhi syarat formal, logika matematika
deduktif melihat kebenaran materiil. Proposisi universal dikenal dengan nama-nama:
asumsi, aksioma, postulat, teori, dan tesis. Asumsi merupakan proposisi universal
yang "self evident" benar dan tidak memerlukan pembuktian. Aksioma merupakan

pernyataan tentang sejumlah sesuatu yang mempunyai hubungan tertentu dan benar;
kebenaran ini kalau perlu dapat dibuktikan. Setara dengan "aksioma", dalam ilmu-ilmu
sosial dikenal istilah "postulat". Tesis merupakan pernyataan yang telah diuji
kebenarannya lewat evidensi, mungkin berlandaskan empoiris, atau berdasarkan
argumentasi tergantung pada teori yang dianut. "Teori" merupakan suatu konstruksi
pernyataan yang integratif yang didalamnya terkandung asumsi, aksioma/postulat,
sejumlah tesis, dan sejumlah proposisi. Teori yang valid memuat lebih banyak tesis
daripada proposisi.
Logika matematik induktif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu logika
matematika induktif kategorik dan logika matematik probabilistik.
Keduanya
membangun generalisasi secara induktif berdasarkan empiri. Logika kategorik
menetapkan kebenaran dengan penetapan yang implisit dan eksplisit terhadap
ketegorisasi yang ditetapkan; sedangkan Logika probabilistik menamplkan proposisi
universal relatif yang memberi peluang atas kemungkinan benar dan salah dalam
proposisinya.
Untuk menguji dan memperoleh kebenaran logika reflektif bergerak mondarmandir antara induksi dan deduksi. Untuk hal-hal yang deterministik digunakan logika
reflektif kategorik, sedngkan untuk hal-hal yang indeterministik digunakan logika
reflektif probabilistik.


POPULASI DAN SAMPEL

Dalam suatu penelitian survei, sumber informasi diperlukan untuk menjawab
permasalahan penelitian. Sumber informasi ini dapat dibedakan menjadi sumber
informasi utama (primair) dan sumber informasi pendukung (sekunder). Sumber
informasi utama lazimnya juga dikenal sebagai "POPULASI". Dalam konteks ini
"populasi" diartikan sebagai himpunan semua hal yang ingin diketahui, dan biasanya
juga disebut sebagai "universum'. Populasi ini dapat berupa lembaga, individu,
kelompok, dokumen, atau konsep. Dalam penentuan populasi ada empat faktor yang
harus diperhatikan, yaitu (a) Isi, (b) satuan, (c) cakupan (skope), dan (d) waktu.
Suatu teladan adalah :
ISI

Semua murid yang berumur 14 tahun

4

SATUAN
CAKUPAN
WAKTU


Yang bersekolah di SLTP
Di Jawa Timur
Pada tahun 1995.

Populasi juga dapat diartikan sebagai jumlah keseluruhan unit analisis yang
ciri-cirinya akan diduga (akan dianalisis). Dalam konteks ini dapat dibedakan antara
POPULASI TARGET dan POPULASI SURVEI. Populasi target adalah populasi yang
telah kita tentukan sesuai dengan permasalahan penelitian, dan hasil penelitian dari
populasi ini akan disimpulkan. Populasi survei merupakan populasi yang terliput
dalam penelitian. Secara ideal kedua populasi ini sehatrusnya identik, tetapi pada
kenyataannya seringkali berbeda.
SAMPEL atau CONTOH adalah sebagian dari populasi yang diteliti/diobservasi
dan dianggap dapat menggambarkan keadaan atau ciri populasi. Dalam teknik
penarikan sampel dikenal dua jenis, yaitu penarikan sampel probabilita dan non
probabilita. Sampel probabilita adalah teknik poenarikan sampel dimana setiap
anggota populasi diberi/disediakan kesempatan yang sama untuk dapat dipilih
menjadi sampel.
1. Sampel Probabilita
Ada empat macam cara yang lazim:

(1). Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Sampel acak sederhana adalah sampel ayang diambil sedemikian rupa sehingga
anggota populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih
menjadi sampel.
(2). Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random Sampling)
Metode pengambilan sampel dimana anggota sampel dipilih secara sistematis
dari daftar populasi. Daftar populasi harus berada dalam keadaan acak atau
membaur.
(3). Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Apabila kita akan mengkaji hubungan antar variabel, atau kita melibatkan variabel
bebas dan variabel tidak bebas (terikat), maka diperlukan metode penarikan
sampel berlapis atau berstrata. Suatu kriteria yang jelas harus ditetapkan untuk
membatasi strata. Penarikan sampel dari setiap strata dapat dilakukan secara
pro porsional atau tidak proporsional. Keuntungan dari cara penarikan sampel ini
adalah (a) semua ciri populasi yang heterogen dapat terwakili, (b) dapat dikaji
hubungan antar strata, atau memban dingkannya.
(4). Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sampling)
Dalam praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi yang lengkap.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan "POPULASI MINI" yang sifat dan karakternya
sama dengan seluruh POPULASI. Populasi mini seperti ini disebut CLUSTER

atau GEROMBOL. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih sampel secara
acak. Kelemahan cara ini adalah sulit mengetahui bahwa setiap gerombol
menggambarkan sifat populasi secara tuntas.
2. Sampel Tidak Probabilita
(1). Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental Sampling)
Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat dengannya, atau
yang pertama kali dijumpainya dan seterusnya.
(2). Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling)

5

Peneliti telah menentukan responden menjadi sampel penelitiannya dengan
anggapan atau menurut pendapatnya sendiri.
(3). Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling)
Populasi dibagi menjadi ebberapa strata sesuai dengan fokus pene litian.
Penarikan sampel jatah dilakukan kalau peneliti tidak mengetahui jumlah yang
rinci dari setiap strata populasinya. Dalam kondisi ini peneliti menentukan jatah
untuk setiap strata yang kurang-lebih seimbang.
(4). Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling)
Bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran di atas rumput, dari

sedikit menjadi banyak dan besar. Pertama kali ditentukan satu atau beberapa
responden untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai titik awal penarikan
sampel. Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden
sebelumnya. Cara ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian pemasaran.

