DUNIA TANPA MATEMATIKA SAMA DENGAN NOL
DUNIA TANPA MATEMATIKA SAMA DENGAN NOL
Kata matematika berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar.” Disiplin utama dalam
matematika di dasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan,
pengukuran tanah, dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan
ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika
yaitu studi tentang struktur, ruang, dan perubahan. Matematika merupakan suatu
hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Kenapa? Karena dalam melakukan
transaksi jual beli senantiasa semua orang tanpa ia sadari telah menerapkan sistem
hitung di dalam kehidupannya setiap hari. Dalam perdagangan sangat berkaitan
erat dengan matematika karena dalam perdagangan pasti akan ada perhitungan, di
mana perhitungan tersebut bagian dari matematika. Secara tidak sadar ternyata
semua orang menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari seperti jika
ada orang yang sedang membangun rumah maka pasti orang tersebut akan
mengukur dalam menyelesaikan pekerjaannya itu. Oleh karena itu matematika
sangat bermanfaat sekali dalam kehidupan sehari-hari.
Peran serta pendidikan matematika dalam pendidikan secara keseluruhan
sangat luas tidak hanya berkaitan tentang hal yang teknis dan ilmiah saja.
Buktinya bahwa persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari dapat diuraikan
dalam model matematika sehingga penyelesaiannya lebih cepat dan sederhana.
Hal ini sesuai dengan tujuan pengajaran matematika di sekolah yang tertuang
dalam kurikulum bahwa matematika melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif,
1
inovatif, dan mampu menyelesaikan masalah dengan tepat dan singkat serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Hampir keseluruhan siswa, mahaiswa bahkan orang dewasa lainnya
sekalipun, ketika mendengar kata kata matematika seakan akan itu makhluk yang
aneh, [ada hakikatnya tidak. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
seseorang, ia akan senantiasa berfikir dan berfikir. Begitu juga halnya dengan
matematika, seseorang akan mendapatkan apa yang dihitungnya dengan berfikir
yang dibarengi dengan penjumlahannya. Pada kenyataannya hampir 50% manusia
mengeluh akan matematika, bahkan menimbulkan pertanyaan kenapa matematika
itu harus dipelajari? Tanpa ia sadari matematika itupun sudah menghantuinya di
setiap hari, artinya manusia tidak akan bisa lari dari kata-kata matematika karena
kehidupan didunia ini sangat erat sekali hubungannya dengan perhitungan.
Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap bahwa belajar matematika
harus dengan ekstra keras, dalam artian mereka menjadikan matematika seperti
“monster” yang mesti ditakuti dan malas untuk mempelajarinya. Apalagi dengan
dijadikannya matematika sebagai salah satu diantara mata pelajaran yang diujikan
dalam ujian nasional yang merupakan syarat bagi kelulusan siswa-siswi SMP
maupun SMA, ketakutan siswa pun makin bertambah. Akibat dari pemikiran
negatif tersebut, perlu kiranya pengajar matematika melakukan upaya yang dapat
membuat proses belajar mengajar bermakna dan menyenangkan. Salah satunya
dengan cara pembelajaran matematika Realistik dimana pembelajaran ini
mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah
dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai
2
aktivitas siswa. Dengan demikian siswa tidak harus dibawa ke dunia nyata, akan
tetapi berhubungan dengan situasi nyata yang ada dalam pikiran siswa. Jadi siswa
diajak berfikir bagaimana menyelesaikan masalah yang mungkin atau sering
dialami siswa dalam kesehariannya. Pembelajaran pada saat ini selalu
dilaksanakan di dalam kelas yang menyebabkan siswa kurang bebas bergerak, kita
sebagai generasi mendatang yaitu calon pengajar matematika kita harus mengubah
pola belajar dan mindset berfikirnya siswa dengan memvariasikan strategi
pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar
sekolah secara langsung, sekaligus mempergunakannya sebagai sumber belajar.
