View of Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Guru (case study :Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)
Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi
Terhadap Motivasi Kerja Guru
(case study :Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)
Fajar Azzam Pasha Akhmad STT Mitra Karya Bekasi
Abstract: This study aims to determine whether there is influence between: (1) Participative
Leadership (2) Organizational Culture on Teacher Work Motivation. This research used
survey method to elementary school teacher (SDN) in North Jakarta in October until January
2017. sampling in this research using simple random sampling, where the target population
is teacher of SDN in Ciracas Sub-district, east Jakarta. After going through the various
stages performed, then set a sample of 140 people. Measurements were made using
instruments in the form of questionnaires. The requirements analysis test was performed by
normality test (Liliefors) and linearity test. Furthermore, data analysis technique used is path
analysis with significance level α = 0,05. Testing of research hypothesis shows that: First,
there is influence of Participative Leadership (X1) to Work Motivation Teachers, Testing
Second hypothesis, there is influence Organization Culture (X2) on Teacher Work
Motivation. Testing research hypothesis Third, there is influence of Participative Leadership
(X1) to Culture Organization (X2). Based on the analysis, it can be concluded that Teacher
Motivation can be improved through efforts to increase Participatory Leadership and
increase the Conductivity of Organizational Culture.Keywords: Participatory Leadership, Organizational Culture, Teacher Work Motivation
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara: (1)
Kepemimpinan Partisipatif (2) Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja Guru. Penelitian
ini menggunakan metode survei terhadap guru sekolah Dasar Negeri (SDN) di Jakarta Utara
pada bulan Oktober hingga Januari 2017. pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan simple random sampling, dimana populasi targetnya adalah guru SDN di
Kecamatan Ciracas Jakarta timur. Setelah melalui berbagai tahapan yang dilakukan, maka
ditetapkan sampel sebanyak 140 orang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang berupa kuisioner. Pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan uji
normalitas (Liliefors) dan uji linieritas. Selanjutnya, teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis jalur dengan dengan taraf signifikansi α = 0,05. Pengujian hipotesis
penelitian memperlihatkan bahwa: Pertama, terdapat pengaruh Kepemimpinan Partisipatif
(X ) terhadap Motivasi Kerja Guru, Pengujian hipotesis Kedua, terdapat pengaruh Budaya
1 Organisasi (X 2 ) terhadap Motivasi Kerja Guru. Pengujian hipotesis penelitian Ketiga, terdapat pengaruh Kepemimpinan Partisipatif (X 1 ) terhadap Budaya Organisasi (X 2 ).
Bedasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Motivasi Kerja Guru dapat
ditingkatkan melalui upaya peningkatan Kepemimpinan Partisipatif dan peningkatan
kondusifitas Budaya Organisasi.Kata kunci: Kepemimpinan Partisipatif, Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Guru
PENDAHULUAN. Motivasi kerja mempunyai
peranan penting terhadap prestasi kerja guru, ketika seorang guru merasakan kepuasan dalam bekerja maka seorang guru akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi sekolahnya.
Motivasi kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung. Motivasi rendah merupakan titik awal dari masalah- masalah yang muncul dalam organisasi. Dari sisi guru, motivasi rendah dapat menyebabkan menurunnya kinerja, menurunnya moril kerja, dan menurunnya tampilan kerja baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Pada organisasi sekolah, komponen yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi adalah sumber daya manusia dalam hal ini adalah guru dan seluruh guru di sekolah. Oleh sebab itu peningkatan sumber daya manusia penting dilakukan dengan sasaran Motivasi kerja. Suatu gejala yang dapat membuat rusak organisasi sekolah adalah rendahnya Motivasi kerja guru, di mana timbul gejala seperti kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan, rendahnya prestasi kerja. Sebaliknya Motivasi kerja yang tinggi menandakan bahwa sebuah organisasi sekolah dikelola dengan baik dengan manajamen yang efektif.
