Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan

(1)

KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI

MEDAN

SKRIPSI

Oleh

RAHAYU LIANA SILABAN 111121004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

Judul : Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Rahayu Liana Silaban

NIM : 111121004

Fakultas : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012-2013

Abstrak

Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditimbulkan karena faktor keturunan, dikarenakan faktor diet, gaya hidup seseorang dan hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi diabetes mellitus di Indonesia akan menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup sumberdaya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Desain dalam penelitian ini deskriptif analitik dengan jumlah sampel 37 pasien diabetes mellitus. Analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi dengan memperhatikan delapan subvariabel. Hasil penelitian yang diperoleh kualitas hidup dari 37 pasien secara keseluruhan yaitu 41 %, sedangkan untuk subvariabel fungsi fisik (mean= 45,81), keterbatasan fisik (mean = 1.35), nyeri tubuh (mean = 52.9), kesehatan secara umum (mean = 48.42), vitalitas (mean = 46.22), fungsi sosial (mean = 52.7), keterbatasan emosional (mean = 0.9), kesehatan mental (mean = 65.3). Fungsi fisik, keterbatasan fisik, nyeri tubuh, kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan emosional,kesehatan mental yang baik akan mendukung peningkatan kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus. Penderita diabetes mellitus mengetahui aktivitas atau kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kualitas hidupnya.


(4)

PRAKATA

Segala Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya proses pendidikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan 1 dan dosen pembimbing akademik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Mula Tarigan, S.Kp. M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membimbing dengan penuh perhatian dan cermat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp. M.Pd, selaku dosen penguji 1 skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Asrizal, S. Kep, Ns, WOC (ET) N, sebagai dosen penguji 2 skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Staf dan Dosen Pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu selama proses pendidikan.


(5)

7. Teristimewa buat Ayahanda (S. Silaban) dan Ibunda tercinta (R.br Marbun), serta Kakanda (Lena dan Johan) dan adinda tersayang ( Ida, Diana, Togi, Maria dan Geby) serta semua keluargaku yang telah banyak memberikan dorongan baik moril, maupun material serta semangat dan doa dalam menyusun skripsi ini.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Ekstensi B stambuk 2011 di Fakultas Keperawatan USU terutama untuk sahabat saya semoga kita menjadi sahabat selamanya dan terima kasih buat masukan/ sarannya dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan berkat melimpah dari Tuhan Yang Maha Pengasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih membutuhkan kritik dan saran untuk kesempurnaan. Sehingga dapat memberikan manfaat untuk keperawatan sistem endokrin.

Medan, Februari 2013

Rahayu Liana Silaban NIM 11121004


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…….………. i

ABSTRAK…….………... ii

KATA PENGANTAR …….………... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Berlakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJUAAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Mellitus ... 6

2.1.1. Pengertian ... 6

2.1.2. Etiologi ... 7

2.1.3. Patofisiologi ... 8

2.1.4. Klasifikasi ... 8

2.1.5. Manifestasi Klinik ... 9

2.1.6. Komplikasi ... 10

2.1.7. Pengobatan ... 11


(7)

2.2.1. Defenisi Kualitas Hidup ... 13

2.2.2. Aplikasi Pengukuran Kualitas Hidup ... 14

2.2.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan ... 18

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep ... 20

3.2. Definisi Operasional... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 25

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.4. Pertimbangan Etik ... 26

4.5. Instrumen Penelitian... 27

4.6. Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 29

4.7. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.8. Pengolahan Data... 31

4.9. Analisa Data ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.2. Pembahasan ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 42

6.1. Kesimpulan ... 42

6.2. Rekomendasi ... 42 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Kerangka Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus... 20 TABEL 3.2 Defenisi Operasional ... 21 TABEL 4.1 Skor dari Tiap-Tiap Pertanyaan ... 29 TABEL 4.2 Nilai Delapan Subvariabel Kualitas Hidup dari 30 Pasien DM 30 Tabel 4.3 Mean dari Kedelapan Subvariabel Kualitas Hidup 37 Responden 32 TABEL5.1 Distribusi responden berdasarkan data Demografi ... 34 TABEL 5.2 Kualitas Hidup Responden Delapan Subvariabel ... 35


(9)

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Formulir Persetujuan Responden LAMPIRAN 2 Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN 3 Surat Ijin Survai Awal dari Fakultas Keperawatan USU LAMPIRAN 4 Surat Selesai Survai Awal dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan LAMPIRAN 5 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU LAMPIRAN 6 Surat Selesai Penelitian dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan LAMPIRAN 7 Jadwal Penelitian

LAMPIRAN 8 Taksasi Dana Pembuatan Skripsi LAMPIRAN 9 Daftar Riwayat Hidup


(10)

Judul : Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Rahayu Liana Silaban

NIM : 111121004

Fakultas : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012-2013

Abstrak

Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditimbulkan karena faktor keturunan, dikarenakan faktor diet, gaya hidup seseorang dan hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi diabetes mellitus di Indonesia akan menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup sumberdaya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Desain dalam penelitian ini deskriptif analitik dengan jumlah sampel 37 pasien diabetes mellitus. Analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi dengan memperhatikan delapan subvariabel. Hasil penelitian yang diperoleh kualitas hidup dari 37 pasien secara keseluruhan yaitu 41 %, sedangkan untuk subvariabel fungsi fisik (mean= 45,81), keterbatasan fisik (mean = 1.35), nyeri tubuh (mean = 52.9), kesehatan secara umum (mean = 48.42), vitalitas (mean = 46.22), fungsi sosial (mean = 52.7), keterbatasan emosional (mean = 0.9), kesehatan mental (mean = 65.3). Fungsi fisik, keterbatasan fisik, nyeri tubuh, kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan emosional,kesehatan mental yang baik akan mendukung peningkatan kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus. Penderita diabetes mellitus mengetahui aktivitas atau kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kualitas hidupnya.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Diabetes mellitus sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit gula dan secara pasti memang tidak dapat didefinisikan secara tepat (Suyono, 2004). Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang yang hanya timbul karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap penyakit diabetes mellitus. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi di masyarakat tentang diabetes mellitus terutama gejala-gejalanya (Soegondo, 2005).

Menurut Seidel dalam Ucan Ozlem dan Ovayolu Nimer (2010) World Health Organization (WHO) memprediksikan pasien diabetes mellitus akan meningkat dua kali lipat dari 143 juta pada tahun 1997 dan meningkat lebih kurang 300 juta pada tahun 2025, dimana faktor pendukung dari peningkatan penyakit diabetes mellitus ini dikarenakan faktor diet dan gaya hidup seseorang. Penyakit diabetes mellitus cukup umum ditemukan di Turki, prevalensi yang didapat mencapai 7,2 % (sebelumnya tidak terdiagnosa 2,3 %), ( Akinci dkk, 2008).

World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (PERKENI, 2006). Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2002, Indonesia merupakan negara ke empat terbesar untuk prevalensi diabetes melitus (Suryono, 2008). Jumlah


(12)

kasus yang dijumpai pada tahun 2000 sekitar 8,4 juta orang dan meningkat menjadi 21,3 juta orang pada tahun 2030, penyebabnya adalah faktor herediter, gaya hidup, dan faktor lingkungan yang akan meningkatkan angka kesakitan (Ridwan, 2007).

Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes mellitus tipe 2 makin meningkat di seluruh dunia terutama di negara berkembang karena faktor genetik, faktor demografi ( jumlah penduduk meningkat, urbanisasi, usia diatas 40 tahun meningkat) dan faktor perubahan gaya hidup yang menyebabkan obesitas karena makan berlebih dan hidup santai atau kurang berolaraga (Suyono, 2011).

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Litbangkes Depkes Indonesia pertama kali mempunyai data nasional prevalensi diabetes untuk daerah urban sebesar 5,7%. Peningkatan prevalensi diabetes mallitus di Indonesia meninbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup sumberdaya manusia (PERKENI, 2006).

Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat penyakit diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan, penyakit diabetes mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Dari hasil tersebut, didapatkan juga prevalensi nasional penyakit diabetes mellitus berdasarkan pemeriksaaan darah pada penduduk usia > 15 tahun di perkotaan 5,7% (Depkes, 2007).

Diabetes mellitus merupakan gangguan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Triplitt dkk., 2005). Salah satu sasaran terapi pada diabetes mellitus adalah peningkatan kualitas hidup. Dalam hal ini, kualitas


(13)

hidup seharusnya menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan / intervensi atau terapi (Coons, 2005). Kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk komplikasi dan dapat berakhir kecacatan atau kematian.

Beberapa studi melaporkan Health Related Quality of Life (HRQOL) penderita diabetes mellitus lebih rendah dibandingkan dengan tanpa riwayat diabetes mellitus (Andayani, 2010). Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Pakis Kota Surabaya pada bulan Juni 2010 dengan 46 responden, yang bertujuan untuk mempelajari faktor yang berhubungan dengan status kualitas hidup penderita Diabetes Mellitus. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa umur, olahraga, waktu tidur, pengetahuan, kepatuhan berobat, dukungan keluarga, diet ada hubungan dengan status kualitas hidup pasien DM (Mandagi, 2010).

