Metode Pembuatan Kompos dari Limbah Kulit Kayu Ekaliptus (Eucalyptus spp)

  Deskripsi Siti latif ah METODE PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH KULIT KAYU EKALIPTUS

  5

  (Eucalyptus spp) Bidang Pertanian Ivensi

  Invensi ini berhubungan dengan metode pembuatan kompos

  10 berbahan baku kulit kayu ekaliptus, lebih khusus lagi invensi ini berhubungan dengan metode pembuatan kompos dari kulit kayu ekaliptus dengan menggunakan campuran serbuk gergaji kayu damar laut, bio activator dan kotoran ayam.

15 Latar Belakang Invensi

  Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) bertujuan untuk menunjang hutan alam negara guna meningkatkan nilai tambah, devisa, 20 meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup serta memperluas lapangan usaha (Khaeruddin 1999, dalam veronica,

  2005). Pengembangan HTI di Sumatera Utara dimaksudkan untuk menyediakan bahan baku industri pulp dan kayu gergajian yang terus meningkat, baik penggunaan dalam negeri maupun ekspor. Hutan

  25 Tanaman Industri di Sumatera Utara sebagian besar difokuskan pada jenis Eucalyptus spp. Beberapa spesies yang diusahakan terutama adalah E. grandis, E. urophylla, E. Saligna, E. Pellita dan E.

  Hybrid.

  Aktivitas industri pengelolaan pulp dan kertas yang ada di

  30 Indonesia berpotensi menghasilkan jumlah limbah yang besar, hal ini sesuai dengan besarnya kapasitas produksi. Sepanjang tahun 2005 salah satu HTI di Sumatra Utara membutuhkan bahan baku kayu

  Eucalyptus, sekitar 1 juta ton. Sehigga besarnya potensi limbah

  diperkirakan ada sekitar 100.000- 150.000 ton ( Tempo, 2005). Dalam 35 waktu 7-10 tahun HTI Eucalyptus spp dapat menghasilkan log 140-200

  3

  m /ha. Berdasarkan hasil penelitian Fengel dan Wegener (1984) volume limbah kulit kayu ekaliptus ini tergolong besar, bila tidak dimanfaatkan secara benar akan menimbulkan masalah lingkungan.

  Pemanfaatan limbah kulit kayu dari HTI masih sangat terbatas tidak seperti limbah kayu. Hasil penelitian pemanfaatan limbah kulit kayu antara lain berupa produk kompos dan arang kompos dari

  5 arang kulit pinus ditambah aktivator orgadec dapat menghasilkan kompos dengan nisbah C/N 19,71% dalam jangka waktu tiga bulan (Komarayati, 2006), kulit kayu Acacia decuurens dan Acacia elata dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan perekat alam. Aplikasi kompos kulit kayu eucalyptus sebagai terobosan terbaru untuk

  10 mendapatkan respon tumbuh semai tanaman kehutanan diharapkan dapat mendukung terwujudnya pembangunan kehutanan yang berprinsip pada azas kelestarian ekologi, ekonomi dan kelestarian produksi.

  Hasil pencarian dengan kata kunci ”kompos + kulit kayu ekaliptus” menghasilkan dokumen dengan judul ” Composing

  15 Composition”, penemu Marcel F. L. P. De Boodt, Omer F. Verdonck, memasukkan data paten tanggal 2 Desember 1982, dikeluarkan nomor patennya pada tanggal 22 Januari 1985 dengan paten ID 4494975. Abstraknya :”Proses memproduksi pupuk kompos dan komposisi kompos yang mempunyai kadar nitrogen tinggi serta menguntungkan bagi

  20 pemupukan. Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan endapan minyak tanah dan biomassa organik yang sebaiknya juga memanfaatkan limbah industri kayu dan produk-produk limbah organik lainnya.”Hasil penelusuran tersebut menggunakan endapan minyak tanah dan biomassa secara umum untuk produksi kompos. Invensi metode

  25 pembuatan kompos berbahan baku limbah kulit kayu ekaliptus belum ditemukan pada penelusuran paten.

  Uraian Singkat Invensi

  30 Invensi yang diusulkan ini pada prinsipnya adalah menghasilkan metode pemanfaatan kulit kayu ekaliptus sebagai salah satu bahan utama dalam pembuatan kompos. P r o s e s d ek o m p o si s i a tau penguraian bahan organik yang melibatkan sejumlah mikroorganisme pendekomposer. Dengan penggunaan kompos yang pada dasarnya berasal dari bahan –bahan organik limbah kulit ekaliptus, maka dapat mengurangi ketergantungan akan bahan dari luar karena limbah kulit ekaliptus tersedia di lingkungan sekitar hutan.

