Contoh Ringkasan Artikel Jurnal Nasional

Machin, A. 2014. Implementasi pendekatan saintifik, penanaman karakter, dan konservasi pada
pembelajaran materi tumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia . 3(1): 28-35. Tersedia pada http
://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/viewFile/2898/29. Diakses pada 1 September 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Hasil pengamatan dalam proses pembelajaran biologi di SMA Negeri 1 Dempet pada siswa kelas
XI IPA di akhir Tahun Pelajaran 2012/2013 menyatakan bahwa: (1) proses pembelajaran masih terpusat
pada guru, (2) kurangnya inisiatif siswa untuk bertanya kepada guru, (3) apabila ditanya guru, tidak ada
siswa yang mau menjawab, tetapi siswa akan menjawab secara bersamaan sehingga suaranya tidak jelas,
(4) masih terdapat beberapa siswa yang suka mentertawakan temannya jika diminta ke depan kelas, (5)
saat mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku sumber, masih terdapat siswa yang mengerjakannya
dengan menebak saja tanpa mau membacanya terlebih dahulu, (6) jika ditanya contoh dalam kehidupan
sehari-hari, maka siswa akan memberikan jawabannya sesuai dengan yang diberikan oleh guru, (7) masih
terdapat siswa yang mengerjakan tugas secara asal-asalan, dan (8) kemampuan guru dalam merancang
pembelajaran dan pemanfaatan lingkungan sekitar masih kurang.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku berkarakter yang
dimiliki siswa kelas XI IPA masih rendah. Penyebab permasalahan ini adalah pendekatan pembelajaran
yang digunakan tidak mampu merangsang siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan, dan menemukan
konsep materi secara mandiri. Selain itu pendekatan pembelajaran yang digunakan juga tidak mampu
menjadi wahana penanaman karakter dan konservasi. Pendekatan saintifik merupakan solusi yang
digunakan untuk memecahkan permasalahan ini. Pembelajaran melalui pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep,

hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Tujuan penelitian meliputi: (1) mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran materi
pertumbuhan yang menerapkan pendekatan saintifik, penanaman karakter dan konservasi, dan (2)
menjelaskan pengaruh pendekatan ini terhadap hasil belajar kognitif, afektif, psikomotorik. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design dengan desain penelitian oneshotcasestudy. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Dempet Kabupaten
Demak tahun pelajaran 2013/2014 yang sedang menempuh mata pelajaran biologi materi pertumbuhan.
Teknik penentuan sampel dengan teknik sampling purposive. Melalui teknik ini, ditentukan siswa kelas
XII IPA1 sebanyak 34 orang sebagai sampel penelitian. Konsep pendekatan saintifik, penanaman
karakter, dan konservasi tersebut kemudian dituangkan ke dalam RPP yang dikembangkan mengacu
kepada salinan lampiran Permendiknas Nomor 65 Tahun 2013.
Temuan penelitian ini adalah: 1) karakter yang muncul pada aplikasi RPP 1 adalah rasa ingin tahu,
senang membaca, teliti, terbuka, pantang menyerah, peduli sosial, menghargai prestasi dan konservasi
kesehatan masyarakat; 2) karakter yang muncul pada pelaksanaan RPP 2 adalah rasa ingin tahu, pantang
menyerah, senang membaca, mandiri, disiplin, obyektif, teliti, terbuka, peduli sosial, menghargai prestasi
dan konservasi lingkungan; 3) penerapan pendekatan saintifik, penanaman karakter, dan konservasi
berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik serta telah mencapai
ketuntasan klasikal yang ditetapkan, yakni lebih dari 85% dari seluruh siswa yang mengikuti
pembelajaran.

Komentar:
 Kelebihan jurnal ini diantaranya: (1) kejelasan pemaparan latar belakang dan tujuan penelitian (2)
kelengkapan pemaparan hasil dan pembahasan, dan (3) konsistensi penulisan daftar pustaka.
 Perilaku berkarakter seperti rasa ingin tahu, teliti, terbuka, disiplin, dan obyektif, yang merupakan
dampak positif penerapan pendekatan saintifik dalam penelitian ini tiada lain adalah dimensi dari
variabel sikap ilmiah dalam judul penelitian saya. Oleh karena itu, teknis pengembangan dan
penerapan RPP berbasis pendekatan saintifik dan perilaku berkarakter dalam penelitian ini dapat saya
gunakan sebagai salah satu contoh upaya penerapan pendekatan saintifik yang telah terbukti mampu
mengembangkan sikap ilmiah siswa.

Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Wardani, E. R. S., Budiono, J. D., & Indana, S. 2014. Analisis kesesuaian kegiatan pembelajaran
pendekatan saintifik dengan tujuan pembelajaran di SMAN Mojokerto. BioEdu Berkala Ilmiah
Pendidikan Biologi. 3(3): 601-605. Tersedia pada http://www.scribd.com/document_downloads
/direct/238678457?extension=pdf&ft=1411730246<=1411733856&source=embed&user_id=15
1254979&uahk=hsFYcwzCJU+JKCHObeVN2g3+cVg. Diakses pada 26 September 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Kunandar (2013) memaparkan bahwa keberhasilan guru dalam menyusun RPP pada perencanaan
pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran

yang baik akan menghasilkan pelaksanaan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, RPP yang disusun
guru harus sesuai dengan kurikulum yang sedang berlangsung, yaitu kurikulum 2013. Salah satu ciri RPP
yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah proses pembelajarannya yang terdiri atas kegiatan
pembelajaran pendekatan saintifik (5M), yakni kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi data, serta mengkomunikasi (Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013). Implementasi
kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik (5M) di dalam pembelajaran tidak hanya mendorong
partisipasi aktif peserta didik di dalam kelas, tetapi juga memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik (Kunandar, 2013). Pedoman Kegiatan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 yang
diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik
(5M) yang tercantum pada RPP harus mengacu pada tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
merupakan tolak ukur keberhasilan pembelajaran dan merupakan pedoman atau arah bagi pelaksanaan
kegiatan pembelajaran (Permendikbud Nomor 65 tahun 2013). Kemendikbud (2013) juga menjelaskan
bahwa tujuan pembelajaran harus sesuai dengan KD. Oleh karena KD yang harus dicapai siswa meliputi
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, maka tujuan pembelajaran yang tercantum pada RPP
terdiri atas tujuan pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan uraian tersebut, maka
perlu dikaji lebih lanjut mengenai kesesuaian kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik (5M) dengan
tujuan pembelajaran pada RPP guru Biologi SMA.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data dianalisis secara deskriptif yaitu
menggambarkan atau mendeskripsikan data penelitian sebagaimana adanya. Subyek penelitian ini adalah