Dari 52 responden penelitian didapatkan self care yang baik sebanyak 2 responden atau 3,8%, self care yang cukup sebanyak 16 responden atau 30,8%, self care yang kurang sebanyak 34 responden atau 65,4%, sedangkan kualitas hidup hampir separuh dari responden mempunyai kualitas hidup yang kurang yaitu sebanyak 25 responden atau 48,1%, Untuk self care ada hubungan dengan kualitas hidup penderita. Diabetes Melitus dengan kuat hubungan yang cukup yaitu sebesar 0.317. Self care yang baik akan meningkatkan kualitas hidup penderita Diabetes Melitus yang meliputi aspek fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan dan untuk lama menderita tidak mempengaruhi kualitas hidup penderita (Haryono, 2010).


(14)

Hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi (emosional, penghargaan, instrumental dan informasi) dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUP Fatmawati Jakarta, sampel yang diteliti 120 pasien DM tipe 2 dengan hasil penelitian terdapat ada hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi dengan kualitas hidup (p value= 0.034; Alpha= 0.05 ). Peningkatan satu satuan dukungan keluarga, akan meningkatkan kualitas hidupnya sebesar 35% setelah dikontrol oleh pendidikan dan komplikasi DM (Yusra, 2010)

Penderita penyakit DM sejak September 2008- Oktober 2009 di Medan terus mengalami peningkatan jika dibanding dengan jumlah pasien penyakit Jantung Koroner atau penyakit yang lainnya. Berdasarkan survey data yang diperoleh dari Rekam Medik RSU.P.Haji Adam Malik Medan, penderita DM dari bulan juni 2010 sampai juni 2011 sebanyak 546 orang (Dasni, 2011).

Berdasarkan data 10 besar diagnosa penyakit di RSUD. Dr. Pirngadi Medan pada Oktober 2009, kunjungan pasien rawat jalan sebanyak 1.470 kunjungan dalam setahun, atau meningkat bila dibanding dengan jumlah kunjungan pasien rawat jalan di September 2008, yaitu sebanyak 1.403 kunjungan (Erikaganie, 2009). Hasil survey awal yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD. Dr.Pirngadi Medan pasien diabetes mellitus yang rawat jalan dari bulan Juli 2011- Juni 2012 sebanyak 584 orang.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan.


(15)

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan?

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa tentang kualitas hidup pasien diabetes mellitus dan dapat dijadikan bahan masukan bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya dalam memberikan pendidikan kesehatan, terutama pada pasien yang menderita penyakit diabetes mellitus.

4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.

4.3 Bagi Pasien Diabetes Mellitus

Memberikan informasi tentang kualitas hidup pasien diabetes mellitus sehingga dapat diupayakan tindakan untuk meningkatkan kualitas hidup.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Pengertian

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang dihubungkan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Triplitt dkk, 2005).

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit endokrin yang ditandai oleh kelainan metabolisme dan komplikasi jangka panjang yang melibatkan organ lain seperti mata, ginjal, saraf, pembuluh darah (Harrison, 1994).

2.1.2. Etiologi

Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan fisologis produksi insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans (Riyadi, S dan Sukarmin, 2008). Ada bukti yang menunjukkan bahwa etiologi diabetes melitus bermacam-macam. Meskipun berbagai lesi dan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah pada insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas penderita diabetes melitus.

Pada diabetes melitus dalam bentuk yang lebih berat, sel-sel beta telah dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan semua kelainan metabolik yang berkaitan dengan defisiensi insulin (Price dan Wilson, 2005). Menurut Soegondo (2005) salah satu risiko diabetes melitus terjadi pada usia lebih dari 45


(17)

tahun. Risiko terjadinya diabetes melitus tipe 1 dapat terjadi pada semua umur dan kekerapan akan meningkat secara kumulatif mulai dari umur 30 tahun.

Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa hal :

a. Pola Makan

Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Hal ini disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan.

b. Obesitas

Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terserang diabetes melitus dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk.

c. Faktor genetik

Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita diabetes melitus mempunyai anggota keluarga yang juga terkena.

d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin.


(18)

e. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.

2.1.3. Patofisiologi

Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel dan digunakan sebagai bahan bakar. Insulin diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, yang kemudian di dalam sel tersebut glukosa akan dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke sel, yang mengakibatkan glukosa tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat (Suyono, 2004).

2.1.4. Klasifikasi

Pada dasarnya penyakit diabetes melitus dibagi empat macam: 1) Diabetes Melitus Tipe I

Merupakan 5-10% dari semua kasus diabetes, biasanya ditemukan pada anak atau dewasa muda. Pankreas mengalami kerusakan dan tidak ada pembentukan insulin, sehingga penderita memerlukan suntikan insulin setiap hari.


(19)

2) Diabetes Melitus Tipe II

Merupakan 90-95% dari semua kasus diabetes. Biasanya ditemukan pada usia di atas 40 tahun, dengan berat badan berlebihan, yang menyebabkan insulin tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga pemecahan gula terganggu, dan kadar gula darah meningkat.

3) Diabetes Melitus Gestasi (Waktu Hamil)

Diabetes yang didapatkan pada 2-5% wanita hamil, biasanya gula darah kembali normal bila sudah melahirkan, namun resiko untuk mendapatkan diabetes tipe II di kemudian hari cukup besar.

4) Diabetes Melitus Tipe Lain

Merupakan diabetes yang timbul akibat penyakit lain yang mengakibatkan gula darah meningkat, misalnya infeksi berat, pemakaian obat kortikosteroid, dan lain-lain (Arjuna, 2006).

2.1.5. Manifestasi Klinik

Gejala klasik diabetes melitus adalah rasa haus yang yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam hari, banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh, dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg (Suyono, 2004).


(20)

2.1.6. K omplikasi

Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut terjadi apabila kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun tajam dalam waktu singkat (Anonim, 2001). Komplikasi kronik terjadi apabila kadar glukosa darah secara berkepanjangan tidak terkendali dengan baik sehingga menimbulkan berbagai komplikasi kronik diabetes melitus (PERKENI, 2006).

1. Komplikasi Akut a) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma dengan kejang. Penyebab hipoglikemia adalah obat-obat hipoglikemia oral golongan sulfonilurea, khususnya glibenklamid (Waspadji, 2005). Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes melitus maupun bukan pasien diabetes melitus (Wiyono, 2004).

b) Hiperglikemia

Kelompok hiperglikemia, secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.

c) Ketoasidosis

Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes melitus. Keadaan komplikasi akut


(21)

ini memerlukan pengelolaan yang tepat. Timbulnya ketoasidosis diabetik dapat menyebabkan kematian bagi penyandang diabetes melitus (Boedisantoso dan Subekti, 2005).

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik diabetes melitus terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (angiopati diabetik). Angiopati dibagi menjadi 2 yaitu:

a) Makroangiopati (Makrovaskuler)

Makrovaskuler lebih mudah mengidap penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah kaki, dan penyakit pembuluh darah otak (Waspadji, 2004) b) Mikroangiopati (Mikrovaskuler)

Mikrovaskuler adalah komplikasi yang melibatkan pembuluh darah kecil dan merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dari arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot-otot, serta kulit (Schteingart, 2005).

2.1.7. Pengobatan

Tujuan pengobatan diabetes melitus adalah untuk mengurangi resiko komplikasi penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler, untuk memperbaiki gejala, mengurangi kematian dan meningkatkan kualitas hidup (Triplitt dkk., 2005). Pengobatan diabetes melitus secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :


(22)

1 Terapi Non Farmakologi a) Diet

Terapi pengobatan nutrisi adalah direkomendasikan untuk semua pasien diabetes melitus, terpenting dari keseluruhan terapi nutrisi adalah hasil yang dicapai untuk hasil metabolik optimal dan pemecahan serta terapi dalam komplikasi. Individu dengan diabetes melitus tipe I fokus dalam pengaturan administrasi insulin dengan diet seimbang. Diabetes membutuhkan porsi makan dengan karbohidrat yang sedang dan rendah lemak, dengan fokus pada keseimbangan makanan. Pasien dengan diabetes melitus tipe II sering memerlukan pembatasan kalori untuk penurunan berat badan (Triplit dkk., 2005).

b) Aktivitas

Latihan aerobik meningkatkan resistensi insulin dan kontrol gula pada mayoritas individu dan mengurangi resiko kardiovaskuler kontribusi untukturunnya berat badan dan pemeliharaan (Triplitt dkk., 2005).

2 Terapi Farmakologi a) Antidiabetik oral

Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien diabetes melitus tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes melitus. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat.


(23)

Pemilihan dan penentuan regimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan pasien (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (PERKENI, 2005).

b) Insulin

Insulin adalah salah satu hormon di dalam tubuh manusia yang dihasilkan atau di produksi oleh sel beta pulau langerhans didalam kelenjar pankreas. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah (PERKENI, 2006).

2.2. Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup dapat disimpulkan dua bagian yaitu pertama kesehatan fisik yang terdiri dari fungsi fisik, keterbatasn peran fisik, nyeri pada tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum, kedua kesehatan mental terdiri dari vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emosioanl dan kondisi mental ( Hays, 1992 ).

Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Donald, 2001).


(24)

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya, masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan, sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) kualitas hidup di definisikan sebagai persepsi individu terhadap posisinya, dan berhubungan dengan tujuan, harapan, standar dan minat. Definisi ini merupakan konsep yang sangat luas, menggabungkan kesehatan fisik seseorang, status psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial,kepercayaan personal dan hubungannya dengan lingkungan (WHO, 1998).

