Komunikasi Interpersonal di Tempat Kerja

Komunikasi Interpersonal di Tempat Kerja
Oleh: Iqbal Islami *)
Communication is a skill t hat you can learn. It 's like riding a bicycle or t yping. If you're
w illing to work at it, you can rapidly improve t he qualit y of every part of you life.
Brian Tracy

A. Pendahuluan
Kompetensi yang ketiga puluh satu dalam Kamus Kompetensi (KK)
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) adalah Interpersonal Communication
atau Komunikasi Interpersonal. Dalam KK, kompetensi ini termasuk ke
dalam kluster relating. Dengan komunikasi interpersonal, seseorang akan
dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Untuk dapat
mengkomunikasikan ide, fikiran, ataupun perasaannya kepada orang lain
untuk dapat mencapai kesamaan pengertian maka seseorang harus
memiliki kemampuan komunikasi interpersonal.
Paul J. Meyer seorang motivator terkenal dari Amerika Serikat mengatakan
bahwa: “Communication - the human connection - is the key to personal and
career success.” Artinya, komunikasi yang merupakan penghubung antar

manusia merupakan kunci sukses baik dalam kehidupan karir ataupun
kehidupan pribadi seseorang. Dengan demikian, orang yang mempunyai

kompetensi

yang

tinggi

dalam

melakukan

komunikasi

akan

dapat

mempunyai kehidupan karir dan pribadi yang lebih sukses dibandingkan
orang yang kemampuan komunikasi nya lebih rendah.

B. Elemen Komunikasi

Dalam lingkungan kerja, setiap orang harus mampu berkomunikasi dengan
baik dengan atasan, bawahan, dan juga dengan sesama rekan kerjanya.
Sebagai contoh, dengan kemampuan komunikasi interpersonal yang baik,
1

seorang pemimpin akan mampu memberikan inspirasi dan motivasi yang
tinggi kepada para bawahannya. Selain itu, ia juga akan mampu untuk
menjelaskan ide dan fikirannya dengan baik sehingga bawahannya akan
mendapatkan

pemahaman

yang

sama

dengan

pesan


yang

ingin

disampaikan atasannya tersebut. Sebaliknya, seorang bawahan juga akan
dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara lebih efektif apabila
mempunyai kemampuan komunikasi dengan orang lain dengan baik. Ia
akan lebih mampu untuk menyampaikan gagasan dan fikirannya kepada
rekan kerja yang lain pada waktu bekerja

dalam tim.

Kerjasama antar

bagian juga akan dapat berlangsung dengan baik apabila ada komunikasi
yang baik diantara orang-orang dari unit kerja yang berbeda.
Untuk mampu melakukan komunikasi dengan baik, maka kita perlu untuk
mengetahui elemen dalam komunikasi dan peranannya dalam memberikan
impresi dalam berkomunikasi. Elemen dalam komunikasi terdiri dari tiga
yaitu elemen verbal yaitu kata-kata yang digunakan, elemen vocal yaitu

suara dan intonasi, dan terakhir elemen visual seperti gerak-gerik tubuh
dan mimik muka yang dapat dilihat. Berdasarkan hasil penelitian yang
pernah

dilakukan,

masing-masing

peran

elemen

dari

tersebut

dalam memberikan impresi dalam
berkomunikasi

adalah


verbal

sebesar 7%, vocal sebesar 38%, dan
visual sebesar 55% seperti dapat
dilihat pada gambar di sebelah ini.
Oleh sebab itu, dalam melakukan komunikasi kita tidak dapat hanya
mengandalkan unsur verbal atau

isi pesan saja

tetapi juga

harus

memanfaatkan unsur nonverbal yaitu vocal dan visual yang mempunyai
peran yang jauh lebih besar agar komunikasi yang dilakukan menjadi
efektif.
Sebagai contoh, silahkan anda membaca kalimat berikut dengan keras
sebanyak enam kali, masing-masing dengan memberi penekanan yang

berbeda pada kata yang dicetak tebal:

2

“Saya tidak mengatakan bahwa kinerja anda jelek”
“Saya tidak mengatakan bahwa kinerja anda jelek”
“Saya tidak mengatakan bahwa kinerja anda jelek”
“Saya tidak mengatakan bahwa kinerja anda jelek”
“Saya tidak mengatakan bahwa kinerja anda jelek”
“Saya tidak mengatakan bahwa kinerja anda jelek ”
Anda dapat mendengar bagaimana kalimat dengan isi pesan yang sama
(verbal) tersebut dapat mempunyai enam arti yang berbeda tergantung cara
anda mengatakannya (nonverbal). Penekanan pada kata yang dicetak tebal
merupakan contoh dari pesan yang bersifat nonverbal yang dapat merubah
pengertian lawan bicara anda terhadap apa yang anda katakana.

