BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif di SMK Negeri 1 Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014

BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Penelitian Relevan Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

  ini antara lain adalah:

  a. Penelitian Mulyono tahun 2013 dengan judul:

  

Implementasi Pendidikan Karakter dalam Ismuba (Al-Islam

Kemuhammadiyahan Bahasa Arab) Sekolah

Muhammadiyah Di Kota Salatiga Tahun 2012/2013

  Pada latar belakang dijelaskan bahwa di Indonesia sudah terindikasi adanya masalah akut dalam bangunan karakter bangsa sehingga pembangunan karakter bangsa menjadi sangat berarti dan mendesak untuk segera dilakukan. Tri Marhaeni PA dalam Mulyono menjelaskan bahwa masih banyak guru yang belum paham dan belum tahu, pendidikan karakter seperti apa yang diinginkan oleh pemerintah, mengingat setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda. Di samping itu, minimnya figur teladan dari para elit (apa yang ingin diajarkan tidak sesuai dengan kenyataan), menambah sulitnya penekanan pendidikan karakter terhadap para pelajar.

  Kesimpulan dari penelitian adalah (1) konsep pendidikan karakter telah ada dalam konsep pembelajaran ISMUBA. Karakter ideal yang diinginkan dalam pembelajaran ISMUBA adalah karakter religius, cinta ilmu, mampu bekerja sama, dan peduli, dan (2) Penerapan pendidikan karakter di sekolah-sekolah Muhammadiyah di Salatiga berjalan sangat baik dengan bukti semua guru telah melengkapi setiap perangkat kurikulum pembelajarannya dengan nilai-nilai karakter dan diterapkan dalam setiap kali kegiatan pembelajaran. Ada banyak kegiatan tambahan dalam rangka menunjang antara lain: 1) sambutan pagi oleh para guru dan karyawan di pintu gerbang sekolah; 2) shalat Dhuha dan Dzuhur berjama’ah; kunjungan bagi warga sekolah yang sakit; 3) Infaq Jum’at Peduli untuk yang membutuhkan; dan, 4) festival-festival yang disesuaikan dengan even yang sedang terjadi. 5) Tapak Suci Putra Muhammadiyah, 6) Baca Tulis al-

  Qur’an, 7) Tadarus Al-Qur’an sebelum jam pertama dimulai.

  a.

  Penelitian Abdul Basar, pada tahun 2012 pada penelitian yang berjudul: Implementasi Pendidikan

  

Karakter Melalui Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di SDN Bendungan IV Wates Kulon

Progo Tahun Ajaran 2011/2012.

  Penelitian bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan, hambatan, dan solusi implementasi pendidikan karakter melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dilakukan di SD N Bendungan IV Wates Kulonprogo.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perencanaan dilakukan adalah dengan menyiapkan silabus, RPP, serta menyiapkan bahan ajar yang berwawasan karakter, (2) tahap pelaksanaan menyajikan proses pembelajaran mulai dari materi, langkah pembelajaran, media dan metode sehingga proses pembelajaran dikondisikan mendapat pengalaman belajar secara bermakna, (3) tahap penilaian dilakukan pada tahap proses, yaitu melihat sikap siswa selama pembelajaran berlangsung dan tahap hasil, yaitu kegiatan pembelajaran yang mengacu pada aspek kognitif, (4) kendala yang dihadapi antara lain kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar, siswa belum mencapai KKM, dan kurangnya sarana dan prasarana, dan (5) solusi yang diberikan untuk mengatasi hambatan dengan berdiskusi dengan guru lain dalam KKG untuk mengembangkan bahan ajar, melakukan remedial bagi siswa yang belum mencapai KKM.

  c. Penelitian Astuti D, tahun 2010 judul penelitian: Implementasi Pendidikan Karakter pada Matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Bagi Mahasiswa UNY dengan Pendekatan Pemecahan Masalah.

