VISI 23 No 3 Oktober 2015.pdf

  

GAMBARAN TINGKAT STRES PENDERITA LIKEN SIMPLEKS

KRONIK DI BEBERAPA KLINIK DOKTER SPESIALIS KULIT DAN

KELAMIN DI KOTA MEDAN PADA BULAN FEBRUARI-MARET

TAHUN 2015

  

Rudyn Reymond Panjaitan

ABSTRACT

  

This study aims to describe the stress level in patients with LSC.This is a

descriptive study with cross sectional design. Sample was collected using a total

sampling method from LSC patients that came to dermatologist private practice at

Jl. Merbabu No.3 Medan, and MurniTeguh Memorial Hospital Jl. Jawa No.2

Medan. This study showed thatthe distribution of LSC patients based on age were

15-29 years (22.2%), 30-44 years (38.9%), 45-59 years (55.6%); based on sex

were male (44.4%), female (55.6%); based on jobs were housewife (16.7%),

student (16.7%), government employees (66.6%), private employees (66.6%). The

distribution of stress level of LSC patients were mild (5.5%), moderate (66.7%),

severe (27.8%).The majority of LSC patients that came to the dermatologist

private practice at Jl. Merbabu No.3 Medan, and MurniTeguh Memorial Hospital

Jl. Jawa No.2 Medan have moderate stress level.

  Keyword: lichen simplex chronicus, stress level.

I. PENDAHULUAN

  Liken Simpleks Kronis (LSK) atau yang dikenal juga sebagai neurodermatitis sirkumskripta adalah sebuah keadaan dimana terdapat peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan penebalan kulit, dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi), akibat garukan atau gosokan yang berulang- ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.Liken simpleks kronis bukan merupakan proses patogenesis awal. Likenifikasi terjadi ketika seseorang merasakan sensasi gatal (pruritus) pada area spesifik di kulit dengan atau tanpa kejadian patologis yang mendasarinya dan menyebabkan trauma mekanik pada daerah yang meradang.Biasanya LSK ini terjadinya pada satu tempat atau lebih, namun paling sering terjadi pada daerah tubuh yang mampu diraih oleh penderita, seperti: kulit kepala, leher, tangan, dan kaki.

  Pruritus berperan penting dalam timbulnya LSK.Pruritus sendiri dapat disebabkan oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dan dapat disebabkan oleh aspek psikologi (depresi dan stres).Pruritus digambarkan semakin memburuk pada saat penderita dalam keadaan diam atau tidak sibuk dibandingkan saat penderita beraktivitas, karena rasa gatal lebih sedikit atau tidak ada sama sekali.Rasa gatal ini seringkali sulit ditahan untuk tidak digaruk dan biasanya penderita berhenti menggaruk setelah luka karena rasa gatal digantikan oleh rasa nyeri yang timbul akibat luka.

  Angka kejadian LSK di seluruh dunia tidak diketahui dengan pasti.Liken Simpleks Kronis sering terjadi pada dewasa usia 30-50 tahun dan jarang terjadi pada usia muda (kecuali pada orang yang menderita dermatitis atopik).Liken simpleks kronik lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.Tidak ada perbedaan ras dalam kejadian LSK, namun beberapa menyatakan bahwa kejadian LSK lebih sering timbul pada orang Asia dan Afrika-Amerika.

  Di Indonesia sendiri belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran tingkat stres pada penderita liken simpleks kronik.Sehinggadipandangperludilakukanpenelitianuntuk mengetahui gambaran tingkat stres pada penderita liken simpleks kronis.

II. METODE PENELITIAN

  Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2015 bertempat di klinik dokter spesialis kulit dan kelamin Jl. Merbabu No.3 Medan, dan Murni Teguh Memorial Hospital Jl. Jawa No.2 Medan.

