BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Efektifitas Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan Negeri(Studi di Pengadilan Negeri Medan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik atau sengketa adalah istilah-istilah yang sering ditemukan

  atau di dengar dalam kehidupan sehari-hari. Konflik atau sengketa bisa saja terjadi dikarenakan hal yang sepele, misalnya konflik antar tetangga yang mempermasalahkan batas tanah, sengketa pelanggaran perjanjian atau kontrak. Akan tetapi setiap orang sudah pasti tidak menginginkan suatu konflik atau sengketa terjadi di dalam kehidupannya.

  Sebuah konflik, yakni sebuah situasi di mana dua pihak atau lebih dihadapkan pada perbedaan kepentingan, tidak akan berkembang menjadi sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidak puas atau keprihatinannya. Sebuah konflik berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa bilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak atau keprihatinannya, baik secara langsung kepada

   pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain.

  Dengan kelebihan dan kekurangan yang diberikan Tuhan kepada manusia, membawa manusia itu kedalam bermacam-macam konflik atau sengketa, sengketa itu bisa terjadi dengan manusia lain, alam lingkungannya bahkan dengan dirinya sendiri. Pada kodratnya Tuhan juga memberikan kelebihan sehingga manusia tersebut dapat melakukan penyelesaian konflik atau sengketa. Manusia selalu berusaha mencari bagaimana cara penyelesaian konflik dalam rangka untuk selalu mencapai ada manusia yang tidak mau berusaha untuk mencari cara penyelesaian sengketa maka manusia tersebut memiliki fikiran dan jiwa yang tidak waras karena menghendaki adanya persengketaan tersebut.

  Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui dua proses. Proses yang tertua melalui proses Litigasi yaitu melalui pengadilan. Dan kemudian berkembang proses penyelesaian sengketa ini melalui kerja sama atau koorpratif diluar pengadilan. Proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini disebut dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

  Hukum Acara Perdata merupakan keseluruhan peraturan yang bertujuan melaksanakan dan mempertahankan atau menegakkan hukum perdata materil dengan perantaraan kekuasaan Negara. Perantaraan Negara dalam mempertahankan dan menegakan hukum perdata materil itu terjadi

   melalui peradilan dan cara ini lah yang disebut Litigasi.

  Pada dasarnya dalam cara Litigasi, inisiatif berperkara ada pada diri orang yang berperkara (dalam hal ini penggugat). Dengan kalimat lain ada atau tidak adanya sesuatu perkara, harus diambil oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa, bahwa haknya atau hak mereka dilanggar,

  

  yaitu oleh penggugat atau para penggugat. Proses litigasi menghasilkan bersama, cendrung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang mahal, tidak responsif, dan Dewasa ini cara penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang cukup tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hukum. Peran dan fungsi peradilan, dianggap mengalami beban yang terlampau padat

  (overloaded) . Lamban dan buang waktu (waste of time). Biaya mahal (very expensive) dan kurang tanggap (unresponsive) terhadap kepentingan

  umum. Atau dianggap terlampau formalistic (formalistic) dan terlampau

   teknis (technically).

  Apabila menggunakan penyelesaian dengan cara yang tidak sederhana dan biaya yang mahal maka akan terjadi penumpukan perkara di pengadilan. Para pihak yang berperkara juga harus menunggu sementara bukan hanya hal berperkara itu saja yang harus di selesaikan mereka melainkan masih banyak kebutuhan lain yang harus diselesaikan oleh para pihak. Untuk mengatasi penumpukan perkara tersebut maka perkembangan penyelesaian melalui kerja sama (koorperatif) di luar pengadilan ini sangat bermanfaat bagi para pihak yang menginginkan perkara mereka cepat selesai.

  Perkembangan penyelesaian sengketa melalui kerja sama (kooperatif) diluar pengadilan atau yang disebut dengan Alternatif melalui Litigasi di dalam pengadilan. Penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa menghasilkan kesepakatan yang bersifat keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif, menyelesaikan masalah secara komprehensif dalam kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik.

  Penyelesaian sengketa dengan cara tersebut merupakan dambaan setiap orang karena memiliki sifat sederhana, cepat dan biaya ringan.

  Bersamaan dengan itu di dalam Hukum Acara Perdata yang terdapat suatu asas yang terdapat dan tercantum dalam penjelasan Undang-Undang No.48 Tahun 2009 Tentang kekuasaan kehakiman, Pasal 2 angka 4 yang secara lengkap berbunyi :

   “Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.

