Struktur Ruang Kota Bandar Lampung denga

1. Pendahuluan
Pembangunan permukiman merupakan bidang kerja yang sangat luas mencakup pembangunan
perkotaan, perdesaan, keterkaitan desa–kota dan pengembangan wilayah pada umumnya. Salah satu
komponen dasar dalam pembangunan permukiman adalah pembangunan prasarana dan sarana
permukiman. Sampai sekarang masih ada semacam dikotomi antara pembangunan perkotaan dan
perdesaan.Seharusnya dikotomi semacam ini tidak perlu terjadi karena pembangunan perdesaan
dan perkotaan harus dilandasi oleh konsep yang menyeluruh dan terpadu.
Kita tidak bisa mengelak dari proses urbanisasi baik yang berjalan secara alamiah mengikuti
kekuatan pasar maupun yang terencanakan. Dengan laju pertumbuhan penduduk perkotaan sekitar
4,4 persen per tahun, pada tahun 2025 sekitar 60 persen penduduk Indonesia atau 167 juta orang
akan berada di wilayah perkotaan. Strategi yang kita perlukan adalah urbanisasi yang terkendali
(managed urbanization), yaitu menghindari penumpukan atau konsentrasi penduduk hanya di
beberapa kota metropolitan dan kota besar saja. Kita harus lebih banyak memberdayakan kota
sedang dan kota kecil, bahkan pusat-pusat pertumbuhan desa. Kita harus menggunakan pendekatan
“bring the cities to the people” bukan “bring the people to the cities”. Dalam hal ini pembangunan
infrastruktur akan mempunyai peran yang sangat penting dan strategik bagi upaya mengurangi
kesenjangan kemajuan antara perkotaan dan perdesaan.
Untuk itu dalam tulisan ini akan dibahas mengenai infrastruktur yang ada di kecamatankecamatan di Kota Bandar Lampung untuk mengetahui apakah pembangunan infrastruktur telah
berimbang. Imbang dalam arti antara satu kecamatan dan kecamatan lainnya jumlahnya tidak terlalu
tinggi tingkat kerenggangannya. Kemudian juga akan dianalisis wilayah manakah yang sebaiknya
dikembangkan menjadi kecamatan baru. Analisis yang dipakai dalam hal ini merupakan analisis

Skalogram dan analisis Indeks Sentralitas. Kemudian pada bagian akhir pada tulisan ini akan dianalisis
diantara kedua teori tersebut manakah teori yang relevansinya tinggi dan baik untuk digunakan
dalam analisis hierarki wilayah.
2. Kajian Literatur
2.1 Analisis Skalogram
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pusat pelayanan berdasarkan jumlah dan jenis unit
fasilitas pelayanan yang ada dala, setiap daerah.Asumsi yang digunakan apabila suatu wilayah
memiliki ranking tertinggi maka lokasi atau wilayah tersebut dapat ditetapkan menjadi suatu pusat
pertumbuhan (Amas Yamin, dkk dalam pardede, 2008). Dalam analisis skalogram ini subyek diganti
dengan pusat permukiman.Sedangkan objek diganti dengan fungsi atau kegiatan.Indikator yang
digunakan adalah jumlah penduduk, jumlah unit serta kualitas fungsi pelayanan yang dimiliki masingmasing daerah.
Dalam analisis skalogram ini ada tahapan-tahapan dalam metodenya yaitu:
1. Identifikasi semua kawasan perkotaan yang ada.
2. Buat urutan permukiman berdasarkan jumlah penduduk pada bagian sebelah kiri tabel
kerja.
3. Membuat urutan fasilitas yang ditemukan berdasarkan frekuensi yang ditemukan, pada
bagian atas.
4. Membuat garis baris dan kolom sehingga lembar kerja tersebut membentuk matriks yang
menampilkan fasilitas yang ada pada masing-masing pusat pelayanan atau kota.


5. Menggunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas, dan tanda
(0) pada sel yang menyatakan ketiadaan suatu fasilitas.
6. Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas, semakin
banyak fasilitas yang didapati pada suatu permukiman maka permukiman tersebut berada
pada urutan atas.
7. Mengidentifikasi peringkat atau hirarki pemukiman yang dapat diinterpretasikan
berdasarkan prosentase keberadaan fasilitas pada suatu pemukiman. Semakin tinggi
prosentasenya, maka hirarki pemukiman tersebut akan semakin tinggi.
Untuk menguji kelayakan skalogram maka ada rumus yang digunakan yaitu coeffisien of
reproducibility (COR) sebagai berikut:

COR=1−

∑e
NxK

Keterangan:
e = jumlah kesalahan
N = jumlah subyek/kota
K = jumlah obyek/ fasilitas

Dalam hal ini koefisien dianggap layak apabila bernilai 0,9-1.
2.2 Indeks Sentralitas Marshall
Selain menggunakan analisis skalogram, dalam analisis sistem pusat permukiman juga
menggunakan analisis indeks sentralitas marshall. Indeks sentralitas marshall ini digunakan untuk
menilai kemampuan dan hirarki pusat pelayanan, seperti halnya analisis skalogram guttman. Setelah
disusun tabel urutan kecamatan dihitung nilai skornya dengan menjumlahkan nilai indeks sentralitas
dari tiap fasilitas yang dimiliki. Persamaan yang dipergunakan untuk menilai bobot dari suatu fasilitas
adalah sebagai berikut:
C= t/T
Keterangan:
C- Bobot dari atribut fungsional suatu fasilitas
t = nilai sentralitas gabungan dalam hal ini 100
T = jumlah total dari atribut dalam sistem

3. Pembahasan
3.1 Analisis Skalogram
Analisis skalogram merupakan salah satu analisis terhadap pemusatan dalam suatu
wilayah. Dengan melakukan identifikasi terhadap fasilitas-fasilitas kunci yang mempunyai
hierarki serta mencirikan daerah perkotaan maka dapat ditentukan rangking kecamatan di
Kota Bandar Lampung.wilayah diasumsikan dalam tipologi wilayah nodal, dimana pusat atau

hinterland suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan jumlah dan jenis sarana dan
prasarana dan sarana yang ada. Kecamatan yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas yang

secara relatif paling lengkap merupakan pusat dan akan mempunyai hierarki yang lebih
tinggi. Sebalinya jika satu wilayah mempunyai jumlah dan jenis fasilitas dengan kuantitas
yang rendah merupakan wilayah hinterland dari wilayah lainnya.
Tabel 3.1 Hierarki Kecamatan di Kota Bandar Lampung Berdasarkan Analisis Skalogram
No

Kecamatan

1
2
3
5
8
9
12
6
10

4
13
7
11

Panjang
Kemiling
Tanjung Karang Barat
kedaton
Teluk Betung Utara
Rajabasa
Teluk Betung Selatan
Tanjung Karag pusat
Tanjung Karang Timur
Sukarame
Teluk Betung Barat
Sukabumi
Tanjung seneng
Total


Jumlah
Penduduk

Total Fasilitas
Analisis
Skalogram

Hierarki

17
15
14
13
13
13
13
11
11
10
10

9
9
158

96286
81122
74157
72953
62011
59658
49916
72195
56284
73443
35951
69621
54873
858470

1

2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5

Sumber : Analisis kencana, 2013
Berdasarkan analisis skalogram kecamatan yang hierarki paling tinggi yaitu
kecamatan panjang, serta kecamatan yang mempunyai hierarki kedua yaitu kecamatan
kemiling dan tanjung Karang Barat. Sedangkan kecamatan yang pada hierarki ketiga sebanyak
4 kecamatan, serta hierarki keempat sebanyak 4 kecamatan dan hierarki ke 5 sebanyak 2
kecamatan. Kecamatan yang berada pada hierarki 1 dan 2 mempunyai potensi untuk pusat
pelayanan dan pusat pertumbuhan pada Kota Bandar Lampung karena mempunyai jenis dan

jumlah fasilitas pendukung yang paling lengkap. Sedangkan kecamatan yang berada pada
hierarki 3, 4, dan 5 mempunyai peran yaitu sebagai kecamatan hinterland atau kecamatan
penyokong.
3.2 Analisis Indeks Sentralitas Marshall
Tabel 3.2 Hierarki Kecamatan di Kota Bandar Lampung Berdasarkan Analisis Indeks
Sentralitas Marshall
No

