Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola As (1)

Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola Asuh Terhadap Anak Dalam Keluarga
Pola asuh di atas harus disesuaikan dengan determinasi yang jelas antara hak dan
kewajiban anak; tetapi terutama hak anak. Hak anak yang dimaksud ialah bermain, belajar, kasih
sayang, nama baik, perlindungan, dan perhatian.

Berdasarkan pendekatan sosio-kultural, dalam konteks bermasyarakat, keluarga memiliki fungsi
berikut :
1.

Fungsi Biologis. Tempat keluarga memenuhi kebutuhan seksual ( suami - istri ) dan

mendapatkan keturunan (anak); dan selanjutnya menjadi wahana di mana keluarga menjamin
kesempatan hidup bagi setiap anggotanya. Secara biologis, keluarga menjadi tempat untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu.
Berkaitan dengan fungsi ini, pola asuh anak di bidang kesehatan juga harus mendapat perhatian
para orangtua. Pola hidup sehat perlu diterapkan di dalam keluarga yang bisa dilakukan dengan
cara :
·

Memberitahukan pada anak untuk mengurangi konsumsi makanan instan atau cepat saji.


mengapa hal ini penting ? Kita tahu, bahwa di dalam makanan instan terdapat zat pengawet yang
jika dikonsumsi secara berlebihan akan membahayakan bagi kesehatan,
·

Memberitahukan pada anak untuk berolah raga secara rutin.

·

Menyediakan sayuran dan buah bagi anak untuk dikonsumsi.

·

Memberitahukan pada anak untuk memperbanyak minum air putih.
2.

Fungsi Pendidikan. Keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan keluarga

sebagai “institusi” pendidikan, sehingga terdapat proses saling belajar di antara anggota keluarga.
Dalam situasi ini orangtua menjadi pemegang peran utama dalam proses pembelajaran anakanaknya, terutama di kala mereka belum dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan,
bimbingan dan pendampingan, dan teladan nyata. Dalam bidang pergaulan pun, anak tetap

dikontrol. Sebagian peserta mengungkapkan bahwa mereka biasa mengontrol melalui teman si
anak, serta menghubungi ibu/bapak guru melalui HP. Di samping itu, setalah anak pulang

sekolah, para peserta juga memeriksa tas sekolah anak, kalau-kalau si anak membawa sesuatu
yang tidak wajar. Adapun suka-duka para peserta dalam mendidik anak sangat bervariasi.
Sebagian peserta menyatakan sangat senang bila anak-anak mereka menurut terhadap apa yang
mereka sarankan. Namun di sisi lain, peserta merasa sedih bila si anak terkadang membantah
perkataan mereka, ngambek tidak mau belajar, salah pergaulan dan sebagainya.
3.

Fungsi Religius. Para orangtua dituntut untuk mengenalkan, membimbing,

memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenal kaidah-kaidah
agama dan perilaku keagamaan. Di sini para orangtua diharuskan menjadi tokoh inti dan panutan
dalam keluarga, untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya. Berkatian
dengan pola asuh anak di bidang agama, banyak orangtua sepakat bahwa agama adalah solusi
terakhir dan tertinggi bagi setiap persoalan hidup anak-anak mereka. Masalahnya justru terletak
pada tantangan yang mereka hadapi dalam mensosialisasikan ajaran agama dimaksud. Hari-hari
ini ada fenomena bahwa agama seakan-akan tidak lagi menarik perhatian anak-anak. Pesan
moral dari kisah-kisah yang mempesona dari kitab-kitab suci tidak lagi sampai kepada anak-anak

di jaman ini. Memang sih hal ini erat terkait dengan mandegnya progressivitas pihak agama
dalam mencari pola-pola pengajaran terkini. Maka tidak mengherankan bila sebagian besar
orangtua sangat sulit mengajak anak-anaknya untuk beribadah. Banyak anak justru tidak merasa
nyaman di gereja atau tempat ibadah agamanya. Di titik ini para orangtua harus menyadari
fungsi mereka sebagai teladan atau pemberi contoh terlebih dahulu. Bagaimana anak akan
menurut pada ajakan orangtua bila si orangtua sendiri tidak menjalankannya.
4.