  Ada beberapa bentuk penyelesaian sengketa alternatif yang umum digunakan, misalnya :

  1. Negosiasi (penyelesaian melalui perundingan secara bipartite / dua pihak)

  2. Mediasi (negosiasi dengan dibantu oleh pihak ketiga yang disebut Mediator)

3. Arbitrase (Penyelesaian melalui pemeriksaan dan putusan oleh

  Arbiter) Salah satu bentuk penyelesaian sengketa alternatif yang biasa digunakan adalah melalui mediasi. Mediasi ini secara langsung merupakan pengadilan. Penyelesaian sengketa perdata melalui mediasi ini dengan “win-win solution” yang menggunakan pengadilan sebagai sarana mediator dan sekaligus dapat berperan sebagai katup penekan. Yang diharapkan tidak hanya lebih efektif dan efesien bagi para pihak yang bersengketa, tapi juga bagi pengadilan yang bertugas menyelesaikan sengketa mereka, dalam hal mengurangi penumpukan perkara yang dapat berimplikasi pada konflik tersebut.

  Mediasi merupakan suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan

  

  pihak netral yang tidak memiliki kewenangan memutus. Mengenai mediasi atau alternatif penyelesaian sengketa ini diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Penyelesaian Sengketa. Lembaga-Lembaga APS bisa dijumpai secara luas dalam berbagai bidang seperti undang-undang bidang Lingkungan Hidup, Pertumbuhan, Perlindungan Konsumen dan lain sebagainya. Mahkamah Agung (MA) RI juga mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur mediasi di Pengadilan yang mewajibkan pihak yang bersengketa perdata, lebih dulu menempuh proses mediasi. pihak ketiga yang netral dan tidak memiliki kewenangan memutus (mediator). Berkaitan dengan hal itu, Mahkamah Agung mewajibkan sebagaimana diatur dalam Pasal 130 HIR dan Pasal 154 Rbg. Lembaga sejenis mediasi untuk menyelesaikan di luar pengadilan sudah diatur dalam Pasal 130HIR/154 RBG. Pasal ini menyatakan bahwa, “Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang menghadiri, maka Pengadilan Negeri dengan pertolongan Hakim Ketua mencoba untuk

  

  mendamaikan mereka.” Segala sesuatu yang dihasilkan dalam proses mediasi harus merupakan hasil kesepakatan atau persetujuan para pihak. Mediasi dapat ditempuh oleh para pihak yang terdiri atas dua pihak bersengketa atau lebih. Penyelesaian dapat dicapai atau dihasilkan jika semua pihak yang bersengketa dapat menerima penyelesaian itu. Namun, ada kalanya karena berbagai faktor para pihak tidak mampu mencapai penyelesaian sehingga mediasi berakhir dengan jalan buntu. Situasi ini yang membedakan mediasi dengan litigasi. Litigasi pasti berakhir dengan sebuah penyelesaian hukum, berupa putusan hakim, meskipun penyelesaian hukum belum tentu mengakhiri sebuah sengketa karena ketegangan di antara pihak sengketa masih berlangsung dan pihak yang kalah selalu tidak puas.

  Terdapat unsur-unsur esensial mediasi yang telah diidentifikasi, a.

  Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui perundingan berdasarkan pendekatan mufakat atau konsensus para b.

  Para pihak meminta bantuan pihak lain yang bersifat tidak memihak yang disebut mediator.

  c.

  Mediator tidak memiliki kewenangan memutus, tetapi hanya membantu para pihak yang bersengketa dalam mencari

   penyelesaian yang dapat diterima para pihak.

  Mediator merupakan pihak netral yang memberikan bantuan prosedural dan substansial. Bantuan prosedural antara lain mencakup tugas-tugas memimpin, memandu, dan merancang sesi-sesi pertemuan atau perundingan. Sedangkan bantuan substansial berupa pemberian saran-

  

  saran kepada pihak yang bersengketa. Mediator sebagai pihak netral ini mengandung pengertian bahwa mediator tidak berpihak, tidak memiliki kepentingan dengan perselisihan yang sedang terjadi, serta tidak diuntungkan atau dirugikan jika sengketa dapat diselesaikan atau jika mediasi menemui jalan buntu.