Kecamatan
1
6
2
5
12
8

Panjang
Tanjung Karang pusat
Kemiling
kedaton

Teluk Betung Selatan
Teluk Betung Utara

Jumlah
Penduduk
96286
72195
81122
72953
49916
62011

ISM
303,9091
200,0387
196,8608
161,1749
160,5272
136,6893


Hierarki
1
2
2
3
3
3

No

Kecamatan
3
9
10
7
4
11
13

Tanjung Karang Barat
Rajabasa
Tanjung Karang Timur
Sukabumi
Sukarame
Tanjung seneng
Teluk Betung Barat
Total

Jumlah
Penduduk
74157
59658
56284
69621
73443
54873
35951
858470

ISM
127,6525
119,3075
98,98699
95,54385
78,11759
64,34084
56,85074
1800

Hierarki
4
4
4
4
5
5
5

Sumber : Analisis kencana, 2013
Berdasarkan analisis skalogram, kecamatan yang mempunyai hierarki pertama yaitu
kecamatan Panjang dengan angka 303,9091. Sedangkan kecamatan yang berada pada
hierarki kedua yaitu kecamatan Tanjung Karang Pusat dan kecamatan Kemiling. Sedangkan
jumlah kecamatan yang berada pada hierarki keyiga yaitu 3 kecamatan, pada 4 hierarki 4
sejumlah 4 kecamatan, dan pada hierarki kelima yaitu 3 kecamatan. Kecamatan yang berada
pada hierarki 1 dan 2 mempunyai potensi untuk pusat pelayanan dan pusat pertumbuhan
pada Kota Bandar Lampung karena mempunyai jenis dan jumlah fasilitas pendukung yang
paling lengkap. Sedangkan kecamatan yang berada pada hierarki 3, 4, dan 5 mempunyai
peran yaitu sebagai kecamatan hinterland atau kecamatan penyokong. Selain untuk
perkembangan pusat pelayanan baru dan pusat pertumbuhan, analisis Indeks Sentralitas
Marshall juga dapat dijadikan sebagai analisa untuk membentuk kecamatan baru. Kecamatan
Panjang yang notabene mempunyai angka indeks sentralitas yang sangat tinggi seharusnya
dapat dibagi lagi wilayahnya untuk membentuk kecamatan baru. Hal ini sekaligus untuk
mengurangi disparitas pelayanan fasilitas umum.
3.3 Relevansi Teori Skalogram dan ISM
Suatu fasilitas yang dibangun pastinya akan berdasarkan penduduk pendukung yang
diatur didalam SPM. Berdasarkan hal tersebut sudah tentu bahwa suatu wilayah yang
mempunyai penduduk yang banyak berpengaruh kepada jumlah fasilitas yang ada pada
wilayah tersebut. Panjang yang mempunyai jumlah penduduk yang paling besar berada pada
hierarki yang paling tinggi berdasarkan kedua teori yang digunakan. Hal tersebut juga berlaku
pada kecamatan Kemiling. Akan tetapi jal yang tidak sama terjadi pad kecamatan Sukarame.
Kecamatan Sukarame tidak berada pada hierarki yang tinggi walaupun jumlah penduduknya
yang besar karena pemerintah Kota Bandar Lampung menetapkan Sukarame sebagai
kecamatan Hinterland atau penyangga. Otomatis ketersediaan fasilitas disini tidak selengkap
di kecamatan yang merupakan pusat pelayanan(heierarki 1). Selain itu Kecamatan Sukabumi
merupakan kecamatan yang baru tumbuh. Otamatis ketersediaan fasilitas di kecamatan ini
juga masih sedikit.