Fungsi Perlindungan. Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga

dan memelihara anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul.
Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga. Selama ini dalam mendidik anak, banyak
orangtua mendidik anak-anak mereka dengan sabar dan telaten, agar anak menurut sesuai dengan
yang diinginkan. Namun tidak jarang pula mereka menggunakan cara-cara yang sedikit otoriter,
agar anak tidak bandel dan menurut apa yang kita perintah. Fungsi perlindungan juga
menyangkut pola asuh orangtua di bidang kesehatan. Pola ini bisa dicermati dari kegiatan
keseharian anak, antara lain :


Selama ini ketika anak pulang dari sekolah langsung pulang ke rumah atau bermain dulu

di tempat temannya. Dalam hal ini juga harus diperhatikan apakah anak tersebut sudah

makan siang atau belum. Artinya kontrol terhadap pola makan anak dijalankan dengan
baik. Apabila anak pulang sampai sore atau malam hari maka orangtua perlu menanyakan
kemana saja seharian anak tersebut.


Selama ini ketika anak pulang dari sekolah, apakah langsung membantu orangtua atau
bermain. Hal ini ditinjau dari pandangan orangtua jelas tentunya lebih senang ketika anak
langsung membantu orangtua dalam hal pekerjaan di dalam rumah. Lalu bagaimana bila
ternyata anak membantu orangtua dalam arti ikut bekerja mencari uang ? Tentunya hal ini
sebaiknya belum boleh dilakukan oleh anak, mengingat anak masih tumbuh dan
berkembang dan mempunyai hak untuk menikmati dunia bermainnya. Bisa dibayangkan
betapa anak nantinya akan terbebani ketika harus memikirkan pelajaran di sekolah,
namun di sisi yang lain masih harus bekerja mencari uang. Sudah menjadi kewajiban
orangtualah untuk membiayai segala macam keperluan anak sehari-hari termasuk pula
dalam hal biaya sekolah.




Anak dipastikan mandi sehari dua kali. Dalam hal ini orangtua senantiasa mengontrol
apakah anak sudah mandi atau belum.



Asupan gizi yang dikonsumsi anak juga harus diperhatikan. Apabila anak setiap hari
diberi lauk daging, tentunya tidak bagus. Akan lebih baik bila diimbangi dengan sayur,
buah dan susu. Dalam arti makanan yang dikonsumsi sehari-hari memenuhi 4 sehat 5
sempurna. Sesekali anak diberi lauk ikan, telur, tempe, tahu dan lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar terdapat variasi menu makanan anak agar anak tidak bosan.
5.

Fungsi Sosialisasi. Para orangtua dituntut untuk mempersiapkan anak untuk

menjadi anggota masyarakat yang baik, kalau tidak mau disebut warga negara kelas satu. Dalam
melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan
kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti
oleh anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap
lingkungannya.
6.


Fungsi Kasih Sayang. Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi

lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan
peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat

ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalam
suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagai masalah dan
persoalan hidup.
7.

Fungsi Ekonomis. Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan

ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan
usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.
8.

Fungsi Rekreatif. Suasana Rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga

lainnya apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari ketegangan

batin, dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari.
9.

Fungsi Status Keluarga. Fungsi ini dapat dicapai apabila keluarga telah

menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi keluarga ini menunjuk pada kadar kedudukan (status)
keluarga dibandingkan dengan keluarga lainnya. Dalam mengembangkan anak untuk menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan persiapan dan perlakuan terhadap anak secara
tepat sesuai dengan kondisi anak. Sebagai manusia, setiap anak mempunyai ciri individual yang
berbeda satu dengan yang lain. Di samping itu setiap anak yang lahir di dunia ini berhak hidup
dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang dimilikinya. Untuk dapat
memberi kesempatan berkembang bagi setiap anak diperlukan pola asuh yang tepat dari
orangtuanya, hal ini mengingat anak adalah menjadi tanggung jawab orangtuanya baik secara
fisik, psikis maupun sosial.

