Mengidentifikasi Perbedaan jenis antara Penyer
TUGAS HUKUM PIDANA
Mengidentifikasi Perbedaan antara Penyertaan (Deelneiming)dan
Pembantuan (Medeplichtigheid)
OLEH :
MUHAMMAD MUBARAK CHADYKA PUTRA
B111 13 071
MATA KULIAH HUKUM PIDANA KELAS C
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
Permasalahan: Mengidentifikasi perbedaan antara Penyertaan (Deelneming) yang
akan dibagi kedalam Plegen, Doen Plegen, Medeplegen dan Uitlokken dan
Pembantuan (Medeplichtigheid).
A. Identifikasi Perbedaan
a. Plegen dan Medeplichtigheid
Plegen
Medeplichtigheid
Pidana pada orang yang
membantu tidak sama dengan
pembuat atau orang yang ikut
serta karena pidana terhadap
pembantuan setinggi-tingginya
maksimum pidana pokok
dikurangi sepertiga.
Pidana pada orang yang turut
serta adalah sama dengan
pembuat (plegen);
Turut serta dalam tindak
melakukan pelanggaran dapat
dipidana.
Pembantuan pada pelanggaran
tidak dapat dipidana, hanya
pada kejahatan.
Pleger sebagai pihak yang
melakukan dan menyelesaikan
perbuatan pidana (formiil)dan
perbuatannya menimbulkan
akibat yang dilarang undangundang (materiil) yang
pertanggungjawabannya ada
pada dirinya sendiri.
Pada pembantuan selalu harus
ada sikap batin bahwa apa yang
akan diperbuatnya itu adalah
kepentingan orang lain bukan
untuk kepentingan dirinya.
b. Doen Plegen dan Medeplichtigheid
Doen Plegen
Medeplichtigheid
Dalam bentuk medeplichtigheid
memang pembuat pembantu
dalam melakukan perbuatan adalah
pada pembentukan kehendak
orang yang dibantu, sehingga niat
untuk berbuat jahat ada pada
orang yang diberikan bantuan.
Perbuatan ini dilakukan untuk
sekedar mempermudah atau
memperlancar bagi pembuat
pelaksana dalam hal melaksanakan
kejahatan. Sehingga yang
membantu dikurangi hukuman
pokoknya.
Dalam pembantuan juga dikenal
ada yang namanya pembantuan
dengan nasihat atau petunjuk yang
disebut pembantuan intelektual.
Pembantuan intelektual juga
dipidana tetapi yang namanya
pembantuan pidananya dikurangi
dari hukuman pokoknya.
Kehendak ada pada orang yang
menyuruh. Alat melakukan apa
yang dikehendaki oleh yang
menyuruh.
Yang menyuruh dapat
dipertanggungjawabkan dan yang
disuruh tidak
dipertanggungjawabkan.
Sehingga yang diberikan
beban pertanggunjawaban ada
pada orang yang menyuruh.
Diperbuat oleh 2 pihak, yakni
actor intelektual (manus domina)
dan aktor materil (manus
ministra). Dimana aktor
intelektuallah yang diberikan
keseluruhan
pertanggungjawaban pidana.
c. Medeplegen dan Medeplichtigheid
Medeplegen
Medeplichtigheid
Dalam Medepleger kesengajaan
pembuat pembantu dalam ikut
serta melakukan tindak pidana
diperbuat oleh pihak yang
secara sadar dan sengaja turut
melibatkan diri dan dilakukan
kerjasama/pelaksanaan tindak
pidana dilakukan bersama.
Dalam bentuk medeplichtigheid
memang kesengajaan pembuat
pembantu dalam menggunakan 3
cara tersebut tidak ditujukan pada
pembentukan kehendak orang
yang dibantu, sehingga tidak
harus ada kerjasama yang
disadari.
Perbuatan ini dilakukan karena
memang disadari oleh
pembuatnya dan perbuatan
mereka ditujukan pada
penyelesaian kejahatan.
Perbuatan ini dilakukan untuk
sekedar mempermudah atau
memperlancar bagi pembuat
pelaksana dalam hal
melaksanakan kejahatan.
Semua pihak yang terlibat
melakukan tindak pidana
dijadikan sebagai pelaku dan
dijerat dengan ketentuan
pidana baik itu pelanggaran
maupun kejarhatan sesuai
dengan perbuatan pelaksananya.
Pihak terlibat melakukan tindak
pidana dijerat apabila terbukti
melakukan perbuatan
kejahatan dan tidak dalam hal
pelanggaran.