  5 Pemanfaatan limbah kulit ekaliptus menjadi kompos dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia, yang selanjutnya dapat menekan biaya produksi, selain itu, lingkungan hidup sekitar HTI menjadi lebih bersih dan sehat. Apabila komposisi terbaik dari kompos kulit ekaliptus telah diperoleh,selanjutnya kompos tersebut diaplikasikan

  10 pada beberapa jenis semai tanaman kehutanan untuk mendapatkan respon tumbuh terbaik. Teknologi pemanfaatan limbah kulit kayu ekaliptus akan sangat membantu dalam penanganan limbah HTI secara tepat, mudah dan murah (efektif dan efisien).

  Metode pembuatan kompos berbahan baku kulit kayu ekaliptus

  15 secara garis besar adalah persiapan bahan untuk pembuatan kompos, proses pengomposan, dan uji laboratorium terhadap kompos yang dihasilkan dengan melihat C/N, kadar air, suhu, pH serta kandungan

  (P

  unsur hara O CaO; MgO dan K O ) setelah C/N

  2 5;

  2 ≤ 20.

  Uraian Singkat Gambar

  20 Gambar -1 adalah alur proses perlakuan kompos sesuai invensi ini. Limbah kulit kayu ekaliptus dibersihkan dan dicacah.

  Hasil cacahan kulit tersebut selanjutnya diayak. Disiapkan bahan kompos dengan perbandingan kulit kayu ekaliptus, serbuk gergajian kayu damar laut, kotoran ayam dan biaktivator 60% : 20%: 10% :10.

  25 Bahan kompos tersebut dicampur dan diaduk dengan air sehingga diperoleh kadar air 50% secara merata. Bahan yang telah dicampur dimasukkan dalam ember dan ditutup dengan plastik selama 40 hari, dengan melakukan pembongkaran, pengadukan dan pengukuran kadar air mendekati 50% dan diukur suhu setiap hari sehingga dihasilkan

  30 kompos. Pengomposan berakhir ditandai hasil uji labioratorium jika diperoleh C/N ≤ 20.

  Uraian Lengkap Invensi

  Bahan baku yang digunakan adalah limbah kulit kayu ekaliptus yang diperoleh dari Hutan Tanaman Industri (HTI) di sekitar

  5 Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Pada proses pembuatan pulp, hanya kayu saja yang akan diproses menjadi pulp. Sedangkan kulit kayunya menjadi limbah. Untuk memanfaatkan limbah kulit kayu dari kegiatan proses produksi HTI maupun hutan milik masyarakat, limbah kulit ekaliptus dapat diolah menjadi kompos. Teknologi pemanfaatan 10 limbah kulit kayu ekaliptus ini sangat perlu dilakukan, karena hasilnya dapat memberikan keutamaan berupa manfaat secara ekologis, ekonomis dan sosial.

  Manfaat ekologisnya adalah bahwa tumpukan limbah kulit ekaliptus yang banyak terdapat pada industri pulp dan kertas bisa diminimumkan atau bahkan tidak ada lagi. Pemanfaatannya menjadi

  15 bahan baku kompos dapat mengurangi pencemaran lingkungan, karena bisa membantu proses percepatan sirkulasi bahan kulit ekaliptus ke alam menjadi unsur hara bagi tanaman. Manfaat ekonominya adalah dapat mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk kimia sehingga akan menekan atau mengurangi biaya produksi. Sedangkan manfaat

  20 sosialnya adalah dapat menyerap tenaga kerja, sebagai informasi kepada masyarakat khususnya pemasok kayu ekaliptus tentang pemanfaatan limbah kulit kayu menjadi kompos. Metode pengomposan dengan cara yang sederhana ini dapat dijadikan sebagai alternatif oleh masyarakat untuk memberdayakan limbah kulit kayu ekaliptus.

  25 Tahapan pembuatan kompos berbahan baku limbah kulit kayu ekaliptus adalah sebagai berikut:

a) Persiapan bahan kompos

  Limbah kulit kayu ekaliptus dipisahkan antara bentuk serabut dan kasar dan dicacah dengan parang sampai ukuran 0,5-2 cm. Hasil 30 cacahan kulit tersebut selanjutnya diayak untuk memisahkannya dari sisa chip. Bahan tambahan berupa serbuk kayu gergajian dan kotoran ayam.Pemberian kotoran ayam dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologis kompos, sehingga proses dekomposisi akan lebih sempurna dan bahan organik akan menjadi lebih remah. Kedua bahan tersebut dikeringkan dengan diangin-anginkan. Pada saat hendak

  5 dilakukan pencampuran antara kulit kayu ekaliptus, serbuk gergajian dan kotoran ayam, bahan kompos diukur dahulu C/N, kadar air dan pH nya untuk mengetahui keadaan awal bahan tersebut.

