Manajemen Berbasis Sekolah (3). pdf
Manajemen Berbasis Sekolah
Dr. Richardus Eko Indrajit
Agenda
1.
2.
3.
4.
Seluk Beluk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Hasil Riset Bank Dunia terkait MBS
Rancangan Modul Teknologi Informasi
Pengukuran Tingkat Kematangan Teknologi
Informasi
Latar Belakang
A Globalisasi mengerucut pada kompetisi kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia (keunggulan
kompetitif dan komparatif)
A “Pendidikan” merupakan infrastruktur utama
kehidupan
A Kanal pendidikan – seperti sekolah, perguruan
tinggi, pusat pelatihan – menjadi titik-titik “mercu
suar” komunitas sosial
A Semakin berkualitas sekolah, semakin berkualitas
komunitas di sekitarnya
Landasan Pemikiran
A Secara geografis, Indonesia teramat sangat
heterogen
A Peranan, posisi, dan karakteristik sekolah amat
beragam dengan konteks yang berbeda-beda
A Konsep “one policy for all” menjadi tidak relevan
dan sulit diterapkan karena fenomena keunikan
tersebut
A Pendekatan baru harus dipergunakan:
– Sejalan dengan ciri khas masing-masing sekolah
– Menuju pada visi dan misi serta obyektif yang
dicanangkan stakeholders (internal dan eksternal)
Manajemen Berbasis Sekolah
A Adaptasi dari “School Based Management”:
– Pendekatan politik dengan cara meredesain pengelolaan
sekolah untuk memberikan kekuasaan/partisipasi lebih
kepada guru, siswa, orang tua, dan masyarakat dalam
mengatur sekolah terkait
– Modifikasi struktur pemerintahan dengan memindahkan
otoritas dalam pengambilan keputusan pemerintahan dan
manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat
lokal
(Chapman, J, 1990)
Tantangan
A Harus lebih efektif (dalam menghasilkan ilmu
pengetahuan dan siswa yang bermutu)
A Harus lebih efisien (dalam hal optimalisasi
pemakaian sumber daya)
A Harus lebih terkontrol dengan baik (dalam hal “tata
pamong” dalam pencapaian visi/misi lokal yang
sejalan dengan visi/misi nasional)
“Best Practice”
A Merupakan karya “Edward E. Lawler” dan “Susan
Alber Mohrman” et.al.
A Sudah dicoba di Amerika Serikat (juga di Thailand,
Brazil, Australia, New Zealand, Meksiko, Jepang,
Chili, El Savador dan Hongkong) dan berhasil
membawa dampak yang positif dan siginifikan,
khususnya dalam hal kualitas belajar mengajar,
pengambilan keputusan, dan dorongan semangat/
motivasi berprestasi
A Bagian dari proses desentralisai pendidikan yang
menghadirkan sekolah sebagai sebuah lembaga
otorita yang jauh dari birokrasi sentralistik
Hal yang Perlu Diperhatikan
A MBS menyangkut kekuatan desentralisasi dengan
target utama peningkatan kinerja sekolah
A MBS mengarah pada partisipasi “local
stakeholders” dengan mengacu pada tuntutan
efektivitas program
A MBS menggunakan strategi “manajemen
partisipatif” yang menekankan kemampuan
profesional dibandingkan dengan kekuasaan
A MBS menawarkan kebebasan kekuasaan yang
besar pada sekolah dengan sikap akuntabilitas
tinggi
Asumsi Dasar
1. Sekolah merupakan lembaga layanan jasa
pendidikan dimana Kepsek merupakan Manajer
untuk peningkatan mutu layanan dan hasil belajar
dengan orientasi pada pemakai (internal dan
eksternal)
2. Akselerasi didapat jika terjadi “alignment” antara
sekolah dengan lingkungan otoritas terkait yang
lebih tinggi
3. Secara aktif seluruh “stakeholders” harus
dilibatkan untuk menjamin adanya konvergensi
visi/misi dalam kegiatan operasional sehari-hari
Sebab Kegagalan MBS
1. MBS diberlakukan sebagai inovasi yang terpisah
dari konteks kurikulum
2. MBS segera mengembangkan sistem
pengambilan keputusan lokal yang cenderung
otoriter
3. MBS tidak membuat sistem ukuran kinerja yang
efektif
4. MBS membingungkan “stakeholers” karena
perbedaan persepsi dalam berbagai isu
Arsitektur Mutu MBS
Hakekat Utama
A “Sekolah” merupakan sebuah sebuah “entiti
usaha” yang memiliki sejumlah “misi sosial”
A Terjadi perkawinan antara aspek-aspek komersial
(bisnis) usaha dan tujuan-tujuan sosial universal
A “Common denominator”-nya terletak pada:
– Sustainability (kebersinambungan entitas)
– Endurance (ketahanan entitas)
A Harus ada ukuran (CSFs, KGIs, dan KPIs) untuk
menjamin kedua hal tersebut
BSC untuk MBS
A Aspek Finansial dan
Ketersediaan Infrastruktur
Pendidikan
A Aspek Kepuasan dan
Loyalitas Pelanggan
(Stakeholders)
A Aspek Proses
Penyelenggaraan Aktivitas
Pembelajaran
A Aspek Pertumbuhan
Entitas Pendidikan
Kunci Keberhasilan MBS
A Entitas yang beroperasi berdasarkan “customersdriven” dan “quality compliance”
A Memiliki “business model” yang ampuh
A Kemampuan manajemen individu profesional yang
digabungkan dengan kemampuan bekerja dalam
tim
A Berorientasi pada proses yang semakin lama
semakin baik kinerjanya (misalnya: cheaper-betterfaster)
Apa yang Harus Dimiliki Sekolah?
