BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Bagi Hasil Perbankan Syariah Dalam Perspektif Hukum Perbankan Indonesia (Studi Pada Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam Deli Serdang)

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Sejak awal kelahirannya, Perbankan Syariah dilandasi dengan kehadiran

  

  dua gerakan renaissance Islam modern, neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berdasarkan Islam ini tidak lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

  Adanya lembaga perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip Syariat Islam berkaitan erat dengan gagasan terbentuknya suatu sistem ekonomi Islam.

  Gagasan mengenai konsep Islam awalnya diwujudkan di Mesir pada dekade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social bank (semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) kemudian mengenai konsep Islam secara internasional muncul pada sekitar dasawarsa 70-an, ketika pertama kali diselenggarakan

   konferensi internasional tentang ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1976.

  Di antara pemikir-pemikir sistem ekonomi Islam tersebut terdapat pola kecendrungan yang berbeda-beda, pada dasarnya terdapat dua kelompok kecenderungan yaitu kecenderungan teoritis, dengan memberikan alternatif konsep dan kecenderungan pragmatis dengan mendirikan lembaga-lembaga

1 M. Syafi’I Antonio., Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2000), hal. 18.

  2 Warkum Sumitro., Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait,

(Basuni, Takaful dan Pasar Modal Syariah di Indonesia), Ed. Revisi, Cet. 4, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 1. ekonomi dan keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip Islam. Salah satu di antara kecenderungan kelompok kedua tersebut adalah mendirikan Bank Syariah.

  Lembaga Perbankan Syariah mengalami perkembangan yang amat pesat dengan lahirnya Islamic Development Bank (IDB), di Jeddah pada tahun 1975 yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan sosial bagi negara-negara anggota dan masyarakat muslim pada umumnya. Setelah itu perkembangan perbankan syariah disusul oleh negara- negara lain di dunia seperti Dubai Islamic Bank (DIB) pada tahun (1975), Kuwait

  

Finance House (KFH) pada tahun 1977, Islamic Faisal Bank (IFB) di Mesir dan

  Sudan (1978), Jordan Islamic Bank for Finance and Investment, Bahrain Islamic

   Bank , dan Islamic International Bank for Investment and Development.

  Pesatnya perkembangan lembaga Perbankan Syariah ini karena Bank Syariah memiliki keistimewaan-keistimewaan. Salah satu keistimewaaan yang utama adalah yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada kebersamaan. Orientasi kebersamaan inilah yang menjadikan Bank Syariah mampu tampil sebagai alternatif pengganti sistem bunga yang selama ini hukumnya (halal atau haram) masih diragukan oleh masyarakat muslim. Namun demikian, sebagai lembaga yang keberadaannya lebih baru dibandingkan dengan Bank Konvensional, Bank Syariah menghadapi permasalahan, baik yang melekat pada aktivitasnya maupun pelaksanaannya.

  Berkembangnya Bank Syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada Awal periode 1980-an, diskusi mengenai Bank Syariah sebagai 3 Ahmad Ifham Solohin., Ini Lho Bank Syariah!, Cet 1, (Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama, 2008), hal. 11. pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Darmawan Rahardjo, A.M.

  Saefuddin, M. Amien Aziz, dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkan. Di antaranya adalah Baitut Tamwil Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga

   serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti.

  Prakarsa lebih khusus untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil Lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung pada tanggal 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia. Kelompok kerja yang disebut Tim perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait dan lahirlah Bank Muamalat Indonesia sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut. Dimana Akta pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. Potensi pengguna produk syariah, bagi Indonesia menjadi sasaran empuk karena mencatat angka penduduk muslim terbesar di dunia. Dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia, sekitar 80% atau 200 juta orang beragama Islam.pemodal tentu tergiur mengembangkan Bank Syariah

   di negara Indonesia. 4 5 M. Syafi’I Antoni., Op. cit, hal. 25.

  Dira K. Mochtar., “Kisah Mata Air di Tanah Air”, sumber Perbanas Islamic Economic Forum (PIEF), artikel, Investor, Edisi 156, diterbitkan tanggal 4-16 Oktober 2006, hal. 2. Pada Awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan Bank Syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil”. Hal ini tercermin jelas dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (UU Perbankan).

  Dimana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil didefinisikan dalam

  Pasal 1 angka 13 UU Perbankan disebutknan bahwa Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina);

  Istilah-istilah pada Bank Sayriah di atas menarik bagi nasabah untuk berinvestasi pada bank-bank yang menganut sistem syariah. Prinsip bagi hasil (mudharabah) adalah perjanjian antara pengguna modal dengan pengusaha dimana setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati, rasio kerugian ditanggung penuh pihak bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak

   nasabah seperti penyelewenangan, kecurangan, dan penyalahgunaan.