2.2.2. Aplikasi Pengukuran Kualitas Hidup

Dalam pengukuran HRQOL dapat digunakan beberapa instrumen yang telah dibuat dan digunakan untuk mengevaluasi HRQOL. Tidak ada instrumen yang paling baik, tetapi masing-masing instrumen dibuat kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai (Cramer dan Spilker, 1998). Instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas hidup yaitu,The Medical Outcomes Study Short Form (SF-36) Health Survey.

The Medical Outcomes Study Short Form (SF-36) digunakan untuk menilai status kesehatan sesuai dengan tujuan yang di inginkan. SF-36


(25)

menggunakan 8 subvariabel kualitas hidup menurut Ware dan Sherbourne (1992) yang meliputi:

1. Fungsi Fisik

Katagori tentang aktifitas yang mungkin dikerjakan selama hari-hari tertentu seperti:

a. Aktifitas yang penuh semangat, sepertri lari, mengangkat benda-benda yang berat, aktif dalam olah raga yang berat-berat.

b. Aktifitas sedang, seperti menggeser meja, mendorong mesin pembersih debu, main bola gelinding, atau main golf.

c. Mengangkat atau membawa barang belanjaan d. Menaiki beberapa anak tangga

e. Menaiki satu anak tangga

f. Melenturkan badan, berlutut, atau membungkuk g. Berjalan kaki sejauh lebih dari satu mil

h. Berjalan kaki beberapa blok (perumahan) i. Berjalan kaki sejauh satu blok (perumahan) j. Mandi atau berpakaian sendiri.

2. Keterbatasan Fisik

Kondisi atau masalah yang berkaitan dengan pekerjaan atau dengan aktifitas

sehari-hari sebagai dampak dari kesehatan fisik seperti:

a. Mengurangi jumlah waktu yang pergunakan dalam pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya.


(26)

b. Melaksanakan kurang dari apa yang diinginkan.

c. Terbatasnya aktifitas dalam setiap jenis pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya.

d. Kesulitan dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau aktifitas lainnya (misalnya, memelukan tenaga ekstra).

3. Rasa Sakit

Kondisi atau rasa sakit secara fisik selama empat minggu terakhir dan seberapa jauh rasa sakit mengganggu pekerjaan rutin (termasuk pekerjaan di luar rumah dan pekerjaan rumah tangga).

4. Kesehatan Secara Umum

Kondisi kesehatan secara umum, dibandingkan dengan keadaan setahun yang lalu, bagaimana rata-rata kesehatannya secara umum,pernyataan benar atau salah jika dibandingkan dengan seseorang yang mudah sekali jatuh sakit dengan orang lain, saya sama sehatnya dengan setiap orang saya kenal, saya mengharapkan kesehatan saya bertambah buruk, kesehatan saya baik sekali.

5. Vitalitas

Pertanyaan-pertanyaan ini adalah tentang bagaimana anda merasa dan bagaimana segala sesuatunya berkaitan dengan anda selama empat minggu terakhir. Untuk setiap pertanyaan, berikan sebuah jawaban yang paling dekat dengan cara anda merasakannya seperti: merasa penuh semangat, memiliki banyak energi (tenaga), merasa keletihan atau merasa letih.


(27)

6. Fungsi Sosial

Yang perlu dikaji dari fungsi fisik adalah seperti selama empat minggu terakhir, sejauh mana kesehatan fisik ataupun masalah emosional yang mengganggu aktifitas secara normal bersama keluarga, teman-teman, para tetangga, ataupun bersama kelompok masyarakat lainnya dan dalam empat minggu terakhir, ini seberapa sering kesehatan fisik atau masalah-masalah emosional mengganggu aktifitas sosial (seperti mengunjungi teman- teman, sanak keluarga, dan lain- lain).

7. Keterbatasan Emosional

Yang perlu ditanyakan dalam konsep keterbatasan emosional seperti selama empat minggu terakhir, masalah yang dialami dengan pekerjaan atau dengan aktifitas sehari- hari sebagai dampak dari masalah emosional (seperti perasaan tertekan atau rasa cemas), mengurangi jumlah waktu yang pergunakan dalam pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya, melaksanakan kurang dari apa yang di inginkan dan melakukan pekerjaan atau aktifitas lainnya tidak secermat seperti biasanya.

8. Kesehatan Mental

Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kesehatan mental ini adalah tentang bagaimana perasaan dan bagaimana segala sesuatunya berkaitan selama empat minggu terakhir seperti: seberapa sering selama empat minggu terakhir, merasakan menjadi seorang yang mudah gugup, merasakan sangat terpuruk sehingga tidak ada yang bisa menggembirakan hati, merasakan


(28)

ketenangan dan kedamaian, merasa sedih dan murung, merasakan menjadi seorang yang berbahagia.

2.2.3. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup (Yusra, 2010)

a. Usia

Menurut Smeslter & Bare (2008), DM tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 90 – 95% dari seluruh penyandang DM dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada usia (45-65 tahun), riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan.

b. Jenis Kelamin

Diabetes memberika efek yang kurang baik terhadap kualitas hidup. Wanita memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien laki-laki secara bermakna (Gautama et al, 2009).

c. Tingkat Pendidikan

Kualitas hidup (QOL) yang rendah juga signifikan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kebiasaan aktifitas fisik yang kurang baik (Gautama et al, 2009). Menurut Stipanovic (2002), pendidikan merupakan faktor yang penting pada pasien DM untuk dapat memahami dan mengatur dirinya sendiri.

d. Status Sosial Ekonomi


(29)

e. Lama Menderita DM

Pada penelitian Fisher (2005), responden yang baru menderita DM selama 4 bulan sudah menunjukkan efikasi diri yang baik. Adanya efikasi yang baik tentunya perawatan diri pasien juga akan baik sehingga mampu mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik juga.


(30)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep

Kualitas hidup merupakan spektrum yang cukup luas dari dimensi pengalaman manusia, mulai dari yang berhubungan dengan kebutuhan hidup seperti makanan dan tempat tinggal sampai kepuasan dan kebahagiaan pribadi. Menurut Were dan Sherbourne (1992) kualitas hidup digambarkan dalam bentuk delapan subvariabel kesehatan dengan skala pengukuran 36 pernyataan dan pertanyaan. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka konsep kualitas hidup pasien diabetes mellitus digambarkan sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Kerangka kualitas hidup pasien diabetes mellitus

22 Kualitas Hidup

a. Fungsi fisik

b. Keterbatasan peran fisik c. Nyeri pada tubuh

d. Persepsi kesehatan secara umum e. Vitalitas (energi/ kelelahan) f. Fungsi sosial

g. Keterbatasan emosional h. Kesehatan mental

Rentang Skor (0-100)


(31)

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 3.2 Defenisi Operasional kualitas hidup pasien diabetes mellitus Vari abel Subvari abel Kualitas Defenisi Operasional Cara Ukur

Hasil Ukur dan Skor Skal a Uku r Kual itas hidu p A.Fungsi fisik B.Keterb atasan peran karena masalah kesehata n fisik.

C. Rasa sakit pada tubuh

Pengertian fungsi fisik menurut kuesioner dengan menggunakan SF- 36 adalah mampu membandingkan antara mereka yang mampu melakukan kegiatan fisik dengan atau tanpa kesulitan.

Menurut kuesioner kualitas hidup SF- 36 keterbatasan peran dinila dari dua skala yaitu kesehatan fisik dan mental yang mana masalah mental berhubungan dengan masalah

pribadi dan

emosional.

Menurut kuesioner SF- 36 rasa nyeri pada tubuh adalah Frekuensi rasa tidak nyaman pada saaat aktivitas normal atau saat sakit.

Mengguna kan 10 pernyataan dalam kuesioner

Mengguna

kan 4

pernyataan dalam kuesioner

Mengguna

kan 2

pertanyaan dalam kuesioner

1 = Ya, sangat membatasi 2 = Ya, agak membatasi 3 = Tidak, tidak membatasin sama sekali

1 = Ya 2 = Tidak

1 = Tidak sama sekali 2 = Sangat ringan

3 = Ringan 4 = Sedang 5 = Sangat

Ordi nal Nom inal Ordi nal


(32)

D. Persepsi kesehata n secara umum

Menurut kuesioner SF- 36 persepsi kesehatan secara umum pada awalnya berhubungan dengan stastus kesehatan seseorang selama periode satu tahun

Mengguna

kan 6

pernyataan /pertanyaa n dalam kuesioner

sekali DAN 1 = Tidak sama sekali

2 = Sedikit 3. = Sedang 4 = Sedikit sekali

5 = Terlalu mengganggu 1 = Sangat baik 2 = Baik sekali 3 = Baik 4 = Sedang 5 = Kurang ATAU

1= Sekarang jauh lebih baik 2= Sekarang agak lebih baik 3= Kira-kira sama

4= Sekarang agak lebih parah 5= Jauh lebih parah

ATAU

1=Benar sekali 2=Hampir semua benar 3=Tidak tahu 4=Hampir semuanya salah 5=Salah sekali Ordi nal Ordi nal Ordi nal Ordi nal


(33)

E. Vital (energi/ kelelaha n) F. Fungsi social G. Keterbat asan peran karena masalah emosion al H. Kesehata n mental Menurut kuesioner SF- 36 vital (energi/ kelelahan) merupakan daya tahan tubuh seseorang dalam melakukan aktivitas sehari- hari. Menurut kuesioner SF- 36 fungsi sosial merupakan penilaian efek kesehatan terkait pada kegiatan sosial