  Dari uraian di atas, bahwa mediasi merupakan penyelesaian sengketa perdata yang mempermudah para pihak dalam mencapai kata sepakat sehingga penumpukan perkara di pengadilan pun dapat di minimalisir, dikarenakan proses penyelesaian sengketa yang cepat. singkat cepat, sederhana dan efesien dan juga dengan biaya ringan. Bagi masyarakat yang memiliki kepentingan maka mediasi ini sebagai jawaban sungguh-sungguh di laksanakan di Pengadilan Negeri, terutama di Pengadilan Negeri Medan.

  Di dalam mediasi, seorang penengah yang bersifat netral itu penting sekali. Seorang penengah itu biasa disebut dengan mediator.

  Mediator ini memiliki peran penting di dalam mediasi. Namun, dewasa ini banyak keluhan masyarakat yang menggunakan mediasi sebagai penyelesaian sengketa perdata. Munculnya keluhan tersebut karena pelaksanaan mediasi yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah dicantumkan di dalam PERMA. Tidak hanya pelaksaan mediasi, melainkan peranan mediator pun juga harus dipertanyakan bagaimana pelaksanaannya di Pengadilan Negeri tersebut.

  Berdasarkan uraian latar belakang dan beberapa alasan diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul “ EFEKTIFITAS MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan)” B.

   Rumusan Masalah terhadap perundang-undang yang ada, serta dari berbagai literatur yang ada, maka permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan adalah

  1. Bagaimana efektifitas mediator dalam menyelesaikan sengketa perdata melalui mediasi di Pengadilan Negeri Medan ?

  2. Bagaimana prinsip dan prosedur mediasi yang dilakukan oleh mediator dalam penyelesaian sengketa perdata di Pengadilan Negeri Medan? 3. Bagaimana efektifitas penerapan PERMA No.1 Tahun 2008 di

  Pengadilan Negeri Medan? C.

   Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.

  Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan dalam skripsi ini adalah : a.

  Untuk mengetahui efektifitas mediator dalam menyelesaikan sengketa perdata dengan melalui mediasi di Pengadilan Negeri Medan.

  b.

  Untuk mengetahui prinsip dan prosedur mediasi yang dilakukan mediator dalam menyelesaikan perkara perdata di Pengadilan c.

  Untuk mengetahui efektifitas penerapan Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 di Pengadilan Negeri Medan.

  Manfaat Penulisan a.

  Secara Teoritis : Hasil dari penelitian yang dituangkan dalam skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum di Indonesia, terutama dapat menambah pengetahuan di bidang mediasi sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan yang menggunakan penengah atau mediator. Diharapkan skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang nyata kepada kalangan masyarakat Indonesia mengenai peran dan efektifitas mediator dalam pelaksanaan mediasi dalam pemeriksaan sengketa perdata yang dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri Medan.

  b.

  Secara Praktis : Skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi rekan mahasiswa, praktisi hukum terutama bagi advocat dan para hakim, pemerintah, serta masyarakat yang bersengketa sebagai pedoman dan bahan rujukan dalam rangka menyelesaikan sengketa perdata dengan memberdayakan mediasi. Sehingga penegakkan hukum dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

D. Keaslian Penulisan

  Penulis membuat tulisan ini dengan melihat perkembangan hukum dari berbagai literatur dan bahan bacaan dari berbagai referensi yang diperoleh dari perpustakaan atau toko buku dan beberapa diantaranya diperoleh dari internet maupun media masa. Sepanjang yang telah ditelusuri dan penulis ketahui mengenai karya ilmiah skripsi yang terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tidak ada judul yang sama dengan apa yang ditulis oleh penulis. Dengan demikian, penulis meyakini bahwa skripsi ini adalah merupakan murni karya asli dari penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

  Semua orang tentu tidak menginginkan terjadi persengketaan dengan orang lain. Namun dalam kehidupan masyarakat yang sangat kompleks memiliki perbedaan-perbedaan keinginan dari setiap orang. Berawal dari perbedaan-perbedaan inilah sebuah sengketa itu muncul, dapat terjadi antara dua pihak dan bahkan dapat melibatkan banyak pihak.

  Sengketa adalah perselisihan atau perbedaan pendapat (persepsi) yang terjadi antara dua pihak atau lebih karena adanya pertentangan kepentingan yang berdampak pada terganggunya pencapaian tujuan yang

  

  diinginkan oleh para pihak. Sengketa terjadi karena adanya perbedaan orang atau lebih, di mana salah satu pihak percaya bahwa kepentingannya tidak sama dengan kepentingan yang lain.