Cara Mengasuh Anak Dalam Keluarga
Mengasuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan
baik dan ketika dewasa menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab. Mengasuh anak
bukanlah dimulai saat anak dapat berkomunikasi dengan baik, tetapi dilakukan sendiri mungkin
(sejak lahir).

Cara mengasuh anak sebaiknya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak yaitu :
a.

Sejak lahir sampai 1 tahun
Dalam kandungan, anak hidup serba teratur, hangat, dan penuh penlindungan. Setelah

dilahinkan, anak sepenuhnya bengantung terutama pada ibu atau pengasuhnya. Pada masa ini
anak perlu dibantu untuk mempertahankan hidupnya. Pencapaian pada tahap ini untuk
mengembangkan rasa percaya pada lingkungannya. Bila nasa percaya tak didapat, maka timbul
rasa tak aman, rasa ketakutan dan kecemasan. Bayi belum bisa bercakap-cakap untuk
menyampaikan keingmnannya, ia menangis untuk menarik perhatian orang. Tangisannya
menunjukkan bahwa bayi membutuhkan bantuan. Ibu harus belajar mengerti maksud tangisan
bayi. Keadaan dimana saat bayi membutuhkan bantuan, dan mendapat respon yang sesuai akan
menimbulkan rasa percaya dan aman pada bayi. ASI adalah makanan yang paling baik untuk
bayi. Dengan pemberian ASI seorang bayi akan didekap ke dada sehingga merasakan kehangatan
tubuh ibu dan terjalinlah hubungan kasih sayang antara bayi dan ibunya. Segala hal yang dapat
mengganggu proses menyusui dalam hubungan ibu anak pada tahap ini akan menyebabkan
terganggunya pembentukan rasa percaya dan rasa aman.
b.


Usia 1 – 3 tahun

Pada tahap ini umumnya anak sudah dapat berjalan. Ia mulai menyadari bahwa gerakan
badannya dapat diatur sendiri, dikuasai dan digunakannya untuk suatu maksud. Tahap ini
merupakan tahap pembentukan kepercayaan diri.

Pada tahap ini, akan tertanam dalam diri anak perasaan otonomi diri, makan sendiri,
pakai baju sendiri dll. Orang tua hendaknya mendorong agar anak dapat bergerak bebas,
menghargai dan meyakini kemampuannya. Usahakan anak mau bermain dengan anak yang lain
untuk mengetahui aturan permainan. Hal ini jadi dasar terbentuknya rasa yakin pada diri dan
harga diri di kemudian hari.
c.

Usia 3 – 6 tahun (prasekolah)
Tahap ini anak dapat meningkatnya kemampuan berbahasa dan kemampuan untuk

melakukan kegiatan yang bertujuan, anak mulai memperhatikan dan berinteraksi dengan dunia
sekitarnya.
Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya, dan meniru kegiatan sekitarnya, libatkan diri
dalam kegiatan bersama dan menunjukkan inisiatif untuk mengerjakan sesuatu tapi tidak

mementingkan hasilnya, mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin kadang-kadang terpaku
pada alat kelaminnya sendiri.
Pada tahap ini ayah punya peran penting bagi anak. Anak laki-laki merasa lebih sayang
pada ibunya dan anak perempuan lebih sayang pada ayahnya. Melalui peristiwa ini anak dapat
mengalami perasaan sayang, benci, iri hati, bersaing, memiliki, dll. Ia dapat pula mengalami
perasaan takut dan cemas. Pada masa ini, kerjasama ayah-ibu amat penting artinya.
d.