  Dalam UU Perbankan juga diatur dengan rinci apa yang menjadi landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank Syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan mengkonversi diri secara total menjadi Bank Syariah.

  Dengan diberlakukannya UU Perbankan tersebut memberikan peluang bagi masyarakat perbankan dimana sejumlah bank mulai memberikan pelatihan kepada stafnya dalam bidang Perbankan Syariah. Semakin pesatnya perkembangan Perbankan Syariah maka dibuatlah undang-undang yang khusus mengatur tentang Perbankan Syariah yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

  Dalam Pasal 1 angka 1 UU Nomor 21 Tahun 2008 yang dimaksud dengan Perbankan Syariah yaitu, “Segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.”

  Dalam Pasal 1 angka 2 UU tersebut juga dijelaskan mengenai pengertian dari Bank yaitu, “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.”

6 Ibid.

  Pengertian Bank Syariah diatur pula dalam Pasal 1 angka 7 yaitu, “Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.”

  Dalam UU ini juga dijelaskan mengenai asas, tujuan dan manfaat dari Perbankan Syariah mengenai Asas dari Perbankan Syariah diatur dalam Pasal 2, yaitu “Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian.”

  Tujuan Perbankan Syariah diatur dalam Pasal 3 yaitu, Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.”

  Sedangkan untuk fungsi dari Perbankan Syariah diatur dalam Pasal 4, bahwa Bank Syariah dan undang-undang syaiah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat di antaranya:

  1) Bank Syariah dan undang-undang syariah dapat menjalankan fungsi dalam lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkan kepada organisasi pengelola zakat

  2) Bank Syariah dan undang-undang syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf

  3) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dan Ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Sebagaimana fungsi Bank Syariah di atas salah satunya adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, dimana penyaluran dana kepada masyarakat ini terdiri dari berbagai macam produk Bank Syariah di antaranya adalah Produk Pendanaan, Produk Pembiayaan, Produk Jasa Perbankan

   dan Produk Sosial.

  Sebagai umat Islam yang memegang teguh idealismenya, tidak mau terjebak pada produk-produk yang diberikan oleh Bank Konvensional, yang berujung pada riba yang mana setiap keterlambatan pembayaran angsuran akan menambah pembayaran bunga, selain itu riba adalah salah satu hal yang dilarang dalam Islam selain dari judi (maisir) dan juga penipuan (gharar) yang kesemuanya telah secara eksplisit dinyatakan dalam Al-Qur’an maupun Al-

   Hadist.

  Prinsip bagi hasil pada Bank Syariah merupakan bentuk salah satu perbedaan Bank Syariah dengan Bank konvensional sehingga perbedaan inilah yang menarik perhatian masyarakat Indonesia untuk beralih kepada sistem perbankan dengan prinsip syariah. Dimana terdapat beberapa perbedaan lain yang mencolok antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional seperti landasan operasional pada Bank Syariah didasarkan pada; tidak bebas nilai (berdasarkan prinsip syariah Islam), uang sebagai alat tukar bukan komoditi, bunga dalam berbagai bentuknya dilarang, menggunakan prinsip bagi hasil dan keuntungan atas transaksi riil. Sedangkan pada Bank Konvensional; bebas nilai (berdasarkan 7 Ascarya., Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 111. 8 Tarek El-Diawany, Bunga Bank & Masalahnya; The Problem With Intesrst; Tinjauan Syar’i dan Ekonomi , (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hal. 170. prinsip materialistis), uang sebagai komoditi yang dipertahankan, bunga sebagai

  

  instrumen imbalan terhadap pemilik uang yang ditetapkan di muka. Untuk menjalankan fungsi dan tujuan Bank Syariah dengan melakukan pelayanan terhadap pengguna instrumen perbankan syariah yang semakin hari semakin meningkan maka pada Bank Sumut Syariah cabang Lubuk Pakam Deli Serdang, didirikan untuk memberikan pelayanan terhadap permintaan nasabah syariah juga menerapkan prinsip bagi hasil terhadap nasabahnya.

  Berdasarkan pemaparan di atas, perlu dibahas masalah sistem bagi hasil dari keuntungan Bank Syariah tersebut. Maka, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul, “Pelaksanaan Bagi Hasil Perbankan Syariah Dalam Perspektif Hukum Perbankan Indonesia Studi Pada Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam Deli Serdang”. Prinsip syariah pada bank mengacu pada perangkat peraturan perundang-undnagan yang berkenaan dengan penelitian ini yaitu UU Perbankan, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank dan Bagi Hasil, Peraturan Perbankan Indonesia (PBI) Nomor: 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyalur Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarakan Prinsip Syariah, dan peraturan-peraturan pendukung lainnya.