guru biologi kelas X SMA Negeri di Kabupaten dan Kota Mojokerto. Pengambilan data dilakukan pada
bulan April 2014 dengan menggunakan teknik dokumentasi dan angket, sementara analisis data dilakukan
pada bulan April-Juli 2014. Sumber data primer penelitian ini adalah RPP guru, sementara sumber data
sekunder adalah angket penilaian diri guru dalam menilai kemampuan mengembangkan tujuan
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik (5M). Data kesesuaian kegiatan
pembelajaran pendekatan saintifik (5M) dengan tujuan pembelajaran pada RPP dianalisis secara
deskriptif menggunakan metode skoring, sementara data angket penilaian diri guru dianalisis secara
deskriptif menggunakan metode persentase. Uji keabsahan data dilakukan dengan melaksanakan uji
credibility data transferability data.
Hasil analisis kesesuaian kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik (5M) dengan tujuan
pembelajaran pada RPP guru Biologi kelas X SMA Negeri di Kabupaten dan Kota Mojokerto
menunjukkan bahwa nilai kesesuaian kegiatan mengamati dengan tujuan pembelajaran adalah sebesar
81,81 yang tergolong dalam kategori sesuai. Adapun nilai kesesuaian kegiatan menanya, mengumpulkan
data, mengasosiasi data, serta mengkomunikasi dengan tujuan pembelajaran masing-masing adalah
sebesar 57,58; 68,18; 65,15; dan 68,18 yang tergolong dalam kategori kurang sesuai.
Komentar:
 Kelebihan jurnal ini diantaranya: (1) kejelasan pemaparan landasan teori, latar belakang, dan tujuan
penelitian (2) penggunaan diagram dan tabel pada pemaparan hasil dan pembahasan, dan (3)
konsistensi penulisan daftar pustaka.
 Metode analisis kesesuaian kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik dengan tujuan pembelajaran

pada RPP dalam penelitian ini akan saya gunakan sebagai bahan acuan untuk mengidentifikasi
kualitas upaya guru dalam merencanakan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika, khususnya
yang terkait dengan pengembangan kreativitas dan sikap ilmiah siswa. Disamping itu, landasan teori
tentang teknis penyusunan RPP dalam kurikulum 2013 juga dapat saya gunakan sebagai referensi.
Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Yulianti, E., Indah, N. K., & Kuntjoro, S. 2014. Validitas LKS pengamatan berdasarkan pendekatan
saintifik pada sub pokok bahasan angiospermae. BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(3):
606-609. Tersedia pada http://www.scribd.com/document_downloads/direct/238678639?extensio
n=pdf&ft=1411731136<=1411734746&source=embed&user_id=151254979&uahk=7UuaxB/V
FYu2ZzXChtBlJGEsnM. Diakses pada 26 September 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan pengamatan menjadikan siswa
sering menemui kesulitan dalam memahami konsep Angiospermae. Hal ini dikarenakan kegiatan
pengamatan yang digunakan di sekolah belum didasarkan pada pendekatan saintifik. Diperlukan kegiatan
pembelajaran yang dapat melatih siswa bersikap ilmiah, kreatif, dan mandiri serta didukung oleh bahan
ajar yang tepat.
Salah satu bahan ajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran tersebut adalah Lembar
Kegiatan Siswa (LKS). LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas-tugas (Depdiknas,

2004). LKS yang dikembangkan dalam bentuk LKS pengamatan. Lembar Kegiatan Siswa pengamatan
merupakan lembaran-lembaran yang berisi langkah-langkah kegiatan pengamatan serta pertanyaanpertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan. LKS yang
digunakan harus disesuaikan dengan konsep pendekatan saintifik, yaitu dapat melatih siswa untuk
menerapkan kaidah-kaidah ilmiah dalam melakukan kegiatan pengamatan atau eksperimen. Seperti yang
sudah dijelaskan dalam Permendikbud bahwa proses pembelajaran yang menerapkan kaidah-kaidah
ilmiah setidaknya mencakup lima pengalaman belajar pokok yaitu observing (mengamati), questioning
(menanya), experimenting (mencoba), associating (menalar), communicating (mengomunikasikan).
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan desain penelitian model
Research & Development (R&D). Sasaran dalam penelitian ini adalah LKS pengamatan berdasarkan
pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada sub pokok bahasan Angiospermae yang diujicobakan terbatas
pada kelas X MIA yang terdiri dari 15 siswa SMA Negeri 1 Kota Mojokerto. Metode pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode telaah menggunakan lembar validasi dengan teknik
analisis data deskriptif kuantitatif.
Hasil analisis menyatakan bahwa LKS pengamatan berdasarkan pendekatan saintifik untuk
kurikulum 2013 yang telah dikembangkan dinyatakan layak digunakan dalam proses pembelajaran,
karena berdasarkan hasil validasi mendapatkan persentase sebesar 91,25% dengan interpretasi sangat
layak. Spesifikasi persentase kelayakan LKS tersebut pada setiap aspek penilaian adalah sebagai berikut.
Aspek karakteristik pendekatan saintifik mendapatkan nilai kelayakan tertinggi yaitu 97,22% dengan
interpretasi sangat baik. Aspek kebahasaan LKS mendapatkan nilai kelayakan terendah sebesar 83,33%
dengan interpretasi baik. Aspek penyajian LKS mendapatkan persentase kelayakan sebesar 91,67%

dengan interpretasi sangat baik. Aspek tampilan LKS mendapatkan nilai kelayakan sebesar 89,58%
dengan interpretasi sangatbaik. Aspek isi LKS mendapatkan persentase kelayakan sebesar 94,44% dengan
interpretasi sangat baik.
Komentar:
 Kelebihan jurnal ini diantaranya: (1) kejelasan pemaparan landasan teori, latar belakang, dan tujuan
penelitian (2) kejelasan pemaparan hasil analisis LKS dengan menggunakan tabel, dan (3) konsistensi
penulisan daftar pustaka.
 Teknis pengembangan LKS pengamatan berdasarkan pendekatan saintifik dalam penelitian ini akan
saya gunakan sebagai bahan acuan untuk mengidentifikasi kualitas LKS yang dirancang oleh guru
pada pembelajaran fisika, khususnya yang terkait dengan pengembangan kreativitas dan sikap ilmiah
siswa. Disamping itu, landasan teori tentang teknis penyusunan LKS yang memuat pendekatan
sintifik juga dapat saya gunakan sebagai referensi.

Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Sawitri, D. W., Wisanti, & Ambarwati, R. 2014. Pengembangan modul keanekaragaman hayati berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas X SMA. BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(3):
410-415. Tersedia pada http://www.scribd.com/document_downloads/direct/238678639?extensio
n=pdf&ft=1411731136<=1411734746&source=embed&user_id=151254979&uahk=7UuaxB/V
FYu2ZzXChtBlJGEsnM. Diakses pada 26 September 2014.

Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Salah satu materi pelajaran biologi dalam Kurikulum 2013 adalah keanekaragaman hayati. Materi
keanekaragaman hayati mempelajari mengenai keberagaman makhluk hidup pada tingkatan gen, jenis,
dan ekosistem. Materi ini diajarkan pada semester gasal kelas X, padahal siswa belum memperoleh
pengetahuan mengenai gen dan ekosistem. Materi mengenai ekosistem disampaikan pada semester genap
kelas X. Materi ekosistem ini telah didapatkan di jenjang SMP, namun pada jenjang SMP materi
ekosistem baru sebatas rantai makanan saja. Sedangkan materi mengenai genetika disampaikan pada
semester genap kelas XII. Oleh karena itu, banyak siswa yang kesulitan dalam memahami konsep
mengenai keanekaragaman hayati. Bahan ajar yang yang disediakan oleh pemerintah belum layak dan
belum sesuai dengan Kurikulum 2013. Dengan demikian, diperlukan suatu bahan ajar yang tepat agar
dapat memandu siswa dalam memahami konsep mengenai keanekaragaman hayati. Dalam bahan ajar
tersebut, perlu diberikan materi pengantar tentang gen dan ekosistem agar siswa tidak mengalami
kesulitan dalam mempelajari materi keanekaragaman hayati.
Salah satu bentuk bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah modul. Modul
merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang dapat dengan
mudah dipahami oleh siswa serta dapat dipelajari secara mandiri tanpa membutuhkan fasilitator. Modul
juga dapat digunakan sesuai dengan kecepatan belajar siswa. Dengan pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa modul yang baik memiliki lima karakteristik, yaitu self instruction, self contained,
stand alone, adaptive, dan user friendly (Depdiknas, 2008a; Depdiknas, 2008b; Prastowo, 2013). Modul
juga memiliki beberapa keunggulan, yaitu siswa dapat melakukan pembelajaran tanpa harus bertatap

muka dengan guru, dapat belajar sesuai dengan waktu dan kecepatan belajar siswa, siswa dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pencapaian kompetensi yang ada dalam modul. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa modul yang digunakan untuk belajar secara mandiri dapat
memudahkan pemahaman konsep disamping juga berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan bahan ajar berupa modul keanekaragaman
hayati berbasis pendekatan saintifik dengan menggunakan model 4-D yang terdiri atas empat tahap, yaitu
define, design, develop, dan disseminate. Sasaran penelitian ini adalah modul keanekaragaman hayati
berbasis pendekatan saintifik yang diujicobakan pada 20 siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo Kelas X IPA 7.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode telaah terhadap modul keanekaragaman hayati berbasis
pendekatan saintifik oleh ahli materi, ahli pendidikan, dan guru biologi, metode observasi berdasarkan
lembar observasi aktivitas siswa selama belajar dengan menggunakan modul oleh empat pengamat, dan
metode angket berdasarkan respons siswa setelah belajar dengan menggunakan modul. Modul dinyatakan
layak se ara teoretis jika memperoleh skor ≥7 %. Kelayakan modul se ara empiris berdasarkan akti itas
dikatakan baik jika ≥7 % dan respons siswa dikatakan layak jika ≥7 %. Hasil penelitian ini berupa
modul keanekaragaman hayati berbasis pendekatan saintifik yang layak secara teoretis sebesar 97,43%
dan empiris berdasarkan aktivitas siswa selama belajar menggunakan modul sebesar 89% dan respons
siswa setelah menggunakan modul sebesar 93,57% dikategorikan sangat layak.
Komentar:
 Kelebihan jurnal ini diantaranya: (1) kejelasan pemaparan landasan teori, latar belakang, tujuan
penelitian, dan metodelogi penelitian, (2) kejelasan pemaparan hasil dan pembahasan, penggunaan

tabel menambah keilmiahan artikel, dan (3) konsistensi penulisan daftar pustaka.
 Teknis pengembangan modul pembelajaran berbasis pendekatan saintifik dalam penelitian ini akan
saya gunakan sebagai bahan acuan untuk mengidentifikasi kualitas modul/bahan ajar yang dirancang
oleh guru pada pembelajaran fisika, khususnya yang terkait dengan pengembangan kreativitas dan
sikap ilmiah siswa. Disamping itu, landasan teori tentang teknis penyusunan modul yang memuat
pendekatan sintifik juga dapat saya gunakan sebagai referensi.

Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Hidayati, N. & Endryanshah. 2014. Pengaruh penggunaan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas XII TITL 1 SMK Negeri 7 Surabaya pada standar
kompetensi mengoperasikan sistem kendali elektromagnetik. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro.
3(2): 25-29. Tersedia pada http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/nqtx1392
172430.pdf. Diakses pada 26 September 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Metode pembelajaran untuk materi mengoperasikan sistem kendali elektromagnetik di SMK
Negeri 7 Surabaya selama ini dilakukan dengan memberikan siswa sebuah rangkaian kendali lalu
memasangnya tanpa tahu untuk apa dan bagaimana cara kerja dari sistem kendali tersebut. Dalam metode
ini, guru merupakan sumber informasi. Guru selalu aktif menjelaskan, menuntun siswa hingga siswa
mengerti. Dengan cara ini, waktu yang dibutuhkan dalam proses siswa dari tidak mengerti menjadi paham

membutuhkan waktu yang lama, sehingga kurang efisien.
Dalam kurikulum 2013, guru diwajibkan untuk menggunakan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran. Dalam pendekatan saintifik, pembelajaran yang dilakukan harus berbasis pada fakta yang
dapat dijelaskan dengan logika, sehingga siswa mampu menemukan sebuah jawaban yang tidak
berdasarkan angan-angan atau pendapat tidak masuk akal, tetapi melalui proses ilmiah yang struktural.
Yatin Mulyono (2012) menyatakan bahwa dalam pendekatan saintifik peserta didik dituntut untuk
mampu merancang langkah-langkah kerja sendiri serta melaporkan hasil praktikum baik berupa laporan
maupun presentasi. Menurut Lavoie (dalam Yatin, 2012) pembelajaran dengan pendekatan scientific skill
memiliki keuntungan yang signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran pendekatan tradisional.
Keuntungan yang dimaksud adalah: (1) kemampuan membuat rancangan percobaan; (2) kemampuan
melakukan percobaan dan melaporkan hasilnya; (3) pengusaaan konsep proses sains yang baik; dan (4)
kemampuan mempresentasikan hasil percobaan dengan baik. Berdasarkan paparan tersebut, peneliti ingin
mengetahui apakah hasil belajar siswa XII TITL 1 SMKN 7 Surabaya mengalami peningkatan (lebih
baik) setelah menggunakan pendekatan ilmiah pada standar kompetensi mengoperasikan sistem kendali
elektromagnetik dan mengetahui bagaimanakah respon yang dimiliki siswa XII TITL 1 SMKN 7
Surabaya dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah pada standar kompetensi mengoperasikan
sistem kendali elektromagnetik.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pre-experimental dengan desain penelitian One
Group Pretest-Posttest. Sebelum diberlakukan perlakuan, kelompok eksprimen diberikan pretest. Dengan
demikian, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat dibandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 7 Surabaya pada semester genap 20131014 dengan kelas eksperimen adalah kelas XII TITL 1 yang berjumlah 25 siswa. Data dalam penelitian
dikumpulkan dengan menggunakan metode tes dan metoda angket. Tes yang digunakan adalah tes
prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian maupun kompetensi seseorang setelah
mempelajari sesuatu. . Bentuk dari tes prestasi ini adalah tes objektif (soal pilihan ganda) dan tes subjektif
(essai bebas). Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, di mana jumlah item
dan alternatif jawaban sudah ditentukan, responden hanya memilihnya sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Teknik analisis data diawali dengan uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji chi kuadrat, sedangkan
pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji t berpasangan ( paired t-test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ilmiah mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari sebelum perlakuan sebesar
61,35 menjadi 79,69 (setelah perlakuan). Serta 80,77% siswa menyatakan lebih tertarik terhadap materi
yang diajarkan, 81,72% berpendapat bahwa mereka lebih mudah memahami materi dengan pendekatan
ilmiah, 75,96% siswa merasa kondisi kelas lebih kondusif dibanding sebelumnya dan 91,35% siswa lebih
yakin untuk melakukan percobaan di bengkel.
Komentar:
 Kemenarikan/kelebihan jurnal ini diantaranya: (1) topik penelitian yang aktual dan (2) kejelasan
pemaparan latar belakang, tujuan penelitian, metodelogi penelitian, serta hasil dan pembahasan
 Hasil penelitian ini merupakan referensi bagi penelitan saya bahwa pendekatan saintifik terbukti
mampu meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa.
Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Kumari, P., Pujar, L., & Naganur, S. 2014. Creative thinking ability among high school children. IOSR
Journal of Humanities and Social Science (IOSR-JHSS). 19 (1): 30-32. Tersedia pada
http://www.iosrjournals.org/ccount/click.php?id=8719. Diakses pada 14 Maret 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Dewasa ini, kemampuan berpikir kreatif dinilai sebagai salah satu kemampuan krusial yang harus
dikembangkan pada siswa sebagai modal penting dalam mengatasi perubahan dunia yang berlangsung
sangat cepat. Berpikir kreatif berhubungan dengan kemampuan untuk menemukan solusi baru terhadap
suatu permasalahan. Tanpa kemampuan berpikir kreatif, siswa akan menjadi kaku, tidak memiliki
imajinasi, dan miskin akan kemampuan aplikasi ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam
mendukung kehidupan personal dan professional masa depan siswa. Timbul pertanyaan apakah
kreativitas siswa berhubungan dengan umur, jenis kelamin, dan jenis sekolah (fasilitas sekolah).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti kemudian merancang penelitian yang bertujuan mengungkap tingkat
kemampuan berpikir kreatif siswa SMP serta pengaruh jenis sekolah, umur siswa, dan jenis kelamin
siswa terhadap kemampuan berpikir kreatifnya. Sebanyak 300 siswa SMP kelas 8 dan 9 dari tiga jenis
sekolah yaitu sekolah negeri, sekolah swasta, dan sekolah berbantuan, diinvestigasi. Dari 300 siswa
tersebut, setengahnya adalah siswa laki-laki dan sisanya adalah siswa perempuan pada kelompok umur
13-16 tahun. Skala berpikir kreatif yang dikembangkan oleh Mehdi (1989) dan checklist kemampuan
berpikir kreatif yang dikembangkan oleh AICRIP-CD Dharward Center (2010), keduanya, dengan sedikit
modifikasi, digunakan untuk menilai kemampuan berpikir kreatif siswa. Daftar periksa (checklist)
kemampuan berpikir kreatif itu terdiri dari 10 pernyataan yang memiliki skor maksimum 30 dan skor
minimum 0. Berdasarkan total skor yang diperoleh siswa, kemampuan berpikir kreatif siswa kemudian
dikelompokkan sebagai berikut: “tinggi” dengan interval perolehan skor antara 21-30, “sedang” dengan
interval perolehan skor antara 11-20, dan “rendah” dengan total perolehan skor antara 0-10. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berada pada tingkatan kemampuan berpikir kreatif
tinggi dan tidak ada siswa yang berada pada tingkatan kemampuan berpikir kreatif rendah. Tidak ada
pengaruh jenis sekolah, umur, dan jenis kelamin siswa terhadap kemampuan berpikir kreatifnya.
Komentar:
 Kemenarikan artikel ini untuk diringkas adalah sebagai berikut. (1) Temanya yang aktual dan krusial.
Penelitian tentang kemampuan berpikir kreatif siswa memang sangat perlu dilakukan mengingat
berpikir kreatif merupakan tingkatan keterampilan berpikir tertinggi dari keempat dimensi berpikir
menurut Marzano (2006). Dengan mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, kita dapat
mengevaluasi tingkat pemahaman konsep, kemampuan mengaplikasikan konsep, kemampuan
bernalar, serta kemampuan berpikir lainnya yang secara sinergis membangun kemampuan berpikir
kreatif, mengingat begitu pentingnya kemampuan berpikir kreatif ini dalam kehidupan globalisasi.
(2) Pemaparan hasil penelitian yang komunikatif dan ilmiah dengan menampilkan tabel. (3) Daftar
pustaka diketik dengan format yang konsisten.
 Kemampuan berpikir kreatif yang dievaluasi dalam jurnal ini, secara konseptual dan operasional,
merupakan definisi umum dari kreativitas, sedangkan dalam rancangan penelitian saya, jenis
kreativitas yang akan dievaluasi lebih mengkhusus pada kreativitas ilmiah siswa, sehingga instrumen
yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat kreativitas siswa secara umum tidak dapat digunakan
untuk mengevaluasi tingkat kreativitas ilmiah siswa (Hu dan Adey, 2002). Checklist kemampuan
berpikir kreatif yang dikembangkan oleh AICRIP-CD Dharward Center (2010), mungkin akan saya
adopsi dan adaptasikan sehingga dapat digunakan untuk mengevalusi tingkat kreativitas ilmiah siswa
dalam penelitian Saya.

Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Ceran, S. A., Gungeron, S. C., & Boyacioglu, N. 2014. Determination of scientific creativity levels of
middle school students and perception through their teachers. International Association of Social
Science Research. 19 (1): 47-53. Tersedia pada http//www.iassr.or rs
.pd . Diakses pada
14 Maret 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Telah diketahui bahwa disamping merupakan sebuah produk, pendidikan sains juga merupakan sebuah
proses. Sebagai sebuah proses, pendidikan sains, disamping mampu mengembangkan sikap ilmiah siswa,
secara tidak langsung, juga mampu mengembangkan kreativitas ilmiah siswa. Kreativitas ilmiah
didefinisikan sebagai kemampuan mengintegrasikan sains dan proses sains (Lee and Endorgan, 2007).
Berdasarkan definisi tersebut, jelaslah bahwa pendidikan sains sangat berhubungan dengan kemampuan
berpikir kreatif. Berdasarkan hal ini, peneliti kemudian merancang sebuah penelitian yang bertujuan
mengungkap bagaimana efektivitas pembelajaran sains dan teknologi dalam mendemonstrasikan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 227 siswa SMP yang terdiri atas
101 siswa laki-laki dan 126 siswa perempuan yang berasal dari kelas 5, 6, 7, dan 8 dari dua sekolah
negeri di Turki. Teknik pengambilan data dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan menggunakan
“ ormulir In ormasi Indi idu” yan men andun pertanyaan den an tujuan men ali opini siswa
terhadap guru mereka serta menggali informasi personal tentang jenis kelamin, tingkatan kelas,
kesuksesan dalam pembelajaran sains, dan frekuensi belajar praktikum masing-masing siswa. Kedua,
den an men unakan “Tes Kreati itas Ilmiah” yan dikemban kan oleh u dan Adey ( 002) dengan
tujuan untuk menentukan tingkat kreativitas ilmiah siswa. Tes kreativitas ilmiah ini mengandung 7
pertanyaan dan setiap pertanyaan melibatkan lebih dari satu sub dimensi kreativitas. Sub dimensi
kreativitas yang diukur adalah tujuan ilmiah, tingkat sensitivitas terhadap masalah ilmiah, kemampuan
dalam merancang teknik pembuatan produk ilmiah, imajinasi ilmiah, kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan melakukan eksperimen secara kreatif, dan kemampuan merancang produk ilmiah yang
kreatif. Data yang diperoleh dianalisis dengan dua metode yang berbeda. Metode yang pertama sama
dengan metode yang digunakan oleh Hu dan Adey (2002). Pada metode analisis data yang kedua, 5 siswa
dipilih secara acak untuk tiga tingkat kreativitas ilmiah yang berbeda. Tingkat kreativitas ilmiah ini telah
ditentukan dengan menggunakan tes kreativitas ilmiah dan dikelompokkan kedalam tingkat kreativitas
ilmiah rendah, menengah, dan tinggi. Opini siswa terhadap gurunya dianalisis dengan menggunakn
metode pengkodean terbuka, dan kode tersebut telah diklarifikasi dengan mengindikasi sampel jawaban
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kreati itas siswa berada pada tin kat “middle”, (2) tidak
ada hubungan yang berarti antara jenis kelamin siswa dan tingkat kreativitas ilmiah siswa, (3) terdapat
perbedaan yang berarti antara kreativitas ilmiah siswa dan tingkatan kelasnya, (4) terdapat perbedaan
yang berarti dari tingkat kreativitas ilmiah siswa dan frekuensi pelaksanaan kegiatan praktikum di kelas,
serta (5) karakteristik guru mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa, dimana guru yang
demokratis akan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Komentar:
 Kelebihan jurnal ini diantaranya: (1) kejelasan pemaparan latar belakang dan tujuan penelitian, (2)
kejelasan metodelogi penelitian, (3) penggunaan instrument kreativitas ilmiah yang spesifik, (4)
kelengkapan pemaparan hasil dan pembahasan, , dan (5) konsistensi penulisan daftar pustaka.
 Jika terdapat hubungan antara pembelajaran sains dan kemampuan kreativitas ilmiah siswa (KIS),
berarti metode pengajaran sains juga berpengaruh terhadap KIS, mengingat banyaknya hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara metode pembelajaran
dan prestasi siswa. Sayan (2005) mengatakan bahwa penggunaan variasi materi, metode pengajaran,
teknik, dan program yang mendukung kemampuan berpikir kreatif siswa sangat disarankan untuk
guru. Ketiga dimensi KIS yang dikembangkan oleh Hu dan Adey seperti yang dipaparkan dalam
jurnal ini akan saya gunakan sebagai dimensi kreativitas dalam penelitian saya.
Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Bagceci, B. & Ozyurt, M. 2014. A research on relationship between the sbs exam success and creativity
level of 8 grade private school student. Research on Humanities and Social Sciences. 4 (1): 3341. Tersedia pada http// www.iiste.or ournals inde .php
SS arti le iew ile
.
Diakses pada 14 Maret 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Ujian penempatan (SBS Exam) di kecamatan Gaziantep, Turki, yang dilakukan melalui soal yang berjenis
pilihan ganda membuat guru, siswa, dan orang tua siswa beranggapan bahwa metode pembelajaran yang
berbasis pada kreativitas tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan ujian
penempatan. Mereka menganggap metode ini justru menghambat karena memerlukan waktu yang lama
dalam penerapannya di kelas, sedangkan penerapannya dalam menjawab soal pilihan ganda pada ujian
penempatan sangat minim. Berdasarkan hal tersebut, peneliti kemudian merancang sebuah penelitian
yang bertujuan menyelidiki hubungan antara tingkat kreativitas siswa dan kesuksesannya dalam ujian
penempatan. Sebanyak 60 orang siswa kelas 8 dari sebuah sekolah swasta di Gaziantep, Turki, pada tahun
ajaran 2009/2010, dijadikan sampel dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan merupakan
gabungan antara metode kualitatif dan kuantitatif (metode campuran). Metode kualitatif digunakan untuk
studi kasus yang berhubungan dengan persepsi guru, siswa, dan orang tua siswa terhadap pentingnya
kreativitas siswa dalam ujian penempatan. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengevaluasi
tingkat kreativitas siswa melalui Tes Berpikir Kreatif Torrance. Teknik korelasi digunakan untuk
menganalisis hubungan masing-masing sub dimensi kreativitas, yaitu: kelancaran ( fluency), keluwesan
(flexibility), dan keaslian (originality) terhadap kesuksesan siswa dalam ujian penempatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif antara dimensi keluwesan
(flexibility) dan kesuksesan ujian penempatan pada matapelajaran Bahasa Turki, Matematika, IPA, dan
IPS, serta terdapat hubungan antara dimensi keaslian ( originality) dan kesuksesan ujian penempatan pada
matapelajaran Matematika dan IPS. Setelah nilai rata-rata hubungan dari masing-masing ketiga dimensi
kreativitas tersebut terhadap kesuksesan ujian penempatan siswa dibandingkan, diperoleh data bahwa
dimensi kelancaran (fluency) siswa memiliki nilai rata-rata tertinggi dan dimensi keluwesan (flexibility)
siswa memiliki nilai rata-rata terendah.
Komentar

