BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Laporan keuangan

  Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan.Dengan demikian untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan diperlukan adanya laporan keuangan dari perusahaan bersangkutan.

  Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2007:2), Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai cara misalnya sebagai arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

  Menurut Munawir (2002:2) menyatakan bahwa “laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.” Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi atau suatu proses pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan. Dalam proses ini diidentifikasikan berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan aktivitas ekonomi perusahaan yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan perusahaan.

2.1.2 Pengertian Keputusan Pendanaan

  Keputusan pendanaan mengindikasikan bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Riyanto mengatakan bahwa “Struktur finansial mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan demikian struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansial mencerminkan pula perimbangan antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri”. Keputusan pendanaan merupakan perbandingan antara hutang (modal asing) dengan ekuitas (modal sendiri).

  Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) perusahaan, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan yang berasal dari sumber internal yaitu laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber dana eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan.

  Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan hutang bagi perusahaan atau disebut dengan metode pembelajaran dengan utang (debt financing). Dana yang diperoleh dari para pemilik, serta atau mengambil bagian dalam perusahaan merupakan modal sendiri perusahaan. Proporsi atau bauran dari penggunaan modal sendiri dan utang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut struktur modal perusahaan.

  Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur keputusan pendanaan adalah debt to equity ratio (DER), yaitu perbandingan antara hutang dengan total aktiva. Alasan menggunakan total hutang atas aktiva karena kondisi di Indonesia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sering menggantikan hutang jangka pendek menjadi hutang jangka panjang. Formulasi DER adalah sebagai berikut :

  DER =  

2.1.3 Profitabilitas

  Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu (Riyanto, 2001).

  Dimana masing-masing pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran itu memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungan dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan, didalam akuntansi digunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodic dengan didasarkan pada pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya - biaya sebagai elemen yang membentuk laba atau rugi dalam suatu periode.

  Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aktiva, dan modal. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio net profit

  margin (NPM), return on asset (ROA) dan return on equity

  (ROE). Net profit margin mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio NPM yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen. ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sedangkan ROE menggambarkan tingkat return yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya.

  Profitabilitas merupakan variabel independen penting yang mempunyai pengaruh pada keputusan pendanaan. Semakin tinggi profit suatu perusahaan maka akan semakin menurun hutangnya karena semakin banyak dana internal yang tersedia untuk mendanai investasinya (Brigham dan Houston,2001).

  Brigham dan Houston (2001) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Keputusan pendanaan secara langsung juga berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Return on asset menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.

  ROA merupakan salah satu rasio rentabilitas yang terpenting digunakan untuk memprediksi harga atau return saham perusahaan publik. ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total investasi yang dilakukan perusahaan. ROA juga merupakan perkalian antara factor net

  income margin dengan perputaran aktiva. Net income margin

  menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya.

  Apabila salah satu dari faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Bila ROA meningkat berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

  Formulasi ROA adalah sebagai berikut: Return On Asset (ROA) =

2.1.4 Price Earning Ratio (PER)

  Penilaian saham secara akurat dapat meminimalkan risiko sekaligus membantu investor mendapatkan keuntungan yang wajar, mengingat investasi di pasar modal merupakan jenis investasi yang cukup tinggi, meskipun menjanjikan keuntungan relatif besar investor harus berhati-hati dalam menganalisis sekuritas. Salah satu cara untuk menghitung sekuritas yang baik bagi investor dengan cara menggunakan price earning ratio.

  Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005), price earning

  ratio (PER) adalah ukuran kineja saham yang didasarkan atas

  perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan perlembar saham (Earning Per Share, EPS).

  Pertumbuhan laba dan dividen dari suatu saham yang berubah-ubah nilainya, maka PER diharapkan juga akan berubah sepanjang waktu berjalan dan pada akhirnya menuju suatu tingkat nilai PER rata-rata dari saham-saham yang mempunyai tingkat risiko yang sama.

  Skousen, dkk (2009:230) yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki P/E ratio lebih tinggi dari P/E rata-rata, maka:

  1) Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan masa depan yang tinggi.