Menurut kuesioner SF- 36 keterbatasan peran karena

masalah emosional dapat muncul karena adanya masalah dikerjaan atau aktivitas sehari-hari yang mengakibatkan masalah emosional. Menurut kuesioner SF- 36 kesehatan mental berhubungan dengan kecemasan,

Mengguan

kan 4

pertanyaan dalam kuesioner

Mengguna

kan 2

pernyataan dalam kuesioner

Mengguna

kan 3

pernyataan dalam kuesioner

Mengguna

kan 5

pertanyaan dalam

1= Setiap saat

2= Hampir

setiap saat 3= Sering 4= Kadang- kadang

5= Sekali- sekali 6= Tidak pernah 1= Tidak sama sekali/Setiap saat

2=Agak

mengganggu/Ha mpir setiap saat 3=Sedang/Kada ng-kadang 4=Sangat sedikit/Sekali-sekali 5=Terlalu mengganggu/Ti dak pernah 1 = Ya 2 = Tidak

1= Setiap saat

2= Hampir

setiap saat 3= Sering

Ordi nal Ordi nal Nom inal Ordi nal


(34)

kontrol emosional, dan kesejahteraan psikologis

kadang

5= Sekali- sekali 6= Tidak pernah


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD.Dr. Pirngadi Medan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia, pasien) yang mempengaruhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus yang datang di unit rawat jalan poliklinik endokrin RSUD.Dr. Pirngadi Medan sebanyak 584 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Untuk mendapatkan jumlah sampel peneliti maka 584 orang/ 12 bulan, maka nilai N (49), nilai d (0.05), dimasukkan kedalam rumus :

Sehingga jumlah sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus diatas adalah 43,6 atau 44 sampel (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik aksidental sampling. Menurut Arikunto (2006) tentang prosedur pengambilan sampel penelitian, teknik sampel ini adalah


(36)

kriteria yang sesuai maka sampel tersebut diambil dan langsung dijadikan sampel utama. Dengan kriteria yang telah ditentukan untuk penelitian pasien yang menderita diabetes mellitus, pasien yang kooperatif dan tidak menunjukkan gangguan mental, bersedia menjadi responden dan bisa baca, tulis.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di poliklinik endokrin RSUD.Dr.Pirngadi Medan. Lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti untuk mendapatkan sampel yang diinginkan dan merupakan rumah sakit rujukan di Provinsi Sumatera Utara dan rumah sakit pendidikan sehinga merupakan tempat yang mendukung untuk mengadakan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan pertengahan September 2012 – pertengahan Oktober 2012 .

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Dalam melakukan peneliti ini, ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Informed consent

Lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang akan diteliti memenuhi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.


(37)

b. Anonimity(tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, namun masing-masing lembar tersebut diberi kode.

c. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. (Nursalam,2003)

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner, pada bagian pertama instrumen berisi data demografi yang meliputi: umur, jenis kelamin, status, suku bangsa, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, lamanya menderita penyakit diabetes mellitus.

Instrumen kedua berisi kuesioner untuk mengukur kualitas hidup dengan mengadopsi SF-36 Health Survey (Ware dan Sherbourne,1992). Kualitas hidup dalam instrumen ini yang sudah diterjemahkan oleh pusat ahli bahasa Universitas Sumatera Utara dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dengan jumlah skor yang telah ditentukan yaitu (0-100), dibagi menjadi 8 subvariabel yang didalamnya ada 36 pertanyaan yang dilihat dari pengalaman responden selama empat minggu terakhir meliputi:


(38)

1. Fungsi fisik ada 10 pertanyaan pada nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12.

2. Keterbatasan fisik ada 4 pertanyaan pada nomor 13, 14, 15, dan 16. 3. Nyeri tubuh ada 2 pertanyaan pada nomor 21, dan 22.

4. Kesehatan secara umum ada 6 pertanyaan pada nomor 1, 2, 33, 34 35, dan 36.

5. Vitalitas ada 4 pertanyaan pada nomor 23, 27, 29, dan 31. 6. Fungsi sosial ada 2 pertanyaan pada nomor 20, dan 32.

7. Keterbatasan emosional ada 3 pertanyaan pada nomor 17, 18, 19. 8. Kesehatan mental ada 5 pertanyaan pada nomor 24, 25, 26, 28, 30.

Untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien diabetes mellitus maka jumlah nilai mentah dari tiap-tiap pertanyaan diubah ke transformed score. Nilai mentah adalah nilai asli yang di dapat dari penjumlahan pilihan responden di kuesioner. Sedangkan transformed score merupakan nilai dalam rentang 0 – 100 yang diadopsi dari SF-36 Questionnaire Health Survey (Ware & Sherbourne, 1992).


(39)

Tabel 4.1 Skor dari tiap- tiap pertanyaan Nomor dari setiap

pertanyaan

Jumlah jawaban asli Skor/ nilai yang ditentukan

1, 2, 20, 22, 34, 36 1 100

2 75

3 50

4 25

5 0

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 1 0

2 50

3 100

13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 1 0

2 100

21, 23, 26, 27, 30 1 100

2 80

3 60

4 40

5 20

6 0

24, 25, 28, 29, 31 1 0

2 20

3 40

4 60

5 80

6 100

32, 33, 35 1 0

2 25

3 50

4 75

5 100

4.6. Uji Validitas & Reliabilitas

Penyusunan kuesioner diadopsi dari SF-36 Health Survey merupakan model pengukuran kualitas hidup diabetes mellitus sesuai standart WHO dan telah


(40)

diterjemahkan oleh pusat ahli bahasa Universitas Sumatera Utara dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia serta telah diperiksa oleh dosen pembimbing.

Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji kekuatan instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam lingkup yang sama. Kuesioner kualitas hidup pasien diabetes mellitus diuji dengan analisis cronbach alpha. Uji reabilitas akan dilakukan terhadap 30 orang responden yang menderita diabetes mellitus, di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr Pirngadi Medan sebelum pengumpulan data. Untuk uji validitas dan reliabilitas dengan degree of freedom dimana jumlah respodem 30-2= 28 (r tabel= 0.374). Dari 36 pertanyaan instrumen ini dikelompokkan berdasarkan delapan subvariabel dan diuji dengan analisis cronbach alpha pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Nilai delapan subvariabel kualitas hidup dari 30 pasien DM No. Delapan Subvariabel Uji Reliabilitas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Fungsi fisik Keterbatasan fisik Nyeri tubuh

Kesehatan secara umum Vitalitas

Fungsi sosial

Keterbatasan emosional Kesehatan mental

Total delapan subvariabel

0.733 0.814 0.895 0.801 0.762 0.907 0.825 0.778 0.82

4.7. Metode Pengumpulan Data

Dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden yang diambil oleh peneliti dengan cara penyebaran


(41)

kuesioner dimana sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan ruangan poliklinik endokrin untuk dilakukan penelitian pada pasien diabetes mellitus, peneliti juga meminta persetujuan kepada pasien sebagai sampel penelitian dengan mengisi lembar persetujuan / informed consent tanpa ada paksaan. Responden harus mengerti tujuan penelitian, sehingga bersedia untuk mengisi kuesioner yang akan dibagikan peneliti dengan memberikan penjelasan tentang pengisian kuesioner terlebih dahulu untuk mengisi semua pertanyaan yang ada di format. Untuk menambahkan informasi kelengkapan data diambil dari data sekunder, yaitu data yang didapat dari status pasien.

4.8. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka peneliti melakukan pengolahan data yang terdiri dari dari 3 langkah,yaitu:

1. Editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi.

2. Coding yaitu memberikan kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah penulisan. Coding data dilakukan dengan menggunakan tehnologi komputer.

3. Tabulating yaitu menentukan persentase jawaban dari setiap responden, mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan keputusan. Data dimasukan dalam bentuk distribusi frekuensi.


(42)

4.9. Analisa Data

Data yang telah terkumpul sebanyak 37 responden, selanjutnya akan diproses melalui tahap : editing, coding, entry, cleaning. Akan diolah dengan menggunakan soft ware komputerisasi dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Data demografi akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase. Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan maka data yang telah ditabulasi diubah ke transformed score merupakan nilai dalam rentang 0 – 100, dari 36 pertanyaan instrumen ini dikelompokkan berdasarkan delapan subvariabel kualitas hidup dari 37 responden dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Mean dari kedelapan subvariabel kualitas hidup 37 responden No Delapan Subvariabel Jumlah

Skor Total Skor Mean / Kualitas Hidup Persen tase % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Fungsi fisik Keterbatasan fisik Nyeri tubuh

Kesehatan secara umum Vitalitas Fungsi sosial Keterbatasan emosional Kesehatan mental Total delapan subvariabel 16950 200 3915 10750 6840 3900 100 12080 54735 37000 14800 7400 22200 14800 7400 11100 18500 133200 0.458 0.0135 0.529 0.484 0.4622 0.527 0.0090 0.653 0.4107 45.8% 1.35% 52.9% 48.4% 46.22% 52.7% 0.90% 65.3% 41%


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian kualitas hidup pasien diabetes mellitus di poliklinik endokrin RSUD.Dr. Pirngadi Medan yang telah dilakukan pertengahan September 2012 – pertengahan Oktober 2012 dengan jumlah responden sebanyak 37 orang. Penyajian analisa data dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan data demografi dan data kualitas hidup (fungsi fisik, keterbatasan fisik, nyeri tubuh, kesehatan secara umum, vitalitas, keterbatasan emosional, dan kesehatan mental) responden diabetes mellitus di poliklinik endokrin RSUD.Dr.Pirngadi Medan.