C. K ompetensi Inter personal Communication
Pengertian kompetensi interpersonal communication menurut KK Kemenkeu
adalah sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara jelas dan efektif dengan orang-orang di dalam

dan di luar organisasi.
2. Orang-orang yang kompeten, mendengarkan secara efektif dan
mengembangkan
hubungan
dengan
orang
lain.
Mampu
mengartikulasikan pandangan dan gagasan mereka secara jelas.
Menyampaikan informasi secara langsung dan logis dan memastikan
pemahaman. Mereka berbagi informasi dengan orang lain yang akan
meningkatkan kemajuan kerja secara keseluruhan.
Komunikasi

interpersonal

ini

bersifat


timbal

balik.

Artinya

dalam

melakukan komunikasi interpersonal, seseorang selain dituntut untuk
mampu mengartikulasikan gagasan, ide, dan fikirannya, maka orang
tersebut harus juga memiliki kemampuan untuk mendengarkan secara
efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang efektif maka komunikasi
interpersonal yang efektif tidak akan terjadi.
Untuk menjadi pendengar yang efektif, maka pada waktu melakukan
komunikasi interpersonal kita harus melakukannya dengan sungguhsungguh dan juga dengan penuh motivasi. Kita harus memberi perhatian
penuh atas apa yang dikatakan dan bagaimana cara mengatakannya. Oleh
sebab itu, kita tidak hanya harus mampu untuk mendengarkan isi pesan
3

yang bersifat verbal namun juga harus dapat melihat, merasakan, dan

menangkap pesan-pesan yang bersifat nonverbal. Selain itu, kita juga tidak
boleh melakukan hal-hal yang dapat mengganggu perhatian pada waktu
mendengarkan seperti melamun atau melakukan hal-hal yang lain yang
dapat mengganggu konsentrasi. Pada waktu lawan bicara kita sedang
berbicara

maka

kita

tidak

boleh

menginterupsinya.

Biarkan

dia


menyampaikan pesannya sampai selesai. Dengan kemampuan mendengar
yang efektif tersebut maka kita akan dapat memahami dengan baik pesanpesan yang ingin disampaikan oleh lawan bicara kita.
Tingkat kemahiran dan indikator perilaku dari masing-masing tingkat
kemahiran untuk kompetensi komunikasi interpersonal adalah sebagai
berikut:
Tingkat Kemahiran
Indikator Perilaku
Deskripsi
1.

Menyampaikan
informasi
dengan baik.

2.

Bersikap
terbuka dan
mendengarkan
orang lain


3.

Mengembangkan
hubungan
melalui
komunikasi.

4.

Menyampaikan
informasi secara
kreatif.

• Menyampaikan informasi, pikiran atau pendapat
dengan jelas, singkat, dan tepat dengan menggunakan
cara/media yang sesuai dan mengikuti alur yang logis.
• Menggunakan tata bahasa dan kosa kata yang tepat.
• Menyampaikan informasi dengan gaya bicara yang
sesuai perspektif/latar belakang pendengar.
• Mendengarkan pihak lain secara aktif.
• Menangkap dan menginterpretasikan pesan-pesan
dari orang lain, serta memberikan respon yang sesuai.
• Memeriksa dan memastikan pemahaman dari
pendengar.
• Menggunakan gaya komunikasi yang informal untuk
meningkatkan hubungan antar pribadi.
• Menyampaikan suatu informasi yang sensitif dan atau
rumit dengan cara penyampaian dan kondisi yang
tepat, sehingga dapat dipahami pihak lain.
• Mengintegrasi informasi-informasi penting dari diskusi
dengan pihak lain untuk mendapatkan pemahaman
yang sama.
• Berbagi informasi dengan orang lain yang dapat
meningkatkan kinerja secara keseluruhan.
• Menyampaikan informasi kepada pihak lain dengan
cara-cara yang menarik, mudah dimengerti, dan
berbeda dari cara-cara konvensional.