9 Dira K. Mochtar., Op. cit.

B. Perumusan Masalah

  Dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apa dasar hukum penerapan sistem bagi hasil perbankan syariah pada Bank

  Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam? 2. Bagaimana pelaksanaan bagi hasil perbankan syariah dalam perbankan

  Indonesia pada Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk memahami dan mendalai dasar hukum pelaksanaan bagi hasil pada bank sumut syariah cabang Lubuk Pakam?

  2. Untuk memahami dan mendalami pelaksanaan bagi hasil perbankan syariah dalam perbankan Indonesia pada bank sumut syariah cabang Lubuk Pakam? Sedangkan manfaat penelitian adalah: 1. Secara Teoretis penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi pengembangan teori ilmu hukum perdata dagang terutama mengenai pembiayaan di Perbankan Syariah. Selain itu, penelitian ini juga dapat menambah dan melengkapi pembendaharaan serta koleksi karya ilmiah dengan memberikan kontribusi bagi pembiayaan di Perbankan Syariah.

  2. Secara Praktis penelitian ini dapat menjadi kerangka acuan dan landasan bagi peneliti lanjutan, dan mudah-mudahan dapat meberikan masukan bagi pembaca terutama bagi masyarakat diharapakan dengan penelitian ini dapat menambah wawasannya khususnya dalam bidang Perbankan Syariah.

  D. Keaslian Penulisan

  Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri dengan masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud.

  Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Pelaksanaan Bagi Hasil Perbankan Syariah Dalam Perbankan Indonesia Pada Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam Deli Serdang, dan data yang diperoleh dari perpustakaan skripsi dengan judul ini belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, dan dapat dipertanggungjawabkan pada sidang terbuka.

  E. Tinjauan Kepustakaan

  Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

   bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  Pengertian lain dari Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang dan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat

   penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.

  Bank juga dikatakan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

   memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

  Berdasarkan prinsip kerja Bank, Bank itu ada yang berbentuk Konvensional dan ada yang berdasarkan prinsip Syariah. Bank Konvensional berdasrakan sistem bunga, dimana pengertian bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasar pada prinsip Konvensional kepada nasabah

  

  yang membeli atau menjual produknya. Pengertian lainnya adalah harga yang harus dibayar oleh nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus

   dibayar nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh simpanan).

  Sedangkan bank yang dengan prinsip Syariah berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, yaitu Prinsip Muamalat berdasarkan Syariat Islam dalam melakukan

   kegiatan usaha tersebut.

  Perbankan Syariah adalah sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan 10 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor: 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 Angka 2. 11 A. Abdurrachman., Ensiklopedi Ekonomi Keuangan dan Perbankan, (Jakarta: Pradya Paramitha,1980), hal. 79. 12 13 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 46. 14 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2002), hal. 11. 15 Ibid.

  Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992, Pasal 1 Ayat (1). proses dalam melaksankan kegiatan usahanya.

   Bank Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

   Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan atau yang dipersamakan dengan

  itu berupa:

   a.

  Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

  b.

  Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa-beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

  c.

  Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istisna.

  d.

  Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdsasarkan persetujuan atau kesepakatan antar Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.

  Prinsip bagi hasil (mudharabah) adalah perjanjian antara pengguna modal dengan pengusaha dimana setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati, rasio kerugian ditanggung penuh pihak bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewenangan, kecurangan, dan penyalahgunaan.

19 F. Metode Penelitian

  Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

   Sedangkan

  penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan 16 Undang-Undang Nomor: 21 Tahun 2008, Pasal 1 Angka 1. 17 Ibid, Angka 7. 18 Ibid, Angka 25. 19 Dira K. Mochtar., Op. cit. 20 Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: Indonesia Hillco, 1990), hal. 106.

  

  kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala

   hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.

  Dengan demikian, sebagai upaya ilmiah dalam penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan dalam penelitian ini berdasarkan metode tertentu, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam praktik.

  Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitis yaitu menggambarkan dan memaparkan secara sistematis tentang apa yang menjadi objek penelitian di lapangan dan kemudian dilakukan analisis.

  1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode utama: Yuridis normatif atau penelitian hukum doktrinal, yaitu penelitian kepustakaan yaitu mempergunakan data sekunder.

  b.

  Metode pendukung: Yuridis empirik atau penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber data primer.