Usia 6 – 12 tahun
Pada usia ini teman sangat penting dan ketrampilan sosial mereka semakin berkembang.

Hubungan mereka menjadi lebih baik dalam berteman, mereka juga mudah untuk mendekati
teman baru dan menjaga hubungan pertemanan yang sudah ada.
Pada usia ini mereka juga menyukai kegiatan kelompok dan petualangan, keadaan ini
terjadi karena terbentuknya identifikasi peran dan keberanian untuk mengambil risiko. Orang tua
perlu membimbing mereka agar mereka memahami kemampuan mereka yang sebenarnya dan
tidak melakukan tindakan yang berbahaya.
Anak pada usia ini mulai tertarik dengan masalah seks dan bayi, sehingga orang tua perlu
untuk memberikan informasi yang dianggap sensitive ini secara


Dalam perkembangan keterampilan mentalnya, mereka dapat mempertahankan
ketertarikannya dalam waktu yang lama dan kemampuan menulis mereka baik. Anak pada usia
ini seringkali senang membaca buku ilmu pengetahuan atau CD ROM. Mereka menikmati
mencari dan menemukan informasi yang menarik minat mereka.
Anak mulai melawan orang tuanya, mereka menjadi suka berargumentasi dan tidak suka
melakukan pekerjaan rumah. Orang tua perlu secara bijaksana menjelaskann pada mereka tugas
dan tanggung jawabnya. Keberhasiln pada masa kanak akhir terlihat, jika mereka dapat berkarya
dan produktif dikemudian hari.
e.

Usia 12 – 18 tahun
Masa remaja bervariasi pada setiap anak, tapi pada umumnya berlangsung antara usia 11

sampai 18 tahun. Di dalam masa remaja pembentukan identitas diri merupakan salah satu tugas
utama, sehingga saat masa remaja selesai sudah terbentuk identitas diri yang mantap.
Pertanyaan yang sering pada masa remaja saat pembentukan identitas diri adalah :
siapakah saya?, serta : kemanakah arah hidup saya? Jika masa remaja telah berakhir dan
pertanyaan itu tidak dapat dijawab dan diselesaikan dengan baik, dapat terjadi apa yang
dinamakan : krisis identitas, pada krisis identitas terjadi dapat menimbulkan
kebingungan/kekacauan identitas dirinya. Unsur-unsur yang memegang peran penting dalam
pembentukan identitas diri adalah : pembentukan suatu rasa kemandirian, peran seksual,
identifikasi gender, dan peran sosial serta perilaku.
Berkembangnya masa remaja terlihat saat Ia mulai mengambil berbagai macam nilai-nilai
etik, baik dan orang tua, remaja lain dan ia menggabungkannya menjadi suatu sistem nilai dan
dirinya sendiri.
Pada masa remaja, numah merupakan landasan dasar (base), sedangkan ‘dunianya”
adalah sekolah maka bagi remaja hubungan yang paling penting selain dengan keluarganya
adalah dengan teman sebaya. Pengertian dari rumah sebagai landasan dasar adalah, anak dalam
kehidupan seahari-hani tampaknya ia seolah-olah sangat bergantung kepada teman sebayanya,
tapi sebenarnya Ia sangat membutuhkan dukungan dan orang tuanya yang sekaligus harus
berfungsi sebagai pelindung di saat ia mengalami krisis, baik dalam dirinya atau karena faktor