A Sebuah “BUSINESS PLAN” yang kuat/kokoh,
menyangkut:
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Analisa Kebutuhan Pelanggan Internal dan Eksternal
Kajian SWOT Sekolah dan Mitra Kerjanya
Definisi Pelanggan dan Reposisi Pasar
Rancangan Produk dan Jasa
Penentuan Visi, Misi, dan Obyektif
Pemilihan Manajemen Inti dan Persiapan SDM
Penentuan “Business Models”
Desain Proses Strategis dan Operasional
Penyusunan Strategi Keuangan, Pemasaran dan
Kemitraan
Perubahan Paradigma MBS
Perubahan Paradigma Belajar
Keingingan Orang Tua (Education Matters 2000)
A
A
A
A
A
Best experience for their child
Education in basics
Progressing well
Child happy to go to school
Teachers enthusiastic, pleasant, responsive to
children, responsive to parents
A Timely, useful feedback on progress
A Principals who listen to parents
Terima Kasih
Dr. Richardus Eko Indrajit
Agenda
1.
2.
3.
4.
Seluk Beluk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Hasil Riset Bank Dunia terkait MBS
Rancangan Modul Teknologi Informasi
Pengukuran Tingkat Kematangan Teknologi
Informasi
Latar Belakang
A Globalisasi mengerucut pada kompetisi kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia (keunggulan
kompetitif dan komparatif)
A “Pendidikan” merupakan infrastruktur utama
kehidupan
A Kanal pendidikan – seperti sekolah, perguruan
tinggi, pusat pelatihan – menjadi titik-titik “mercu
suar” komunitas sosial
A Semakin berkualitas sekolah, semakin berkualitas
komunitas di sekitarnya
Landasan Pemikiran
A Secara geografis, Indonesia teramat sangat
heterogen
A Peranan, posisi, dan karakteristik sekolah amat
beragam dengan konteks yang berbeda-beda
A Konsep “one policy for all” menjadi tidak relevan
dan sulit diterapkan karena fenomena keunikan
tersebut
A Pendekatan baru harus dipergunakan:
– Sejalan dengan ciri khas masing-masing sekolah
– Menuju pada visi dan misi serta obyektif yang
dicanangkan stakeholders (internal dan eksternal)
Manajemen Berbasis Sekolah
A Adaptasi dari “School Based Management”:
– Pendekatan politik dengan cara meredesain pengelolaan
sekolah untuk memberikan kekuasaan/partisipasi lebih
kepada guru, siswa, orang tua, dan masyarakat dalam
mengatur sekolah terkait
– Modifikasi struktur pemerintahan dengan memindahkan
otoritas dalam pengambilan keputusan pemerintahan dan
manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat
lokal
(Chapman, J, 1990)
Tantangan
A Harus lebih efektif (dalam menghasilkan ilmu
pengetahuan dan siswa yang bermutu)
A Harus lebih efisien (dalam hal optimalisasi
pemakaian sumber daya)
A Harus lebih terkontrol dengan baik (dalam hal “tata
pamong” dalam pencapaian visi/misi lokal yang
sejalan dengan visi/misi nasional)
“Best Practice”
A Merupakan karya “Edward E. Lawler” dan “Susan
Alber Mohrman” et.al.