1. Data Demografi

Hasil data demografi yang diperoleh dari 37 responden maka dijumpai mayoritas umur > 56 tahun sebanyak 18 responden (48.6%), jenis kelamin perempuan sebanyak 21 responden, status menikah sebanyak 26 responden (70.3%), suku batak sebanyak 23 responden (62.2%), agama kristen sebanyak 20 responden (51.4), pendidikan perguruan tinggi sebanyak 26 responden (70.3%), pekerjaan pegawai negeri sebanyak 20 responden (54.1%), penghasilan keluarga perbulan > Rp. 3000000 sebanyak 20 responden (54.1%), lama menderita penyakit DM > 5 tahun sebanyak 13 responden (35.1%). Untuk lebih jelasnya


(44)

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan data Demografi di RSUD. Dr. Pirngadi Medan September – Oktober 2012

Data Demografi Responden Frekuensi (N) Persentase (%) Umur

36-45 tahun 46-55 tahun > 56 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Status Menikah Widows (janda/duda) Suku Batak Jawa Melayu Agama Islam Kristen Pendidikan SD SMP SMU Perguruan Tinggi Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta

Lain-lain (pensiunan & IRT) Penghasilan Keluarga Perbulan < Rp.700.000

Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000

Lama Menderita Penyakit DM < 1 tahun

1-3 tahun 3-5 tahun > 5 tahun

5 14 18 16 21 26 11 23 7 7 17 20 1 6 4 26 20 4 2 11 1 16 20 7 11 6 13 13.5 37.8 48.6 43.2 56.8 70.3 29.7 62.2 18.9 18.9 45.9 54.1 2.7 16.2 10.8 70.3 54.1 10.8 5.4 29.7 2.7 43.2 54.1 18.9 29.7 16.2 35.


(45)

2. Data Kualitas Hidup

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh dari delapan subvariabel kualitas hidup dengan mean tertinggi adalah kesehatan mental (65.3%) dan mean terendah pada keterbatasan emosional (0.9%). Secara keseluruhan kualitas hidup 37 responden jumlah mean dari delapan subvariabel yaitu 41%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Kualitas hidup responden berdasarkan delapan subvariabel kualitas hidup di RSUD. Dr. Pirngadi Medan September – Oktober 2012.

No Subvariabel Kualitas Hidup

1 Fungsi Fisik 45.81%

2 Keterbatasan Fisik 1.35%

3 Nyeri Tubuh 52.9%

4 Kesehatan Secara Umum 48.42%

5 Vitalitas 46.22%

6 Fungsi Sosial 52.7%

7 Keterbatasan Emosional 0.9%

8 Kesehatan Mental 65.3%

Total skor kualitas hidup 41%

Dari 37 responden diketahui ada 9 responden (24.3%) memiliki kualitas hidup yang baik dengan mean diatas 50% dan 28 responden (75.7%) kualitas hidupnya buruk dengan mean dibawah 50%. Kualitas hidup yang baik memiliki umur 36-55 tahun, 8 respoden wanita dan 1 responden pria, 8 responden menikah dan 1 responden janda, 6 responden suku batak, 2 respoden suku melayu, 1


(46)

responden suku jawa, 6 responden agama Kristen dan 3 responden agama Islam, 5 responden pendidikan terakhir perguruan tinggi, 1 responden pendidikan SMA, 2 responden pendidikan SMP, 1 responden pendidikan SD, 5 responden PNS, 3 responden IRT, 1 responden pegawai swasta, 6 responden penghasilan >Rp 3.000.000, 3 responden penghasilan Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000, 5 responden lama menderita DM 1-3 tahun dan 4 responden menderita DM < 1 tahun.

5.2. Pembahasan 1. Fungsi Fisik

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 37 responden didapatkan mean sebesar 45.81 (dalam rentang skor 0 – 100) dari 10 pernyataan yang nilai frekuensi tertinggi didapat pada pernyataan yang nomor 12 yaitu tidak membatasi sama sekali untuk aktifitas mandi atau berpakaian sendiri sebanyak 27 responden (73%). Menurut Hariyono (2010) dari 52 responden penelitian didapatkan self care yang baik sebanyak 2 responden atau 3.8%, self care yang cukup sebanyak 16 responden atau 30.8%, self care yang kurang sebanyak 34 responden atau 65.4%, sedangkan kualitas hidup hampir separuh dari responden mempunyai kualitas hidup yang kurang yaitu sebanyak 25 responden atau 48.1%, Untuk self care ada hubungan dengan kualitas hidup penderita. Diabetes Melitus dengan kuat hubungan yang cukup yaitu sebesar 0.317. Teori yang dikemukakan oleh Malcolm (1992) bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dan ketergantungan total menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri secara mandiri, sedangkan nilai terendah didapat


(47)

pada pernyataan nomor 3 dimana dalam melakukan aktifitas yang penuh semangat seperti berlari, mengangkat benda-benda yang berat, aktif dalam olahraga yang berat-berat sebanyak 23 responden (62.2%) menjawab sangat membatasi. Menurut Dellasega dkk dalam Stanley (2007) pasien yang menderita diabetes mellitus dan kadag gula darah (KGD) yang tidak terkontrol (KGD puasa sebelum latihan lebih dari 250 mg/dL) pada kenyataanya dapat membahayakan bila melakukan peningkatan aktivitas fisik secara mendadak olahraga. Menurut Diana (2009) penambahan usia akan mempengaruhi munculnya penyakit dimana hal ini berhubungan dengan penurunan fungsi organ tubuh termasuk kelenjar pankreas yang menyeimbangkan pengeluaran insulin dan glukosa dalam darah, hal ini akan mempengaruhi kemampuan fungsi fisik seseorang dalam melakukan aktivitas terutama aktivitas / olahraga berat.

2. Keterbatasan Fisik

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 37 responden didapatkan mean sebesar (dalam rentang skor 0 – 100) dan dilihat dari 4 pernyataan yang nilai frekuensi tertinggi didapat pada pernyataan yang nomor 15 dan 16 yaitu 1 responden (2.7%) menjawab tidak ada masalah dalam melakukan aktifitas setiap jenis pekerjaan atau aktivitas lainnya dan tidak ada kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan ataupun aktivitas tersebut. Menurut Hariyono (2010) dari 52 responden penelitian didapatkan self care yang baik sebanyak 2 responden atau 3.8%, self care yang cukup sebanyak 16 responden atau 30.8%, self care yang kurang sebanyak 34 responden atau 65.4%, sedangkan kualitas hidup hampir separuh dari responden mempunyai kualitas hidup yang kurang yaitu sebanyak 25 responden


(48)

atau 48.1%, sedangkan nilai terendah didapat pada pernyataan nomor 13 dan 14 dimana 37 responden (100%) menjawab dalam melakukan aktivitas sehari-hari maka responden mengurangi jumlah waktu yang digunakan dalam beraktivitas serta pelaksanaannya kurang dari apa yang diinginkan. Menurut Issa BA dan O Baiyewu (2006) hasil penelitian dari 251 pasien DM yang diteliti di rumah sakit pendidikan Nigerian untuk kesehatan fisik ada 41 (16.3%) pasien memiliki kualitas hidup yang baik, 171 (68.1%) pasien memiliki kualitas hidup cukup dan 39 (15.5%) pasien memiliki kualitas hidup buruk didukung beberapa diantaranya adanya penyakit komplikasi, rendahnya pendapatan, rendahnya pendidikan, menderita DM tipe 2. Menurut Ware & Sherbourne (1992) mengatakan bahwa fungsi fisik seseorang akan mempengaruhi kemampuan fisik dalam beraktivitas. 3. Nyeri Tubuh

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap nyeri tubuh pada 37 responden DM didapat mean 52.9 (dalam rentang skor 0-100) dan dilihat dari 2 pernyataan yang nilai frekuensi tertinggi didapat pada pernyataan yang nomor 22 yaitu 17 responden (45.9%) menjawab sedikit rasa sakit mengganggu pekerjaan rutin (di dalam rumah maupun diluar rumah). Menurut Ware & Sherbourne (1992) dimana responden yang mengalami gangguan fisik maka akan menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri pada tubuhnya dan dari hasil penelitian dijumpai menurut jenis kelamin laki-laki lebih sering merasakan nyeri dari pada perempuan, sedangkan nilai terendah didapat pada pernyataan nomor 21 dimana 8 responden (21.6%) menjawab sangat merasa sakit secara fisik. Menurut Kurniawan dkk (2008) dari 50 pasien yang menderita DM (mean 3.30) merasa sakit fisik, aktifitas (mean


(49)

2.94), energi yang cukup (mean 2.98), istirahat (mean 2.70) adanya komplikasi menahun dari penderita diabetes mellitus akan membuat penderitanya tidak / kurang mampu untuk beraktifitas atau bekerja. Menurut Guire dalam Stanley (2007) Nyeri memiliki dampak yang besar terhadap kualitas hidup pasien, efek nyeri dapat menyebabkan penurunan aktivitas, isolasi sosial, gangguan tidur dan depresi.