Meskipun bersifat individual bukan berarti Motivasi kerja guru dalam sebuah organisasi sekolah tidak dapat diupayakan. Dalam perspektif manajemen pendidikan, Motivasi kerja guru di sekolah dapat selalu ditingkatkan untuk mencapai standar tertentu dengan suatu manajemen yang tepat. Faktor yang berperan dalam peningkatan Motivasi kerja guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang berkesinambungan melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya dan Budaya
Organisasi yang berkembang di dalam sekolah tersebut. Semua personel sekolah perlu pencerahan pemikiran dan pengetahuan. Sekolah bukan hidup dalam situasi yang statis. Era otonomi pendidikan menawarkan peluang baru dan kesempatan untuk kreatif dan mandiri bagi kepala sekolah di dalamnya. Perubahan baru pada era otonomi mendorong munculnya pendekatan baru dalam dunia pendidikan. Pendekatan baru yang dipertimbangkan lebih cocok untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah pendekatan yang berbasis pada sekolah masing-masing. Pendekatan ini dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS adalah strategi untuk meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan penting dari pusat dan daerah ke tingkat sekolah. Dengan demikian, MBS pada dasarnya merupakan sistem manajemen di mana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan penting tentang penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS memberikan kesempatan pengendalian lebih besar kepada kepala sekolah, guru, dan seluruh komponen sekolah dalam proses pendidikan di sekolah. MBSmerupakan bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan, yang ditandai dengan adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi tapi masih dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Sekolah yang menerapkan prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih bertanggungjawab (high
responsibility ), kreatif dalam bertindak dan
mempunyai wewenang lebih (more
authority ) serta dapat dituntut
pertanggungjawabannya oleh yang berkepentingan (public accountability by
stake holders ). MBS yang diterapkan
antara lain memiliki ciri-ciri, mampu mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan lembaganya, menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya sekolah (anggaran, personil dan fasilitas), mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi lingkungan sekolah, mampu meningkatkan profesionalisme personil sekolah, meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang, serta adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah (misal: Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, tokoh masyarakat,dll).
Melalui model kepemimpinan pendidikan yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja guru di sekolah sehingga berdampak pada peningkatan mutu organisasi. Motivasi kerja yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara harapan guru dengan kondisi yang telah diberikan oleh organisasi. Motivasi kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha kerjasama guru dan guru di sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan, sebaliknya guru yang memiliki Motivasi kerja rendah akan sangat sulit mencapai hasil yang baik.
KAJIAN PUSTAKA Motivasi Kerja
Pada dasarnya kata “motivasi” berasal dari bahasa latin yakni “moverus” yang dapat diartikan sebagai berikut : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia (kartono. 2004 : 147). Pendapat di atas menindikasikan bahwa seorang pegawai akan termotivasi untuk melakukan proses belajar mengajar apabila pegawai tersebut memperoleh dorongan berupa insentif atau perangsang lainnya.
Gibson, Ivancevich dan Donnely (2009 : 100) mengatakan motivasi adalah suatu konsep yang dapat digunakan ketika menggerakkan individu untuk memulai dan berperilaku secara langsung sesuai yang dikehendaki oleh pimpinan. Motivasi merupakan seperangkat proses dorongan, arahan, dan pemeliharaan perilaku ke arah suatu sasaran. Luthans (2005 : 141) menegaskan bahwa proses motivasi dimulai dengan kebutuhan fisik atau psikologis yang mengaktifkan perilaku atau dorongan yang ditujukan kepada sasaran. Kebutuhan fisik atau psikologis merupakan dasar dari motivasi. Kunci untuk memahami proses motivasi adalah terletak pada arti dari hubungan antara kebutuhan, dorongan dan sasaran yang diinginkan.
Motivasi kerja merupakan ragam teori kognitif yang sering digunakan untuk menjelaskan perilaku berprestasi. Ini ada kaitannya dengan pertanyaan mengapa orang yang memiliki bakat yang sama sering memiliki prestasi yang berbeda. Beberapa ahli psikologi berargumen bahwa kejadian ini karena beberapa individu memiliki hasrat berprestasi yang lebih tinggi dari pada yang lain.