PREPOSISI PENELITIAN

1. Konsep dan Variabel
KONSEP adalah merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda
atau gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata. Konsep dapat dibentuk
dengan jalan abstraksi atau generalisasi. ABSTRAKSI adalah proses menarik intisari
dari ide-ide, hal-hal, benda-benda, atau gejala sosial. Sedangkan GENERALISASI
adalah menarik kesimpulan umum dari sejumlah ide- ide, hal-hal, benda-benda, atau
gejala sosial yang khusus. Ciri dari suatu konsep adalah bersifat umum. Contoh yang
mudah dipahami adalah konsep “tanaman”, “ternak”, "meja", "kursi", "masyarakat",
"organisasi", "asimilasi", "kebahagiaan" dan lainnya. Konsep ber-fungsi untuk
menyederhanakan pemikiran terhadap ide-ide, hal-hal, benda-ben-da, atau gejala
sosial. Dalam konteks ini konsep harus didefinisikan dengan jelas dan tegas.
Definisi merupakan pernyataan yang dapat mengartikan atau memberi makna
suatu istilah atau konsep tertentu. Tiga hal pokok dalam membuat definisi adalah (1)
apa yang mendefinisikan sebaiknya tidak mengandung istilah atau konsep yang
didefinisikan, atau mengandung istilah sinonim, atau istilah yang erat bergantung pada
apa yang didefinisikan; (2) definisi tidak dirumuskan dalam kalimat negatif, dan (3)
definisi sebaiknya dalam bahasa yang sederhana dan jelas serta terperinci agar
mudah dimengerti oleh orang lain dan komunikatif.
Dalam penelitian empiris, konsep yang abstrak harus dapat diubah
menjadi suatu konsep yang lebih konkrit agar dapat diamati dan diukur. Konsep
yang lebih konkrit ini lazim dikenal sebagai VARIABEL, yaitu suatu konsep yang
mempunyai variasi nilai. Misalnya konsep "BADAN" dan variabel "BERAT
BADAN".
2. Jenis Preposisi
Preposisi adalah suatu pernyataan yang terdiri dari satu atau lebih dari satu
konsep atau variabel. Preposisi yang hanya terdiri atas satu konsep atau variebal
disebut UNIVARIAT. Preposisi yang menyangkut hubungan antara dua konsep atau
variabel disebut BIVARIAT, dan lebih dari dua konsep atau variabel disebut
MULTIVARIAT. Beberapa jenis preposisi yang lazim digunakan adalah Aksioma,
Postulasi, Teori, Hipotesis, dan Generalisasi Empiris.

6

7

Jenis Preposisi
Generalisasi
Empiris
Hipotesis
Teori
Postulasi
Aksioma.

Bagaimana dibuat
Dibuat dari data

Dapat langsung diuji
atau tidak
ya

Dibuat secara deduksi atau dari data
Dibuat dari aksioma atau postulasi
Dianggap benar
Benar berdasarkan definisi

ya
ya
tidak
tidak

3. Teori dan Jenis Teori
Suatu teori berusaha untuk menjawab pertanyaan "mengapa" dan
"bagaimana". Teori adalah serangkaian konsep dalam bentuk preposisi-preposisi yang
saling berkaitan, bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu
gejala. Untuk melihat apakah suatu teori dirumus kan secara baik dapat dievaluasi
melalui hal-hal (a) dapat diuji, (b) satuan analisis, (c) kesederhanaan, (d) dapat
menjelaskan atau memprediksi suatu gejala.
4. Sekala Variabel
Ciri-ciri atau karakteristik dari nilai variabel pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat tingkatan skala, yaitu SEKALA NOMINAL, SEKALA ORDINAL,
SEKALA INTERVAL, dan SEKALA RASIO.
Sekala Nominal hanya sekedar membedakan satu kategori dengan kategori
lainnya dari suatu variabel. Dasar perbedaannya adalah penggo longan yang tidak
saling tumpang tindih antar kategori. Sekala ordinal mempunyai sifat membedakan
dan
mencerminkan adanaya tingkatan. Misalnya jenjang kepangkatan meliter
"Mayor", "Kapten", "Letnan". Sekala interval mempunyai sifat membedakan,
mempunyai tingkatan dan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dengan
kategori lainnya.
Misalnya variabel "umur". Sekala rasio mempunyai sifat
membedakan, mempunyai tingkatan dan jarak, dan setiap nilai variabel diukur dari
suatu keadaan atau titik yang sama (titik nol mutlak). Misalnya variabel "berat badan",
keadaan tanpa bobot dapat dipakai sebagai titik nol mutlaknya.
Sifat Sekala
Membedakan ( =; #)
Urutan ()
Jarak (+; -)
Nol mutlak (x; :)

Nominal
ya
-

Ordinal
ya
ya
-

Interval
ya
ya
ya
-

Rasio
ya
ya
ya
ya

Dalam penelitian, selain "sekala" kita lazim mengenal istilah "indeks", yaitu
ukuran gabungan untuk suatu variabel. Dari beberapa variabel kita menggabungkannya dengan cara etertentu untuk megukur suatu variabel atau konsep baru.
Dalam proses penggabungan ini dapat digunakan pembobot yang sama atau berbeda
untuk setiap variabel yang digabungkan. Dalam penggabungan ini dapat digunakan
cara (1) Summated Rating, (2) Sekala Likert, dan (3) Sekala Guttman.

8

Summated Rating: yaitu suatu cara pengelompokkan variabel dengan sekedar
menjumlahkan skor dari nilai sejumlah variabel yang akan dikelompokkan. Sekala
Guttman
atau
Sekalogram:
sekala
yang
bersifat
unidimensional
dan
pernyataan/pertanyaan/variabel yang tercakup dalam sekala ini mempunyai bobot
yang berbeda. Sekala Likert: suatu ukuran gabungan yang berusaha untuk mengu rangi akibat dari ukuran yang multidimensional, dengan tujuan untuk memperoleh
ukuran yang unidimensional.
5. Pengukuran Variabel
Indikator adalah hal-hal yang digunakan sebagai kriteria untuk menunjukkan
dan mengukur suatu konsep. Misalnya konsep "status sosial ekonomi" mempunyai
indikatro-indikator "pendidikan", "peker-jaan", dan "penghasilan". Operasionalisasi
konsep: upaya untuk men-jabarkan pengertian suatu konsep yang abstrak dengan
menu-runkannya pada tingkatan yang lebih konkrit, dengan bantuan beberapa
variabel sebagai indikator yang dapat menunjukkan dan mengukur konsep tersebut.