  

  memiliki dua macam metode, yaitu:

   1.

  Proses Peradilan/ajudikasi

  • Litigasi ( Proses pengadilan)
  • Arbitrase 2.

  Proses Konsensual/Non-Ajudikasi

  • Alternative Penyelesaian Sengketa Alternatif Penyelesaian Sengketa ini menjadi pilihan yang efektif sebab memiliki beberapa bentuk yang memberikan pilihan berbeda bagi para pihak.

  Menurut Yahya Harahap, dalam penyelesaian sengketa terdapat beberapa bentuk penyelesaian diluar pengadilan, antara lain:

   a.

  Mediasi (mediation) melalui sistem kompromi diantara para pihak, sedangkan pihak ketiga yang bertindak sebagai mediator hanya sebagai penolong dan fasilitator.

  b.

  Konsiliasi melalui konsiliator, dimana pihak ketiga yang bertindak sebagai konsiliator berperan merumuskan perdamaian (konsiliasi), tetapi keputusan tetap ditangan para pihak. 11 Sandra Day O’Connor, “Alternative Dispute Resolution (ADR )”, c.

  Expert Determinition, menunjukkan seorang ahli memberi penyelesaian sengketa yang menentukan oleh karena itu keputusan d.

  Mini trial, para pihak sepakat menunjuk seorang advisor yang akan bertindak untuk memberikan opini kepada kedua belah pihak, opini tersebut diberikan advisor setelah mendengar permasalahan sengketa dari kedua belah pihak, opini yang berisi kelemahan masing-masing pihak serta memberi pendapat cara penyelesaian sengketa yang harus ditempuh para pihak.

  Mediasi merupakan salah satu pola penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan yang umum digunakan atas dasar perdamaian atau yang biasa disebut alternatif penyelesaian sengketa. Penyebutan alternatif penyelesaian sengketa ini dikarenakan mediasi merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa disamping pengadilan yang bersifat tidak memutus, cepat, murah dan memberikan akses kepada para pihak yang bersengketa memperoleh keadilan atau penyelesaian yang memuaskan.

   Alternatif penyelesaian sengketa ini terdapat dalam Undang-

  Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Istilah mediasi ini tidak mudah didefenisikan secara lengkap dan menyeluruh, karena cakupannya cukup luas. Mediasi tidak memberikan suatu model yang dapat diuraikan secara terperinci dan

   dibedakan dari proses pengambilan keputusan lainnya.

  daripada mediasi, diantaranya adalah sebagai berikut: Nollan Haley mendefenisikan mediasi sebagai :

  “A short term structured task oriented, partipatory invention

  process. Disputing work with a neutral third party, the mediator, to reach

   a mutually acceptable agreement” .

  (suatu istilah singkat yang bertugas mengorientasikan, proses penemuan para pihak. Antara para pihak bekerja dengan pihak ketiga yang netral.

  Seorang mediator. Untuk mendapatkan kesepakatan yang saling menguntungkan).

  Kovach mendefenisikan mediasi sebagai : “faciliiated negotiation. It process by which a neutral third party the

   mediator, to reach a mutually acceptable agreement” .

  (fasilitas untuk bernegosiasi. Yang mana proses nya berjalan dengan pihak ketiga, seorang mediator, untuk mendapatkan kesepakatan yang saling menguntungkan).

   15 Ada beberapa unsur mediasi, yaitu : Undang-Undang No.30 Tahun 1999 “Tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa Alternatif” 16 Nollan halley dan m.jaqueline, alternative dispute resolution, dalam skripsi Ririn

  Sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.

  • Adanya pihak ketiga yang bersifat netral yang disebut sebagai
  • bersengketa di dalam perundingan itu.
  • untuk mencari penyelesaian atas masalah-masalah sengketa.

  Mediator tersebut bertugas membantu para pihak yang bersengketa

  • keputusan selama proses perundingan berlangsung.

  Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan-

  • dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.

  Mempunyai tujuan mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang

  Dari uraian di atas maka terlihat jelas bahwa mediasi merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan.