Banyak hal yang bisa kita jadikan sumber belajar matematika, yang penting kita
harus dapat memilih topik yang sesuai. Misalnya, ada tanaman di depan kelas
bahkan mereka dapat berfikir secara cepat dan akan langsung menghitung berapa
jenis tanaman yang ada di halaman kelas tersebut, bahkan kita dapat menyuruh
mereka untuk mengukur panjang tanaman tersebut sesuai dengan timgkatan
pembelajarannya.
Kebanyakan siswa, mempelajari matematika merupakan beban berat dan
membosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Supaya
mereka tidak bosan, kita harus menciptakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran.
Misalnya, bermain teka-teki yang berbasis bilangan serta kita menggambarkan
kepada mereka apa jadinya kita jika kita tidak bisa menghitung, sungguh kita
tidak akan tau ada berapa pohon di depan rumah, di depan sekolah bahkan di
tempat lainnya. Begitu pula dengan jajanannya.
3
Menurut H. Winter, siswa seharusnya belajar berargumentasi, mengerti
apa yang dibicarakan, memahami lalu dapat mengabstraksikannya sehingga
menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan (otak kiri digunakan untuk
menghitung dan otak kanan untuk kreatifitas) untuk mematematisasikan situasi di
sekelilingnya. Sehingga, guru harus mampu berkomunikasi dengan baik dalam
kegiatan pembelajaran agar materi atau konsep yang disampaikan tidak
disalahterimakan oleh siswa, supaya pengajaran matematika tidak membosankan,
menarik, dan menyenangkan.
Beberapa Karakteristik Matematika, yaitu:
1. Objek yang dipelajari abstrak.
Sebagian besar yang dipelajari dalam matematika adalah angka atau bilangan
yang secara nyata tidak ada atau merupakan hasil pemikiran otak manusia yaitu
Ibnu Musa Al-Khawarizmi. Agar angka-angka tersebut menarik, maka kita harus
terpesona dengan matematika, berminat dan termotivasi, menyukai matematika,
menghargai maksud kekuatan dan relevansi matematika dalam kehidupan serta
kepuasan yang tumbuh dari keberhasilan dan keyakinan terhadap mengerjakan
soal-soal.
2. Kebenaranya berdasarkan logika.
Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran secara logika bukan empiris.
Artinya kebenarannya tidak dapat dibuktikan melalui ekserimen seperti dalam
ilmu fisika atau biologi. Contohnya nilai √-2 tidak dapat dibuktikan dengan
kalkulator, tetapi secara logika ada jawabannya sehingga bilangan tersebut
dinamakan bilangan imajiner (khayal).
4
3. Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinue.
Pemberian atau penyajian materi matematika disesuaikan dengan tingkatan
pendidikan dan dilakukan secara terus-menerus. Artinya dalam mempelajari
matematika harus secara berulang melalui latihan-latihan soal.
4. Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya.
Materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau menguasai materi sebelumnya.
Contohnya ketika akan mempelajari tentang volume atau isi suatu bangun ruang
maka harus menguasai tentang materi luas dan keliling bidang datar.
5. Menggunakan bahasa simbol.
Dalam matematika penyampaian materi menggunakan simbol-simbol yang telah
disepakati dan dipahami secara umum. Misalnya penjumlahan menggunakan
simbol "+" sehingga tidak terjadi dualisme jawaban.
6. Diaplikasikan dibidang ilmu lain.
Matematika dapat digunakan untuk memadukan antara satu ilmu dengan ilmu
yang lainnya dan terjadinya pertambahan. Misalnya, dalam ilmu Tijarah, dengan
kita bisa matematika maka kita akan mudah bertransaksi dan orang tidak akan
bisa menipu kita dan sebaliknya.
Dari pemaparan tersebut jelaslah, bahwasanya dunia tanpa matematika
sama dengan nol. Ibaratnya pohon kayu yang tidak ada kulit, pohonnya sebagai
dunia dan kulitnya sebagai matematika. Dalam kehidupan, manusia tidak bisa
dipisahkan dari matematika kemanapun kita akan pergi dan dimanapun kita
berada, dengan sendirinya matematika telah menguasai kita. Setiap kita
melangkah matematika sudah berada di sisi kita.
