BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Pengertian - Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus

  2.1.1. Pengertian

  Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang dihubungkan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Triplitt dkk, 2005).

  Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit endokrin yang ditandai oleh seperti mata, ginjal, saraf, pembuluh darah (Harrison, 1994).

  2.1.2. Etiologi

  Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan fisologis produksi insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans (Riyadi, S dan Sukarmin, 2008). Ada bukti yang menunjukkan bahwa etiologi diabetes melitus bermacam-macam. Meskipun berbagai lesi dan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah pada insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas penderita diabetes melitus.

  Pada diabetes melitus dalam bentuk yang lebih berat, sel-sel beta telah dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan semua kelainan metabolik yang berkaitan dengan defisiensi insulin (Price dan Wilson, 2005). Menurut Soegondo (2005) salah satu risiko diabetes melitus terjadi pada usia lebih dari 45 tahun. Risiko terjadinya diabetes melitus tipe 1 dapat terjadi pada semua umur dan kekerapan akan meningkat secara kumulatif mulai dari umur 30 tahun.

  Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa hal : a. Pola Makan Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Hal ini disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan.

  Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terserang diabetes melitus dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk.

  c. Faktor genetik Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus orang tua.

  Biasanya, seseorang yang menderita diabetes melitus mempunyai anggota keluarga yang juga terkena.

  d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin. e. Penyakit dan infeksi pada pankreas Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.

  2.1.3. Patofisiologi

  Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel dan digunakan sebagai bahan bakar. Insulin diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka glukosa akan dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke sel, yang mengakibatkan glukosa tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat (Suyono, 2004).

  2.1.4. Klasifikasi

  Pada dasarnya penyakit diabetes melitus dibagi empat macam:

1) Diabetes Melitus Tipe I

  Merupakan 5-10% dari semua kasus diabetes, biasanya ditemukan pada anak atau dewasa muda. Pankreas mengalami kerusakan dan tidak ada pembentukan insulin, sehingga penderita memerlukan suntikan insulin setiap hari.

  2) Diabetes Melitus Tipe II

  Merupakan 90-95% dari semua kasus diabetes. Biasanya ditemukan pada usia di atas 40 tahun, dengan berat badan berlebihan, yang menyebabkan insulin tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga pemecahan gula terganggu, dan kadar gula darah meningkat.

  3) Diabetes Melitus Gestasi (Waktu Hamil)

  Diabetes yang didapatkan pada 2-5% wanita hamil, biasanya gula darah kembali normal bila sudah melahirkan, namun resiko untuk mendapatkan diabetes tipe II di kemudian hari cukup besar.

  4) Diabetes Melitus Tipe Lain

  Merupakan diabetes yang timbul akibat penyakit lain yang mengakibatkan gula darah meningkat, misalnya infeksi berat, pemakaian obat kortikosteroid, dan lain-lain (Arjuna, 2006).

2.1.5. Manifestasi Klinik

  Gejala klasik diabetes melitus adalah rasa haus yang yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam hari, banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh, dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg (Suyono, 2004).

2.1.6. K omplikasi

  Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut terjadi apabila kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun tajam dalam waktu singkat (Anonim, 2001). Komplikasi kronik terjadi apabila kadar glukosa darah secara berkepanjangan tidak terkendali dengan baik sehingga menimbulkan berbagai komplikasi kronik diabetes melitus (PERKENI, 2006).

1. Komplikasi Akut

  a) Hipoglikemia

  penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma dengan kejang. Penyebab hipoglikemia adalah obat- obat hipoglikemia oral golongan sulfonilurea, khususnya glibenklamid (Waspadji, 2005). Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes melitus maupun bukan pasien diabetes melitus (Wiyono, 2004).

  b) Hiperglikemia

  Kelompok hiperglikemia, secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.

  c) Ketoasidosis

  Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes melitus. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan pengelolaan yang tepat. Timbulnya ketoasidosis diabetik dapat menyebabkan kematian bagi penyandang diabetes melitus (Boedisantoso dan Subekti, 2005).

2. Komplikasi Kronik

  Komplikasi kronik diabetes melitus terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (angiopati diabetik). Angiopati dibagi menjadi 2 yaitu:

  a) Makroangiopati (Makrovaskuler)

  Makrovaskuler lebih mudah mengidap penyakit jantung koroner, penyakit

  b) Mikroangiopati (Mikrovaskuler)

  Mikrovaskuler adalah komplikasi yang melibatkan pembuluh darah kecil dan merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dari arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot-otot, serta kulit (Schteingart, 2005).