  Pada latar belakang dijelaskan bahwa upaya pendidikan karakter perlu segera dilakukan karena di Indonesia mengalami krisis karakter yang cukup memprihatikan. Demoralisasi mulai merambah ke dunia pendidikan yang tidak pernah memberikan ruang gerak untuk berperilaku jujur, karena proses pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas teks dan kurang dipersiapkan pada siswa untuk menyikapi dan menghadapi kehidupan yang kontradiktif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pendekatan masalah dalam pendidikan karakter: (1) dapat meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap kepekaan sosial dalam kehidupan manusia, (2) dapat meningkatkan penguatan nilai-nilai karakter pada pribadi mahasiswa, dan (3) dapat meningkatkan nilai-nilai karakter pada pribadi mahasiswa dari 4 nilai pada siklus I (berkerjasama,bertanggungjawab, berkomunikasi, semangat bekerja/belajar) meningkat menjadi 7 nilai pada siklus

  II (berkerjasama,bertanggungjawab, berkomunikasi, semangat bekerja/belajar, kepercayaan diri, kejujuran, ketaatan beribadah).

1.2. Implementasi Kebijakan

  Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 1991: 64) implementasi adalah:

  “Those actions by public or private individu or group that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions ( “tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelomnpok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusaan kebijaksanaan)

  Pendapat lain tentang Implementasi dikemukakan oleh Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (Wahab, 1991: 54-55) sebagai berikut:

  “implementations is carrying out of basic policy, decision usually in corporated a state but which can also take the form or important executive orders or court decisions ideally, that decisions identifies the problems to be addressed, stipulates the objectives to be pursiedf and in variety of process. The process normally runs through anumber of satges beginning with passages of the basic statue, followed by the policy output (decisions) of the implementing agencies, the compliance of target groups whith those decisions [or attem-ted revisions] in the basic statue”

  (Artinya: Implementasi adalah pelaksanaan kebijaksanaan dari suatu keputusan yang mendasar, biasanya berbentuk undang-undang (peraturan) yang dikeluarkan oleh suatu lembaga dapat juga berasal dari perintah seorang eksekutif yang penting atau keputusan pengadilan. Keputusan ini untuk mengidentifikasikan masalah yang menjadi pusat perhatian, menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan berbagai cara penyusunan proses implementasi. Proses ini pada permulaan biasanya menghabiskan sejumlah pernyataan dari uraian dari undang-undang dengan diikuti dengan pelaksanaan dari hasil kebijaksanaan (keputusan), pemenuhan tujuan kelompok berdasar keputusan yang telah ditentukan hasil nyata antara yang diharapkan pengaruh dari keputusan, dan yang terakhir adalah perbaikan-perbaikan yang penting (atau usaha-usaha untuk memperbaiki) dari peraturan dasar tersebut).

  Ekowati (2009: 44) memberikan suatu pengertian bahwa implementasi adalah pelaksanaan sebuah rencana yang telah ditetapkan sebelumnya atau tindakan yang nyata dari rencana yang telah ditetapkan. Pengertian implementasi secara eksplisit mencakup tindakan oleh individu/kelompok privat swasta dan publik yang langsung pada pencapaian serangkaian tujuan terus menerus dalam keputusan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

  Carl Frederic dalam Agustino (2008:7) menjelaskan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu di mana terdapat beberapa hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan kemungkinan (kesempatan-kesempatan) di mana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

  Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa implementasi kebijakan adalah pelaksanaan sebuah rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dalam suatu lingkungan tertentu di mana terdapat beberapa hambatan dan kemungkinan kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan. Menurut Gormico, Redatin Parwadi, dan Endang Indri Listiani (2013), implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan keputusan kebijakan yang biasanya dalam bentuk perundang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, keputusan/perintah eksekutif dan lain-lain. Perlu disadari bahwa tidak semua kebijakan dapat terimplementasi dengan baik. Bilamana program dibuat tidak sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, maka implementasi akan mengalami kendala (Wahab, 2002:68). Sedangkan menurut Tachjan (2006:25), implementasi kebijakan adalah merupakan proses kegiatan administratif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan/disetujui.