Dalam Medepleger “turut
melakukan”, ada kerja sama
yang disadari walaupun tanpa
kesepahakatan sebelumnya
antara para pelaku dan mereka
bersama-sama melaksanakan
kehendak tersebut, para pelaku
memiliki tujuan dalam
melakukan tindak pidana
tersebut.
Kesengajaan pembuat pembantu
tidak sama dengan pembuat
pelaksana dan pembuat peserta.
Tidak ada sumbngan subjektif
dari pembuat pembantu
terhadap yang orang dibantu
untuk mewujudkan kejahatan.
Prinsip pidana pada
medeplegen dianggap
dipersamakan pada semua
pihak yang ikut serta.
Prinsip pidana pada
pembantuan lebih ringan
darpada pidana pada pembuat
peserta, yakni maksimum pidana
pokok dikurangi sepertiga.
d. Uitlokken dan Medeplichtigheid
Uitlokken
Medeplichtigheid
Niat yang timbul berasal dari
orang yang memberi bantuan
atau disebut pembujuk
(uitlokker).
Niat untuk melakukan kejahatan
harus timbul dari orang yang
diberi bantuan, kesempatan,
daya upaya, atau keterangan.
Di dalam uitlokken terdapat dua
syarat, yakni subjektif dan
objektif. Syarat subjektif adalah
dalam hal sengaja, sedangkan
syarat objektif adalah perbuatan
yang dilakukan. Pada uitlokken
lebih condong pada syarat
subjektif (ajaran subjektif)
daripada syarat objektif.
Terdapat limitatif perbuatan
dalam uitlokken, sama halnya
dengan medeplichtigheid,
yakni: dengan memberikan
kesempatan, dengan
memberikan sarana, dan dengan
memberikan keterangan. Dalam
uitlokken fungsi/ sumbangan/
andil dari penggunaan tiga upaya
adalah membentuk kehendak
orang lain untuk melakukan
tindak pidana. Karena dalam
uitlokken, inisiatif tindak pidana
selalu berasal dari uitlokker.
Di dalam medeplichtigheid juga
terdapat dua syarat, yakni
subjektif dan objektif. Pada
medeplichtigheid dua syarat
tersebut sama pentingnya.
Dalam medeplichtigheid ketiga
perbuatan limitatif tersebut tidak
memiliki fungsi untuk membentuk
kehendak orang yang dibantu
untuk melakukan tindak pidana.
Karena poin pertama tadi niat
harus timbul dari orang yang
diberi bantuan.
Mengidentifikasi Perbedaan antara Penyertaan (Deelneiming)dan
Pembantuan (Medeplichtigheid)
OLEH :
MUHAMMAD MUBARAK CHADYKA PUTRA
B111 13 071
MATA KULIAH HUKUM PIDANA KELAS C
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
Permasalahan: Mengidentifikasi perbedaan antara Penyertaan (Deelneming) yang
akan dibagi kedalam Plegen, Doen Plegen, Medeplegen dan Uitlokken dan
Pembantuan (Medeplichtigheid).
A. Identifikasi Perbedaan
a. Plegen dan Medeplichtigheid
Plegen
Medeplichtigheid
Pidana pada orang yang
membantu tidak sama dengan
pembuat atau orang yang ikut
serta karena pidana terhadap
pembantuan setinggi-tingginya
maksimum pidana pokok
dikurangi sepertiga.
Pidana pada orang yang turut
serta adalah sama dengan
pembuat (plegen);
Turut serta dalam tindak
melakukan pelanggaran dapat
dipidana.
Pembantuan pada pelanggaran
tidak dapat dipidana, hanya
pada kejahatan.
Pleger sebagai pihak yang
melakukan dan menyelesaikan
perbuatan pidana (formiil)dan
perbuatannya menimbulkan
akibat yang dilarang undangundang (materiil) yang
pertanggungjawabannya ada
pada dirinya sendiri.
Pada pembantuan selalu harus
ada sikap batin bahwa apa yang
akan diperbuatnya itu adalah
kepentingan orang lain bukan
untuk kepentingan dirinya.
b. Doen Plegen dan Medeplichtigheid
Doen Plegen
Medeplichtigheid
Dalam bentuk medeplichtigheid
memang pembuat pembantu
dalam melakukan perbuatan adalah
pada pembentukan kehendak
orang yang dibantu, sehingga niat
untuk berbuat jahat ada pada
orang yang diberikan bantuan.
Perbuatan ini dilakukan untuk
sekedar mempermudah atau
memperlancar bagi pembuat
pelaksana dalam hal melaksanakan
kejahatan. Sehingga yang
membantu dikurangi hukuman
pokoknya.
Dalam pembantuan juga dikenal
ada yang namanya pembantuan
dengan nasihat atau petunjuk yang
disebut pembantuan intelektual.