  Populasiumumdalampenelitianiniadalah seluruh pasien yang menderita liken simpleks kronik.Populasiterjangkaunyaadalah seluruh pasien yang menderita liken simpleks kronik yang berobat ke dokter kulit dan kelamin pada bulan Februari – Maret 2015.Sampeldalampenelitianiniadalahpasien yang menderita liken simpleks kronik yang berobat ke dokter spesialis kulit dan kelamin pada bulan Februari – Maret 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Cara pemilihan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara total sampling .

  Adapunkriteriainklusi yang dipakaiadalahpasien yang didiagnosis menderita liken simpleks kronik oleh dokter spesialis kulit dan kelamin, berusia 20-50 tahundan bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed

  

consent .Sedangkankriteriaeksklusinyaadalah pasien yang sebelumnya pernah

berobat ke spesialis kedokteran jiwa atau psikiatri.

  Cara kerja yang dilakukandalampenelitianiniadalahsebagaiberikut.Pertama pasien didiagnosis menderita LSK oleh dokter spesialis kulit dan kelamin.Kemudian pasien yang bersedia mengikuti penelitian diberikan informed consent kemudianmengisi kuesioner untuk menentukan derajat stres penderita menurut

  

International Stress Management Association (ISMA).Kemudian kuesioner yang

  telah diisi dihitung skornya dan selanjutnya dikategorikan berdasarkan

  ISMA.Hasil yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dicatat untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data.Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian dilakukan pengolahan data secara manual menggunakan komputer dalam bentuk tabel.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1 Distribusi Penderita LSK Berdasarkan Usia Usia (tahun) n %

  15-29

  4

  22.2 30-44

  7

  38.9 45-59

  7

  38.9 Total

  18 100

  Penelitian ini menunjukkan kelompok usia yang paling banyak menderita LSK di klinik dokter spesialis kulit dan kelamin Jl. Merbabu No.3, dan Murni Teguh Memorial Hospital adalah pada kelompok usia 30-44 tahun dan 45-59 tahun masing-masing berjumlah 7 orang (38.9%).

  Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa angka kejadian timbulnya LSK paling banyak pada usia 30-50 tahun.

  3

  18 100

  33.3 Total

  6

  33.3 Pegawai Swasta

  6

  16.7 Pegawai Negeri

  3

  16.7 Pelajar

  Ibu rumah tangga

  6 Tabel 3.2 Distribusi Penderita LSK Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

  3 Tabel 3.3 Distribusi Penderita LSK Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n %

  8 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lotti et al (2008) menyatakan bahwa LSK lebih sering didapati pada wanita dibanding pada pria.

  Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa dari 18 orang penderita LSK proporsi yang paling besar terdapat pada perempuan yaitu berjumlah 10 orang (55.6%) sementara responden laki-laki berjumlah 8 orang (44.4%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramon M Brufau (2010), dari 1184 penderita LSK didapati lebih banyak perempuan dibanding laki-laki dengan perbandingan perempuan 643 orang (54.31%) dan laki-laki 542 orang (45.69%).

  18 100

  55.6 Total

  10

  44.4 Perempuan

  8

  Laki-laki

  Dari tabel 3.3 diatas terlihat bahwa pekerjaan penderita LSK paling banyak adalah pegawai negeri dan pegawai swasta masing-masing sebanyak 6 orang (66.6%) dan paling sedikit adalah ibu rumah tangga dan pelajar masing- masing 3 orang (16.7%).

Tabel 3.4 Distribusi Gambaran Tingkat Stres Penderita LSK

  

Tingkat stres n %

  Ringan

  1

  5.5 Sedang

  12

  66.7 Berat

  5

  27.8 Total

  18 100

  Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa yang paling banyak adalah penderita dengan tingkat stres sedang 12 orang (66.7%), berikutnya tingkat stres berat 5 orang (27.87), dan tingkat stres ringan 1 orang (5.5%).