  Rohman, Imam Hanafi, dan Minto Hadi berpendapat bahwa implementasi kebijakan merupakan wujud nyata dari suatu kebijakan, karena pada tahap ini suatu kebijakan tidak hanya terbatas pada perwujudan secara riil dari kebijakan, tapi juga mempunyai kaitan dengan konsekuensi atau dampak yang akan mengarah pada pelaksanaan kebijakan tersebut. Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2012:149), membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Dalam proses implementasi suatu kebijakan publik menurut Abdullah (1988:11), unsur-unsur implementasi kebijakan yang mutlak harus ada ialah: 1) unsur pelaksana (implementor); 2) adanya program yang akan dilaksanakan; dan 3) kelompok sasaran (target groups). Implementasi kebijakan publik akan lebih mudah dipahami apabila menggunakan suatu model atau kerangka pemikiran tertentu, dan suatu model akan memberikan gambaran kepada kita secara bulat dan lengkap mengenai sesuatu objek, situasi atau proses. Menurut George Edward

  III dalam Winarno (2012:177) terdapat 4 faktor atau variabel krusial yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan antara lain yaitu: faktor (1) komunikasi, (2) sumber-sumber, (3) kecenderungan-kecenderungan, dan (4) struktur birokrasi.

a. Komunikasi

  Menurut Edward III dalam Winarno (2012:178), ada tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan, yaitu transmisi, konsistensi, dan kejelasan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Menurut Edward III dalam Winarno (2012:179-180), komunikasi kebijakan memiliki beberapa dimensi, antara lain menyangkut transmisi, konsistensi dan kejelasan.

  1)

Dimensi transmisi, bahwa sebelum pejabat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa keputusan tersebut telah dibuat dan surat perintah untuk pelaksanaan keputusan tersebut telah dikeluarkan. Ada hambatan dalam mentransisikan kebijakan, yaitu: (a) pertentangan pendapat antara pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan pengambil kebijakan, (b) informasi yang disampaikan melewati berlapis-lapis hierarki birokrasi, dan (c) persepsi yang selektif dan ketidakmauan pelaksana untuk mengetahui persyaratan suatu kebijakan 2)

Dimensi kejelasan, bahwa komunikasi kebijakan harus jelas kapan

dan bagaimana suatu program dijalankan sehingga tidak terjadi interpretasi yang sala atau bertentangan dengan makna pesan awal. Dimensi konsistensi, bahwa implementasi kebijakan akan efektif

  3)

  bila perintah-perintah pelaksanaan konsisten dan jelas sehingga para pelaksana kebijakan tidak mengambil tindakan yang sangat

longgar dalam menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan.

  b. Sumber-sumber Sumber-sumber merupakan faktor penting dalam

  melaksanakan kebijakan publik. Perintah-perintah implementasi dapat diteruskan secara cermat, jelas, dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber- sumer yang dibutuhkan dalam melaksanakan kebijakan, maka implementasi cenderung tidak efektif. Sumber- sumber yang penting meliputi: (1) staf yang memadai dengan keahlian-keahlian yang baik, (2) informasi terdiri dari informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan dan informasi tentang ketaatan orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan, (3) wewenang dalam melakukan tugas, dan (4) fasilitas fisik bagi implementasi kebijakan.

  c. Kecenderungan

  Kecenderungan para pelaksana kebijakan mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana kebijakan bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu (mendukung), maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan kebijakan sesuai yang diinginkan para pembuat keputusan awal, sebaliknya jika tingkah laku para pelaksana berbeda dengan para pembuat kebijakan maka proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi semakin sulit. Kecenderungan-kecenderungan dapat menghalangi implementasi kebijakan bila para pelaksana benar-benar tidak sepakat dengan substansi suatu kebijakan. Karena pelaksana kebijakan memegang peranan sangat penting, maka perlu adanya usaha untuk memperbaiki kecenderungan-kecenderungan, salah satunya adalah dengan memberikan insentif.

d. Struktur Birokrasi

   Menurut Edwards III dalam Winarno (2012:206)

  terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni: ”Standard Operational Procedure (SOP) dan fragmentasi”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

  ”Standard operational

procedure (SOP) merupakan perkembangan dari tuntutan

  internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas”. Namun, berdasarkan hasil penelitian Edward III dalam Winarno (2012:208) menjelaskan bahwa:

  SOP sangat mungkin dapat menjadi kendala bagi implementasi kebijakan baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan kebijakan- kebijakan. Dengan begitu, semakin besar kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang lazim dalam suatu organisasi, semakin besar pula probabilitas SOP menghambat implementasi.