lain. Pada masa ini penting sekali sikap keluarga yang dapat berempati, mengerti, mendukung,
dan dapat bersikap komunikatif dua anak dengan sang remaja dalam pembentukan identitas diri
remaja itu.
Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbentuklah dalam suatu
identias diri. Keberhasilan yang diperoleh atau kegagalan yang dialami dalam proses pencapaian
kemandirian merupakan pengaruh dari fase-fase perkembangan sebelumnya. Kegagalan keluarga
dalam memberikan bantuan/dukungan itu secara memadai, akan berakibat dalam ketidak
mampuan anak untuk mengatur dan mengendalikan kehidupan emosinya. Sedangkan
keberhasilan keluarga dalam pembentukan remaja telah mengambil nilai-nilai etik dari orang tua
dan agama, ia mengambil nilai-nilai apa yang terbaik bagi dia dan masyarakat pada umumnya.
Jadi penting bagi orang tua untuk memberi teladan yang baik bagi remaja, dan bukan hanya
menuntut remaja berperilaku baik, tapi orang tua sendiri tidak berbuat demikian.

SEJARAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
DAN KONSEP KEPRIBADIAN
A.

Sejarah Psikologi Kepribadian

Sejarah dan Pengertian Psikologi Kepribadian
Sejumlah kekuatan ilmiah dan filosofis yang menyatu pada awal abad ke-20 memungkinkan
lahirnya psikologi kepribadian. Sigmund Freud, yang sangat sadar akan awal yang baru ini,
dengan sengaja menerbitkan salah satu dari karya utamanya, The Interpretation of Dreams, pada
tahun 1900(alih-alih pada tahun 1899). Pada tahun 1930-an, teori kepribadian modern sedang
terbentuk. Psikologi kepribadian berusia kurang dari satu abad, namun mempunyai akar
sepanjang sejarah manusia. Kronologis waktu yang ditampilkan dalam bab ini menunjukkan
perkiraan urutan tonggak-tonggak sejarah penting dalam sejarah psikologi kepribadian dan
kaitannya dengan kejadian dunia yang penting.1[1]
Psikologi kepribadian ini selain meneliti jiwa seseorang juga meneliti atau mengakaji mengenai
islam , yakni psikologi kepribadian islam. Psikologi kepribadian islam yang dimaksudkan di sini
tidak saja bernilai the indigenous psychology, tetapi juga di anggap sebagai psikologi lintas
budaya, etnik dan bahasa. Atau lebih tepatnya di anggap sebagai psikologi rahmati lil
al-‘alamin, yang mencakup alam syahadah (empirik) dan alam ghaib (meta empirik), bahkan
alam dunia dan alam akhirat.2[2]
Makna kepribadian atau Personality berasal dari kata “person” yang secara bahasa memiliki arti;
(1) an individual human being (sosok manusia sebagai individu), (2) a common individual
1
2

(individu secara umum), (3) a living human body (orang yang hidup), (4) self (pribadi), (5)
personal exsintence or identity (exsistensi atau identitas pribadi), dan (6) distinctive personal
character (kekhususan karakter individu).3[3]
Dalam psikologi kepribadian tercetus beberapa hal di antaranya, Teater dan Presentasi Diri,
aspek-aspek Agama, Evolusi Biologis, Pengetesan dan Teori Modern. 4[4]
·

Teater dan Presentasi Diri

Sebagian akar psikologi kepribadian bisa ditelusuri ke teater. Theophrastus, murid dari
Aristoteles, adalah salah satu pencipta-pencipta pertama sketsa karakter deskripsi singkat
mengenai tipe orang yang bisa di temui kapan pun dan dimana pun seprti seorang yang murahan,
rapi pemalas, atau kasar (Allport, 1961). Pada abadn ke-20, teater kembali mengambil langkah
imajinatif pemain teater seperti luigi Pirandello (1867-1936), bermain dengan ide bahwa seorang
karakter bisa melangkah keluar dari operistiwa di dalam pentas mereka. Sebagai contoh, seorang
pemain bisa sepenuhnya, keluar dari panggung (atau keluar dari set film) dan mengomentari
drama tersebut. Disini seolah-olah, karakter tersebut mempunyai realitasnya sendiri dan
kenyataan menjadi suatu rangkaian ilusi. Pada saat yang bersamaan, filsuf sosial mulai
mempertimbangkan ide mengenai diri relatif lebih jelasnya, tidak ada diri yang sejati di balik
topeng, melainkan diri yang sejati hanyalah merupaann serangkaian topeng (Hare &Blumberg,
1988; G.Mead,1968). Dengan kata lain abad ke-20 ini menentang ide tentang adanya inti diri
atau kepribadian yang bisa di temukan.
Agama
Aspek lain dari psikologi kepribadian bisa ditelusuri kepercayaan-kepercayaan agama. Tradisi
keagamaan barat (Yahudi, Kristen, Islam) memepercayai bahwa umat manusia diciptakan
menurut citra Tuhan dan sejak awal telah menghadapi godaan dan perjuangan moral. Manusia
bertujuan untuk memenuhi sebuah tujuan adikotri, berjuang demi kebaikan, dan melawan yang
jahat. Dalam tradisi ini, sifat dasar manusia pada hakikatnya adalah spiritual sebuah roh yang
mendiami raga ketika ia berada di dunia. Hal inilah yang mengha;langi analisis kepribadianyang
3
4