Tingkat kemahiran kesatu adalah tingkat yang paling rendah sedangkan
tingkat kemahiran keempat adalah tingkat kemahiran tertinggi. Dalam
standar kompetensi jabatan (SKJ) di Kemenkeu sudah ditentukan jenis-

4

jenis kompetensi dan tingkat kemahiran yang harus dikuasai untuk
masing-masing jenis jabatan. Semakin tinggi jabatannya maka akan
semakin tinggi tingkat kemahiran yang dituntut untuk dikuasai termasuk
juga untuk kompetensi komunikasi interpersonal.
Penguasaan atas kemampuan komunikasi interpersonal bagi setiap pegawai
di lingkungan Kemenkeu merupakan hal yang penting karena komunikasi
dengan orang lain, baik orang di dalam maupun di luar organisasi,
merupakan

suatu

keniscayaan.

Sebagai

contoh,

apabila

untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan seseorang membutuhkan dukungan dari
orang lain maka dukungan tersebut akan dapat diperoleh apabila ia dapat
mengkomunikasikan kebutuhannya tersebut dengan baik. Oleh sebab itu,
keberhasilan seorang pegawai Kemenkeu dalam menjalankan tugas dan
fungsinya akan sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam melakukan
komunikasi interpersonal.
Informasi-informasi penting seperti peraturan-peraturan ataupun hasil
yang dicapai oleh Kemenkeu perlu disampaikan dan disosialisasikan
kepada para pemangku kepentingan. Untuk melaksanakan tugas tersebut
maka tentu saja kemampuan komunikasi interpersonal akan sangat
dibutuhkan agar informasi yang disampaikan tersebut

dapat difahami

dengan baik oleh para pemangku kepentingan yang terkait.

D. K omunikasi Interpersonal Dapat Dipelajari
Komunikasi interpersonal merupakan kompetensi yang dapat dipelajari oleh
setiap orang. Sejak lahir manusia telah diberikan kemampuan untuk
berkomunikasi. Seorang bayi walaupun masih belum dapat berbicara tetap
dapat melakukan komunikasi dengan orang tuanya. Contohnya, apabila ia
merasa lapar atau haus maka ia akan memberikan sinyal tentang apa yang
dirasakannya tersebut dengan menangis dan kemudian orang tuanya
dengan kemampuan komunikasinya akan mencari tahu mengapa bayinya
menangis dan selanjutnya akan memberi bayinya makan atau minum
apabila ia memahami bahwa bayinya menangis adalah karena lapar atau
haus. Sejalan dengan berjalannya waktu, kemampuan komunikasi dari
5

seorang bayi akan terus berkembang karena ia terus belajar dan berlatih.
Belajar dan berlatih komunikasi ini merupakan keharusan agar seseorang
dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya termasuk komunikasi
interpersonal.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Brian Tracy, yaitu:
“Communication is a skill that you can learn. It's like riding a bicycle or
typing. If you're willing to work at it, you can rapidly improve the quality of
every part of you life.” Jadi, komunikasi merupakan suatu keahlian yang

dapat dipelajari.
mengendarai

Seperti halnya

sepeda,

tingkat

dengan

keahlian

keahlian
dalam

yang

lain

berkomunikasi

seperti
dapat

meningkat apabila seseorang mau belajar dan berlatih berkomunikasi.
Pendapat senada dikemukakan oleh Julia T. Wood yang mengatakan:
It is a mistake to think that effective communicators are born, that some
people have a natural talent and others don’t. Although some people
have extraordinary talent in athletics or writing, those who don’t can
learn to be competent athletes and writers. Likewise, some people have
an aptitude for communicating, but all of us can become competent
communicators.