  Edward III dalam Winarno (2012:209) menjelaskan bahwa ”fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi”.

1.3. Pendidikan Karakter

  Menurut Khan (2010: 1), pendidikan adalah proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Henderson dalam Sadulloh (2011:5), berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepajang hayat sejak manusia lahir. Menurut Dwiyatno dan Gatut Saksono (2012: 41), pendidikan harus mampu menghasilkan siswa yang dapat mengambil keputusan tepat, akurat, dan berdasarkan pada dimensi kemanusiaan, keputusan yang diambil merupakan keputusan untuk memilih yang baik dan menjauhkan diri dari yang buruk. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan diri yang disengaja, direncanakan, didesain, dan diorganisasikan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik sehingga mampu mengambil keputusan tepat, akurat, dan berdasarkan pada dimensi kemanusiaan. Samani dan Hariyanto (2011: 41), berpendapat bahwa karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Ryan dan Bohlin (dalam Tafsir 2011:11), menjelaskan bahwa karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the

  

good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Khan (2010:1), menjelaskan bahwa karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan. Simon Philips (dalam Mu’in, 2011:160), menjelaskan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Bahkan Douglas dalam Samani dan Hariyanto (2011:41) menjelaskan bahwa karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.

  Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa karakter adalah watak, sifat atau hal-hal yang memang sangat mendasar pada diri seseorang, dan sifat batin yang abstrak yang mempengaruhi pikiran dan perbuatan manusia. Menurut Hidayat (2010), pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan serta mampu membedakan satu dengan lainnya. Menurut Aynur Pala (2011), pendidikan karakter adalah gerakan nasional menciptakan sekolah yang mendorong etika, orang-orang muda yang bertanggung jawab dan peduli dengan pemodelan dan mengajarkan karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal bahwa kita semua berbagi. Asmani

  (2012:31), berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi peserta didik, guru membantu membentuk peserta didik dengan cara keteladanan cara berbicara atau menyampaikan materi. Untuk pengertian pendidikan karakter ini, Samani dan Hariyanto (2011:46), berpendapat sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah adalah:

  a.

  Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah b. Mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak berkesuaian

dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah

  Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan c. masyarakat dalam memerankan tanggungjawab pendidikan

karakter secara bersama (Kesuma, dkk, 2011: 9-10) .

  Daryanto dan Suryatri (2013: 44), menjelaskan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Sedangkan Aqib (2012:26) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah mengurangi perilaku destruktif pada anak. Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran dikenal tiga istilah, yaitu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

  Pendekatan pembelajaran bersifat lebih umum, dan berkaitan dengan seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Teknik pembelajaran adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas atau laboratorium sesuai dengan pendekatan dan metode yang dipilih. Asmani (2012: 58), berpendapat bahwa pendekatan lebih bersifat aksiomatis, metode bersifat prosedural, dan teknik bersifat operasional. Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran merupakan pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan internalisasi nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun luar kelas pada semua mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran bertujuan menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, serta dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari atau peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dalam bentuk perilaku. Menurut Kesuma dkk, (2011: 110), menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis karakter didefinisikan sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Wiyani (2012: 85-87), berpendapat bahwa peran guru dalam pendidikan karakter di sekolah adalah (a) keteladanan: memberikan teladan yang baik, (b) inspirator: membangkitkan semangat untuk maju, (c) motivator: menggerakan potensi dan semangat anak, (d) dinamisator: mesin penggerak anak menuju tujuan pendidikan, dan (e) evaluator: mengevaluasi metode pembelajaran dan sikap perilaku.