Pembantuan intelektual juga
dipidana tetapi yang namanya
pembantuan pidananya dikurangi
dari hukuman pokoknya.
Kehendak ada pada orang yang
menyuruh. Alat melakukan apa
yang dikehendaki oleh yang
menyuruh.
Yang menyuruh dapat
dipertanggungjawabkan dan yang
disuruh tidak
dipertanggungjawabkan.
Sehingga yang diberikan
beban pertanggunjawaban ada
pada orang yang menyuruh.
Diperbuat oleh 2 pihak, yakni
actor intelektual (manus domina)
dan aktor materil (manus
ministra). Dimana aktor
intelektuallah yang diberikan
keseluruhan
pertanggungjawaban pidana.
c. Medeplegen dan Medeplichtigheid
Medeplegen
Medeplichtigheid
Dalam Medepleger kesengajaan
pembuat pembantu dalam ikut
serta melakukan tindak pidana
diperbuat oleh pihak yang
secara sadar dan sengaja turut
melibatkan diri dan dilakukan
kerjasama/pelaksanaan tindak
pidana dilakukan bersama.
Dalam bentuk medeplichtigheid
memang kesengajaan pembuat
pembantu dalam menggunakan 3
cara tersebut tidak ditujukan pada
pembentukan kehendak orang
yang dibantu, sehingga tidak
harus ada kerjasama yang
disadari.
Perbuatan ini dilakukan karena
memang disadari oleh
pembuatnya dan perbuatan
mereka ditujukan pada
penyelesaian kejahatan.
Perbuatan ini dilakukan untuk
sekedar mempermudah atau
memperlancar bagi pembuat
pelaksana dalam hal
melaksanakan kejahatan.
Semua pihak yang terlibat
melakukan tindak pidana
dijadikan sebagai pelaku dan
dijerat dengan ketentuan
pidana baik itu pelanggaran
maupun kejarhatan sesuai
dengan perbuatan pelaksananya.
Pihak terlibat melakukan tindak
pidana dijerat apabila terbukti
melakukan perbuatan
kejahatan dan tidak dalam hal
pelanggaran.
Dalam Medepleger “turut
melakukan”, ada kerja sama
yang disadari walaupun tanpa
kesepahakatan sebelumnya
antara para pelaku dan mereka
bersama-sama melaksanakan
kehendak tersebut, para pelaku
memiliki tujuan dalam
melakukan tindak pidana
tersebut.
Kesengajaan pembuat pembantu
tidak sama dengan pembuat
pelaksana dan pembuat peserta.
Tidak ada sumbngan subjektif
dari pembuat pembantu
terhadap yang orang dibantu
untuk mewujudkan kejahatan.
Prinsip pidana pada
medeplegen dianggap
dipersamakan pada semua
pihak yang ikut serta.
Prinsip pidana pada
pembantuan lebih ringan
darpada pidana pada pembuat
peserta, yakni maksimum pidana
pokok dikurangi sepertiga.
d. Uitlokken dan Medeplichtigheid
Uitlokken
Medeplichtigheid
Niat yang timbul berasal dari
orang yang memberi bantuan
atau disebut pembujuk
(uitlokker).
Niat untuk melakukan kejahatan
harus timbul dari orang yang
diberi bantuan, kesempatan,
daya upaya, atau keterangan.
Di dalam uitlokken terdapat dua
syarat, yakni subjektif dan
objektif. Syarat subjektif adalah
dalam hal sengaja, sedangkan
syarat objektif adalah perbuatan
yang dilakukan. Pada uitlokken
lebih condong pada syarat
subjektif (ajaran subjektif)
daripada syarat objektif.
Terdapat limitatif perbuatan
dalam uitlokken, sama halnya
dengan medeplichtigheid,
yakni: dengan memberikan
kesempatan, dengan
memberikan sarana, dan dengan
memberikan keterangan. Dalam
uitlokken fungsi/ sumbangan/
andil dari penggunaan tiga upaya
adalah membentuk kehendak
orang lain untuk melakukan
tindak pidana. Karena dalam
uitlokken, inisiatif tindak pidana
selalu berasal dari uitlokker.
Di dalam medeplichtigheid juga
terdapat dua syarat, yakni
subjektif dan objektif. Pada
medeplichtigheid dua syarat
tersebut sama pentingnya.
Dalam medeplichtigheid ketiga
perbuatan limitatif tersebut tidak
memiliki fungsi untuk membentuk
kehendak orang yang dibantu
untuk melakukan tindak pidana.
Karena poin pertama tadi niat
harus timbul dari orang yang
diberi bantuan.