Dunia konsep
(abstrak)

Operasionalisasi

-------------------- X -------------------------

X1

Dunia nyata/
empiris
konkrit
X1.1 X1.2

X2

X2.1 X2.2

X3

X3.1

X3.2

Keterangan:
X = Status sosial ekonomi
X1 = Pendidikan; X2 = pekerjaan; X3 = penghasilan
X1.1 = jenjang pendidikan terakhir
X1.2 = lama waktu pendidikan
X2.1 = jenis pekerjaan utama; X2.2 = jenis pek. sampingan
X3.1 = jumlah penghasilan utama;
X3.2 = jumlah penghasilan sampingan
X1,X2, dan X3 adalah indikator untuk X
X1.1 dan X1.2 adalah indikator untuk X1.
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang suatu variabel yang diukur,
sangat membantu dalam komunikasi antara peneliti. Misalnya, "Penduduk yang
tergolong miskin adalah mereka yang mempunyai tingkat pengeluaran senilai
kurang dari 320 kg beras per kapita per tahun untuk penduduk pedesaan dan
480 kg untuk perkotaan."

9

6. Hubungan antar variabel
Hubungan antara variabel berdasarkan sifat hubungannya dapat dibedakan
menjadi hubungan simetris dan hubungan asimetris; berdasar kan jumlah variabel
yang terlibat menjadi bivariat dan multivariat; berdasar kan bentuk hubungannya
menjadi linear dan tidak linear; berdasarkan kondisi hubungannya menjadi hubungan
yang perlu, hubungan yang cukup dan hubungan yang perlu dan cukup.
Kaitan antara teori dengan hipotesis dan konsep dengan variabel dapat
diabstraksikan sbb:
.
Tingkatan
teori

Tingkatan
empiris

sbb:

Teori
KONSEP KONSEP

Hipotesis
VARIABEL VARIABEL

Dalam hubungan antar variabel seringkali ditemukan adanya variabel antara

10

Variabel bebas

Variabel antara

Var tidk bebas

X --------------------------> Z ---------------------------------> Y

Variabel bebas
X1

Variabel antara

Var tdk bebas

Z ----------------------------------------- > Y
Variabel bebas
X2

Variabel kontrol: variabel yang berperan mengontrol hubungan antara dua
variabel, yaitu hubungan semu atau sejati. Hubungan semu adalah hubungan antara
dua variabel yang hanya ada dalam data, tetapi secara logika sebenarnya tidak ada
hubungan. Hubungan ini ada karena terdapat variabel ke tiga yang berhubungan
secara positif dengan kedua variabel.
Ada-tidaknya
kebun binatang
hubungan
positif

X

Y

Tingkat
kejahatan

hubungan
positif
Z
Besar-kecilnya kota

7. Validitas (Keabsahan) dan Reliabilitas (keterandalan)
Dalam usaha untuk memperoleh kejelasan tentang konsep atau hubungan
antar konsep yang sedang diteliti, langkah penting yang harus dilakukan adalah
mengadakan pengukuran. Dalam konteks pengukuran inilah muncul masalah
keabsahan dan keterandalan.
"Apakah anda betul mengukur apa yang hendak anda ukur?" Suatu penelitian
disebut valid (absah) apabila peneliti memang menukur konsep yang digunakan
dalam penelitiannya sesuai dengan apa yang hendak diukur dan konsep itu diukur
secara tepat. Dengan kata lain keabsahan menyatakan tingkat kesesuaian antara
konsep dan hasil pengukuran atau antara konsep dengan kenyataan empiris.
Keterandalan mencerminkan kecepatan dan kemantapan alat ukur dalam
mengukur suatu konsep, sehingga yang dipermasalahkan adalah kesesuaian antara
hasil-hasil pengukuran di tingkatan kenyataan empiris.

11

RANCANGAN PENELITIAN:
RUMUSAN PERMASALAHAN, TUJUAN DAN KEGUNAAN, KERANGKA
TEORI DAN KONSEPSI, HIPOTESIS

1. Pendahuluan
Jika peneliti ingin usulan yang ditulis dapat bersaing maka ikutilah petunjuk
format penulisan proposal yang diberlakukan. Mengapa harus diikuti ? Karena usul
penelitian itu akan dievaluasi, yang pertama dinilai apakah format telah sesuai; jika
tidak sesuai maka usul penelitian akan gagal memasuki babak penilaian akademis
berikutnya yang menilai mengenai isi usul penelitian.
Beberapa hal penting dalam penyusunan usul penelitian ialah (1) Rumusan
permasalahan, (2) tujuan dan kegunaan, (3) kerangka teori dan konseptual dan (4)
Hipotesis. Outline usul penelitian secara umum adalah sbb: judul, latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, kerangka teori dan konseptual, hipotesa,
metodologi: teknik pengambilan contoh, instrumen penelitian (untuk survey) rancangan percobaan (untuk experimen), metoda analisis - kalau ada model statistik.
Urutan itu tidak baku, tetapi komponen-komponen itu harus ada. Para calon peneliti
dan peneliti hendaknya menyadari bahwa penyusunan rancangan penelitian bukan
hanya berguna bagi diri peneliti sendiri. Akan tetapi, juga bermanfaat bagi orang lain
baik untuk memperoleh masukan, atau meyakinkan pihak pemberi dana. Rancangan
penelitian yang diusulkan pada pihak lain, disebut usulan penelitian (research
proposal).
Sampai sejauh manakah kelengkapan penulisan rancangan penelitian ? A
good research proposal is a final report minus data. Dalam keinginan yang ideal
ini, berarti segala kegiatan dari tahapan penelitian harus ada dikemukakan dalam
rancangan penelitian. Dari rancangan penelitian, pembaca dapat memprakirakan hasil
dan kualitas penelitian yang akan dihasilkan. Hal ini tidak berarti rancangan penelitian
tidak dapat dirubah, penyesuaian atau revisi rancangan dalam pelaksanaan penelitian
selalu dapat dilakukan, demi tercapainya tujuan penelitian.
Adalah tidak dapat dibenarkan apabila seorang peneliti beranggapan, model
atau konsep analisis data itu tidak perlu dicantumkan dalam usul (proposal)
penelitian . Analisis data itu adalah urusan belakang, nanti pasti akan dilakukan jika
data telah terkumpul. Bilamana hal ini dilakukan oleh peneliti, seringkali penyelesaian
laporan penelitian terlambat, karena (i) peneliti masih mereka-reka bagaimana
menganalisa data, (ii) karena tidak mantap dalam konsep analisis, maka kurang rinci
pula data yang dikumpulkan. Seringkali tujuan akan tidak tercapai karena setelah
sampai pada analisis - ternyata data yang dikumpulkan tidak memadai.
2. Hakekat Penelitian
IPTEK, ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi adalah hasil dari kegiatan
penelitian. Dengan demikian, penelitian itu pada hakekatnya adalah untuk
menghasilkan sains dan teknologi. Kejadian alam dapat kita pelajari karena kejadian
itu beraturan. Dari hasil mengamati kejadian alamiah ini timbullah apa yang disebut
pengetahuan. Jadi pengetahuan lahir sebagai hasil pengalaman manusia.