  Pengertian di atas merupakan gambaran untuk dikaji secara mendalam bahwa penguatan merupakan upaya untuk melapisi suatu perilaku anak sehingga berlapis (kuat). Pengembangan perilaku merupakan proses adaptasi berdasarkan pengalaman anak. Kegiatan penguatan dan pengembangan didasarkan pada suatu nilai yang dirujuk. Artinya proses pendidikan karakter adalah proses yang terjadi karena didesain secara sadar, bukan suatu kebetulan.

1.4. Nilai-nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter

  Menurut Sulistyawati (2012: vi), nilai-nilai utama yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di sekolah menyebutkan antara lain: a.

  Nilai religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

  b.

  Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkatatan, tindakan, dan pekerjaan.

  c.

  Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

  d.

  Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e.

  Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

  f.

  Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil dari suatu yang telah dimiliki g. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidka mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas h. Demokratis, cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. i.

  Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. j.

  Semangat kebangsaan, cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k.

  Cinta tanah air, cara berpikir, bersikap dan betindak yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l.

  Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. m.

  Bersahabat, tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. n.

  Cinta damai, sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o.

  Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p.

  Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. q.

  Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. r.

  Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

1.5. Komponen Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

  Kompetensi ini merupakan komponen awal yang harus dilakukan oleh guru, karena bagian-bagian inilah seorang profesional dalam melaksanakan tugasnya harus berdasarkan program-program yang dipersiapkan. Dengan adanya program itu, semuannya akan dapat dinilai, diukur, dan dievaluasi. Dalam dunia pendidikan, penentuan keberhasilan dapat dilihat dari indikatornya. Oleh sebab itu, indikator dalam kompetensi ini menurut Ditjen Dikmenum adalah sebagai berikut: a.

   Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran

  Indikator menyusun rencana pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Mendiskripsikan tujuan pembelajaran. (2) Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan (3) Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok (4) Mengalokasikan waktu. (5) Menentukan metode pembelajaran yang sesuai, (6) Merancang prosedur pembelajaran, (7) Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang akan digunakan, (8) Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku modul, program komputer, dan sejenisnya), dan (9) Menentukan teknik penilaian. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan oleh Ditjen Dikmenum tersebut, seorang guru harus mampu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang pada dasarnya sama dengan indikator di atas. Guru tidak akan mampu membuat RPP tersebut jika guru tidak banyak belajar tentang materi, metode, strategi, media, dan penilaian pembelajaran.

b. Kompetensi Melaksanakan Pembelajaran

  Indikator melaksanakan pembelajaran antara lain sebagai berikut: (1) Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai. (2) Menyajikan materi pelajaran secara otomatis, (3) Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan. (4) Mengatur kegiatan siswa di kelas, (5) Menggunakan media pembelajaran peralatan/praktikum (dan bahan) yang telah ditentukan, (6) Menggunakan sumber belajar yang telah dipilih (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya), (7) Memotivasi siswa dengan berbagai cara yang positif, (8) Melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif, (9) Memberikan pertanyaan dan umpan balik, untuk mengetahui dan memperkuat penerimaan siswa dalam proses belajar, (11) Menyimpulkan pembelajaran, dan (11) Menggunakan waktu sercara efektif dan efisien

  Berdasarkan indikator di atas guru harus mampu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan menilai siswa dalam belajar. Indikator- indikator di atas berkaitan dengan tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran (KBM). Oleh sebab itu, guru yang mampu melaksanakan indikator di atas akan dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu.