2.1.7. Pengobatan

  Tujuan pengobatan diabetes melitus adalah untuk mengurangi resiko komplikasi penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler, untuk memperbaiki gejala, mengurangi kematian dan meningkatkan kualitas hidup (Triplitt dkk., 2005). Pengobatan diabetes melitus secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :

  1 Terapi Non Farmakologi

  a) Diet Terapi pengobatan nutrisi adalah direkomendasikan untuk semua pasien diabetes melitus, terpenting dari keseluruhan terapi nutrisi adalah hasil yang dicapai untuk hasil metabolik optimal dan pemecahan serta terapi dalam komplikasi. Individu dengan diabetes melitus tipe I fokus dalam pengaturan administrasi insulin dengan diet seimbang. Diabetes membutuhkan porsi makan dengan karbohidrat yang sedang dan rendah lemak, dengan fokus pada keseimbangan makanan. Pasien dengan diabetes berat badan (Triplit dkk., 2005).

  b) Aktivitas Latihan aerobik meningkatkan resistensi insulin dan kontrol gula pada mayoritas individu dan mengurangi resiko kardiovaskuler kontribusi untukturunnya berat badan dan pemeliharaan (Triplitt dkk., 2005).

  2 Terapi Farmakologi

  a) Antidiabetik oral Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien diabetes melitus tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes melitus. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat.

  Pemilihan dan penentuan regimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan pasien (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (PERKENI, 2005).

  b) Insulin Insulin adalah salah satu hormon di dalam tubuh manusia yang dihasilkan atau di produksi oleh sel beta pulau langerhans didalam kelenjar pankreas.

  Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel beta yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah (PERKENI, 2006).

2.2. Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi Kualitas Hidup

  Kualitas hidup dapat disimpulkan dua bagian yaitu pertama kesehatan fisik yang terdiri dari fungsi fisik, keterbatasn peran fisik, nyeri pada tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum, kedua kesehatan mental terdiri dari vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emosioanl dan kondisi mental ( Hays, 1992 ).

  Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Donald, 2001).

  Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya, masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan, sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

  Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) kualitas hidup di definisikan sebagai persepsi individu terhadap posisinya, dan berhubungan dengan tujuan, harapan, standar dan minat. Definisi ini merupakan konsep yang sangat luas, menggabungkan kesehatan fisik seseorang, status psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial,kepercayaan personal dan hubungannya dengan lingkungan (WHO, 1998).

2.2.2. Aplikasi Pengukuran Kualitas Hidup

  Dalam pengukuran HRQOL dapat digunakan beberapa instrumen yang telah dibuat dan digunakan untuk mengevaluasi HRQOL. Tidak ada instrumen yang paling baik, tetapi masing-masing instrumen dibuat kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai (Cramer dan Spilker, 1998). Instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas hidup yaitu,The Medical Outcomes Study (SF-36) Health Survey.

  Short Form The Medical Outcomes Study Short Form (SF-36) digunakan untuk

  menilai status kesehatan sesuai dengan tujuan yang di inginkan. SF-36 menggunakan 8 subvariabel kualitas hidup menurut Ware dan Sherbourne (1992) yang meliputi:

  1. Fungsi Fisik

  Katagori tentang aktifitas yang mungkin dikerjakan selama hari-hari tertentu seperti: a.

  Aktifitas yang penuh semangat, sepertri lari, mengangkat benda-benda yang berat, aktif dalam olah raga yang berat-berat.

  b.

  Aktifitas sedang, seperti menggeser meja, mendorong mesin pembersih debu, main bola gelinding, atau main golf.

  Mengangkat atau membawa barang belanjaan d. Menaiki beberapa anak tangga e. Menaiki satu anak tangga f. Melenturkan badan, berlutut, atau membungkuk g.

  Berjalan kaki sejauh lebih dari satu mil h. Berjalan kaki beberapa blok (perumahan) i. Berjalan kaki sejauh satu blok (perumahan) j. Mandi atau berpakaian sendiri.

  2. Keterbatasan Fisik

  Kondisi atau masalah yang berkaitan dengan pekerjaan atau dengan aktifitas sehari-hari sebagai dampak dari kesehatan fisik seperti: a.

  Mengurangi jumlah waktu yang pergunakan dalam pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya. b.

  Melaksanakan kurang dari apa yang diinginkan.

  c.

  Terbatasnya aktifitas dalam setiap jenis pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya.

  d.

  Kesulitan dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau aktifitas lainnya (misalnya, memelukan tenaga ekstra).

  3. Rasa Sakit

  Kondisi atau rasa sakit secara fisik selama empat minggu terakhir dan seberapa jauh rasa sakit mengganggu pekerjaan rutin (termasuk pekerjaan di luar rumah dan pekerjaan rumah tangga).