ilmiah karena agama dapat memandang manusia bukan sebagai bagian dari alam, namun lebih
dari sebagian atauran adikodrati.
Filsafat dan agama-agama Timur berfokus pada kesadaran diri dan pemenuhan diri spiritual .
perhatian juga banyak dia raahakan pada meditasi dan tingkat kesadaran yang berubah (seperti
keserupan). Fokus pemikiran Timur ini pada kesadaran, pemenuhan diri dan roh manusia,
memainkan peranan penting dalam aspek-aspek tertentu dari teori kepribadian modern.
Pemikiran Timur juga mempengaruhi psikologi kepribadian ternama seperti C.G.Jung. namun,
sebagian besar peneliti mengenain kepribadian di universitas saat ini lebih banyak bergelut di
arena ilmu pengetahuan modern dan positivistik, serta jarang terkait dengan masalah-masalah
spiritual.
·

Evolusi Biologis

Pengaruh terhadap psikologi kepribadian yang paling terlihat jelas bisa di telusuri ke
perkembangan ilmu biologi selama abad ke-19. Mengapa beberapa binatang, seperti harimau,
bersifat agresif dan peneyendiri, sementara binatang lain seperti, simpanse, bersifat sosial dan
kooperatif? Karakteristik apa saja dari manusiayang sama-sama dimiliki oleh binatang lain?
Perkembangan terbesar dalam pemikiran biologisdi abad ke-19 adalah teori evolusi. Pada tahun
1859 Charles Darwin menerbitkan Origin of Species, Charles Darwin mengajukan ide-ide yang
diajukan ahli teori lain, berpendapat bahwa karakteristik individualyang berevolusi adalah
karakteristik yang memungkinkan organisme tersebut untuk meneruskan gen keturunannya.
Individu yang tidak beradaptasi dengan baikdengan tuntutan dari lingkungannya tidak akan
hidup cukup lama untuk dapat meneruskan keturunan. Jadi, sebagai contoh, dorongan seks yang
kuat mempunyai nilai yang adaptif- individu yang tidak memiliki dorongan seks yang kuat akan
memilki kemungkinan yang lebih kecil untuk dapat melanjutkan keturunan. Begitu juga dengan
sejumlah dorongan agresi dan sejumlah bentuk tertentudari kerja sama sosial yang memilki nilai
adaptif. Binatang yang dapat mengusai makanan dan pasangan, dan binatang yang bisa bekerja
sama dengan yang lain untuki memastikan keselamatan mereka, akan hidup cukup lama
sehinggamemilki lebih besar kemungkinan untuk dapat meneruskan gen mereka, fokus terhadap
fungsi lebih- jelasnya, fungsi dari perilaku menjadi aspek yang penting dari pemikiran kita
mengenai kepribadian.