12

Ilmu pengetahuan (scientific knowledge) yang sering disebut sains (science)
terdiri dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah. Pengetahuan manusia yang telah
tersusun dalam suatu kumpulan pengetahuan yang sistimatis disebut ilmu atau
science. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang sesuatu obyek atau fenomena tertentu. Tidak semua pengetahuan disebut
pengetahuan ilmiah. Sesuatu pengetahuan dapat disebut ilmiah jika telah dapat
diterangkan terjadinya fenomena itu. Bilamana sesuatu kejadian belum diketahui
penyebabnya, bukan berarti fenomena itu terjadi tanpa sebab, melainkan manusia
belum mengetahui. Ketidaktahuan itu selalu menjadi tantangan bagi peneliti. Oleh
karena itu, seni, agama, misalnya tidak tergolong pengetahuan ilmiah, karena kepercayaan, seni itu tidak dapat diterangkan dengan logika teori dan fakta.
Bagi kita di Indonesia yang masih belum banyak mampu berperan dalam
menghasilkan sains dan teknologi, masih dijumpai banyak hambatan dalam mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan.
Beberapa kelemahan yang ada pada staf
akademik, antara lain kemampuan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan kedua tidak cukup waktu untuk mencurahkan waktunya dalam mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan.
Syarat peneliti yang baik, yaitu memiliki bekal teori cukup yang berkaitan
dengan problematik penelitian ialah : (1) Kesungguhan dan kejujuran, dan
berbudaya akademik; dan (2)
Pengalaman melaksanakan penelitian. Dengan
demikian, belajar meneliti tidak mungkin hanya dengan membaca buku teori metoda
penelitian, atau "pertemuan di dalam kelas", belajar meneliti akan jauh lebih efektif
jika melaksanakan "praktek meneliti".
Para peneliti seringkali dalam menyusun rancangan atau melakukan penelitian
tidak membaca hasil penelitian orang lain. Hal ini menyebabkan, penelitian yang ia
laksanakan seolah-olah tidak pernah dilaksanakan orang lain. Bagaimana mungkin
seorang peneliti akan mampu memberikan sumbangan pada tumpungan IPTEK,
kalau dia tidak mengetahui sampai dimana sebenarnya IPTEK frontier ? Mereka
harus belajar dari kegagalan atau keberhasilan dari peneliti lain dalam usaha
memberikan sumbangan pada IPTEK.
2.1. Pengertian Ilmiah dan Metoda Ilmiah (Saintifik)
Sesuatu yang ilmiah harus memenuhi dua syarat, yaitu: (1) fenomena itu
dapat dijelaskan secara logis, dapat diterima oleh akal berda sarkan teori yang telah
ada, dan (2) dapat dibuktikan secara empiris (data). Benda yang dilepaskan dari
ketinggian tertentu diatas bumi akan jatuh ke bumi. Ini merupakan fakta empiris.
Fenomena ini masih belum cukup disebut pengetahuan ilmiah bilamana belum dapat
diterangkan alasan mengapa benda itu jatuh ke bumi itu.
Setelah manusia
mengetahui adanya gaya gravitasi bumi, maka pengetahuan jatuhnya benda ke bumi
itu disebut pengetahuan ilmiah. Berkembangkan hukum benda jatuh. Berdasarkan
pengetahuan ilmiah tersebut, kemudian manusia mampu memprakirakan kecepatan
benda jatuh pada ketinggian, besarnya benda, dsb-nya.
Teknologi merupakan hasil dari penelitian yang biasa disebut percobaan.
Teknologi merupakan perpanjangan dari ilmu pengetahuan. Yakni penerapan ilmu
pengetahuan dalam bentuk alat produksi dan konsumsi, barang konsumsi yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pupuk, TV, bibit unggul, challenger
dll- nya adalah teknologi yang merupakan produk dari penelitian.
2.2. Metoda Ilmiah (Saintifik)
Pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dengan melalui prosedur tertentu,
yang disebut "Metoda ilmiah". Metoda ilmiah adalah searah dengan alur berfikir
ilmiah yang terdiri dari urutan berfikir dari perumusan masalah, hipotesis, pengujian
hipotesis dengan cara analisis data, dan kemudian pengambilan kesimpulan.