  Hasil analisis awal menunjukkan bahwa kulit kayu Eucalyptus spp mengandung kadar air yang rendah dan memiliki C/N sebesar 78.23 10 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai C/N adalah perbandingan nilai Karbon terhadap Nitrogen. Menurut Indriani (2001), bahan organik dapat diserap oleh tanaman bila nilai C/N < 20 (sama dengan C/N tanah).

  15 Tabel 1. Hasil Rata-rata Analisis Awal Kulit Kayu Eucalyptus spp Kadar Air Unsur Hara (%)

  C N C/N P O K O CaO MgO

  2 5;

  2

  25.66 39.01 0.45

  78.23

  0.13

  0.36

  1.56

  0.38 Selanjutnya bahan –bahan kompos dicampur dengan komposisi 60 % kulit kayu ekaliptus + 20% serbuk kayu gergajian + 10% kotorang ayam + bioaktivator 10 %dengan takaran sesuai berat

  20 100 % bahan kompos .

b) Proses pengomposan

  Proses pengomposan limbah kulit kayu ekaliptus dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : Semua bahan organik dicampur merata dan hasilnya diaduk dengan bioaktivator. Hasil adukan tersebut dicampur

  25 dengan air sehingga diperoleh kadar air 50% secara merata.

  Selanjutnya diukur pH awalnya( Table 2). Bahan kompos yang telah

  Selanjutnya ditutup dengan plastik hitam untuk mempercepat proses dekomposisi.

  Tabel 2. PH awal kompos Komposisi Hari ke

  1

  20

  40

  50 I 6,33 6,67 - 7,10

  II 5,90 6,10 6,82 7,10

  • III 6,58 6,81 7,20

  Keterangan : Komposisi I : 100% kulit kayu ekaliptus + aktivator

5 Komposisi II : 80% kulit kayu ekaliptus + 20% serbuk gergajian damar laut

  • aktivator Komposisi III : 60 % kulit kulit kayu elaptus + 20% serbuk gergajian damar laut + bioaktivator 10 % + 10% kotorang ayam Dilakukan pengukuran kadar air dan suhu setiap hari sekali.

  10 Hal ini dilakukan untuk mencapai suhu ideal pengomposan, yang mana suhu ideal rata-rata sekitar 30-37° C. Kadar air yang dimiliki kulit kayu ekaliptus dan bahan tambahan masih tergolong rendah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kadar air adalah dengan cara menambah air. Pengaruh kadar air sangat berperan terhadap

  15 aktivitas mikroorganisme. Menurut Dazell (1987) dolam Komarayati et kadar air yang optimum untuk aktivitas

  aL,(2002),bahwa

  mikroorganisme adalah 50-60%. Penambahan air dilakukan bersamaan saat pembalikan bahan kompos apabila hasil pengukuran kadar air pada bahan kompos mendekati 50%.

  20 Pembongkaran dan pengadukan bahan kompos dilakukan setiap hari. Hal ini ber tuj uan un t uk meningkatkan sirkulasi oksigen dan homogenitas bahan sehingga pengomposan berlangsung merata. Pengomposan berakhir apabila hasil uji laboratorium pada bahan kompos menunjukkan C/N

  25 ≤ 20.

c) Uji laboratorium terhadap kompos yang dihasilkan dengan melihat C/N, kadar air, suhu, pH serta kandungan unsur hara (P O 2 5; CaO; MgO dan K O ) setelah C/N

  2 ≤ 20

  Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pengujian terhadap

  5 parameter ratio C/N, (hari ke -20, 40 dan 50, kandungan unsur hara

  (P O CaO; MgO dan K O ) setelah C/N 2 5;

  2

  ≤ 20 dan pH (diawal dan setiap pengujian C/N). Nilai C/N adalah perbandingan nilai Karbon terhadap Nitrogen. Bahan organik dapat diserap oleh tanaman bila nilai C/N < 20 (sama dengan C/N tanah). Tingginya C/N akan

  10 menyebabkan proses pelapukan atau dekomposisi secara alami, relatif membutuhkan waktu tahunan. Tingginya nilai C/N limbah kulit kayu

  Eucalyptus spp dapat diturunkan melalui proses dekomposisi atau pengomposan.

  Kompos di kategorikan baik apabila memenuhi persyaratan

  15 sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Mutu kompos ditentukan oleh faktor unsur hara yang terdapat didalamnya (terutama unsur makro) dan pH. Adanya perubahan pH pada proses pengomposan merupakan salah satu ciri bahwa proses dekomposisi atau degradasi bahan organik sedang berlangsung. Keberadaan pH

  20 merupakan salah satu faktor yang berperan bagi pertumbuhan mikroorgunisme. Proses pengomposan memerlukan pH ideal sekitar 6,5 - 7,5 ( kondisi pH netral).