Adapun berbagai ciri dari seseorang yang memiliki motivasi kerja, adalah sebagai berikut : (1) kinerjanya tergantung pada usaha dan kemampuannya sendiri dibandingkan dengan kerja melalui kerja kelompok; (2) mampu menyelesaikan tugas-tugas yang sulit; dan (3) seringkali terdapat umpan balik yang konkrit tentang bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugas secara optimal, efektif dan efisien.(Wexley dan Yulk. 2003 : 77)
Proses pemberian motivasi tidaklah terdapat kesamaan di antara pakar meskipun berbagai langkah yang dikemukakan tampaknya mempunyai kesamaan. Pemberian motivasi dapat dipandang seperti suatu mata rantai, yang terdiri dari : kebutuhan, menimbulkan, keinginan, menyebabkan, tensi, yang menimbulkan, tindakan, yang menghasilkan, kepuasaan; (Koontz dan Weihrich. 2008 : 411) pola awal yang menggambarkan suatu siklus, yang terdiri dari: kebutuhan yang tidak dipenuhi, mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan, perilaku yang berorientasi pada tujuan, kinerja (evaluasi dari tujuan yang tercapai), imbalan atau hukuman, kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai kembali oleh pegawai. (Gibson. Dkk. 2009 : 100) Upaya yang diarahkan, yang terdiri dari : keputusan tak terputuskan, tegangan, dorongan, perilaku pencarian, kebutuhan dipuaskan, dan pengurangan tegangan. (Robbins. 2005 : 148).
Dari bermacam-macam tahapan yang disajikan di atas, terlihat secara implisit hanya dua tahapan saja yang mereka sepakati sebagai salah satu tahapan dalam pemberian motivasi yaitu ; pertama kebutuhan, yang berarti bahwa mereka sepakat bahwa faktor yang mengawali perlu tidaknya pemberian motivasi adalah kebutuhan. Seorang pegawai akan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya jika dia merasa ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, sehingga mereka akan bekerja dengan sepenuh hati sehingga pada waktunya kebutuhan tersebut dipuaskan.
Yang kedua adalah mereka sepakat bahwa oleh karena dipengaruhi oleh kebutuhan tersebut pegawai mengarahkan perilakunya kearah pencapaian tujuan, artinya seorang pegawai yang merasa kebutuhannya tidak terpuaskan akan berusaha memuaskannya dengan cara mengarahkan perilakunya sehingga tujuan (kepuasan) dapat diraih. Sedangkan tahapan lainnya terdapat variasi meskipun makna yang terkandung di dalamnya sebenarnya sama saja.
Berdasarkan uraian teori
Kepemimpinan Partisipatif
Robbins (2006 : 432) mengatakan kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pancapaian sasaran. Seseorang dapat menjalankan peran kepemimpinan semata-mata karena kedudukannya dalam organisasi. Dalam kepemimpinan di lingkungan sebuah organisasi, diperlukan cara tertentu dalam mengimplementasikan kemampuan memengaruhi orang lain sebagai anggota organisasi agar pikiran, perasaan, sikap, dan perilakunya terarah pada pencapaian tujuan organisasi.
Hughes, Ginnett dan Curphy
(2006 : 8) dalam buku Leadership mengatakan bahwa ”Leadership as, the
- – teori yang telah diungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan dimaksud dengan Motivasi kerja adalah dorongan semangat kerja yang timbul dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal). Motivasi kerja seorang merupakan faktor yang sangat penting, karena tanpa motivasi kerja yang tinggi, seseorang tidak akan berhasil menyelesaikan tugas
- – tugas yang dibebankan kepadanya. Guru yang bekerja dengan motivasi yang tinggi merupakan harapan bagi setiap sekolah dengan dimensi sebagai berikut : (1) prestasi kerja, (2) pengaruh, (3) pengendalian, (4) ketergantungan, (5) pengembangan dan (6) kerjasama.
process of influencing and organized group toward accomplishing its goals”.
(Kepemimpinan adalah suatu proses memengaruhi dan mengarahkan organisasi untuk mencapai tujuannya). Salah satu aspek penting dari pengertian kepemimpinan terutama yang bermanfaat adalah kepemimpinan merupakan proses sosial yang saling memengaruhi antar anggota atau kelompok.