13

Penelitian adalah kegiatan manusia yang sistematis untuk mencari kebenaran
objektif, ditujukan untuk memberikan sumbangan pada khasanah Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, atau mencari jawaban terhadap permasalahan praktis.
Dilihat dari segi metodologi, perkembangan semua ilmu pengeta huan
didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus.
2. Pengumpulan data yang terus menerus dilakukan secara sistematis;
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: (a). analisa
langsung (direct analysis), (b). analisa perbandingan (com parative analysis); (c).
analisa matematis dengan menggunakan model-model matematis.
4. Penyusunan model dan teori, serta penyusunan ramalan sehubungan dengan
model itu,
5. Hasil percobaan mungkin berhasil atau tidak berhasil sesuai dengan teori. Jika
terbukti tidak berhasil, terbuka kemungkinan untuk memperbaiki. Tetapi peneliti
akan mampu memperbaiki bilamana mengetahui apa yang salah. Dengan
demikian dalam perkembangan ilmu pengetahuan terjadi built-in self corrective
system, yang memungkinkan disingkirkannya kesalahan demi kesalahan secara
bertahap untuk menuju kearah kebenaran.
3. Penggolongan Penelitian
Penelitian di perguruan tinggi digolongkan menurut tujuannya yaitu:
a. Penelitian latihan yang ditujukan untuk meningkatkan kemam puan meneliti,
b. Penelitian pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi (PIT), penelitian ini
ditujukan untuk memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan dan
menghasilkan teknologi,
c. Penelitian kelembagaan yang ditujukan untuk pengembangan pendidikan tinggi
sebagai suatu lembaga,
d. Penelitian untuk memberikan sumbangan pada pembangunan regional.
Penelitian latihan diperlukan untuk menghasilkan tenaga peneliti yang
bermutu. Penelitian ini ditujukan dalam rangka upaya menguasai ilmu pengetahuan
atau mengusai metoda penelitian. Penelitian golongan ke dua itu adalah untuk
memenuhi fungsi perguruan tinggi/lembaga penelitian sebagai produsen IPTEK.
Penelitian yang kedua ini dapat berbentuk penelitian dasar (basic research) yaitu
penelitian yang ditujukan untuk memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan
tanpa memperhatikan applikasinya, dan penelitian terapan (applied research) adalah
penelitian yang ditujukan untuk memenuhi tujuan applikasi tertentu. Batas antara
penelitian terapan dan dasar dapat bersifat tipis sekali, karena hasil penelitian dasar
juga dapat secara tidak langsung bermanfaat untuk memberikan pemecahan masalah
yang sifatnya terapan. Dalam situasi ini penelitian dasar memiliki aspek terapan.
Ada pelbagai macam penelitian dalam kenyataan yang dapat dilakukan,
a. Penelitian Diskriptif:
Penelitian golongan ini derajatnya dipandang lebih rendah diban dingkan dengan
golongan penelitian lainnya. Misalnya penelitian mengenai prevalensi penyakit
tertentu di daerah A, pendapatan dari petani di daerah A. Banyak contoh yang
lain, misalnya, judul penelitian adalah: Jumlah bakteri awal di dalam air susu sapi
perah di kabupaten A. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah bakteri awal
yang terdapat di dalam air susu sapi perah pada perusahaan susu maupun
peternakan sapi perah milik rakyat di wilayah kabupaten A. Kesimpulan penelitian,
(a) jumlah bakteri awal di dalam air susu perah di kab. A lebih banyak dipengaruhi

14

oleh faktor penanganan, dan (b) jumlah bakteri awal air susu sapi perah di kab. A
termasuk dalam kategori susu yang diperoleh dengan banyak komtaminasi.
Contoh lain ialah penelitian prevalensi penyakit tanaman tertentu di suatu
daerah atau monitoring populasi hama tanaman di suatu daerah. Penelitian
semacam ini tidak lain hanya bersifat inventarisasi.
Kualifikasi penelitian
semacam ini mutunya kurang dibandingkan dengan penelitian yang analitis. Data
yang dihasilkan inventarisasi ini memang tidak diragukan pentingnya bagi
pengambil kebijakan, atau dalam penelitian selanjutnya. Hal penting yang
dipermasalahkan bukan pentingnya data yang dikumpulkan, tetapi kualifikasi
ditinjau dari proses penelitian kurang memadai. Penelitian itu hanya mampu
menjawab "what" belum sampai pada "how" dan "why".
b. Penelitian Analitis
Dapat dibedakan dua macam yaitu diskriptif analitis dan analitis kuantitatif.
Perbedaan antara dua macam penelitian ini terletak pada analisa yang dipakai,
yang pertama menggunakan analisis tabuler, sedangkan yang kedua
menggunakan metoda kuantitatif persamaan /model-model matematis.
Keunggulan penelitian analisis kuantitatif, dapat digunakan untuk memprediksikan.
4. Rumusan Masalah Penelitian
Dalam pengalaman melaksanakan kursus penelitian, saya seringkali ditanya
mengenai isi yang harus dicantumkan dalam "heading" latar belakang dan masalah
penelitian. Yang seharusnya dicantumkan dalam latar belakang adalah memberikan
alasan mengapa peneliti memilih topik tertentu.
Setiap peneliti, mahasiswa ataupun dosen yang sedang mencari obyek
penelitian, seringkali mengalami kesulitan untuk merumuskan masalah penelitian. Titik
tolak munculnya idea penelitian harus dimulai dengan masalah. Selanjutnya penelitian
akan diarahkan untuk mencari jawaban terhadap masalah yang dikemukakan. Para
mahasiswa bilamana ditanya, apa masalah penelitian mereka, pada umumnya
mereka menyebutkan topik (judul) penelitian. Topik memang berkaitan dengan
masalah penelitian, tetapi masalah penelitian harus dimunculkan terlebih dahulu,
bukan judul penelitian ditentukan terlebih dahulu kemudian merumuskan problematik
penelitian. Menyatakan masalah penelitian, dalam kenyataannya memang tidak selalu
mudah. Para mahasiswa seharusnya dilatih untuk menyatakan permasalahan
penelitiannya dengan singkat. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan jelas,
akurat.
Rumusan masalah penelitian berguna untuk beberapa kepen tingan, yaitu (a)
justifikasi atau alasan mengapa penelitian dilakukan bisa dilihat dari pentingnya
permasalahan. Problematik penelitian hendaknya juga mencakup "What" "whom",
"where", and "when", (b) mampu mengarahkan penelitian.
4.1. Peranan Teori dalam Perumusan Masalah
Rumusan masalah itu lebih rinci diberikan dalam Kerangka Teori dan
Konsepsi, pada bagian ini dicoba diungkapkan masalah, simplifikasi, dirumuskan
dalam variabel-variabel yang dapat diamati. Jika penelitian berupa percobaan,
dikemukakan teori-teori yang akan mendukung metodologi pelaksanaan percobaan.
4.2. Bagaimana mengungkapkan permasalahan ?
Kata "masalah" memang mempunyai arti yang berbeda-beda, dapat berarti
bidang cakup - atau mengenai. Seorang dokter yang didatangi pasien, selalu diha-