  2) Perusahaan dengan laba tahun berjalan lebih rendah dari laba rata-rata karena kejadian luar biasa yang tidak berulang

  (seperti penghapusan yang besar, bencana alam). 3)

  Perusahaan dengan aset tak tercatat yang jumlahnya substansial (seperti peningkatan nilai tanah, goodwill yang tak tercatat. Selanjutnya, perusahaan yang memiliki P/E ratio lebih rendah dari P/E rata-rata, maka:

  1. Perusahaan dengan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba rata-rata karena kejadian luar biasa yang tidak berulang (seperti keuntungan luar biasa yang hanya terjadi satu kali).

2. Perusahaan yang dianggap sangat beresiko.

  Penjelasan tersebut memberikan pernyataan yaitu yang pertama, price earnings ratio lebih tinggi dari price earnings

  ratio rata-rata dapat diartikan bahwa pasar mengharapkan

  peningkatan laba di masa mendatang. Hal tersebut dapat mengembalikan nilai price earning ratio ke tingkat yang lebih normal. Pernyataan yang kedua, tingginya price earnings ratio memungkinkan menunjukan alternatif bahwa terasa laba perusahaan memiliki risiko yang rendah dan membuat perusahaan bersedia membayar premi untuk mereka.

  Formulasi Price Earning Ratio (PER) adalah sebagai berikut :

  Price Earning Ratio (PER) =

2.1.5 Struktur Aktiva

  Struktur aktiva (Fixed Asset Ratio) adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap (Husnan,2004). Sedangkan menurut Riyanto (2001), struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Jadi, struktur aktiva merupakan susunan dari penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap.

  Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi dan memiliki massa manfaat dimasa yang akan datang lebih dari satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk dijual. Menurut Riyanto (2001), kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. Fixed Asset

  (FAR) atau dikenal juga dengan tangibilityasset,

  Ratio

  merupakan rasio antara aktiva tetap perusahaan dengan total aktiva (assetnya). Perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang yang lebih besar karena memiliki aktiva sebagai penjaminnya. Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil, besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan perusahaan (Sartono,2001).

  Formulasi Struktur Aktiva adalah sebagai berikut :

  Struktur Aktiva =

2.1.6 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

  Riyanto (2001) mengatakan bahwa perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat

  leverage- nya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

  Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa semakin besar suatu perusahaan mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi maka perusahaan tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar pula.

  Formulasi Ukuran Perusahaan (Firm Size) adalah sebagai berikut:

  

Ukuran Perusahan (Firm Size) = Ln(Total

Asset)

  2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  No NamaPenel Judul Variabel Hasil Penelitian iti

  1. Agus Pengaruh Independen Secara Mulya Ukuran Ukuran simultan tidak (2008) Perusahaan, Perusahaan, ada pengaruh

  Struktur Struktur signifikan Aktiva, Aktiva, antara Pertumbuhan Pertumbuhan variabel Perusahaan, Perusahaan, struktur Dan dan aktiva, Profitabilitas Profitabiltas pertumbuhan Terhadap penjualan, Struktur profitabilitas, Modal dan leverage

  Dependen:

  operasi Struktur terhadap Modal struktur modal.

  2. Steven dan Lina (2011)

  DPR, Kepemilikan Manajerial,da n Ukuran Perusahaan.

  Profitabilitas, PER, Struktur Aktiva dan

  Price Earning Independen:

  Analisis Pengaruh Profitabilitas,

  4. Riyanto (2001)

  Profitabilitas, pembayaran dividen, dan ukuran perusahaan memiliki hubungan positif pada kebijakan hutang perusahaan.

  Keputusan Pendanaan

  Dependen:

  Independen:

  Faktor-Faktor yang Mempengaru hi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur

  Pengaruh Dividend PayOut Ratio, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Keputusan Pendanaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

  3. Kadapakka m dan Meisami (2007)

  Profitabilitas dan Struktur Asset berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang.

  Kebijakan Hutang

  Dependen:

  DPR, Investasi Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, dan Profitabiltas

  Independen:

  Profitabilitas dan Struktur Aktiva berpengaruh

  Ratio Operating negatif Leverage terhadap

  , Struktur Struktur

  Aktiva,

  Dependen:

  Modal,

  Operating Struktur

  sedangkan

  Leverage, Modal

  PER dan Dan

  Operating

  Pertumbuhan

  Leverage

  Penjualan berpengaruh terhadap positif Struktur terhadap Modal Pada

  Struktur Perusahaan

  Modal Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

  (Sumber : diolah penulis)

2.3. Kerangka Konseptual

  “Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.” (Jurusan Akuntansi, 2004:13).