Tebel 3.3 Perbedaan Hierarki Kecamatan Pada Analisis Skalogram dan ISM

No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Panjang
Kemiling
Tanjung Karang Barat
Sukarame
kedaton
Tanjung Karang pusat
Sukabumi
Teluk Betung Utara
Rajabasa
Tanjung Karang Timur
Tanjung seneng
Teluk Betung Selatan
Teluk Betung Barat

Jumlah
Penduduk

Hierarki
Analisis
Skalogram

Hierarki
Analisis
ISM

96286
81122
74157
73443
72953
72195
69621
62011
59658
56284
54873
49916
35951

1
2
2
4
3
4
5
3
3
4
5
3
4

1
2
4
5
3
2
4
3
4
4
5
3
5

Sumber : Analisis kencana, 2013
Berdasarkan tabel perbedaan analisis skalogram dan ISM diatas diketahui bahwa
perbedaan analisis kedua teori tersebut adalah terjadi pada 6 Kecamatan atau sekitar 50%.
Jika dilihat dari beberapa Kecamatan, analisis ISM lah yang sebenarnya mendekati keadaan
kecamatan di Bandar Lampung. Karena dalam metodenya,analisis ini mengghiyung jumlah
dari suatu fasilitas bukan kelengkapan suatu fasilitas yang terdapat pada analisis skalogram.
Analisis skalogram digunakan hanya sebagai analisis dasar untuk menentukan hierarki suatu
wilayah secara umum berdasarkan kelengkapan fasilitas. Sedangkan analisis ISM lebih
menyeluruh dan analisis ini bisa digunakan dalam hal lain yaitu sebagai metode untuk
menunjukkan ketimpangan fasilitas antar kecamatan di Bandar Lampung. Dan juga anaslisi
ini dapat digunakan sebagai penentuan pembuatan kecamatan baru dengan memperhatikan
ketimpangan fasilitas itu.
4. Kesimpulan
Berdasarkan analisis skalogram dan ISM kecamatan di Kota Bandar Lampung yang
berada pada hierarki pertama(mempunyai fasilitas yang terlengkap) merupakan kecamatan
panjang yang notabene merupakan Kecamatan yang sudah lama terbentuk dan mempunyai
jumlah penduduk yang terbesar. Pemakaian analisis Indeks Sentralitas lebih tepat digunakan
dalam analisis hierarki suatu wilayah. Karena analisis skalogram digunakan hanya sebagai
analisis dasar untuk menentukan hierarki suatu wilayah secara umum berdasarkan
kelengkapan fasilitas. Sedangkan analisis ISM lebih menyeluruh dan analisis ini bisa
digunakan dalam hal lain yaitu sebagai metode untuk menunjukkan ketimpangan fasilitas
antar kecamatan di Bandar Lampung. Dan juga anaslisi ini dapat digunakan sebagai
penentuan pembuatan kecamatan baru dengan memperhatikan ketimpangan fasilitas itu.

DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, Budi. 2007. “Analisis perwillayahan, Hierarki, Komoditas Unggulan dan Partisipasi
Masyarakat pada Kawasan Agropolitan Bungakondang kabupaten Purbalingga”. Tesis S2
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Magister Sains Institute Pertanian Bogor.
Danastri, Sasya. 2011. “Analisis Penetapan Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru di Kecamatan Harjamukti,
Cirebon Selatan”. Skripsi S-I Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Laiko, Firman. 2010. “Pengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Kemampuan Lahan Pada
Satuan Wilayah Pengembangan I Kabupaten Gorontalo”. Skripsi S-II Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.
Robinson, Tarigan. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Setiawan dan Pepen Permanna. 2008. Pengantar Statistik. Deutschabteilung UPI.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden Pada PT. Indosat

8 108 124