  c. Kompetensi Menilai Prestasi Belajar

  Indikator menilai prestasi belajar antara lain sebagai berikut: (1) Menyusun soal/ perangkat penilaian sesuai dengan indikator/kriteria unjuk kerja yang telah ditentukan. (2) Melaksanakan penilaian, (4) Memeriksa jawaban/memberikan skor tes hasil bgelajar berdasarkan indiksator/kriteria unjuk kerja yang telah ditentukan, (5) Mengolah hasil penilaian, (6) Menganalisis hasil penilaian (berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan realibilitas), (7) Menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis (misalnya: interpretasi kecenderungan hasil penilaian, tingkat pencapaian siswa dan lain-lain, (8) Menyusun laporan hasil penilaian, dan (9) Memperbaiki soal/perangkat penilaian. Berdasarkan indikator kompetensi penilaian, guru harus mampu menyusun kisi-kisi, butir soal, pedoman penilaian, melaksanakan, mengolah nilai melaporkan nilai, dan analisis soal tersebut.

  d. Melaksanakan Tindak Lanjut Hasil Penilaian Prestasi Belajar Peserta Didik

  Indikator melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar antara lain sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, (2) Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian, (3) Melaksanakan tindak lanjut, (4) Mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan (5) Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut penilaian.

  Aqib (2009: 29-30), berpendapat bahwa dengan adanya indikator-indikator yang berkaitan dengan kompetensi pengelolaan belajar di atas, guru, kepala sekolah, dan pengawas akan bisa menilai sejauh mana kompetensi seseorang guru dalam mengelola pembelajaran.

1.6. Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif

  Pelajaran normatif dan adaptif merupakan pelajaran non kejuruan yang diberikan kepada siswa sebagai penunjang kemampuan produktif. Pembelajaran normatif dan adaptif diberikan di dalam kelas oleh guru-guru yang berkompetensi di bidang normatif dan adaptif. Tiga mata pelajaran normatif adaptif yang diujiankan secara nasional (UN), yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika selalu mendapatkan prioritas yang lebih guna mencapai standar yang nasional yang diharapkan. Untuk mata pelajaran normatif dan adaptif yang lainya yang diberikan di SMK Negeri Klaten tertulis di bawah ini.

  a.

  Mata Pelajaran Kelompok Normatif Kelompok mata pelajaran normatif adalah: (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), (3) Bahasa Indonesia, (4) Penjas, Olahraga dan Kesehatan, (5) Seni Budaya b.

  Mata Pelajaran Kelompok Adaptif Kelompok mata pelajaran adaptif adalah: (1) Bahasa Inggris, (2) Matematika, (3) Ilmu Pengetahuan Alam (I P A), (4) Fisika, (5) Kimia, (6) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (7) Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI), dan (8) Kewirausahaan (KWU).

1.7. Kerangka Berpikir

  Pendidikan karakter sama pentingnya dengan pendidikan penguasaan pengetahuan dan keterampilan penggunaan teknologi. Di SMK Negeri 1 Klaten juga masih ada beberapa siswa yang moralnya rendah. Meskipun prosentasenya tergolong kecil namun harus segera mendapatkan penanganan yang serius. Bila hal ini tidak segera ditangani maka perilaku bisa berkembang ke arah yang lebih memprihatinkan. Pendidikan menjadi kunci terbentuknya sumber daya manusia yang berkarakter. Melalui mata pelajaran normatif dan adaptif, nilai-nilai karakter dapat diintegrasikan. Pengintegrasian nilai-nilai karakter di sekolah merupakan tanggung jawab guru. Guru menduduki posisi penting dalam proses pembelajaran utamanya dalam hal penyampaian informasi dan penanaman nilai-nilai karakter, sebab gurulah yang melakukan interaksi langsung dengan siswa dalam pembelajaran di ruang kelas maupun di luar kelas. Dalam pengintegrasian nilai-nilai karakter terdapat proses yang dilakukan oleh guru, hal ini menentukan keberhasilan pembentukan karakter siswa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

  Proses implementasi Permasalahan karakter pendidikan karakter siswa di SMK Negeri 1 melalui pelajaran normatif Klaten dan adaptif Kendala dalam implementasi pedidikan karakter Peserta didik di SMK

  Negeri 1 menjadi manusia yang berkarakter

  Gambar 1. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017

0 0 64

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pendidikan Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia Unggul Di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten Semarang

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 8

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif di SMK Negeri 1 Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 8