4. Kesehatan Secara Umum

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap kesehatan secara umum pada 37 responden DM didapat mean 48.42 (dalam rentang skor 0-100) dan dilihat dari 6 pertanyaan yang bernilai frekuensi tertinggi didapat pada pertanyaan yang nomor 35 yaitu 23 responden (62.2%) menjawab salah sekali jika saya mengharapkan kesehatan saya bertambah buruk. Menurut Ware & Sherbourne (1992) mengatakan kesehatan secara umum akan meningkat (mean=70, menjadi mean=75) jika responden diberikan pendidikan dan latihan yang akan menambah pengetahuan responden terhadap penyakitnya sehingga harapan pasien untuk tetap sehat dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari meningkat dan bila dilihat usia maka usia remaja (15- 24 tahun) kesehatan secara umumnya lebih baik (mean=80) dari pada lansia (75+ tahun) dengan (mean=65). Nilai terendah didapat pada pertanyaan nomor 1 dimana 16 responden (43.2%) mengatakan kurang sehat. Menurut Haryono (2010) dari 52 responden penelitian didapatkan self care yang baik sebanyak 2 responden atau 3.8%, self care yang cukup sebanyak 16 responden atau 30.8%, self care yang kurang sebanyak 34 responden atau 65.4%, sedangkan kualitas hidup hampir separuh dari responden mempunyai kualitas


(50)

hidup yang kurang yaitu sebanyak 25 responden atau 48.1%, secara umum responden yang kurang sehat akan mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan perawatan diri. Menurut Issa BA dan O Baiyewu (2006) hasil penelitian dari 251 pasien DM yang diteliti di rumah sakit pendidikan Nigerian untuk kesehatan fisik ada 41 (16.3%) pasien memiliki kualitas hidup yang baik, 171 (68.1%) pasien memiliki kualitas hidup cukup dan 39 (15.5%) pasien memiliki kualitas hidup buruk didukung dengan adanya penyakit komplikasi seperti hipertensi, katarak, obesitas, gangguan fungsi seksual dan rendahnya penghasilan.

5. Vitalitas

Hasil penelitian yang dilakukan vitalitas tubuh pada 37 responden DM didapat mean 46.22 (dalam rentang skor 0-100) dan dilihat dari 4 pertanyaan yang nilai frekuensi tertinggi didapat pada pertanyaan yang nomor 29 yaitu 14 responden (37.8%) menjawab kadang-kadang responden merasa keletihan. Menurut Kurniawan dkk (2008) dari 50 pasien yang menderita DM (mean 3.30) merasa sakit fisik, aktifitas (mean 2.94), energi yang cukup (mean 2.98), istirahat (mean 2.70) adanya komplikasi menahun dari penderita diabetes mellitus akan membuat penderitanya tidak / kurang mampu untuk beraktifitas atau bekerja, sedangkan nilai terendah didapat pada pertanyaan nomor 27 dimana 17 responden (45.9%) menjawab sekali-sekali responden memiliki banyak energi (tenaga). Menurut Haryono (2010) dari 52 responden penelitian didapatkan self care yang baik sebanyak 2 responden atau 3.8%, responden yang mampu melakukan perawatan sendiri dengan baik maka responden tersebut memiliki tenaga yang


(51)

cukup dalam beraktivitas. Menurut penelitian Dawe (1995) dalam Stanley (2007) rentang gerak yang dapat menguatkan otot dan meningkatkan penampilan kognitif dimana aktivitas lain yang tidak berlebihan bermanfaat bagi lansia dan dapat dimasukkan ke dalam asuhan keperawatan rutin.

6. Fungsi Sosial

Hasil penelitian yang dilakukan fungsi sosial pada 37 responden DM didapat mean 52.7 (dalam rentang skor 0-100) dan dilihat dari 2 pernyataan yang nilai frekuensi tertinggi didapat pada pernyataan yang nomor 20 yaitu 21 responden (56.8%) menjawab kesehatan fisik atau masalah emosional agak mengganggu aktivitas secara normal bersama keluarga, teman-teman, para tetangga dan bersama kelompok masyarakat lainnya. Menurut Kurniawan dkk (2008) dukungan sosial diperoleh (mean 3.14), hubungan pribadi (mean 3.10), kemampuan bergaul (mean 3.82), dimana tingkat dukungan sosial yang cukup sangat berkaitan dengan keberhasilan peningkatan perilaku kesehatan, seberapa besar dukungan sosial bagi penderita diabetes mellitus dapat dilihat dengan menggunakan persepsi penderita terhadap dukungan sosial dari keluarga mereka atau kolega. Menurut Yusra (2010) terdapat hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi (emosional, penghargaan, instrumental dan informasi) dengan kualitas hidup (p value 0.001, α 0.05), dimana ada peningkatan satu satuan dukungan keluarga maka dapat meningkatkan kualitas hidup sebesar 35% setelah dikontrol oleh pendidikan dan komplikasi DM, sedangkan nilai terendah didapat pada pertanyaan nomor 32 dimana 18 responden (48.6%) menjawab hampir setiap saat kesehatan fisik atau masalah emosional mengganggu aktivitas sosial


(52)

responden. Menurut linda dalam Stanley (2007) perubahan fisik dan sosial yang terjadi bersamaan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan psikologis selama proses penuaan, aspek psikososial dari koping terhadap penyakit kronis seperti DM dapat menunjukkan kebutuhan yang sangat mendesak dari perspektif pasien sehingga peran keluarga, sahabat, dan orang lain yang menderita penyakit DM akan sangat berguna dalam tindakan keperawatan.

7. Keterbatasan Emosional

Hasil penelitian dari keterbatasan emosional pada 37 responden DM didapat mean 0.9 (dalam rentang skor 0-100) dan dilihat dari 3 pernyataan yang nilai frekuensi tertinggi didapat pada pernyataan yang nomor 18 yaitu 1 responden (2.7%) menjawab tidak melaksanakan kurang dari apa yang anda inginkan. Menurut Hariyono (2010) dari 52 responden penelitian didapatkan self care yang baik sebanyak 2 responden atau 3.8%, dimana responden diabetes mellitus yang mampu merawat dirinya sendiri atau dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik maka kualitas hidupnya akan baik juga, sedangkan nilai terendah didapat pada pertanyaan nomor 17 dan 19 dimana 37 responden (100%) menjawab ya dalam mengurangi jumlah waktu yang anda pergunakan dalam pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya dan tidak secermat seperti biasanya. Menurut Kurniawan (2008) dari 50 pasien yang menderita DM (mean 3.30) merasa sakit fisik, aktifitas (mean 2.94), energi yang cukup (mean 2.98), istirahat (mean 2.70), adanya komplikasi menahun dari penderita diabetes mellitus akan membuat penderitanya tidak/kurang mampu untuk beraktifitas atau bekerja. Teori lain mengatakan bahwa kecemasan dan kegagalan yang terjadi disebabkan oleh


(53)

adanya ancaman terhadap perubahan pada status kesehatan, sosial, ekonomi, fungsi peran dan hubungan dengan orang lain. (Doengoes, Moorhouse 1999). Keterbatasan emosional yang dialami pasien lansia penderita penyakit kronis memerlukan dukungan dan perhatian keluarga, sahabat, teman-teman lansia dan petugas kesehatan dalam pencegahan terjadinya masalah-masalah mental (Stanley, 2007) .

8. Kesehatan Mental

Hasil penelitian yang di lakukan terhadap kesehatan mental pada 37 responden DM didapat mean 65.3 (dalam rentang skor 0-100) dan dilihat dari 5 pertanyaan yang nilai frekuensi tertinggi didapat pada pertanyaan yang nomor 24 yaitu 22 responden (59.5%) menjawab tidak pernah merasa menjadi orang yang mudah gugup. Menurut Kurniawan dkk (2008) pada penderita DM dengan adnya penurunan fungsi fisik maka secara tidak langsung akan mempengaruhi keadaan psikologisnya sehingga menunjukkan bahwa responden banyak memilih mempunyai perasaan negatif (mean 3.66) seperti putus asa, cemas dan responden kurang puas terhadap harga diri, harga diri (mean 2.92), spritualitas (mean 3.54), perasaan positif (mean 3.44), sedangkan nilai terendah didapat pada pertanyaan nomor 26 dimana 10 responden (27%) menjawab sekali sekali responden merasakan ketenangan dan kedamaian. Teori ini mengatakan bahwa responden yg sudah lansia akan berusaha menurunkan ketegangan dengan cara mencari ketenangan seperti relaksasi dan meditasi (Niven, 2000). Menurut Dellasega dalam Stanley (2007) masalah kesehatan mental bagi lansia yang menderita DM akan menjadi masalh yang berat dengan adanya penurunan fungsi fisik yang


(54)

secara tidak langsung akan berpengaruh pada keadaan psikologisnya seperti timbulnya perasaan cemas, depresi dan frustasi pada klien. Umumnya responden melakukan pengobatan secara rutin minimal sekali dalam sebulan hal ini akan sangat berpengaruh pada keadaan mood penderita, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi mengenai deskripsi dari kualitas hidup pasien diabetes mellitus di poliklinik endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

6.1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 37 responden DM di RSUD. Dr. Pirngadi Medan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup dengan penyakit diabetes mellitus. Dari hasil penelitian kualitas hidup dari delapan subvariabel maka fungsi fisik (45.81%), keterbatasan fisik (1.35%), nyeri tubuh (52.9%), kesehatan secara umum (48.42%), vitalitas (46.22%), fungsi sosial (52.7%), keterbatasan emosional (0.9%), kesehatan mental (65.3%).