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Wood di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kita semua dapat menjadi komunikator yang kompeten,
walaupun mungkin kita tidak mempunyai bakat yang luar biasa dalam
berkomunikasi. Namun tentu saja kompetensi ini tidak akan datang atau
timbul dengan sendirinya. Kita harus mau secara aktif belajar dan berlatih
berkomunikasi agar dapat meningkatkan tingkat kompetensi kita dalam
berkomunikasi sehingga dapat menjadi komunikator yang kompeten.
Salah satu cara latihan yang dapat dilakukan adalah dengan berbicara di
depan notebook yang dilengkapi dengan web camera. Dengan peralatan ini
kita dapat merekam latihan yang kita lakukan dan kemudian kita putar
ulang untuk melihat kelemahan-kelemahan yang ada dan kemudian
berlatih lagi sampai kita dapat menguasai dengan baik teknik-teknik
komunikasi yang sedang kita pelajari tersebut. Selanjutnya, setelah latihanlatihan tersebut ddilakukan, kita juga harus menerapkannya dalam
melakukan komunikasi sehari-hari baik di tempat kerja ataupun dalam
6

kehidupan pribadi agar kemampuan komunikasi interpersonal kita akan
semakin terasah dan mahir.

E.

K omunikasi

Interpersonal

Sebagai

Sebuah

Proses

Transaksional
Berdasarkan

model

transaksional,

Wood

mendefinisikan

komunikasi

interpersonal:
“… as a selective, systemic, unique, and ongoing process of transaction
between people who reflect and build personal knowledge of one
another as they create meanings. Meanings, we have seen, reflect
histories of interaction and involve both content and relationship levels.”

Artinya, Wood memandang komunikasi interpersonal sebagai suatu proses
transaksi yang berlangsung terus menerus, selektif, sistemik, dan unik
antara satu orang dengan orang lainnya yang menggambarkan dan
membangun

pengetahuan

terciptanya

pengertian

personal
bersama.

satu

sama

Pengertian

lain

sejalan

bersama

dengan
tersebut

mencerminkan sejarah interaksi yang dilakukan dan hubungan yang
terbangun diantara mereka. Dengan demikian, komunikasi interpersonal
merupakan suatu proses yang bersifat transaksional atau timbal balik dan
bukan merupakan suatu pertukaran atau interaksi yang bersifat linier.
Pada model transaksional ini, komunikasi interpersonal tidaklah bersifat
tetap namun akan bervariasi seiring dengan berjalannya waktu dan juga
sifat dan tingkat hubungan yang terbangun diantara orang-orang yang
melakukan komunikasi tersebut. Cara bagaimana seseorang melakukan
komunikasi interpersonal dan apa yang dikomunikasikannya dengan orang
yang baru dikenalnya tentu saja akan berbeda apabila lawan bicaranya
adalah orang yang telah lama dikenalnya. Dengan orang yang baru dikenal
cara komunikasi yang dilakukan seseorang cenderung formal dan pesanpesan yang ingin disampaikan pun harus lebih banyak yang diungkapkan
secara

tersurat. Sebaliknya, dengan orang yang telah lama

dikenal

seseorang dapat lebih berkomunikasi secara terbuka dan informal sehingga
tidak semua pesan harus disampaikan secara tersurat karena diantara

7

mereka telah terbangun kesamaan pengertian tentang arti dari simbolsimbol tertentu yang mereka pakai bersama.
Semakin dalam seseorang memahami personalitas lawan bicaranya maka
akan semakin mudah bagi orang tersebut untuk dapat memahami pesanpesan yang ingin disampaikan oleh lawan bicaranya, termasuk pesan-pesan
yang tidak diungkapkan dengan kata-kata atau makna yang tersirat. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Peter F. Drucker yaitu: “The most
important thing in communication is hearing what isn't said.” Kemampuan

seseorang untuk dapat memahami makna-makna yang tersirat yang
disampaikan orang lain akan tergantung dari

lamanya dan/atau tingkat

hubungan yang terjadi dengan orang lain. Semakin lama dan intim
hubungan yang terbangun maka akan muncul adanya chemistry diantara
mereka sehingga akan semakin mudah bagi mereka untuk mencapai
pengertian bersama dalam komunikasi yang mereka lakukan.
Sebagai contoh, seseorang yang telah punya hubungan yang lama dengan
lawan bicaranya sehingga diantara keduanya sudah terbangun pengertian
atas simbol tertentu misalnya cukup mengatakan “Tulisan ini saya buat
memang terutama saya tujukan untuk dia.” Tanpa dijelaskan pun lawan
bicaranya sudah tahu siapa yang dimaksud dengan “dia” tersebut. Contoh
lain, misalnya seorang pimpinan rapat pada suatu unit kerja mengatakan
“Sekarang kita sedang menggunakan topi hijau bukan topi hitam” untuk
memperingatkan seorang peserta rapat yang mengkritik pendapat yang
disampaikan oleh seorang peserta rapat yang lain. Istilah topi hijau dan topi
hitam akan dapat dipahami oleh semua peserta rapat apabila mereka
semua telah belajar model six thinking hats yang diciptakan oleh Edward de
Bono dan menggunakan dalam rapat-rapat yang dilakukan pada unit kerja
tersebut. Gaya komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol yang
mengandung makna tersirat tersebut tentu saja tidak akan efektif apabila
digunakan