Kepemimpinan tidak hanya terbatas pada posisi atau peran pemimpin melainkan pengikut juga merupakan bagian dari proses kepemimpinan. Menurut Newstorm dan Davis (2002 : 169) kepemimpinan adalah proses mendorong dan membantu orang lain untuk bekerja dengan antusias untuk mencapai tujuan.
Beberapa definisi kepemimpinan tersebut memberi gambaran yang jelas tentang betapa pentingnya anggota kelompok atau organisasi dalam mewujudkan tujuan organisasi. Arti kepemimpinan berkaitan dengan anggota organisasi tersebut antara lain dalam bentuk memberi perintah, membimbing, memengaruhi kelompok kerja atau orang lain, memberikan arah, bekerja sama, memberikan tugas atau wewenang tertentu, sampai kepada melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan.
Salah satu model kepemimpinan yang sangat erat kaitannya dengan keterlibatan anggota organisasi adalah kepemimpinan partisipatif. Menurut Gary Yukl (2006 : 10) “Participative leadership
involves the use of various decision procedures that allow other people some influence over the leader’s decisions“.
(Kepemimpinan pertisipatif menyangkut penggunaan berbagai macam prosedur keputusan yang memberi orang lain pengaruh tertentu terhadap keputusan pemimpin tersebut). Membuat keputusan adalah salah satu fungsi yang paling penting yang dilakukan oleh para pemimpin . Pada beberapa aktivitas, pimpinan melibatkan anggota dalam pembuatan dan pelaksanaaan keputusan, ikut merencanakan pekerjaan, pemecahan masalah, dan lain-lain.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kepemimpinan partisipatif melibatkan usaha-usaha pimpinan untuk mendorong dan memudahkan partisipasi orang lain dalam pengambilan keputusan yang penting. Kepemimpianan partisipatif menyangkut penggunaan berbagai macam prosedur pengambilan keputusan yang memberi orang lain pengaruh tertentu terhadap keputusan pemimpin tersebut. Istilah lainnya yang biasa digunakan untuk menyebut aspek kepemimpinan partisipatif mencakup konsultasi, pengambilan keputusan bersama, pembagian kekuasaan, desentralisasi dan manajemen yang demokratis.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu hal yang menunjukkan hubungan antara keyakinan anggota organisasi terhadap organisasinya. Hal ini antara lain dinyatakan oleh James L. Gibson dan kawan-kawan (2009 : 30), sebagai:“Organizational culture is what
the employees perceive and how this perception creates a pattern of beliefs, values, and expectation,” (budaya
organisasi adalah apa yang dipersepsikan oleh para karyawan dan bagaimana persepsi tersebut dapat menciptakan keyakinan, nilai-nilai dan harapan) .
Dengan demikian dapat diartikan bahwa budaya organisasi memberikan pertimbangan moral dan kesadaran etik tentang suatu pilihan mana yang baik dan mana yang tidak baik, serta adanya pertimbangan logika untuk dapat membedakan terhadap sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah. Sehingga dapat dipilih, apa yang harus dilakukan oleh anggota organisasi dalam berperilaku antar anggota di dalam ataupun di luar organisasi. Pengertian ini mengandung pemahaman bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya organisasi merupakan sesuatu yang oleh anggota organisasi dianggap memenuhi kebutuhannya pada suatu waktu tertentu dan oleh karenanya anggota organisasi tersebut mempunyai kepentingan terhadap nilai-nilai tersebut.
Aspek manusia dalam organisasi memegang peranan penting yang membuat, mengkreasi, menggerakkan, mengontrol, dan mengevaluasi struktur dan kinerja lembaga. Dalam proses tersebut, manusia melakukan interaksi antarindividu sesuai dengan peran dan fungsinya. Hal ini dilakukan terus dalam kurun waktu yang cukup panjang yang pada akhirnya akan membentuk suatu pola budaya tertentu yang unik antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Seperti yang diungkapkan Robbins (2006 : 681) adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu atau suatu sistem dari makna bersama (a
common perception held by the organizations members; a system of shared meaning ).