5
6
Kata matematika berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar.” Disiplin utama dalam
matematika di dasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan,
pengukuran tanah, dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan
ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika
yaitu studi tentang struktur, ruang, dan perubahan. Matematika merupakan suatu
hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Kenapa? Karena dalam melakukan
transaksi jual beli senantiasa semua orang tanpa ia sadari telah menerapkan sistem
hitung di dalam kehidupannya setiap hari. Dalam perdagangan sangat berkaitan
erat dengan matematika karena dalam perdagangan pasti akan ada perhitungan, di
mana perhitungan tersebut bagian dari matematika. Secara tidak sadar ternyata
semua orang menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari seperti jika
ada orang yang sedang membangun rumah maka pasti orang tersebut akan
mengukur dalam menyelesaikan pekerjaannya itu. Oleh karena itu matematika
sangat bermanfaat sekali dalam kehidupan sehari-hari.
Peran serta pendidikan matematika dalam pendidikan secara keseluruhan
sangat luas tidak hanya berkaitan tentang hal yang teknis dan ilmiah saja.
Buktinya bahwa persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari dapat diuraikan
dalam model matematika sehingga penyelesaiannya lebih cepat dan sederhana.
Hal ini sesuai dengan tujuan pengajaran matematika di sekolah yang tertuang
dalam kurikulum bahwa matematika melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif,
1
inovatif, dan mampu menyelesaikan masalah dengan tepat dan singkat serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Hampir keseluruhan siswa, mahaiswa bahkan orang dewasa lainnya
sekalipun, ketika mendengar kata kata matematika seakan akan itu makhluk yang
aneh, [ada hakikatnya tidak. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
seseorang, ia akan senantiasa berfikir dan berfikir. Begitu juga halnya dengan
matematika, seseorang akan mendapatkan apa yang dihitungnya dengan berfikir
yang dibarengi dengan penjumlahannya. Pada kenyataannya hampir 50% manusia
mengeluh akan matematika, bahkan menimbulkan pertanyaan kenapa matematika
itu harus dipelajari? Tanpa ia sadari matematika itupun sudah menghantuinya di
setiap hari, artinya manusia tidak akan bisa lari dari kata-kata matematika karena
kehidupan didunia ini sangat erat sekali hubungannya dengan perhitungan.
Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap bahwa belajar matematika
harus dengan ekstra keras, dalam artian mereka menjadikan matematika seperti
“monster” yang mesti ditakuti dan malas untuk mempelajarinya. Apalagi dengan
dijadikannya matematika sebagai salah satu diantara mata pelajaran yang diujikan
dalam ujian nasional yang merupakan syarat bagi kelulusan siswa-siswi SMP
maupun SMA, ketakutan siswa pun makin bertambah. Akibat dari pemikiran
negatif tersebut, perlu kiranya pengajar matematika melakukan upaya yang dapat
membuat proses belajar mengajar bermakna dan menyenangkan. Salah satunya
dengan cara pembelajaran matematika Realistik dimana pembelajaran ini
mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah
dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai
2
aktivitas siswa. Dengan demikian siswa tidak harus dibawa ke dunia nyata, akan
tetapi berhubungan dengan situasi nyata yang ada dalam pikiran siswa. Jadi siswa
diajak berfikir bagaimana menyelesaikan masalah yang mungkin atau sering
dialami siswa dalam kesehariannya. Pembelajaran pada saat ini selalu
dilaksanakan di dalam kelas yang menyebabkan siswa kurang bebas bergerak, kita
sebagai generasi mendatang yaitu calon pengajar matematika kita harus mengubah
pola belajar dan mindset berfikirnya siswa dengan memvariasikan strategi
pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar
sekolah secara langsung, sekaligus mempergunakannya sebagai sumber belajar.