dengan

orang

yang

baru

dikenalnya

atau

berbeda

pengetahuannya karena diantara mereka belum terbangun kesamaan
pengertian akan arti dari simbol-simbol yang digunakan tersebut.

8

Gaya dan cara komunikasi yang digunakan harus dilakukan sesuai dengan
sifat hubungan dari orang yang melakukan komunikasi. Hubungan
interpersonal dapat digambarkan sebagai hubungan berdasarkan peran
metafora yaitu sebagai orang tua (OT), orang dewasa (DW), dan anak (AN).
Apabila

sesorang

dewasa

ingin

berkomunikasi dengan orang dewasa
yang lain tetapi dalam komunikasinya
terdengar
orang

atau

tua

dilakukan

kepada

komunikasi

seperti

anaknya

maka

tersebut

dapat

menimbulkan salah pengertian dan
penolakan. Contohnya, dalam sebuah
tim

kerja,

ada

seseorang

yang

kedudukannya sama dengan anggota
tim

kerja

lainnya

yang

dalam

berkomunikasi

menggunakan

cara

komunikasi seperti atasan kepada bawahan. Misalnya dia mengatakan
sebagai berikut: “Sementara saya pergi untuk menyelesaikan urusan saya,
silahkan anda melakukan apa-apa yang sama minta berikut.” Cara
berkomunikasi seperti ini mungkin dapat dilakukan dalam hubungan
antara seorang atasan dengan bawahannya, tapi tidak tepat dilakukan oleh
sesama anggota suatu tim kerja karena bisa berakibat adanya penolakan
dari

anggota

tim

yang

lain.

Walaupun

mungkin

isi

pesan

yang

disampaikannya tersebut benar namun karena adanya penolakan dari
anggota tim yang lain maka komunikasi yang dilakukan menjadi tidak
efektif dan kerja tim pun akhirnya menjadi tidak efektif juga.
Menurut Wood, dalam komunikasi interpersonal sebagai sebuah proses
transaksional, tidak

ada

istilah

dimana

seseorang berperan

sebagai

pengirim pesan dan pihak lain berperan sebagai penerima pesan. Keduanya
mempunyai peran yang sama yaitu sebagai komunikator yang mempunyai
tanggung jawab yang sama yang seringkali melakukan perannya secara
simultan dalam proses komunikasi interpersonal yang terjadi. Dalam proses

9

komunikasi tersebut, pada suatu waktu dapat saja seseorang mengirim
pesan, menerima pesan, ataupun melakukan keduanya secara bersamaan.
Oleh

sebab

itu,

tanggung

jawab

untuk

tercapainya

komunikasi

interpersonal yang efektif terletak pada kedua belah pihak yang melakukan
komunikasi interpersonal tersebut. Kemampuan mengirim pesan secara
verbal dan nonverbal harus disertai juga dengan kemampuan untuk
menerima pesan tidak hanya pesan-pesan yang bersifat verbal tapi juga
pesan yang bersifat nonverbal. Oleh karena itu, untuk memahami pesan
yang diterima, seseorang tidak hanya menggunakan indera pendengaran
yaitu telinga tetapi juga harus juga menggunakan indera-indera lain seperti
mata dan perasaan untuk

memahami pesan-pesan nonverbal seperti

intonasi, gerak-gerik tubuh, dan mimik muka dari lawan bicaranya.