A Sudah dicoba di Amerika Serikat (juga di Thailand,
Brazil, Australia, New Zealand, Meksiko, Jepang,
Chili, El Savador dan Hongkong) dan berhasil
membawa dampak yang positif dan siginifikan,
khususnya dalam hal kualitas belajar mengajar,
pengambilan keputusan, dan dorongan semangat/
motivasi berprestasi
A Bagian dari proses desentralisai pendidikan yang
menghadirkan sekolah sebagai sebuah lembaga
otorita yang jauh dari birokrasi sentralistik
Hal yang Perlu Diperhatikan
A MBS menyangkut kekuatan desentralisasi dengan
target utama peningkatan kinerja sekolah
A MBS mengarah pada partisipasi “local
stakeholders” dengan mengacu pada tuntutan
efektivitas program
A MBS menggunakan strategi “manajemen
partisipatif” yang menekankan kemampuan
profesional dibandingkan dengan kekuasaan
A MBS menawarkan kebebasan kekuasaan yang
besar pada sekolah dengan sikap akuntabilitas
tinggi
Asumsi Dasar
1. Sekolah merupakan lembaga layanan jasa
pendidikan dimana Kepsek merupakan Manajer
untuk peningkatan mutu layanan dan hasil belajar
dengan orientasi pada pemakai (internal dan
eksternal)
2. Akselerasi didapat jika terjadi “alignment” antara
sekolah dengan lingkungan otoritas terkait yang
lebih tinggi
3. Secara aktif seluruh “stakeholders” harus
dilibatkan untuk menjamin adanya konvergensi
visi/misi dalam kegiatan operasional sehari-hari
Sebab Kegagalan MBS
1. MBS diberlakukan sebagai inovasi yang terpisah
dari konteks kurikulum
2. MBS segera mengembangkan sistem
pengambilan keputusan lokal yang cenderung
otoriter
3. MBS tidak membuat sistem ukuran kinerja yang
efektif
4. MBS membingungkan “stakeholers” karena
perbedaan persepsi dalam berbagai isu
Arsitektur Mutu MBS
Hakekat Utama
A “Sekolah” merupakan sebuah sebuah “entiti
usaha” yang memiliki sejumlah “misi sosial”
A Terjadi perkawinan antara aspek-aspek komersial
(bisnis) usaha dan tujuan-tujuan sosial universal
A “Common denominator”-nya terletak pada:
– Sustainability (kebersinambungan entitas)
– Endurance (ketahanan entitas)
A Harus ada ukuran (CSFs, KGIs, dan KPIs) untuk
menjamin kedua hal tersebut
BSC untuk MBS
A Aspek Finansial dan
Ketersediaan Infrastruktur
Pendidikan
A Aspek Kepuasan dan
Loyalitas Pelanggan
(Stakeholders)
A Aspek Proses
Penyelenggaraan Aktivitas
Pembelajaran
A Aspek Pertumbuhan
Entitas Pendidikan
Kunci Keberhasilan MBS
A Entitas yang beroperasi berdasarkan “customersdriven” dan “quality compliance”
A Memiliki “business model” yang ampuh
A Kemampuan manajemen individu profesional yang
digabungkan dengan kemampuan bekerja dalam
tim
A Berorientasi pada proses yang semakin lama
semakin baik kinerjanya (misalnya: cheaper-betterfaster)
Apa yang Harus Dimiliki Sekolah?
A Sebuah “BUSINESS PLAN” yang kuat/kokoh,
menyangkut:
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Analisa Kebutuhan Pelanggan Internal dan Eksternal
Kajian SWOT Sekolah dan Mitra Kerjanya
Definisi Pelanggan dan Reposisi Pasar
Rancangan Produk dan Jasa
Penentuan Visi, Misi, dan Obyektif
Pemilihan Manajemen Inti dan Persiapan SDM
Penentuan “Business Models”
Desain Proses Strategis dan Operasional
Penyusunan Strategi Keuangan, Pemasaran dan
Kemitraan
Perubahan Paradigma MBS
Perubahan Paradigma Belajar
Keingingan Orang Tua (Education Matters 2000)
A
A
A
A
A
Best experience for their child
Education in basics
Progressing well
Child happy to go to school
Teachers enthusiastic, pleasant, responsive to
children, responsive to parents
A Timely, useful feedback on progress
A Principals who listen to parents
Terima Kasih