Menurut Robbins (2006 : 681) Budaya organisasi menunjuk pada suatu sistem berbagi makna di antara para anggota organisasi yang membedakan satu organisasi dengan organisasi yang lainnya.
Sistem berbagi rasa ini merupakan seperangkat karakteristik kunci berupa nilai-nilai organisasi.
Budaya organisasi merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi- asumsi, pemahaman, dan harapan yang diyakini oleh anggota organisasi atau kelompok serta dijadikan pedoman bagi perilaku dan pemecahan masalah yang mereka hadapi.
METODOLOGI PENELITIAN
1
X 1 X 2 X 3
Skor Motivasi Kerja guru berada pada rentang teoretik 34 hingga 170 dan rentang skor empiriknya dari 73 hingga 113. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara statistik,
3 )
Motivasi Kerja guru (X
eksogenus yang diasumsikan terjadi karena penyebab-penyebab dari luar model. Adapun Deskripsi masing-masing disajikan sebagai berikut :
2 ) sebagai variabel
) dan Budaya Organisasi Guru (X
Bentuk penelitian kuantitatif pada penelitian ini adalah penelitian kausal dengan menggunakan metode survei antara variabel respon yaitu Motivasi Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dengan variabel prediktor, yaitu Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi guru SDN.
Subjek penelitian adalah guru Sekolah Dasar Negeri yang berada di lokasi Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
3 ) sebagai
Deskripsi data yang disajikan dalam bagian ini meliputi data variabel Motivasi Kerja guru (X
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1) menyusun dimensi dan indikator variabel penelitian; (2) menyusun kisi-kisi instrumen; (3) melakukan ujicoba instrumen; (4) melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.
Dipilihnya metode survei sebagai salah satu cara untuk mengetahui tanggapan responden terhadap variabel yang akan diteliti dan akan dianalisis pengaruh-pengaruh antara variabel respon . Adapun konstelasi masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responsen dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner (angket). Data diperoleh dari subjek penelitian yaitu, para guru SDN di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Januari 2017.
endogenus; Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X diperoleh bahwa variabel Motivasi Kerja lapangan kemudian diolah secara statistik, guru mempunyai nilai rata-rata sebesar diperoleh bahwa variabel Budaya 92,07 dengan simpangan baku 8,90, Organisasi Guru mempunyai nilai rata-rata median 92 dan modus 88, skor minimum sebesar 87,50 dengan simpangan baku 73, dan skor maksimum 113, sehingga 9,44, median 87,50 dan modus 80, skor rentang skor adalah sebesar 40 dan minimum 65, dan skor maksimum 106, diperoleh hasilnya seperti pada tabel. sehingga rentang skor adalah sebesar 41, Selanjutnya dari distribusi tersebut dan diperoleh hasil seperti pada tabel. dilakukan pengelompokan data ke dalam 8
Ringkasan Deskripsi Data masing-
kelas interval. masing Variabel
Kepemimpinan Partisipatif Kepala
X 1 X 2 X 3 Banyak Data 140 140 140
Sekolah (X 1 ) (n) Rata-rata 92,0
85,36 87,89
Skor Kepemimpinan Partisipatif
7 Median 84 87,50
92 Kepala Sekolah berada pada rentang Modus
78
80
88 Simpangan
teoretik 32 hingga 160 dan rentang skor
11,39 9,44 8,90 Baku Varians 79,2
empiriknya dari 60 hingga 106.
129,79 89,07
6 Rentang
Berdasarkan data yang diperoleh di
46
41
40 Nilai
60
65
73
lapangan kemudian diolah secara statistik,
Minimum Nilai 106 106 113
diperoleh bahwa variabel Kepemimpinan
Maksimum Jumlah data 12.8 11.951 12.305
Partisipatif Kepala Sekolah mempunyai
90 (ΣX)
nilai rata-rata sebesar 85,36 dengan
Pengujian Persyaratan Analisis
simpangan baku 11,39, median 84 dan Analisis data penelitian dilakukan modus 78, skor minimum 60, dan skor dengan menggunakan analisis jalur (path maksimum 117, sehingga rentang skor
analysis ) dengan terlebih dahulu dilakukan
adalah sebesar 50 dan diperoleh hasilnya uji persyaratan analisis data. Adapun seperti pada tabel. pengujian persyaratan analisis data yang
Selanjutnya dari distribusi dilakukan untuk analisis jalur adalah : tersebut dilakukan pengelompokan data ke
- dalam 8 kelas interval.