Namun, sumbanagan utama dari evolusi darwin terhadap psikologi kepribadian adalah caranya
memebebaskan pemikirandari asumsi adanya kendali adikodrati. Jika kita berfikir bahwa
kekuatan adikodrati memilki kendali penuh atas kegiatan manusia, kita tidak akan perlu mencari
hal-hal lain mempengaruhi individu. Ketika menjadi jelas bahwa manusia ditentukanoleh
hukum-hukum alam, ilmuwan mulai mempelajari perilakumanusia secara sistematis.
·

Pengetesan

Perhatian! Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengingat seberapa baiak Anda dapat mengingat,
memikirkan, dan menjalankan apa yang diperintahkan kepda Anda. Kami tidak mencari orangorang yang gila. Tujuan kami adalah membantu Anda menemukan tempat sesuai bagi Anda di
Angkatan bersenjata.
Begitulah instruksi untuk sebuah tes yang di beriak kepada lebih dari satu juta orang muda
Amerika, ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia Ipada tahun 1917 (Yerkes, 1921).
Orang-orang Amerika mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan, dan mereka berfikir akan
dapat melakukannya dengan lebih baik jika mereka mengukur orang yang sama seprti mereka
mengukur mesin. Pendekatan praktis yang dimilki oleh psikologi orang-orang Amerika ini
membawa perspektifyang berbeda terhadap studi mengenai perbedaan individu.
Banyak peneliti psikologis mengenai kepribadian telah didukung oleh strategi masa perang guna
kepentingan pertempuran atau oleh usaha masa damai untuk pertahanan nasioanal. Bahkan
sekarang Angkatan yang bersenjata AS masih memepekerjakan ratusan psikologi untuk
melakukan penelitian dan pengetesan terhadap prajurit-prajuritnya. Dulu pada tahun 1917,
angkatan bersenjata lebih bertujuan untuk menyeleksi orang-orang dungu, namun mereka juga
menyeleksi para para pelamar yang tidak tahan berada dibawah tekanan. Sebagai contoh salah
satu pertanyaan berbunyi “Apaka Anda merasa ingin melompatsaat berda ditempat ynag tinggi?”
(Woodworth,1919). Pertanyaan semacam inilah yang memebrikan sumbangan terhadap
perkembangan tes kepribadian modern. Tes-tes angakatan bersenjata dikembangakan dibawah
pengaruh psikologis Lewis Terman dari Stanfort dan Robert Yerkes dari Harvard, yang
sebenarnya lebih tertarik dengan pengetesan kecerdasan.
·

Teori Modern

Teori kepribadian modern mulai terbentuk secara formal pada tahun 1930-an. Bentuk teori
tersebut sangat dipengaruhi oleh karya tiga orang yakni Gorden Allport, Kurt Lewin dan Henry
Murray. Allport yang mailki keahlian luas dalam bidang filsafat dan karya-karya klasik,
memyusatkan kperhatiannya pada keunikan dan kehormatan uindividu. Allport mendefinisikan
kepribadian sebagai “organisasi dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan
peneyesuaian unik dirinya terhadap lingkungan”(1937,hal.48). dengan mengembangkan karya
psikolog filsuf William James, Allport menolak ide untuk memecah-mecah kepribadian ke dalam
komponen –komponen dasar (seperti sensasi atau dorongan dalam diri) dan lebih melihat sistem
yang mendasari setiap keunikan individu.
Kurt Lewin berasal dari tradisi Gestal di Eropa. Psikolog-psikolog Gestal menekankan hakikat
persepsi dan pikiran yang integaratif dan aktif, serta berpendapat bahwa keseluruhan adalah
lebih baik dari pada kumpulan dari bagian-bagian. Penekanan pada gambaran keseluruhan yang
seseorang bayangkan ketika menghadapi suatu situasi, mempunyai pengaruh yang besar terhadap
lewin, dan selanjutnya terhadap psikologi kepribadian dan sosial. Lewin memberi perhatian pada
“kondisi sesaat individu dan struktur situasi psikologinya”. Dengan kata lain, lewin menekankan
bahwa kekuatan yang mepengaruhi seseorang berubah dari waktu ke waktu dan dari situasi
kesituasi. Teori kepribadian modern telah menerapakan penekanan ini dalam memahami keadaan
seseorang dlam situasi tertentu.
Henry Murray, menghabiskan sebagian besar kariernya diklinik psikologi Harvard, dimana ia
berusaha mengintegrasikan isu-isu klinis (masalah psienh yang nyata) dengan isu-isu teori dan
pemeriksaan. Lebih penting lagi, Murray percaya pada sebuah orientasi komprehensif, termasuk
penelitian longitudional mempelajari orang yang sama untuk jangka waktu yang lama. Dia
menggunakan pendekatan yang luas dalam kepribadian dan mendefinisikan sebagai “cabang dari
psikologi yang pada prinsipnya memepelajari kehidupan manusia dan faktor-faktor apa saja yang
mempengsruhinya, serta menyelidiki perbedaan individu” (1938, hal.4) penenkannya untuk
memepelajri kekayaan hidup pada seiasp orang menuntun Murray untuk lebih memilih istilah
“Personology” alih-alih “Personality”, psikolog-psikolog modern yang menggunakan
pendekatan Murray sering menyebut diri mereka sendiri “Personologist”. Murray juga
menekankan hakikat individu yang terintegrasi dan dinamis sebagai organisme kompleks yang