  4. Kesehatan Secara Umum

  Kondisi kesehatan secara umum, dibandingkan dengan keadaan setahun yang lalu, bagaimana rata-rata kesehatannya secara umum,pernyataan benar atau salah jika dibandingkan dengan seseorang yang mudah sekali jatuh sakit dengan orang lain, saya sama sehatnya dengan setiap orang saya kenal, saya mengharapkan kesehatan saya bertambah buruk, kesehatan saya baik sekali.

  5. Vitalitas

  Pertanyaan-pertanyaan ini adalah tentang bagaimana anda merasa dan bagaimana segala sesuatunya berkaitan dengan anda selama empat minggu

  terakhir . Untuk setiap pertanyaan, berikan sebuah jawaban yang paling dekat

  dengan cara anda merasakannya seperti: merasa penuh semangat, memiliki banyak energi (tenaga), merasa keletihan atau merasa letih.

  6. Fungsi Sosial

  Yang perlu dikaji dari fungsi fisik adalah seperti selama empat minggu

  terakhir , sejauh mana kesehatan fisik ataupun masalah emosional yang

  mengganggu aktifitas secara normal bersama keluarga, teman-teman, para tetangga, ataupun bersama kelompok masyarakat lainnya dan dalam empat

  minggu terakhir , ini seberapa sering kesehatan fisik atau masalah-masalah

  emosional mengganggu aktifitas sosial (seperti mengunjungi teman- teman, sanak keluarga, dan lain- lain).

  7. Keterbatasan Emosional empat minggu terakhir , masalah yang dialami dengan pekerjaan atau dengan

  aktifitas sehari- hari sebagai dampak dari masalah emosional (seperti perasaan tertekan atau rasa cemas), mengurangi jumlah waktu yang pergunakan dalam pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya, melaksanakan kurang dari apa yang di inginkan dan melakukan pekerjaan atau aktifitas lainnya tidak secermat seperti biasanya.

  8. Kesehatan Mental

  Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kesehatan mental ini adalah tentang bagaimana perasaan dan bagaimana segala sesuatunya berkaitan selama empat minggu terakhir seperti: seberapa sering selama empat minggu

  terakhir, merasakan menjadi seorang yang mudah gugup, merasakan sangat

  terpuruk sehingga tidak ada yang bisa menggembirakan hati, merasakan ketenangan dan kedamaian, merasa sedih dan murung, merasakan menjadi seorang yang berbahagia.

2.2.3. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup (Yusra, 2010) a.

  Usia Menurut Smeslter & Bare (2008), DM tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 90

  • – 95% dari seluruh penyandang DM dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada usia (45-65 tahun), riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan.

  b.

  Jenis Kelamin Diabetes memberika efek yang kurang baik terhadap kualitas hidup.

  Wanita memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien laki-laki secara bermakna (Gautama et al, 2009).

  c.

  Tingkat Pendidikan Kualitas hidup (QOL) yang rendah juga signifikan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kebiasaan aktifitas fisik yang kurang baik (Gautama et al, 2009). Menurut Stipanovic (2002), pendidikan merupakan faktor yang penting pada pasien DM untuk dapat memahami dan mengatur dirinya sendiri.

  d.

  Status Sosial Ekonomi Kualitas hidup yang rendah juga berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan yang rendah (Gautam et al, 2009). e.

  Lama Menderita DM Pada penelitian Fisher (2005), responden yang baru menderita DM selama 4 bulan sudah menunjukkan efikasi diri yang baik. Adanya efikasi yang baik tentunya perawatan diri pasien juga akan baik sehingga mampu mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik juga.

Dokumen yang terkait

Perilaku Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Pirngadi, Medan

11 122 139

Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus di Poli Klinik Endokrin RSUD Dr. Pirngadi Medan

5 99 82

Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan

21 183 72

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diabetes Mellitus 2.1.1. Pengertian Diabetes Mellitus - Gambaran Pola Makan dan Dukungan Keluarga Penderita Diabetes Melitus yang Menjalani Rawat Jalan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Pengertian - Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 23

Perilaku Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Pirngadi, Medan

0 1 65

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi - Efikasi Diri dan Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Tipe 2

0 0 35

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Mellitus (DM) - Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepatuhan 2.1.1 Definisi - Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus di Poli Klinik Endokrin RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Diabetes Mellitus 1.1 Defenisi Diabetes Mellitus - Angka Kejadian dan Tingkat Keparahan Neuropati Perifer Diabetik Di Poliklinik EndokrinRumah Sakit Pirngadi Medan

0 0 30