  Setelah mengalami proses pengomposan selama 20 hari, nilai perbandingan C/N yang semula 78.23 turun menjadi menjadi 28.89-

  25 64,03%. Pada hari ke- 40 pengomposan, perbandingan C/N sudah memenuhi syarat < 20. Nilai yang diperolehnya adalah sebesar 16,59.

  Kompos di kategorikan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Mutu kompos 30 ditentukan oleh faktor unsur hara yang terdapat didalamnya

  (terutama unsur makro) dan pH. Hasil pengujian laboratorium kadar unsur hara pada kompos dengan komposisi III setelah C/N < 20

  1,987; 1,926 dan 0,57 setelah 40 hari pengomposan dapat dilihat pada Tabel 3. Sedangkan pHnya sebesar 7,2 setelah 40 hari pengomposan dapat dilihat pada tabel 2

  Tabel 3. Hasil Rata-rata Kadar Unsur Hara Kompos Setelah C/N < 20

  Parameter (%) Komposisi I Komposisi II Komposisi III P O 0.325 0.130 0.955

  2 5;

  K O 1.128 1.756 1.987

2 CaO 1.128 1.756 1.926

  MgO 0.439 0.489 0.570

  Keterangan :

5 Komposisi I : 100% kulit kayu ekaliptus + aktivator

  Komposisi II : 80% kulit kayu ekaliptus + 20% serbuk gergajian damar laut + aktivator Komposisi III : 60 % kulit kulit kayu elaptus + 20% serbuk gergajian damar laut + 10 % aktivator + 10% kotoran ayam

  10

  Klaim

  1. Suatu metode untuk membuat kompos berbahan baku kulit kayu ekalitptus, yang meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

  5

  a) mencacah kulit kayu ekaliptus dengan ukuran 0,5-2 cm menggunakan parang ,

  b) mengayak kulit kayu ekaliptus yang diperoleh pada tahap a) untuk mendapatkan hasil yang relatif seragam,

  c) menyiapkan serbuk gergajian dari kayu damar laut yang telah 10 dikering anginkan,

  d) menyiapkan kotoran ayam yang telah dikering anginkan, e) mencampur kulit kayu ekaliptus dengan serbuk gergajian, kotoran ayam dan biaktivator dengan perbandingan 60% : 20%: 10% :10%,

  15

  f) mengaduk campuran secara merata pada tahap e) dengan air sampai campuran tersebut mempunyai kadar air 50%, diukur pH dengan pH 5,9- 6,58, suhu berkisar 25

  C, C/N 78%, pada kondisi awalnya, g) memasukkkan campuran butir f) ke dalam wadah (ember), dan

  20 ditutup plastik untuk difermentasikan selama 40 hari, dengan melakukan pembongkaran, pengadukan dan pengukuran kadar air mendekati 50% dan diukur suhu setiap hari sehingga dihasilkan kompos.

  2. Metode untuk membuat kompos dari kulit kayu ekaliptus yang 25 sesuai klaim 1, dimana pada tahap g) selanjutnya dilakukan uji laboratorium sampai diperoleh rasio C/N ≤ 20.

  3. Suatu produk kompos yang diperoleh sesuai klaim 1 sampai 2, dimana kadar Unsur Hara berturut-turut untuk P O K O, CaO,

  2 5,

  2 MgO(%) adalah 0,955; 1,987; 1,926 dan 0,57 serta pH 7,2 setelah 30 40 hari pengomposan.

  Abstrak METODE PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH KULIT KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus spp)

  5 Invensi ini berhubungan dengan metode pembuatan kompos dengan menggunakan bahan baku limbah kulit ekaliptus yang dicampur serbuk gergajian kayu damar laut, kotoran ayam serta bioaktivator. Aplikasi kompos kulit kayu ekaliptus sebagai terobosan terbaru 10 media semai tanaman kehutanan diharapkan dapat mendukung terwujudnya pembangunan kehutanan yang berprinsip pada azas kelestarian ekologi, ekonomi dan kelestarian produksi. Komposisi bahan kompos dengan perbandingan kulit kayu ekaliptus, serbuk gergajian kayu damar laut, kotoran ayam dan biaktivator 60% :

  15 20%: 10% :10 menghasilkan kompos dengan kandungan hara berturut- turut untuk P O K O, CaO, MgO (%) adalah 0,955; 1,987; 1,926

  2 5,

  2 dan 0,57 serta pH sebesar 7,2 setelah 40 hari pengomposan.

  Gambar 1.Uraian gambar

  Eucalyptus spp Bersihkan dan dicacah

  60 % kulit kayu eucalyptus Bioaktivator 10%

  Perlakuan ke -3 hasil komposisi kompos terbaik 20% serbuk gergajian Dicampur, diaduk, tambahkan air sampai kadar air 50%

  10 % kotoran ayam