berespon terhadap lingkungan yang spesifik. Murray juga menenkankan kebutuhan dan motivasi,
penekanan yang terbukti cukup terpengaruh.
Selain itu, usaha-usaha untuk menyusun teori dalam psikologi kepribadian ini dimana hasil-hasil
dari usaha-usaha tersebut ada yang nilai ilmiahnya masih jauh dari memadai dan karenanya
dapat disebut usaha-usaha yang masih bersifat prailmiah dan ada yang nilai ilmiahnya sudah
memadai.5[5][5]

Pengertian Psikologi kepribadian
Secara Etimologi Psikologi berasal dari dua kata psyche yang dalam bahasa yunani berarti
“jiwa” dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata “ilmu”.6[3] Jadi Psikologi artinya
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dan jiwa.
Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan
badaniah organik behavior, yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar. Sedangkan
jiwa adalah daya hidup rihaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur
bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan
manusia.
Sehingga pengertian psikologi dapat disimpulkan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan
dari lingkungannya.
Kepribadian merupakan sesuatu hal yang takbisa hilang dalam diri seseorang, kepribadian inilah
yang menjadi ciri khas. Manusia melaksanakan perbuatannya untuk memenuhi naluri-naluri dan
kebutuan-kebutuhan jasmaninya. Kumpulan perbuatan-perbuatan tersebut adalah tingkah laku
manusia. Tingkah laku ini tergantung pada pemahaman-pemahaman (mafahim) manusia tentang
5
6

segala sesuatu (asyya’), akitivitas dan kehidupan. Tingkah lakulah yang menunjukan kepribadian
manusia.
Kepribadian adalah metode berfikir manusia terhadap realita. Kepribadian juga merupakan
kecendrungan-kecendrungan manusia terhadap realita7[4].
Dan dengan arti yang lain, kepribadian manusia adalah pola pikir (‘aqliyah) dan pola jiwa (annafsiyah) nya.
Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaaan manusia menjadi satu
kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi –fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami
aku, diri, self, atau memahmi diri manusia seutuhnya.8[5]
Istilah Kepribadian sering digunakan untuk menerjemahkan kata syakshsiyah ataupun
personality

http://m-belajar.blogspot.co.id/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo_19.html
http://www.academia.edu/6556778/PENDIDIKAN_ANAK_DALAM_KELUARGA
https://ronnyafrianto1.wordpress.com/tag/fungsi-keluarga-dalam-pengasuhan-anak/

7
8