15

dapkan pada masalah untuk mengetahui mengapa orang itu sakit. Masalah penelitian
dapat berupa pertanyaan yang muncul karena ketidak tahuan atau kesenjangan.
Rumusan pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih mudah dijawab daripada
pertanyaan umum. Ada beberapa cara untuk mengetahui apakah rumusan masalah
telah dapat terungkap dengan baik. Difinisi permasalahan yang dimaksud dalam
penelitian mempunyai arti yang spesifik.
4.3. Sumber Memperoleh Masalah Penelitian.
Masalah penelitian dapat diperoleh dari beberapa sumber. Yang pertama,
berasal dari teori yang sudah ada. Jika teori akan diangkat oleh peneliti, berarti ia
akan menguji kebenaran teori itu dalam lingkungan yang sama atau dalam lingkungan
yang berbeda, di mana sesuatu teori telah diterima. Dalam keadaan seperti itu, teori
dalam penelitian tertentu berubah menjadi hipotesa, dan penelitian itu bertujuan untuk
menguji hipotesa. Sumber yang kedua: berasal pengamatan di lapangan. Dalam
situasi seperti itu, peneliti terpanggil untuk menjawab permasalahan praktis.
Penelitian dapat ditujukan untuk mengisi kekosongan penge tahuan mengapa
terjadi perbedaan antara "what is" (apa yang terjadi) dan "what should be" (apa yang
seharusnya terjadi).
Seorang peneliti dapat membuat percobaan untuk mengha silkan teknologi
baru, misalnya beberapa penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Teknik Unibraw,
berupaya mengembangkan "konstruksi ulir", menampung kebisingan yang terjadi di
pabrik untuk menjadi enersi, sehingga mampu menghemat enersi. Sebagai peneliti
tentunya ingin berhasil menghasilkan teknologi seperti yang ia inginkan. Percobaan
dilakukan. Penelitian itu tidak selalu berhasil mencapai tujuan, sukses menghasilkan
teknologi. Penelitian untuk menghasilkan teknologi baru itu, bukan berhasil atau
tidaknya yang menjadi ukuran. Pada tahapan tertentu, jika ia gagal, mampu
menjelaskan kegagalannya, bila ia sukses ia juga mempu menjelaskan kesuksesan
yang diraih.
Seorang Peneliti berupaya melakukan penelitian percobaan bawang putih di
dataran rendah. Rumusan masalah yang dikemukakan: "Produksi bawang putih di
dalam negeri tidak cukup memenuhi kebutuhan, sehingga harus impor. Lahan
dataran tinggi yang dapat ditanami bawang putih dengan produktif terbatas,
untuk meningkatkan produksi dipandang perlu untuk mencoba menanam
bawang putih di lokasi yang lebih rendah. Pertanyaan penelitian, apakah
tanaman bawang putih dapat ditanam dengan menguntungkan di dataran
rendah ? "
Dalam diri peneliti paling tidak ada pengetahuan mengenai teori agronomi
yang menyebabkan ia tertarik mencoba atau mencari peluang untuk menumbuhkan
bawang putih di dataran rendah. Mungkin pada penelitian pendahuluan, peneliti
masih mencoba-coba menanam di dataran rendah. Ada dua kemungkinan hasil yang
akan diperoleh, bawang putih di dataran rendah memberikan keuntungan atau tidak
menguntungkan bagi yang mengusahakan. Bilamana penelitian berhenti sampai disini, saya menganggap kualifikasi penelitian kurang berbobot. Kualifikasi penelitian
akan menjadi lebih tinggi bilamana peneliti mampu menjelaskan mengapa bawang
putih itu berhasil atau tidak berhasil ditanam di dataran rendah dengan menggunakan
teori pelbagai ilmu agronomi, tanah, atau lainnya.
Jika peneliti tidak mampu menjelaskan kegagalan atau kesuksesan
penelitiannya, tidak ada bedanya dengan petani yang hanya coba- coba menanam
tanaman yang tidak biasa ditanam. Jika ia gagal maka selesailah percobaan yang
dilakukan, karena ia tidak mampu menggunakan teori untuk memperbaiki
percobaannya lebih lanjut. Demikian pula seseorang insinyur teknik yang gagal atau
sukses melakukan percobaan tertentu, tetapi ia tidak mampu menjelaskan kesuske-