Tabel 3.4 Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pekerjaan

  Tingkat stres Ringan Sedang Berat Total Jenis kelamin

  Laki-laki

  1

  4

  3

  8 Perempuan

  8

  2

  10 Total

  1

  12

  5

  18 Usia (tahun)

  15-29

  3

  1

  4 30-44

  4

  3

  7 45-59

  1

  5

  1

  7 Total

  1

  12

  5

  18 Pekerjaan

  Ibu rumah

  3

  3 tangga Pelajar

  2

  1

  3 Pegawai negeri

  1

  3

  2

  6 Pegawai swasta

  4

  2

  6 Total

  1

  12

  5

  18 Dari tabel 3.4 diatas terlihat bahwagambaran tingkat stres sedang terbanyak didapati pada jenis kelamin perempuan, usia 45-59 tahun, dan pada pekerjaan sebagai pegawai swasta.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan gambaran tingkat stres penderita LSK yang paling banyak adalah tingkat stres sedang sebanyak 12 orang (66.7%). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Roman M Brufau (2010) mengatakan bahwa stres dianggap dapat memicu atau memperburuk gangguan kulit dan mempersulit pemulihan. Hal ini didukung oleh Daniel J Hogan (2014) yang menyatakan adanya hubungan antara sistem saraf pusat dan perifer dan sel pro-inflamasi yang menimbulkan persepsi gatal pada LSK. Ketegangan emosional pada penderita mungkin memiliki peranan penting dalam menyebabkan sensasi pruritus yang berujung pada garukan dan menimbulkan LSK. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Lotti et al (2008) yang menyatakan bahwa pasien dengan gangguan yang nyata dan dirasakan di daerah yang penting (wajah, kulit kepala, tangan, dan area genital) lebih rentan menimbulkan tekanan psikologis.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4. 1 Kesimpulan

  Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka disimpulkan sebagai berikut:

  1. Penderita LSK yang datang berobat ke klinik dokter spesialis kulit dan kelamin di Jl. Merbabu No.3 Medan dan Murni Teguh Memorial Hospital Jl. Jawa No.2 Medan pada tanggal 6 Februari sampai 6 Maret 2015 mayoritas berusia 30-59 tahun, berjenis kelamin perempuan, pekerjaan PNS dan Pegawai Swasta.

  2. Mayoritas penderita LSK yang datang berobat ke klinik dokter spesialis kulit dan kelamin di Jl. Merbabu No.3 Medan dan Murni Teguh Memorial Hospital Jl. Jawa No.2 Medan pada tanggal 6 Februari sampai 6 Maret 2015 adalah dengan tingkat stres sedang.

4.2 Saran

  Dilakukan penelitian analitik dalam skala yang lebih luas dan dalam jangka waktu yang lebih lama mengenai hubungan antara tingkat stres dengan LSK.

DAFTAR PUSTAKA

  Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 1999. Neurodermatitis Sirkumskripta.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1999.

  Hogan, DJ. Lichen Simplex Chronicus. 2014 [diakses 2014 Okt 4];1-6. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview#showall Lotti T, Buggiani G, Prignano F. Prurigo Nodularis and Lichen Simplex Chronicus. 2008 [diakses 2014 Okt 4];42-46. Diunduh dari:

  http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1529-8019.2008.00168.x/pdf Freedberg, MI, et al. Lichen Simplex Chronicus/Prurigo Nodularis.

  2003Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. New York: Mc Graw Hill. Lowella A.Goldsmith, et al. 2008. Lichen Simplex Chronicus/Prurigo Nodularis. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. New York : Mc Graw Hill. Harahap M. 2013. Liken Simpleks Kronik. Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta: Hipokrates Filakovic P, Petek A, dkk. Comorbidity of Depressive and Dermatologic Disorders – Therapeutic Aspects. 2009 [diakses 2014 Nov 8];1-10. Diunduh dari:

  http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19794365

  Ramon MB, Javier CB, Antonio RA, Carmen BR, Rosa LG. Personality DifferencesBetweenPatientswith LichenSimplexChronicus and Normal Population: A Study of Pruritus. 2010 [diakses 2014 Okt 4];20(3):359-63.

  Diunduh dari:

  http://carmenbrufau.es/images/PersonalitydifferencesLichen2010.pdf