Uji Normalitas
- Budaya Organisasi Guru (X
Uji Homogenitas
2 )
- Skor Budaya Organisasi berada
Uji Linieritas
- pada rentang teoretik 28 hingga 140 dan korelasi rentang skor empiriknya dari 65 hingga
Uji Signifikansi regresi dan koefisien
Uji Normalitas
106. Berdasarkan data yang diperoleh di
- 0,568
- 0,682
χ
= 46,143
X 2 X 3 atas
X 2 14 0,4 7 7,8
1 Hom ogen
Uji Homogenitas varians kelompok X
2
atas X
1 Hasil perhitungan uji homogenitas varians
kelompok X
2
atas X
1
diperoleh nilai χ hitung sebesar 4,90 yang lebih kecil dari
tabel
1 Hom ogen
yang sebesar 7,81. Dengan demikian menerima H , artinya kelompok X
2
atas X
1
adalah homogen. (berlaku juga untuk perhitungan 2 dan 3).
Uji Linieritas dan Uji Signifikansi Regresi Uji linieritas dan uji signifikansi regresi Budaya Organisasi Guru (X
2 ) atas Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah (X 1 ).
Dari hasil perhitungan kelinieran regresi korelasi sederhana antara Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X
1 ) dengan Budaya Organisasi
Guru (X
2
) didapat F
hitung sebesar 1,46.
3 3 X ˆ
X 1 14 6,0 6 7,8
- 0,538
6 Nor mal
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelompok data dalam taksiran galat berdistribusi normal atau tidak. Bila diperoleh L hitung kurang dari L tabel maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal. Uji normalitas ini menggunakan taraf signifikansi uji normalitas pada α 0,05.
Rangkuman Hasil Uji Normalitas No Taksiran Galat Kelom pok n L hitung
L- tabel Ket
1 2 X ˆ
= 39,413 + 0,568 X 1 X 2 atas
X 1 140 0,049 0,07
6 Nor mal
2 3 X ˆ
= 32,086 + 0,682 X 1 X 3 atas
X 1 140 0,049 0,07
6 Nor mal
3 3 X ˆ
= 46,143+ 0,538 X 2 X 3 atas
X 2 140 0,056 0,07
Untuk menguji normalitas digunakan uji Lilliefors, Hipotesis yang diajukan adalah : H : Data berasal dari sampel yang berdistribusi normal H
X 1 X 3 atas
1 : Data berasal dari sampel yang tidak
berdistribusi normal Kriteria Uji : Tolak H jika L hitung > L tabel .
Uji Homogenitas
Hipotesis dan dasar pengambilan keputusan dari uji homogenitas ini adalah sebagai berikut : H : populasi adalah identik (homogen) H
1
: populasi adalah tidak identik (non homogen) Adapun rangkuman dari hasil perhitungan uji homogenitas adalah sebagai berikut:
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas No Taksir an Galat Kelom pok n χ hit ung χ- tabe l Ket
1 2 X ˆ =
39,413
X 1 X 2 atas
X 1 14 4,9 7,8
1 Hom ogen
2 3 X ˆ
= 32,086
Dengan taraf nyata 0,05, dk pembilang 38 dan dk penyebut 100 diperoleh F tabel
3 ) didapat F hitung sebesar 0,85. Dengan
1
tabel
, sehingga disimpulkan bahwa garis persamaan variabel X
1 dan X 2 adalah berbentuk linier.
Hasil perhitungan keberartian regresi seperti terdapat dalam tabel ANAVA pada Tabel 12, diperoleh F hitung sebesar 121,06. dengan taraf nyata 0,01, dk pembilang 1 dan dk penyebut 138 diperoleh F tabel sebesar 6,81. Dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel , sehingga H pada taraf nyata 0,01 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa regresi tersebut sangat signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel.