16

sannya atau kegagalannya, berarti penelitian semacam ini belum memenuhi
penelitian ilmiah (scientific research).
Seringkali masalah penelitian tidak spesifik dirumuskan, hal ini menyebabkan
penelitian tidak atau kurang terarah dalam upaya menjawab masalah. Contoh
rumusan masalah yang tidak spesifik ialah "Indonesia pada saat ini kekurangan
produksi kedele, produktifitas kedele per hektar masih rendah, sebagian kedele
masih diimpor".
Rumusan masalah yang tidak spesifik itu akan memberikan arah penelitian
yang berbeda-beda. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan rumusan yang dapat
diformulasikan. Rumusan lebih lanjut yang lebih spesifik dapat diberikan untuk setiap
bidang disiplin ilmu, agronomi, sosial-ekonomi, proteksi tanaman, teknologi.
Teladan rumusan yang lebih spesifik ialah: Hasil penelitian padi unggul telah
disebarkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan, walaupun petani telah
menggunakan bibit unggul produktifitas kedele masih jauh lebih rendah
daripada produktifitas yang yang dicapai oleh hasil Balai Percobaan" . Kedelai
sebagai salah satu macam komoditi yang diusahakan petani, pasti mempunyai kaitan
dengan tanaman lainnya. Oleh karena itu masalah rendahnya produksi kedele, bukan
hanya berada dalam sistem tanaman kedele itu sendiri, melainkan pada sistem dari
tanaman secara keseluruhan.
Seseorang peneliti yang berupaya meningkatkan produksi jagung di Madura,
tidak cukup berupaya memperkenalkan cara bercocok tanam varietas jagung unggul.
karena umur jagung yang dikehendaki adalah umur pendek, walaupun ia tahu praktek
kultur-teknis, hambatannya pada pola tanam secara kseluruhan.
Rumusan yang terlalu spesifik, tanpa dimulai menganalisis sistem komoditi
kedele akan mengakibatkan hasil penelitian dapat tidak ada gunanya untuk keperluan
praktek. Misalnya,
a. Peneliti dengan disiplin agronomi, tanpa memberikan justifikasi terlebih dahulu,
langsung sampai pada rumusan permasalahan penelitian yang spesifik, yang
dicerminkan dalam judul penelitian: Pengujian jarak tanam untuk meningkatkan
produksi kedele. Tujuan penelitian semacam ini adalah sangat jelas, yaitu untuk
mengetahui jarak tanam optimal, yang barangkali dikaitkan dengan kondisi
lingkungan tertentu.
b. Peneliti ekonomi pertanian ingin mengetahui penggunaan atau faktor produksi
sumberdaya, yang diprakirakan merupakan salah satu sebab dari rendahnya
produksi. Tujuan penelitian juga jelas, adalah untuk mengetahui alokasi
penggunaan pupuk, tenaga kerja yang optimal. Pada akhir penelitiannya, peneliti
menyimpulkan bahwa alokasi penggunaan faktor produksi belum optimal;
disarankan supaya petani dapat menambah penggunaan faktor produksi.
Penelitian (b) itu belum mampu menjawab permasalahan praktis dengan tuntas,
karena banyak faktor yang menyebabkan tidak optimalnya penggunaan
sumberdaya.
4.4. Masalah Praktis Perlu dirumuskan Lebih sederhana
Prosedur Menganalisis Masalah:
1. Menemukenali penampilan masalah.
Temukenali sosok masalah (performance problem), yaitu perbedaan antara "what
should be done" dan "what is actually being done".
2. Mendiskripsikan Sosok Masalah.
a. Where: Dimana masalah itu terjadi ? Apakah masalah itu terjadi di mana
sesuatu pekerjaan itu dilaksanakan atau hanya pada lokasi tertentu ?

17

b. WHO: Apakah masalah itu terjadi pada semua individu atau hanya sebagian
individu ?
c. WHOM: Adanya masalah itu berakibat pada siapa ?
d. WHEN: Kapan masalah itu terjadi dan seberapa sering terjadi ? Kapan masalah
itu mulai terjadi ?
Data pendahuluan memang diperlukan dalam men-diskripsikan masalah.
Masalah dapat dilihat dari magnitude dan distribusi kejadian. Misalnya dalam dunia
kedokteran menghadapi masalah dalam pelaksanaan Keluarga Berencana, akibat
sterilisasi. Informasi yang diperlukan dalam merumuskan masalah adalah sbb:
a. Siapa yang meninggal: apakah yang meninggal hanya terjadi pada wanita, atau
laki-laki juga banyak meninggal karena vasectomi ?
b. Dimana kematian itu terjadi ? Apakah terjadi di semua kabupaten atau provinsi ?
c. Kapan kematian itu terjadi, apakah bersifat musiman, atau jika dikaitkan dengan
pelaksanaan operasi pada saat apa kematian itu terjadi.
d. Bagaimana pasien itu meninggal; apa yang menyebabkan kematian - apakah
dapat dihindari.
Jika beberapa informasi itu tidak tersedia, tidak berarti peneliti harus mulai
penelitiannya dari awal. Gunakanlah teori-teori yang sudah ada untuk digunakan
dalam menentukan variabel-variabel yang perlu diteliti. Jika informasi point (b) tidak
tersedia, bukan berarti peneliti harus mulai dengan inventarisasi jumlah kematian
yang terjadi.
Upayakan mengenali kemungkinan sebab-sebab dari sosok masalah.
Inventarisasi jawaban ini merupakan sumber hipotesa. Untuk itu peneliti harus
menggunakan teori-teori yang relevan yang dapat membe rikan arah untuk
menemukan variabel sebab-sebab terjadinya masalah.
Paling tidak ada tiga kemungkinan terjadinya masalah ketidak lancaran tugas,
yaitu (a) kesenjangan pengetahuan dan keakhlian, (b) kesenjangan motivasi, (c)
hambatan. Tugas dari seorang peneliti adalah memperoleh bukti-bukti empiris
sehingga dapat meng identifikasi sebab- sebab terjadinya masalah.
Apakah
pelaksana tahu cara melaksanakan tugas dengan baik ? Dengan kata lain apakah ia
tahu cara melaksanakan pekerjaan ? Jika ia mampu maka sebab-sebab terjadinya
masalah bukanlah disebabkan "skill and knowledge", harus dicari sebab- sebab
lainnya.
Jika masalah itu timbul karena adanya kesenjangan "skill and knowledge",
pertanyaan berikut revelan untuk memperoleh informasi untuk memecahkan masalah:
Apakah tugas dapat disederhanakan ?
Apakah pelaksana pernah mahir melaksanakan tugas dengan baik, ternyata ia
sekarang tidak mampu melaksanakannya ? Bilamana demikian apakah perlu praktek
lebih sering karena keakhlian dapat hilang jika jarang dipraktekkan. Pertanyaan
berikutnya mengapa terjadi penurunan kemampuan ?
Langkah-langkah penyelesaian merupakan hipotesis, yang juga dapat diuji
dengan melakukan ekperimen dalam upaya menyelesaikan permasalahan. Dengan
menggunakan kerangka pemikiran ini, proble matik penelitian secermat mungkin
dengan menggunakan kerangka permikiran yang relevant.
5. Tujuan dan Kegunaan.
5.1. Tujuan Penelitian
Umumnya pernyataan tujuan penelitian dimulai dengan kalimat sebagai
berikut:
(1) untuk menentukan . . . . . . . dst.nya,