 Kemenarikan artikel ini untuk diringkas adalah hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa
kreativitas tidak hanya diaplikasikan untuk menciptakan suatu produk (seperti pada ujian praktikum),
tetapi juga untuk menemukan solusi tertulis dari ujian pilihan ganda atau ujian tertulis. Disamping:
(1) kejelasan pemaparan latar belakang dan tujuan penelitian (2) kelengkapan pemaparan hasil dan
pembahasan, dan (3) konsistensi penulisan daftar pustaka.

 Informasi dalam jurnal ini dapat saya gunakan sebagai rujukan dalam penyusunan tinjauan pustaka
tentang kreativitas dalam penelitian saya.

Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Sardinah, Tursinawati, & Noviyanti, A. 2012. Relevansi sikap ilmiah siswa dengan konsep hakikat sains
dalam pelaksanaan percobaan pada pembelajaran IPA di SDN kota Banda Aceh. Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu. 13(2): 70-80. Tersedia pada http://www.fkip.serambimekkah.ac.id.
Diakses pada 5 Nopember 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Hakikat sains adalah landasan untuk berpijak dalam mempelajari IPA. Hakikat sains mengandung
tiga aspek yaitu sains sebagai produk, sains sebagai proses, dan sains sebagai sikap ilmiah. Hakikat sains
dinilai belum menjadi satu kesatuan dalam proses pembelajaran IPA. Penyebab ketidakutuhan ini adalah
kurangnya penanaman nilai sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA. Untuk mencapai hakikat sains secara
utuh membutuhkan upaya dan kompetensi guru untuk mengembangkan ketiga aspek hakikat sains dalam
proses pembelajaran IPA. Susilawati (2009) menjelaskan bahwa guru belum memahami hakikat sains
seutuhnya. Salah satu faktor masih rendahnya pemahaman hakikat sains oleh guru adalah kurangnya
pemahaman konsep hakikat sains yang dimiliki guru. Hal ini dikarenakan guru tidak memperoleh
pengetahuan yang jelas tentang hakikat sains. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
mengevaluasi relevansi sikap ilmiah siswa dengan konsep hakikat sains dalam pelaksanaan percobaan
pada pembelajaran IPA di SDN kota Banda Aceh.
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan untuk
melihat relevansi sikap ilmiah siswa dengan hakikat sains dalam melaksanakan percobaan pada
pembelajaran IPA SDN Kota Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi
deskriptif dan uji korelasi. Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Banda Aceh.
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDN di Kota Banda Aceh dengan jumlah 71 SDN.
Sampel ditetapkan pada 10 SDN. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi, dokumentasi, tes, dan pedoman wawancara guru. Teknik analisis data menggunakan rumus
persentase dan uji korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan dasar siswa terhadap penguasaan konsep
hakikat sains menunjukkan rerata 40%, dimana hasil ini berada pada kategori rendah; (2) kemunculan
sikap ilmiah siswa pada pelaksanaan percobaan pada pembelajaran IPA menunjukkan kategori baik; dan
(3) terdapat hubungan antara sikap ilmiah siswa dengan konsep hakikat sains pada pembelajaran IPA di
SDN Kota Banda Aceh dengan ketentuan t hitung > ttabel yaitu (30,8 > 1,28).
Komentar

 Tema penelitian ini menarik untuk diringkas karena mampu memberikan gambaran yang utuh terkait
dengan upaya pengembangan hakikat sains dalam pembelajaran, khusunya pada aspek sikap ilmiah.
Disamping: (1) kejelasan pemaparan latar belakang dan tujuan penelitian (2) kelengkapan pemaparan
hasil dan pembahasan, dan (3) konsistensi penulisan daftar pustaka.
 Informasi dalam jurnal ini dapat saya gunakan sebagai rujukan dalam penyusunan tinjauan pustaka
tentang sikap ilmiah dalam penelitian saya.

Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Astuti, R., Sunarno, W., & Sudarisman, S. 2012. Pembelajaran IPA dengan pendekatan keterampilan
proses sains menggunakan metode eksperimen bebas termodifikasi dan eksperimen terbimbing
ditinjau dari sikap ilmiah dan motivasi belajar siswa. Jurnal Inkuiri. 1(1): 51-59. Tersedia pada
https://id.scribd.com/doc/208656849/119-212-1-SM. Diakses pada 5 Nopember 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Tantangan pembelajaran saat ini adalah perlunya mengembangkan pembelajaran yang
menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat menjadi solusi masalahmasalah yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Oleh karena itu, pembelajaran sains perlu dikaitkan
dengan aspek teknologi yang berkembang di masyarakat. Pendekatan yang memandang bahwa belajar
IPA harus mencerminkan bagaimana para ilmuwan bekerja dalam bidang keilmuannya adalah pendekatan
keterampilan proses sains (science process skill ) yang sering di jelaskan atau diungkapkan dengan
“learning how to learn”. Menurut Barba (dalam Pudyo, 1999), keterampilan proses sains dibedakan
menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terintegrasi. Keterampilan proses dasar
meliputi: observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, menyimpulkan, prediksi, penggunaan hubungan
tempat atau waktu, penggunaan angka dan identifikasi variabel. Sedangkan ketrampilan proses
terintegrasi meliputi: penyusunan hipotesis, pengontrolan variabel, investigasi, pendefinisian operasional
dan eksperimen. Pada keterampilan proses sains yang dipadukan dengan kegiatan eksperimen, siswa
belajar dengan mengamati langsung gejala-gejala atau proses-proses sains, melatih kemampuan berpikir
ilmiah, menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dan menemukan dan memecahkan berbagai
masalah baru melalui metode ilmiah.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMK “Kasatrian Solo” Sukoharjo. Sampel penelitian ditentukan
secara acak dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas XIR.1 dan
XIR.2. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk prestasi belajar, angket untuk sikap ilmiah dan
motivasi belajar, lembar observasi untuk penilaian afektif dan psikomotorik. Uji hipotesis penelitian ini
menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan isi sel tak sama. Uji lanjut menggunakan metode Scheffe.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) pendekatan keterampilan proses sains dengan metode
eksperimen berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA, metode eksperimen terbimbing lebih efektif
dibandingkan dengan metode eksperimen bebas termodifikasi; (2) sikap ilmiah tidak berpengaruh
terhadap prestasi kognitif dan psikomotorik tetapi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi afektif; (3) tidak terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan
psikomotorik tetapi berpengaruh terhadap prestasi afektif; (4) ada interaksi antara metode pembelajaran
dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan tidak terdapat interaksi untuk prestasi afektif dan
psikomotorik; (5) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotorik; (6) tidak terdapat interaksi antara sikap
ilmiah dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA baik dari aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik; (7) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran eksperimen dengan sikap ilmiah
dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Komentar

 Penelitian ini menarik untuk diringkas karena memaparkan pengaruh pendekatan keterampilan proses
sains menggunakan metode eksperimen terhadap prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Disamping: (1) kejelasan pemaparan latar belakang dan tujuan penelitian (2) kelengkapan pemaparan
hasil dan pembahasan, dan (3) konsistensi penulisan daftar pustaka.
 Hasil penelitian ini dapat saya gunakan sebagai rujukan dalam penyusunan tinjauan pustaka tentang
sikap ilmiah dalam penelitian saya.

Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Yuliani, H., Sunarno, W., & Suparmi. 2012. Pembelajaran fisika dengan pendekatan keterampilan proses
dengan metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan analisis.
Jurnal Inkuiri. 1(3): 207-216. Tersedia pada https://www.jurnal.pasca.uns.ac.id. Diakses pada 5
Nopember 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia berdasarkan TIMSS, khususnya dalam bidang sains,
menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran sains di Indonesia masih rendah. Pembelajaran sains tidak
dilaksanakan sesuai dengan hakikat sains itu sendiri. Hakikat sains yang dimaksud adalah sains sebagai
produk, proses, dan sikap ilmiah. Pembelajaran sains, khususnya fisika harus sesuai dengan karateristik
fisika itu sendiri, yaitu melalui eksperimen. Guru harus menggunakan pendekatan, model, dan metode
pembelajaran yang sesuai, seperti pendekatan keterampilan proses, pendekatan kontekstual, model
kooperatif, model PBL, metode inkuiri, metode eksperimen, dan metode demonstrasi. Pendekatan
keterampilan proses penting dilakukan dalam pembelajaran fisika. Ada beberapa alasan yang
melandasinya, yaitu: (1) perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung sangat cepat, sehingga tidak
mungkin lagi para guru mengajar semua produk fisika kepada siswa; (2) para ahli psikologi pada
umumnya sependapat bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika
disertai dengan contoh konkret; (3) penemuan ilmu pengetahuan bersifat relatif; dan (4) pengembangan
konsep tidak lepas dari perkembangan sikap dan nilai dalam diri siswa, oleh karena itu, pengembangan
keterampilan dalam mengumpulkan dan mengolah data akan berperan sebagai wahana penyatu antara
pengembangan kognitif dan afektif.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Populasinya terdiri dari siswa kelas XI
SMAN 1 Jakenan Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari populasi tersebut, diambil dua kelas sebagai sampel,
yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA 5. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.
Teknik pengumpulan data kemampuan analisis dan prestasi kognitif menggunakan metode tes. Data sikap
ilmiah dan prestasi afektif dikumpulkan dengan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan
adalah multivariate analysis of variance (manova). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak
terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode demosntrasi terhadap prestasi kognitif, namun terdapat
pengaruh terhadap prestasi afektif; (2) terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
afektif; (3) terdapat pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif, namun tidak terdapat
pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi afektif; (4) tidak terdapat interaksi antara metode dengan
sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan afektif; (5) tidak terdapat interaksi antara metode dengan
kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif, namun terdapat interaksi terhadap prestasi afektif; (6)
tidak terdapat interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif;
dan (7) tidak terdapat interaksi pembelajaran antara metode, sikap ilmiah, dan kemampuan analisis
terhadap prestasi kognitif dan afektif.
Komentar
 Penelitian ini menarik untuk diringkas karena memaparkan pengaruh pendekatan keterampilan proses
sains menggunakan metode eksperimen dan demosntrasi terhadap prestasi kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa. Disamping: (1) kejelasan pemaparan latar belakang dan tujuan penelitian (2)
kelengkapan pemaparan hasil dan pembahasan, dan (3) konsistensi penulisan daftar pustaka.
 Hasil penelitian ini dapat saya gunakan sebagai rujukan dalam penyusunan tinjauan pustaka dan
kerangka berpikir tentang sikap ilmiah dalam penelitian saya.

Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Garg, A. 2014. A comparative study of scientific attitude of high and low achievers of secondary schools.
International Journal of Research. 1(8): 1055-1062. Tersedia pada https://internationaljournalofre
search.files.wordpress.com. Diakses pada 5 Nopember 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Pembelajaran sains di sekolah bertujuan untuk mengembangkan literasi sains. Pembelajaran sains
juga membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir terbuka dan kemampuan mengambil
keputusan. Dengan demikian, pembelaaran yang berbasis pendekatan ilmiah membantu siswa
meningkatkan kualitas berpikir yang berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Indian National Policy of
Education (NPE) Tahun 1986, telah merekomendasikan fokus pendidikan pada siswa adalah
pengembangan kemampuan dan nilai-nilai ilmiah, seperti rasa ingin tahu, kreativitas, dan objektivitas.
Kahle mengulas data dari National Assessment of Educational Progress (NAEP) dan menemukan bahwa
siswa perempuan mendeskripsikan sains sebagai hal-hal yang harus dihapal dan membosankan. Di
sekolah menengah, siswa perempuan memiliki persepsi negatif terhadap pembelajaran sains. Kotte
menyatakan bahwa untuk siswa-siswa dari 10 negara, perbedaan persepsi siswa laki-laki dan perempuan
terhadap sains berubah dari SD ke SMP. Lebih jauh, Kotte menyatakan bahwa peningkatan yang paling
signifikan terkait dengan perbedaan persepsi dari segi gender tersebut terjadi pada usia 10 sampai dengan
14 tahun. Catsambis menemukan bahwa siswa laki-laki lebih tertarik dengan pembelajaran sains dan
lebih berpikir bahwa sains akan berguna untuk masa depannya, serta lebih berani untuk mengajukan
pertanyaan dibandingkan dengan siswa perempuan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan sikap ilmiah siswa SMA dan dimensinya,
antara siswa laki-laki dan perempuan dengan prestasi tinggi dan prestasi rendah. Penelitian ini
menggunakan metode survei. Sampel penelitian ini adalah 100 siswa SMA yang terdiri dari 50 siswa
laki-laki dan 50 siswa perempuan di Kecamatan Sonipat, yang diseleksi dengan menggunakan teknik
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sikap ilmiah siswa dengan prestasi tinggi dan
prestasi rendah, untuk dimensi rasa ingin tahu dan berpikir terbuka, berbeda secara signifikan; dan (2)
sikap ilmiah siswa laki-laki dan perempuan untuk dimensi rasa ingin tahu dan berpikir terbuka, berbeda
secara signifikan.
Komentar

 Penelitian ini menarik untuk diringkas karena memaparkan perbandingan sikap ilmiah siswa laki-laki
dan perempuan dan sikap ilmiah siswa dengan prestasi tinggi dan rendah. Disamping: (1) kejelasan
pemaparan latar belakang dan tujuan penelitian (2) kelengkapan pemaparan hasil dan pembahasan
dengan didukung grafik hasil penelitian, dan (3) konsistensi penulisan daftar pustaka.

 Hasil penelitian ini dapat saya gunakan sebagai rujukan dalam penyusunan tinjauan pustaka dan
kerangka berpikir tentang sikap ilmiah dalam penelitian saya.

Copyright @ I Gede Dana Santika | 2014

Pitafi, A. I. & Farooq, M. 2012. Measurement of scientific attitude of secondary school student in
Pakistan. Academic Research International. 2(2): 379-392. Tersedia pada http://www.savap.org.p
k/journals. Diakses pada 5 Nopember 2014.
Dirangkum oleh: I Gede Dana Santika (1113021077)
Sains merupakan warisan intelektual yang dimiliki manusia sejak manusia mulai memperhatikan
sekelilingnya dan mempertimbangkan kejadian-kejadian alam yang terjadi. Pengetahuan tentang alam ini
tidak hanya mampu memberikan perubahan pada lingkungan tempat manusia tinggal, namun juga
mempengaruhi pola pikir dan pendekatan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya. Perkembangan sains bergantung pada penelitian ilmiah yang dilakukan secara kontinu.
Tidak dipungkiri lagi bahwa instrumen yang berkualitas dan peneliti yang handal merupakan hal-hal
esensial yang diperlukan dalam mengembangkan sains, namun hal yang paling penting dari penelitian
adalah sikap dan karakter orang yang melakukan penelitian tersebut. Hal ini karena peneliti tersebut yang
merencanakan, membuat instrumen, melakukan eksperimen, dan menarik kesimpulan dari penelitian
tersebut. Oleh karena itu, sikap peneliti sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran sains.
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas 10 di 67 sekolah di Kecamatan Ranjanpur, Pakistan.
Dari populasi tersebut, sampel dari penelitian ini adalah 100 siswa yang dipilih secara random di 10
sekolah yang berbeda. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang memuat 8 bagian dari dimensi
sikap ilmiah, yaitu rasa ingin tahu, rasionalitas, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, berpikir
terbuka, berpikir kritis, objektif, jujur, dan rendah hati. Setiap aspek sikap ilmiah tersebut terdiri a