Analisis Varians Uji Linieritas dan Uji Signifikansi Regresi X
Hasil perhitungan keberartian regresi seperti terdapat dalam tabel ANAVA pada Tabel 13, diperoleh F hitung sebesar 124,35. dengan taraf nyata 0,01, dk pembilang 1 dan dk penyebut 138 diperoleh F tabel sebesar 6,81. Dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel , sehingga H pada taraf nyata 0,01 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa regresi tersebut sangat signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel.
1 dan X 3 adalah berbentuk linier.
Dapat dilihat bahwa F hitung < F tabel , sehingga disimpulkan bahwa garis persamaan variabel X
tabel sebesar 1,52.
taraf nyata 0,05, dk pembilang 38 dan dk penyebut 100 diperoleh F
sebesar 1,52. Dapat dilihat bahwa F hitung < F
) dengan Motivasi Kerja guru (X
1 Sum
3 ) atas Dari hasil perhitungan kelinieran Adapun matriks korelasi yang didapat dari perhitungan statistik adalah regresi korelasi sederhana antara Budaya sebagai berikut : Organisasi Guru (X
F tabel 0,05 0,01 Total 140 1.197.818 Regresi a
2 ).
Organisasi Guru (X
3 ) atas Budaya
: Non signifikan Uji linieritas dan uji signifikansi regresi Motivasi Kerja guru (X
ns
1,52 Galat 100 4.379,41 43,79
Sisa 138 5.795,27 41,99 Tuna Cocok 38 1.415,86 37,26 0,85 ns
(b/a) 1 5.222,02 5.222,0 2 124,35
1 1.186.8 00,71 Regresi
1 1.186.800,7
1 Sumber Varians dk JK RJK F hitung
Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X 1 ).
Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi X 3 atas X
2 atas X
ber Vari ans dk JK RJK F hitung F tabel 0,05 0,01
Total 140 1.093.90
3 Regr esi a 1 1.081.34 5,83
1.081.34 5,83 Regr esi (b/a) 1 5.867,91 5.867,91 121,06** 3,91 6,81 Sisa 138 6.689,26 48,47 Tuna Coco k
38 2.386,4 62,8 1,46 ns 1,52 Galat 100 4.302,86 43,03
- : Sangat Signifikan * : Siginifikan
- 3,91 6,81
- : Sangat Signifikan * : Siginifikan
ns
: Non signifikan Uji linieritas dan uji signifikansi regresi Motivasi Kerja guru (X
Dari hasil perhitungan kelinieran regresi korelasi sederhana antara Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X
2 ) dengan Motivasi Matriks Korelasi Antar Variabel
X 1 X 2 X 3 Kerja guru (X 3 ) didapat F hitung sebesar
X 1 1 0,686 0,688
X 2 0,686 1 0,723
1,66. Dengan taraf nyata 0,05, dk
X 3 0,688 0,723
1
pembilang 35 dan dk penyebut 103 diperoleh F tabel sebesar 1,71. Dapat dilihat Tabel berikut ini adalah hasil bahwa F hitung < F tabel , sehingga disimpulkan pengujian koefisien korelasi variabel bahwa garis persamaan variabel X dan X
2 3 dependen atas variabel independen seperti adalah berbentuk linier.
berikut : Hasil perhitungan keberartian
Ringkasan hasil pengujian signifikansi
regresi seperti terdapat dalam tabel
koefisien korelasi No Taksiran Kelompo N t hitung t tabel Ket ANAVA, diperoleh F hitung sebesar 154,86. Galat k
1 X atas 140 8,10 Signi 2 ˆ =
dengan taraf nyata 0,01, dk pembilang 1
X 2 X 1 7 1,97 fikan 39,413 +
8
dan dk penyebut 138 diperoleh F tabel 0,568 X 1
2 X atas 140 11,1 Signi 3 ˆ
=
X 3 X 36 1,97 fikan
sebesar 6,81. Dapat dilihat bahwa F hitung > 1
8 32,086 + 0,682 X 1 F tabel , sehingga H pada taraf nyata 0,01
3 X atas 140 10,9 3 Sig ˆ
=
X 3 X 2 1,97
55
ditolak. Maka disimpulkan bahwa regresi
nifi 46,143+
8 kan
0,538 X 2
tersebut sangat signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel.