  Untuk menggambarkan pengaruh antara Profitabilitas (ROA),

  Price Earning Ratio (PER), Struktur Aktiva (Fixed Asset Ratio), dan

  Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap Keputusan Pendanaan, maka penulis menyusun kerangka konseptual (theoretical framework) sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Profitabilitas

  H

  

1

(X 1 )

  H

  

2

Price Earning Ratio (X ) 2 Keputusan

  Pendanaan

  H

  

3

(DER) Struktur Aktiva (Y 1 ) (X 3 ) Ukuran Perusahaan

  H

  4 (X 4 )

2.4. Hipotesis Penelitian

  Definisi hipotesis menurut Sugiyono (2006 : 51) “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiric”.

  Adapun hasil hipotesisnya adalah sebagai berikut : 1.

  Pengaruh Profitablitas terhadap Keputusan Pendanaan Pada umumnya perusahaan lebih menyukai pendapatan yang mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam pembiayaan untuk investasi. Apabila sumber dari dalam perusahaan tidak mencukupi maka alternatif lain yang digunakan adalah dengan menggunakan hutang baru kemudian mengeluarkan saham baru sebagai alternatif terakhir untuk pembiayaan. Perusahaan yang dapat menghasilkan laba yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang lambat akan mempunyai tingkat debt ratio yang rendah jika dibanding dengan rata-rata industri yang ada. Meningkatnya profitabilitas perusahaan akan menyebabkan perusahaan lebih memilih menggunakan modal sendiri yaitu laba ditahan sehingga nilai hutang perusahaan akan menurun. Dengan demikian hubungan antara profitabilitas dengan keputusan pendanaan mempunyai hubungan dan signifikan negatif. Oleh sebab itu, hipotesis pertama (H

  1 ) dirumuskan: H = Profitabilitas berpengaruh terhadap keputusan pendanaan.

  1 2.

  Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Keputusan Pendanaan

  Price Earning Ratio merupakan perbandingan harga suatu

  saham (market price) dengan earning per share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Kegunaan dari PER adalah melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang tercermin oleh EPS-nya.

  Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya (Riyanto, 2001). Peningkatan PER yang dinilai oleh investor menunjukkan kinerja yang semakin baik, juga berdampak semakin menarik perhatian calon kreditor.

  Meningkatnya perhatian kreditor terhadap perusahaan, maka sangat dimungkinkan jumlah hutang akan semakin meningkat.

  Peningkatan jumlah hutang yang relatif besar dari modal sendiri akan meningkatkan PER.

  Oleh sebab itu, hipotesis kedua (H

  2 ) dirumuskan:

H = PER berpengaruh terhadap keputusan pendanaan.

  2 3.

  Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Keputusan Pendanaan Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan (collateral of value assets). Bringham dan Houston (2001) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan. Asset yang dapat dijaminkan merupakan asset yang diminta oleh kreditor sebagai jaminan atas pinjaman. Jika fixed asset suatu perusahaan adalah tinggi, maka aset-aset ini bisa digunakan sebagai jaminan yang menurunkan risiko pemberi pinjaman dari hutang sehingga nilai struktur modal menurun.

  Oleh sebab itu, hipotesis ketiga (H

  3 ) dirumuskan: H3 = Struktur Aktiva berpengaruh terhadap keputusan pendanaan.

  4. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap Keputusan Pendanaan Menurut Brigham dan Houston (2011:40), perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan hutang. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:299) perusahaan yang lebih besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ukuran perusahaan diduga mempunyai pengaruh yang dominan terhadap struktur modal. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  H4 = Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap keputusan pendanaan.

  5. Pengaruh Profitablitas (ROA), Price Earning Ratio (PER), Struktur Aktiva, dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap Keputusan Pendanaan.

  H5 = Profitablitas (ROA), Price Earning Ratio (PER), Struktur

  Aktiva, dan Ukuran Perusahaan (Firm Size) berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pendanaan.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 115 91

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

11 87 89

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi - Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TimelinessPelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Laporan keuangan - Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Timeliness pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketepatan Waktu Laporan Keuangan - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisis Laporan keuangan - Pengaruh Pertumbuhan Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perio

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis. 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Analisis Pengaruh Rasio keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 24

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 15