18

(2) untuk memperoleh . . . . . . dst.nya, Dalam tujuan penelitian itu,
dimaksudkan untuk menyatakan secara spesifik apa yang akan dilakukan dalam
penelitian, dan dengan demikian dari pernyataan itu akan jelas nampak apa yang
akan dihasilkan oleh penelitian. Jika tujuan itu telah dirumuskan dengan baik, akan
sangat mudah bagi pembaca - bukan saja untuk mengetahui apa yang akan dicapai
oleh peneliti, tetapi pembaca laporan penelitian akan segera dapat dengan mudah
mengetahui apakah peneliti dengan laporan penelitiannya itu telah mencapai tujuan.
5.2. Kegunaan atau Manfaat:
Menyatakan manfaat apa yang diperoleh jika tujuan penelitin itu telah
tercapai ? Apakah akan memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan ataukah
berguna untuk menjawab persoalan dalam dunia praktek ? Jika peneliti mengatakan
penelitian yang dikerjakan itu akan memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan,
perlu dispesifikasi sumbangan itu dalam hal pengetahuan apa. Adalah tidak logis jika
ia akan menyumbangkan pada khasanah ilmu pengetahuan, sedangkan ia sendiri
tidak mengetahui penge tahuan frontier.
Perlu diingat kembali bahwa penelitian yang dilaksanakan oleh seseorang
peneliti biasanya merupakan salah satu bagian dari permasalahan dunia nyata.
Masalah itu merupakan bagian atau komponen dari masalah-masalah lainnya. Fungsi
merumuskan permasalahan adalah upaya mengkaitkan dunia nyata yang sangat
komplek itu dengan permasalahan yang diteliti. Dunia nyata sangat komplek, kaitan
antara masalah penelitian dengan dunia nyata telah dirumuskan dalam permasalahan
penelitian.
Jika masalah diangkat dari dunia praktek untuk menjawab perma salahan di
lapangan, terjadi proses penyederhanaan dari permasalahan praktis menjadi
permasalahan penelitian(researchable question). Oleh karena itu, pada akhir
penelitian seringkali dicantumkan Implikasi penelitian terhadap kebijaksanaan. Pada
bab inilah peneliti mencoba untuk mengem balikan kesimpulan hasil penelitian
dengan kebijaksanaan yang diper lukan. Antara kesimpulan hasil penelitian dan
implikasi bagi kebijakan, mungkin masih ada lompatan-lompatan, dalam hal mana
peranan peneliti berupaya menyambung antara keduanya.
Contoh: Petunjuk menulis tujuan penelitian dari penelitian untuk memecahkan
permasalahan praktis:
a. Seperti diatas: rumuskan permasalahan penelitian.
b. Tuliskan secara ringkas "what - sosoh masalah dan diskripsikan alternatif
tindakan atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk menye lesaikan masalah.
c. Tuliskan pernyataan yang menerangkan "kondisi" yang ada atau diperlukan untuk
masing-masing alternatif yang dapat dilakukan. Tuliskan pula apakah tindak yang
dapat dilakukan itu dapat menyelesaikan permasalahan.
5.3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka itu sengaja diletakkan setelah "tujuan penelitian" bukan
sesudah hipotesa, dengan alasan peneliti atau pembaca dapat diarahkan bacaan
yang diperlukan.
Dalam tinjauan pustaka, dikemukakan hasil penelitian lain relevant yang
pernah dilaksanakan oleh peneliti lain dalam pendekatan permasalahan penelitian:
teori, konsep-konsep, analisa, dan kesimpulan, kelemahan dan keunggulan
pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk
mengindari duplikasi dan pengulangan penelitian, atau kesalahan yang sama seperti
yang dibuat oleh para peneliti sebelumnya. Hal ini hanya mungkin dilakukan bilamana
cukup banyak membaca hasil penelitian orang lain.

19

Tidak semua bahan sitasi yang diambil dari tulisan orang lain Pustaka selalu
pantas dimasukkan dalam tinjauan pustaka. Saya seringkali menjumpai, dalam
rancangan penelitian, keadaan daerah penelitian dicantumkan dalam tinjauan
pustaka, dengan alasan diperoleh dari pustaka. Ini tidak benar.
6. Teori dan Kerangka Konsepsi.
Teori
Teori adalah unsur informasi ilmiah atau pengetahuan ilmiah yang berlaku
paling umum. Tetapi teori dapat diangkat menjadi "hipotesa", yaitu bilamana kita akan
mengetes berlakunya suatu teori dalam lingkungan yang berbeda.
Jika teori diangkap menjadi hipotesa, mungkin teori itu masih belum
operasional dipetakan di daerah penelitian terpilih. Biasanya teori itu harus
dioperasionalkan supaya dapat diuji secara empiris. Teori terdiri dari konsep-konsep
dan variabel, yang harus didifiniskan dengan baik, dicantumkan dalam metoda
penelitian.
Model merupakan bagian dari teori.
Model merupakan abstraksi dan simplifikasi dari dunia nyata, dapat berbentuk
model statistik berupa persamaan atau bagan. Yang pertama, hubungan fungsionil
dinyatakan dalam fungsi matematis, misalnya: fungsi respon antara produksi dan
masukan. Untuk menyusun ini perlu pengetahuan statistik, dalam ekonomi ekonometrika, dalam biologi - biometrika, dalam sosiologi - sosiometri, teopri
dirumuskan dalam pernyataan matematis) + statistika (alat untuk inferensia - proses
generalisasi) + matematik (diperlukan dalam analisa kuantitatif).
Konsep
Konsep merupakan salah satu komponen dasar dalam teori, contoh misalnya
aliran air, pertumbuhan tanaman, manusia, ternak; tingkat fertilitas, ketajaman
pendengaran seseorang, kebisingan dalam lingkungan industri, ketahanan varietas
terhadap kekeringan. Konsep yang disebut itu adalah abstrak. Tugas seorang
peneliti pada tahapan pembuatan rancangan penelitian adalah menterjemahkan
konsep abstrak itu menjadi empirical konsep yang dapat diamati di lapangan, baik
dalam percobaan atau survey. Komponen dari konsep yaitu simbol dan makna.
Setiap ilmu mempunyai simbol tersediri, yang mungkin hanya dimengerti oleh p