  2. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini meliputi 2 (dua) tahap yaitu:

  21 Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tijnjauan Singkat , (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), hal. 1. 22 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hal. 6. a.

  Penelitian kepustakaan (library research), yaitu mempelajari literatur- literatur untuk memperoleh data sekunder yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

  b.

  Penelitian lapangan (field research) yaitu untuk memperoleh data primer dengan cara mengadakan penelitian di Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam guna mendapat fakta-fakta yang berkaitan dengan objek penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik yang dipergunakan melalui penelitian kepustakaan (library

  

research ), penelitian ini dirumuskan mencari bahan-bahan atau data untuk

  keperluan penulisan ini melalui kepustakaan dengan cara membaca, menafsirkan atau mentransfer buku-buku atau literatur, berupa undang-undang. Di samping itu, peneliti juga melakukan teknik pengumpulan data penelitian lapangan (field

  

research ), dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana teori,

  pedoman yang telah tersedia dapat diterapkan di Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam ataupun apakah praktek yang terdapat dilapangan telah sesuai dengan ketentuan yang ada atau terhadap kenyataan yang ada. Misalnya dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait. Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis secara induktif kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dapat

   dijawab.

  Teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data dimaksud adalah:

23 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 195-196.

  a.

  Data Primer yakni dengan melakukan wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan cara tanya jawab dengan Bapak Fahmi Ichwan Siregar selaku Pimpinan Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam. Teknik wawancara yang digunakan adalah tidak terstruktur artinya pertanyaan wawancara tidak didasarkan pada suatu daftar pertanyaan yang disusun terlebih dahulu, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian ini.

  b.

  Data Sekunder adalah dengan menggunakan penelitian kepustakaan yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan objek penelitian dengan cara pencatatan atau inventarisasi, pengklasifikasian, data-data sekunder yang terdiri bahan-bahan hukum dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia antara lain Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank dan Bagi Hasil, Peraturan Perbankan Indonesia (PBI) Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyalur Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarakan Prinsip Syariah.

  c.

  Bahan hukum tertier yaitu bahan yang dipergunakan penulis sebagai bahan yang mendukung, memberi penjelasan bagi bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa Indonesia.

4. Lokasi Penelitian

  Dalam Penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian di: a.

  Perpustakaan: yaitu Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara Medan dan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

  b.

  Instansi: Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam Deli Serdang.

5. Analisis Data

  Terhadap seluruh data yang telah diperoleh kemudian disusun secara sistematis, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis yuridis kualitatif tanpa menggunakan rumus dan angka. Adapun alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan interprestasi hukum, yaitu penafsiran hukum otentik yang merupakan penjelasan yang harus menuju kepada pelaksanaan yang dapat diterima oleh masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa yang kongkrit. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya semua data diseleksi dan diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

G. Sistematika Penulisan

  Suatu penulisan ilmiah perlu dibatasi ruang lingkupnya, agar hasil yang akan diuraikan terarah dan data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan menghindari data yang membias.

  Untuk mempermudah pemahaman seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka pembahasan penulisan ini mencakup 5 bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

  BAA II : TINJAUAN UMUM TERHADAP HUKUM PERBANKAN DI

  INDONESIA Dalam bab ini dikemukakan mengenai Pengertian dan Sistem Hukum Perbankan Indonesia, Perkembangan Perbankan Indonesia, dan Sumber Hukum Perbankan Indonesia.

  BAB III : TINJAUAN UMUM TERHADAP HUKUM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Dalam bab ini, dibahas tentang Prinsip Perbankan Secara Syariah Tercantum Dalam Pancasila dan UUD 1945, Mudharabah dan Musharakah Dalam Wacana Fiqh Islam, Mudharabah Dalam Wacana Fiqh, Musharakah Dalam Wacana Fiqh, Mudharabah Dalam Sistem Perbankan Islam, Musharakah Dalam Sistem Perbankan Islam, dan Prinsip-Prinsip Bank Islam Dalam Perspektif Syariah. BAB IV : PELAKSANAAN BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH BERDASARKAN HUKUM PERBANKAN PADA BANK SUMUT SYARIAH CABANG LUBUK PAKAM

  Dalam bab ini diuraikan tentang Perkembangan Bank Sumut Syariah Hingga Terbentuknya Bank Syariah Cabang Lubuk Pakam, Dasar Hukum Pelaksanaan Bagi Hasil Pada Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam, dan Dasar Hukum Pelaksanaan Bagi Hasil Pada Bank Sumut Syariah Cabang Lubuk Pakam

  BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian penelitian, kemudian dilengkapi dengan saran yang mungkin bermanfaat di masa yang akan datang.