Dari 37 responden diketahui ada 9 responden (24.3%) memiliki kualitas hidup yang baik dengan mean diatas 50% dan 28 responden (75.7%) kualitas hidupnya buruk dengan mean dibawah 50%. Kualitas hidup yang baik berusia 36-55 tahun, 8 respoden wanita, 8 responden menikah, 6 responden suku batak, 6 responden agama Kristen, 5 responden pendidikan terakhir perguruan tinggi, 5 responden PNS, 6 responden penghasilan >Rp 3.000.000, 5 responden lama menderita DM 1-3 tahun dan 4 responden menderita DM < 1 tahun.

Sehingga secara umum kualitas hidup dari 37 pasien diabetes mellitus di RSUD.Dr. Pirngadi Medan adalah buruk (41%), dimana umur responden > 56


(56)

6.2. Rekomendasi

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan dalam pengembangan ilmu keperawatan, khusus mata kuliah ilmu penyakit dalam materi sistem endokrin dengan penyakit diabetes mellitus dimana perawat harus mengerti bagaimana cara menilai kualitas hidup pasien diabetes mellitus dan memberikan informasi tentang penyakit DM, faktor-faktor yang mendukung penyakit DM, Gaya hidup yang sesuai dengan penyakit DM seperti keseimbangan pola makan, olahraga yang sesuai, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidupnya.

b. Bagi Penelitian Keperawatan

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan kembali, karena keterbatasan biaya dan waktu penelitian sehingga peneliti tidak mendapatkan jumlah responden sesuai dengan yang diharapkan. Kelemahan dari kuesioner penelitian ini yaitu kuesioner Short Form (SF – 36) Health Survey yang ditelah diterjemahkan oleh pusat ahli bahasa Universitas Sumatera Utara dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan karena belum dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, masih ada pemakaian kata yang tidak sesuai dengan bahasa Indonesia.

Pada kuesioner subvariabel Kesehatan mental menggunakan skala ordinal sedangkan keterbatasan fisik dan keterbatasan emosional menggunakan skala pengukuran nominal (ya skor 0/ tidak skor 100) jika sebagian besar responden menjawab ya maka skor responden akan rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa skala nominal dipakai untuk mengelompokkan peristiwa atau fakta dimana


(57)

kedudukan setiap kategori adalah sama, sehingga hasil mean dari subvariabel keterbatasan fisik dan emosional kurang baik jika dibandingkan dengan kesehatan mental. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan menghubungkan subvariabel dengan kualitas hidup dan data demografi dan menghubungkan nyeri dengan kualitas hidup.

c. Bagi Praktik Keperawatan di RSUD. Dr. Pingadi Medan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan perawat untuk memotivasi pasien yang menderita diabetes mellitus di RSUD. Dr. Pirngadi Medan, memberikan pendidikan kesehatan atau informasi mengenai kegiatan/ aktivitas / olahraga yang dapat dilakukan pasien DM, diet DM yang seimbang dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Akinci, F, dkk. (2008). Assessment of health-related quality of life (HRQoL) of patients with type 2 diabetes in Turkey. Diabetes Research and Clinical Practice 79, 117–123.

Andayani, T, M., Izham, M., Ibrahim, M and Asdie, A, H., 2010. The Association of Diabetes- Related Factor and Quality of Life In Type 2 Diabetes Mellitus, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol 2, Issue 1.

Anonim, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Editor: Mansjoer, A., Triyani, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W., Jilid 1, Edisi 3, hal. 580-589, Media Asculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi

VI. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arjuna, 2006. Kenali Diabetes Anda Lebih dari Sekedar Suatu Penyakit – Strategi Dan Jalan Hidup Baru Meraih Sukses (Online), http://www.flobamor.com/forum/showthread.php?p=30728, diakses tanggal 12 Mei 2012.

Boedisantoso, A, R. 2005. Komplikasi Akut Dabetes Mellitus, Editor: Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, Diabetes Mellitus Penatalaksanaan Terpadu, 161- 164. FKUI. Jakarta.

Coons, S. J. 2005. Health Outcomes and Quality of Life, in Dipiro, J. T. (eds), Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, six ed, 17-25, Appleton & Lange, Stanfor, Connecticute.

Dasni, Inriani. 2011. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pasien Diabetes Mellitus Melakukan Pemeriksaan Mata Retinopati di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP.Haji Adam Malik Medan. Skripsi. Medan.Fakultas KeperawatanUSU.

Depkes. (2007). Kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut Diabetes Mellitus. Dibuka pada website http://202.155-5-44/index.php pada tanggal 27 April 2012.

Diana, A. 2009. Kualitas Hidup Lansia dengan Penyakit Kronis di RSUP. Haji Adam Malik Medan.Skripsi.Fakultas Keperawatan USU.


(59)

http://www.evidence-based-medicine.co.uk. Pada tanggal 20 Meret 2012 Doenges, Marilyn E., moorhouse, Mary Frances.,& geissler, alice C. (1999).

Rencana asuhan keperawatan, ed 3. Jakarta:EGC

Haryono. 2010. Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Poli Penyakit Dalam RSUD Jombang,(Online), alumni.unair.ac.p/kumpulanfile/Abs.Pdf, dibuka 24 Mei 2012

Hays, 1992. The Medical Outcomes Study (MOS): Measuring Functioning And Wellbeing, dibuka pada tanggal 02 Mei 2012.

Issa BA dan O Baiyewu. 2006. Quality of Life Patients with DM in a Nigerian Teaching Hospital. Original Article, dibuka pada tanggal 10 Februari 2013.

Johansson P, Dahlstro¨m U & Brostro¨m A (2006) Factors and interventions influencing health-related quality of life in patients with heart failure: a review of the literature. European Journal of Cardiovascular Nursing 5, (Online) dibuka, pada tanggal 22 April 2012.

Kurniawan , Hana, Maryati. 2008. Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Di RSU Daerah Cianjur Jawa Barat.Vol 10 No. XVJJJ Maret 2008-September 2008 Hal- 76. (Online), dibuku tanggal 02 juni 2012

Mandagi, A.M., 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. (Online) http://wwwalumni.unair.ac.id/kumpulanfile/pdf, diakses pada tanggal 12 Mei 2012.

Malcolm, (1992). “The Adult Learner, A Neglected Species”. Dibuka pada website http://www.pengantarpendidikanorangdewasa.co.id. Pada tanggal 10-01-2013

Niven. N. (2000). Psikologi kesehatan: pengantar untuk perawat& profesional kesehatan lain. Ed 2. Jakarta:EGC

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmiah keperawatan. Jakarta : EGC

PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKINI, Jakarta.

Price,S.A.,and Wilson, L.M.,2005. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Edisi 6.EGC. Jakarta.


(60)

Saryono. 2010. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Mulia Medika. Yogyakarta.

Schteingert, D.E. 2005. Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus, dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi VI, volume 1, hal. 1259 – 127. EGC. Jakarta.

Soegondo, S.dkk, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004.

Soewondono, 2006. Diabetes, The Sillent Killer, (Online ), dibuka (http:// www.medicastore.com/rubrik/one news.asp?IDNews=993, diakses tanggal

15 April 2012.

Stanley. 2007. Buku Ajar Keperwatan Gerontik. Edisi 2. EGC. Jakarta. Suyono, S. 2004. Patofisiologi Diabetes Mellitus Editor : Soegondo, dkk.,

Diabetes Mellitus Penatalaksanaan Terpadu , Cetakan ke-5, FKUI. Jakarta.

Triplitt, dkk, 2005. Diabetes Mellitus, in Dipiro, J.T.(eds), Pharmachotherapy A Pathopysiologi Approach, six ed, 1333 – 1368, Appleton & Lange, Stanfor, Connecticute, (Online diterbitkan oleh Lailiyah, Khiriyatul, 2010), (http:// www.etd.eprints,ems.ac.id/12661/htm, diakses tanggal 14 April 2012.

Universitas Toronto. (2004). QOL Concept. Dibuka pada website http://www.utoronto.ca/qolconcept. Pada tanggal 11 Maret 2012. Ucan. O dan Nimer. O. 2010. Relationship between diabetes mellitus,

hypertension and obesity, and healty- related quality of life in Gaziantep Turkey. Dibuka pada website http://www. 2010 blackwell publishing Ltd, journal of Clinical Nursing, 19, 2511-2519.x

Were.J., and Sherbourne, 1992. The MOS 36- Item Short- Form Health Survey (SF- 36), Conceptual Framework and Item Selection. (Online), http://ebscohost.com., dibuka pada tanggal 20 April 2012.

Waspadji. 2004. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu . Fakultas dokteran Universitas Indonesia. Jakarta.


(61)

Dibuka pada website http://www.who.int/mental_health/evidence/who_qol_user manual _98.pdf. Pada tanggal 7 April 2012.