Banyak hal yang bisa kita jadikan sumber belajar matematika, yang penting kita
harus dapat memilih topik yang sesuai. Misalnya, ada tanaman di depan kelas
bahkan mereka dapat berfikir secara cepat dan akan langsung menghitung berapa
jenis tanaman yang ada di halaman kelas tersebut, bahkan kita dapat menyuruh
mereka untuk mengukur panjang tanaman tersebut sesuai dengan timgkatan
pembelajarannya.
Kebanyakan siswa, mempelajari matematika merupakan beban berat dan
membosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Supaya
mereka tidak bosan, kita harus menciptakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran.
Misalnya, bermain teka-teki yang berbasis bilangan serta kita menggambarkan
kepada mereka apa jadinya kita jika kita tidak bisa menghitung, sungguh kita
tidak akan tau ada berapa pohon di depan rumah, di depan sekolah bahkan di
tempat lainnya. Begitu pula dengan jajanannya.
3
Menurut H. Winter, siswa seharusnya belajar berargumentasi, mengerti
apa yang dibicarakan, memahami lalu dapat mengabstraksikannya sehingga
menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan (otak kiri digunakan untuk
menghitung dan otak kanan untuk kreatifitas) untuk mematematisasikan situasi di
sekelilingnya. Sehingga, guru harus mampu berkomunikasi dengan baik dalam
kegiatan pembelajaran agar materi atau konsep yang disampaikan tidak
disalahterimakan oleh siswa, supaya pengajaran matematika tidak membosankan,
menarik, dan menyenangkan.
Beberapa Karakteristik Matematika, yaitu:
1. Objek yang dipelajari abstrak.
Sebagian besar yang dipelajari dalam matematika adalah angka atau bilangan
yang secara nyata tidak ada atau merupakan hasil pemikiran otak manusia yaitu
Ibnu Musa Al-Khawarizmi. Agar angka-angka tersebut menarik, maka kita harus
terpesona dengan matematika, berminat dan termotivasi, menyukai matematika,
menghargai maksud kekuatan dan relevansi matematika dalam kehidupan serta
kepuasan yang tumbuh dari keberhasilan dan keyakinan terhadap mengerjakan
soal-soal.
2. Kebenaranya berdasarkan logika.
Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran secara logika bukan empiris.
Artinya kebenarannya tidak dapat dibuktikan melalui ekserimen seperti dalam
ilmu fisika atau biologi. Contohnya nilai √-2 tidak dapat dibuktikan dengan
kalkulator, tetapi secara logika ada jawabannya sehingga bilangan tersebut
dinamakan bilangan imajiner (khayal).
4
3. Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinue.
Pemberian atau penyajian materi matematika disesuaikan dengan tingkatan
pendidikan dan dilakukan secara terus-menerus. Artinya dalam mempelajari
matematika harus secara berulang melalui latihan-latihan soal.
4. Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya.
Materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau menguasai materi sebelumnya.
Contohnya ketika akan mempelajari tentang volume atau isi suatu bangun ruang
maka harus menguasai tentang materi luas dan keliling bidang datar.
5. Menggunakan bahasa simbol.
Dalam matematika penyampaian materi menggunakan simbol-simbol yang telah
disepakati dan dipahami secara umum. Misalnya penjumlahan menggunakan
simbol "+" sehingga tidak terjadi dualisme jawaban.
6. Diaplikasikan dibidang ilmu lain.
Matematika dapat digunakan untuk memadukan antara satu ilmu dengan ilmu
yang lainnya dan terjadinya pertambahan. Misalnya, dalam ilmu Tijarah, dengan
kita bisa matematika maka kita akan mudah bertransaksi dan orang tidak akan
bisa menipu kita dan sebaliknya.
Dari pemaparan tersebut jelaslah, bahwasanya dunia tanpa matematika
sama dengan nol. Ibaratnya pohon kayu yang tidak ada kulit, pohonnya sebagai
dunia dan kulitnya sebagai matematika. Dalam kehidupan, manusia tidak bisa
dipisahkan dari matematika kemanapun kita akan pergi dan dimanapun kita
berada, dengan sendirinya matematika telah menguasai kita. Setiap kita
melangkah matematika sudah berada di sisi kita.
5
6