  Penyelesaian sengketa ini ditempuh melalui kesepakatan para pihak yang bersengketa untuk berdamai yang dibantu oleh seorang mediator. Namun mediator tidak memiliki hak untuk memberikan putusan atas sengketa tersebut. Mediator hanya membantu para pihak untuk saling membuka pikiran agar menghadapi suatu sengketa itu tidak dengan cara yang tidak efektif bagi kedua karena akan menambah kerugian bagi mereka sendiri.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian merupakan penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang topik yang penulis peraturan hukum tersebut dengan pelaksanaannya di lapangan berlakunya (dalam ini efektif atau tidak antara Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 dengan mediasi yang di laksanakan oleh mediator di Pengadilan dengan pelaksanaannya di Pengadilan Negeri Medan) dengan melakukan wawancara langsung dengan hakim mediator Pengadilan Negeri Medan.

  2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan penelitian di

  Pengadilan Negeri Medan di Medan, sebagai instansi yang wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan topik yang penulis bahas dalam skripsi ini. Penulis memilih tempat tersebut sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan tempat tersebut memenuhi karakteristik bagi penulis untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan ditulis.

  3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini upaya pengumpulan data dilakukan dengan a.

  Studi Lapangan ( data primer ) Wawancara yaitu melakukan penelitian langsung ke lapangan dengan topik skripsi penulis terhadap praktek di lapangan.

  Wawancara dilakukan antara penulis dengan hakim mediator yang melakukan mediasi dalam penyelesaian perkara perdata di Pengadilan Negeri Medan.

  b.

  Studi kepustakaan (Data Sekunder) Dilakukan dengan mempelajari dan meneliti berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan topik yang diangkat dalam skripsi ini. Seperti : buku-buku hukum, makalah hukum, majalah hukum, surat kabar, artikel hukum di internet, pendapat para sarjana yang expert di dunia hukum, dan bahan- bahan lainnya.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan ini akan mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan skripsi dengan memberikan gambaran yang lebih jelas, penelitiaan ini akan dibagi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

  tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  

BAB II : Mediasi Sebagai Salah Satu Cara Penyelesaian

Sengketa Perdata Menguraikan tentang mediasi sebagai salah satu cara

  penyelesaian sengketa perdata. Memuat semua hal mengenai mediasi mulai dari pengertian, sejarah perkembangan mediasi di Indonesia, kekuatan dan kelemahan mediasi dalam penyelesaian sengketa perdata, faktor yang mendorong para pihak untuk melakukan mediasi dalam menyelesaikan sengketa perdata.

  

BAB III : Mediator Selaku Penengah Dalam Penyelesaian

Sengketa Perdata Membahas dan menguraikan mengenai mediator selaku

  penengah dalam penyelesaian sengketa perdata. Memuat hal mengenai pengertian mediator, syarat khusu menjadi mediator, peranan mediator di dalam mediasi dan bagaiaman mediator di dalam PERMA No.1 Tahun 2008.

  

BAB IV : Efektifitas Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa

Perdata Melalui Mediasi Di Dalam Pengadilan Negeri Mendeskripsikan efektifitas mediator dalam pelaksanaan

  mediasi untuk menyelesaiakan sengketa perdata di Pengadilan Negeri Medan. Memaparkan peranan PERMA No. 1 Tahun 2008 di dalam Pengadilan Negeri Medan.

  BAB V : Kesimpulan dan Saran Memuat kesimpulan dan saran atas hal yang dibahas dan

  diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sebagai hasil analisis penulisan atas permasalahan dalam skripsi ini.

Dokumen yang terkait

Efektifitas Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan Negeri(Studi di Pengadilan Negeri Medan)

11 250 113

Peran Dan Pelaksanaan Mediasi Dalam Menyelesaikan Sengketa Perdata Di Pengadilan Negeri Medan (Analisis Terhadap Perkara Yang Diselesaikan Melalui Mediasi di Pengadilan Negeri Medan)

2 106 143

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Mekanisme Penyelesaian Sengketa oleh Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam Penyelesaian Sengketa Antar Negara Anggota ASEAN.

0 0 16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN DAN HARTA BERSAMA A. Pengertian Perceraian - Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Harta Bersama Setelah Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Medan)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Harta Bersama Setelah Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Medan)

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Efektifitas Perjanjian Damai Dalam Pengadilan (Akta Van Dading) Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Dan Wanprestasi Dalam Penegakan Hukum Perdata (Studi Pada Pengadilan Negeri Medan)

0 1 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Eksekusi Putusan Pengadilan dalam Perkara Perdata Terhadap Aset BUMN

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prinsip Arbitrase Berbasis Syariah dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

0 1 74

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

0 2 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

0 0 12