F. Komunikasi Interpersonal di Tempat Kerja
Sesuai dengan KK Kemenkeu, tingkat kemahiran untuk kompetensi
komunikasi interpersonal mulai dari tingkat pertama sampai tingkat
keempat adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan informasi dengan baik.
2. Bersikap terbuka dan mendengarkan orang lain
3. Mengembangkan hubungan melalui komunikasi.
4. Menyampaikan informasi secara kreatif.
Menurut Wood, untuk membangun hubungan kerja yang baik maka kita
harus tahu bagaimana cara berkomunikasi secara suportif, bagaimana
mengungkapkan ide-ide kita secara jelas dan bagaimana mendengar
dengan efektif. Hubungan kerja yang baik akan terbangun apabila gaya dan
cara komunikasi yang dilakukan bersifat suportif sehingga timbul rasa
saling percaya dan saling mendukung diantara sesama rekan kerja. Oleh
sebab

itu,

kita

dituntut

untuk

dapat

bersifat

terbuka

dan

mau

mendengarkan orang lain.
Hubungan kerja yang baik juga akan dipengaruhi oleh kemampuan kita
untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan baik. Kita harus
10

mampu untuk menyampaikan informasi dengan baik dan kreatif. Agar
suatu ide dan gagasan yang baik mendapatkan kesempatan untuk dipilih
maka orang yang mempunyai ide dan gagasan tersebut harus mampu
untuk menjelaskannya dengan baik. Apabila tidak maka ide dan gagasan
tersebut tidak akan dapat dimengerti oleh rekan-rekan kerjanya sehingga
tidak mempunyai kesempatan untuk dipilih menjadi solusi yang akan
dijalankan. Sebaliknya, untuk dapat menangkap ide dan gagasan orang
lain, maka kita juga harus mampu untuk mendengar dengan baik sehingga
mampu untuk memahami baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Dalam menyampaikan informasi, gaya

bicara

yang digunakan perlu

disesuaikan dengan latar belakang dan kedudukan dari lawan bicaranya.
Misalnya, cara berkomunikasi dengan orang yang lebih tua tentu saja akan
berbeda dengan orang yang seusia ataupun lebih muda.
perbedaan
kelamin,

Demikian juga,

kedudukan,
budaya,

pendidikan,

etnis,

dan

latar

belakang lainnya harus diperhatikan
agar
dapat

komunikasi
menjadi

Ketidaksesuaian

yang

dilakukan

lebih
gaya

efektif.

komunikasi

yang dilakukan seseoarang dengan
latar belakang lawan bicaranya akan
dapat menimbulkan salah pengertian
dan bahkan penolakan dari lawan bicaranya tersebut.
Sebagai contoh, seseorang yang mempunyai kedudukan yang sama berkata
kepada rekan kerjanya sebagai berikut, “Laporan ini harus diselesaikan
tepat pada waktunya.” Apabila kalimat tersebut disampaikan dengan nada
perintah seperti orang tua ke anaknya atau dari atasan ke bawahan maka
akan dapat menimbulkan penolakan dari rekan kerjanya tersebut. Namun
apabila kalimat tersebut disampaikan dengan nada seperti orang dewasa
yang berbicara dengan orang dewasa yang lain atau sesama rekan kerja
yang mempunyai kedudukan yang sama maka akan dipandang oleh

11

pendengarnya sebagai suatu informasi atau nasihat antara sesama rekan
kerja yang saling mendukung.
Hubungan dengan rekan kerja di tempat kerja bersifat jangka panjang dan
berkelanjutan. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk dapat
membangun hubungan yang suportif baik dengan atasan, bawahan,
ataupun sesama rekan kerja. Hubungan yang suportif tersebut akan dapat
terbina dengan baik apabila kita mampu untuk melakukan komunikasi
interpersonal dengan baik dalam para rekan kerja di lingkungan kerja kita.
Dengan hubungan yang suportif tersebut akan dapat meningkatkan kinerja
personal dan juga kinerja organisasi secara keseluruhan.
Dengan komunikasi interpersonal kita dapat membangun pengetahuan
yang bersifat personal dengan rekan-rekan kerja yang lain. Dengan
hubungan yang semakin dekat dan dalam maka kita dapat membangun
rasa saling percaya dan mengetahui bagaimana cara yang paling baik
berkomunikasi dengan masing-masing rekan kerja dengan beragam sifat
dan karakternya. Dengan rasa saling percaya yang tinggi akan mendorong
kita untuk dapat mengenal dan dikenal lebih dekat oleh rekan kerja kita
yang lain. Hal ini, tentu saja akan meningkatkan efektivitas kita dalam
bekerja dalam suatu tim kerja, sehingga tujuan tim dapat tercapai dengan
baik.
Untuk mengenal dan dikenal oleh rekan kerja salah satu hal yang dapat
dilakukan adalah bersikap terbuka dan mau mendengarkan orang lain.
Komunikasi interpersonal adalah hubungan transaksional yang bersifat
timbal balik. Apabila kita ingin didengar maka kita juga harus mau
mendengar. Apabila kita mau dikenal maka kita juga harus mau mengenal
orang lain.
Dengan sikap terbuka maka kita akan siap dan mau untuk mendengar dan
memahami orang lain. Sikap mau benar sendiri, hanya mau didengar dan
tidak mau mendengar, sikap bahwa kita mampu untuk melakukannya
sendiri tanpa bantuan rekan kerja lain, sikap bahwa kita tidak perlu
membangun