Wiyono, P. 2004. Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus, dalam Noer,S. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi III, Cetakan ke- 7. FKUI. Jakarta. Yusra, Aini.2010. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup

Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta. FIK UI. Dibuka pada tanggal 28 Januari 2013 pada website lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20280162...pdf


(62)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bernama Rahayu Liana Silaban/ 111121004 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD. Dr. Pirngadi Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan Bapak / Ibu untuk berpartisipasi yang bersifat sukarela tanpa ada paksaan. Penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan dan jika Bapak/Ibu bersedia, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya dan silahkan menandatangani/ paraf lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Saya ucapkan terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Peneliti, Medan, Oktober 2012

Rahayu Liana Silaban Responden


(63)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Kode :

Bagian I. Kuesioner Data Demografi Petunjuk Pengisian:

Semua pertanyaan di bawah ini harus dijawab dengan memberi tanda Checklist (√) pada kotak/ tanda kurung yang tersedia, isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab selain jawaban yang telah tersedia sesuai menurut anda dan beri tanda silang (X) pada pilihan berganda. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kembali pada peneliti.

1. Umur bapak/ ibu :

( ) 1. < 25 Tahun ( ) 2. 26 – 35 Tahun ( ) 3. 36 – 45 Tahun ( ) 4. 46 -55 Tahun ( ) 5. > 56 Tahun

2. Jenis Kelamin :

( ) 1. Pria ( ) 2. Wanita 3. Status :

( ) 1. Menikah ( ) 2. Janda/ duda 4. Suku :

( ) 1. Batak ( ) 2. Jawa ( ) 3. Melayu ( )Lain- lain (sebutkan)… 5. Agama :

( ) 1. Islam ( ) 2. Kristen ( ) 3. Buddha ( ) 4.Hindu 6. Pendidikan

( ) 1. SD ( )2. SMP ( ) 3. SMU ( ) 4. Perguruan Tinggi

7. Pekerjaan

( ) 1. PNS ( ) 2. Pegawai Swasta ( ) 3. Wiraswasta ( ) 4. Lain-lain (sebutkan)……….

8. Penghasilan keluarga perbulan :

( ) 1. <Rp. 700.000., ( ) 2. Rp.700.000 – Rp 1.000.000., ( ) 3. Rp.1.000.000., – Rp.3.000.000., ( ) 4. > Rp. 3.000.000.,

9. Lama menderita penyakit diabetes mellitus mulai dari didiagnosa secara medik sampai saat ini:

( ) a. < 1 Tahun ( ) b. 1- 3 Tahun ( ) c. 3 – 5 Tahun ( ) d. > 5 Tahun


(64)

Bagian II. Kuesioner Kualitas Hidup

Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memilih satu jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan kondisi yang anda rasakan 1. Secara umum: apakah akan anda katakan bahwa kesehatan anda adalah:

A. Sangat baik B. Baik sekali C. Baik D. Sedang E. Kurang

2. Dibandingkan dengan keadaan setahun yang lalu, bagaimana rata-rata kesehatan anda secara umum sekarang ini?

A. Sekarang jauh lebih baik dibanding setahun yang lalu. B. Sekarang agak lebih baik dibanding setahun yang lalu. C. Kira-kira sama dengan keadaan setahun yang lalu.

D. Sekarang agak lebih parah dibandingkan setahun yang lalu. E. Jauh lebih parah dibanding setahun yang lalu.

Katagori berikut ini adalah tentang aktifitas yang mungkin anda kerjakan selama hari-hari tertentu. Apakah kesehatan anda membatasi aktifitas-aktifitas ini? Jika ya, seberapa jauh?

Keterangan :

SM = Ya, sangat membatasi AM = Ya, agak membatasi

TM = Tidak, tidak membatasi sama sekali

No. Pernyataan SM AM TM

3. Aktifitas yang penuh semangat, sepertri lari, mengangkat benda-benda yang berat, aktif dalam olah raga yang berat-berat.

4. Aktifitas sedang, seperti menggeser meja, mendorong mesin pembersih debu, main bola gelinding, atau main golf.

5. Mengangkat atau membawa barang belanjaan 6. Menaiki beberapa anak tangga.

7. Menaiki satu anak tangga.

8. Melenturkan badan, berlutut, atau membungkuk. 9. Berjalan kaki sejauh lebih darisatu mil.

10. Berjalan kaki beberapa blok (perumahan) 11. Berjalan kaki sejauh satu blok (perumahan) 12. Mandi atau berpakaian sendiri.


(65)

Selama empat minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah berikut ini dengan pekerjaan anda atau dengan aktifitas anda sehari-hari sebagai dampak dari kesehatan fisik anda?

No. Pernyataan Ya Tidak

13. Mengurangi jumlah waktu yang anda pergunakan dalam pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya.

14. Melaksanakan kurang dari apa yang anda inginkan

15. Terbatasnya aktifitas dalam setiap jenis pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya.

16. Kesulitan dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau aktifitas lainnya (misalnya, memelukan tenaga ekstra).

Selama empat minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah dengan pekerjaan anda atau dengan aktifitas anda sehari- hari sebagai dampak dari masalah emosional anda (seperti perasaan tertekan atau rasa cemas)?

No. Pernyataan Ya Tidak

17. Mengurangi jumlah waktu yang anda pergunakan dalam pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya.

18. Melaksanakan kurang dari apa yang anda inginkan. 19. Melakukan pekerjaan atau aktifitas lainnya tidak

secermat seperti biasanya.

20. Selama empat minggu terakhir, sejauh mana kesehatan fisik anda ataupun masalah emosional anda mengganggu aktifitas anda secara normal bersama keluarga, teman-teman, para tetangga, ataupun bersama kelompok masyarakat lainnya.

A. Tidak sama sekali B. Agak mengganggu C. Sedang

D. Sangat sedikit E. Terlalu mengganggu

21. Seberapa jauh anda merasakan rasa sakit secara fisik selama empat minggu terakhir?

A. Tidak sama sekali B. Sangat ringan C. Ringan D. Sedang E. Sangat, F. Sangat sekali


(66)

22. Selama empat minggu terakhir, seberapa jauh rasa sakit mengganggu pekerjaan rutin anda (termasuk pekerjaan di luar rumah dan pekerjaan rumah tangga).

A. Tidak sama sekali B. Sedikit

C. Sedang D. Sedikit sekali

E. Terlalu menggannggu

Pertanyaan-pertanyaan ini adalah tentang bagaimana anda merasa dan bagaimana segala sesuatunya berkaitan dengan anda selama empat minggu terakhir. Untuk setiap pertanyaan, berikan sebuah jawaban yang paling dekat dengan cara anda merasakannya. Seberapa sering selama empat minggu terakhir.

Keterangan :

A = Setiap saat

B = Hampir setiap saat C = Sering

D = Kadang-kadang E = Sekali-sekali F = Tidak pernah

No. Pertanyaan A B C D E F

23. Apakah anda merasa penuh semangat? 24. Apakah anda pernah merasakan menjadi

seorang yang mudah gugup?

25. Apakah anda pernah merasakan sangat terpuruk sehingga tidak ada yang bisa menggembirakan hati anda?

26. Apakah anda pernah merasakan ketenangan dan kedamaian?

27. Apakah anda memiliki banyak energi (tenaga)?

28. Apakah anda pernah merasa sedih dan murung?

29. Apakah anda merasa keletihan?

30. Apakah anda pernah merasakan menjadi seorang yang berbahagia?

31. Apakah anda merasa letih?

32. Dalam empat minggu terakhir, ini seberapa sering kesehatan fisik anda atau masalah-masalah emosional anda mengganggu aktifitas sosial anda (seperti mengunjungi teman- teman, sanak keluarga, dan lain- lain)?

A. Setiap saat


(67)

C. Kadang-kadang D. Sekali-sekali E. Tidak pernah

Seberapa jauh BENAR atau SALAH menurut anda setiap pernyataan berikut ini: Keterangan:

BS : Benar sekali

HSB : Hampir semuanya benar TT : Tidak tahu

HSS : Hampir semuanya salah SS : Salah sekali

NO Pernyataan BS HSB TT HSS SS

33. Saya nampaknya mudah sekali jatuh sakit jika dibandingkan dengan orang lain. 34. Saya sama sehatnya dengan setiap orang

saya kenal.

35. Saya mengharapkan kesehatan saya bertambah buruk.


(68)

(69)

(70)

(71)

(1)

C. Kadang-kadang D. Sekali-sekali E. Tidak pernah

Seberapa jauh BENAR atau SALAH menurut anda setiap pernyataan berikut ini: Keterangan:

BS : Benar sekali

HSB : Hampir semuanya benar TT : Tidak tahu

HSS : Hampir semuanya salah SS : Salah sekali

NO Pernyataan BS HSB TT HSS SS

33. Saya nampaknya mudah sekali jatuh sakit jika dibandingkan dengan orang lain. 34. Saya sama sehatnya dengan setiap orang

saya kenal.

35. Saya mengharapkan kesehatan saya bertambah buruk.

36. Kesehatan saya baik sekali


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rahayu Liana Silaban

Tempat, Tanggal Lahir : Pagaran Tapah, 12 Juni 1988

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum menikah

Alamat Rumah : Jl. Jamin Ginting no. 32 Psr 1, Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 37 Ujung Batu (1994 – 2000) 2. SMPN 2 Ujung Batu (2000 – 2003) 3. SMA Eka Prasetya Helvetia Medan (2003 – 2006) 4. DIII AKPER FLORA Medan (2006 – 2009)

5. Fakultas Keperawatan USU (2011 sampai sekarang)

Pengalaman Lainnya : Pengalaman Bekerja di RS.Santa Elisabeth Medan