hubungan

dengan

rekan
12

kerja

karena

kita

tidak

membutuhkan mereka, dan sikap-sikap yang mementingkan diri sendiri
dan tidak peduli dengan rekan kerja adalah sikap yang harus dihilangkan
untuk dapat membangun hubungan yang lebih baik, intim, dan hangat,
serta saling mendukung dengan rekan kerja yang lain.
Menurut Mottet, Vogl-Bauer, dan Ho komunikasi interpersonal bersifat
tidak dapat diubah kembali (irreversible ) dan tidak dapat diulang kembali
(unrepeatable). Artinya, apa yang telah diucapkan tidak dapat ditarik
kembali. Sering kita mendengar seseorang menyesali ucapannya dengan
mengatakan “Seharusnya saya tidak mengatakan hal tersebut.” “Maaf,
maksud saya bukan seperti apa yang saya katakan.” Oleh sebab itu,
penting dalam melakukan komunikasi interpersonal kita benar-benar
memikirkan terlebih dahulu dengan baik apa yang ingin kita katakan.

G. K esimpulan
Kemampuan untuk melakukan komunikasi interpersonal sangat penting
dalam membangun kerja yang suportif di lingkungan kerja. Hubungan kerja
yang hangat, intim, dan saling mendukung dengan rekan kerja yang lain
akan dapat meningkatkan baik kinerja kerja personal maupun kinerja
organisasi secara keseluruhan. Kemampuan komunikasi interpersonal
dapat ditingkatkan dengan belajar dan berlatih secara terus menerus.
Terdapat tiga elemen dalam komunikasi verbal,

vocal, dan

visual.

Berdasarkan hasil penelitian, peran masing-masing elemen tersebut dalam
memberikan impresi dalam berkomunikasi adalah verbal 7%, vocal 38%,
dan visual 55%. Oleh sebab itu, dalam melakukan komunikasi kita tidak
dapat hanya mengandalkan unsur verbal atau isi pesan saja tetapi juga
harus memanfaatkan unsur nonverbal yaitu elemen vocal dan visual agar
komunikasi yang dilakukan menjadi efektif karena

perannya

dalam

memberikan impresi jauh lebih besar dari elemen verbal.
Komunikasi

interpersonal

merupakan

suatu

proses

yang

bersifat

transaksional atau timbal balik dan bukan merupakan suatu pertukaran
atau interaksi yang bersifat linier yang berlangsung terus menerus.
13

Semakin lama, dalam, dan intim hubungan yang dibangun seseorang
dengan lawan bicaranya, maka ia akan mempunyai pengetahuan personal
tentang

lawan bicaranya dengan baik sehingga ia dapat membangun

kesamaan pengertian dengan lawan bicaranya tersebut. Hal ini akan
meningkatkan kemampuannnya

untuk memahami tidak hanya

yang

dikatakan tetapi juga apa-apa yang tidak dikatakan. Dengan tingkat
hubungan yang suportif maka akan terbangun rasa saling percaya yang
tinggi diantara mereka.

*) Penulis adalah Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PPSDM

Daftar Pustaka:
1. FPDL -

Partners for Local Development Foundation, What Is Interpersonal

Communication?, Rumania
2. Kementerian Keuangan RI, Kamus Kompetensi
3. Mottet, Timothy P., Vogl-Bauer, Sally L.,

and Ho, Marian L., Your Interpersonal

Communication, edisi ke-1, 2012, Pearson, USA

4. Wood, Julia T. , Interpersonal Communication: Everyday Encounters, edisi ke-6,
2010, Wadsworth,Cengage Learning, Boston, USA.
5. http://www.brainyquote.com/quotes/topics/topic_communication.html
tanggal 12 April 2013

14

diakses