Berdasarkan tabel di atas dapat
Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi
diketahui bahwa semua nilai t hitung >
Regresi X 3 atas X
2
t . Artinya, seluruh pengujian
tabel Sumbe F tabel r 0,05 0,0
signifikansi koefisien korelasi dapat
dk JK RJK F hitung Varian 1 s
dikatakan signifikan.
Total
14
1.19
7.81 Seluruh uji pra syarat telah
8 Regresi
1 1.18 1.186.800,7
dilakukan dan didapatkan hasil yang
a
6.80
1 0,71 Regresi
1 5.82 5.825,74 154,86 3,91 6,8 menunjukan bahwa analisis dapat
- (b/a) 5,74
1 Sisa
13 5.19 37,62
dilanjutkan kepada analisa jalur sebagai
8 1,55 ns Tuna 35 1.87 53,53 1,66 1,71
teknik analisa data yang telah
Cocok 3,7 Galat 10 3.31 32,21 direncanakan.
3 7,85
- : Sangat Signifikan Model Analisa Jalur * : Siginifikan
Untuk memperoleh koefisien jalur
ns
: Non signifikan dan nilai-nilai koefisien korelasi bagi
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi diagram jalur di atas, perlu dilakukan tiga KESIMPULAN DAN SARAN langkah sebagai berikut :
Kesimpulan
1) a. pengaruh langsung
Membuat persamaan rekursif dari Terdapat masing-masing jalur hubungan. Kepemimpinan Partisipatif Kepala 2) nilai-nilai koefisien Sekolah terhadap Motivasi Kerja guru
Menghitung korelasi antar variabel dan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan memasukkan ke dalam persamaan- Ciracas Jakarta Timur. Artinya, persamaan rekursif pada butir semakin baik Kepemimpinan pertama. Partisipatif Kepala Sekolah atas
3) pelaksanaan tugas pokok dan
Menghitung nilai koefisien jalur antar variabel dan memasukkannya ke fungsinya, maka hal tersebut dapat dalam persamaan-persamaan rekursif mempengaruhi Motivasi Kerja guru pada butir pertama. secara langsung. Hal ini didasarkan
Setelah melakukan langkah- kepada nilai koefisien jalur pengaruh langkah seperti di atas, maka diperoleh antara variabel Kepemimpinan nilai-nilai koefisien jalur sebagai berikut : Partisipatif Kepala Sekolah terhadap Nilai-nilai koefisien jalur : motivasi kerja guru yang bernilai 0,08 P
21 = 0,686
yang berarti signifikan (karena > P = 0,244 0,05).
31 P 32 = 0,475 b.
Terdapat pengaruh langsung Budaya organisasi terhadap Motivasi Kerja guru Sekolah Dasar Negeri di
X 1 0, 244.
(0, 688) Kecamatan Ciracas Jakarta Utara. 0,686
Artinya, semakin kondusif Budaya (0,723)
X 3
0,475 organisasi dalam mendukung guru untuk menjalankan aturan dan
X 2
perintah yang ada, maka hal tersebut
Diagram Jalur
dapat mempengaruhi Motivasi Kerja Keterangan : guru secara langsung dan positif. Hal
X
1 : Kepemimpinan Partisipatif Kepala ini didasarkan kepada nilai koefisien
Sekolah jalur pengaruh antara variabel Budaya
X : Budaya Organisasi Guru organisasi Guru terhadap Motivasi
2 X 3 : Motivasi Kerja guru kerja guru yang bernilai 0,816 yang berarti signifikan (karena > 0,05).
c. pengaruh langsung dapat memberikan contoh dan dapat Terdapat
Kepemimpinan Partisipatif Kepala mengarahkan guru agar dapat Sekolah terhadap Budaya organisasi meningkatkan Motivasi Kerja.. Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan c.
Guru hendaknya dapat menjadi Ciracas Jakarta Utara. Artinya, pendidik yang komunikatif bagi semakin kondusif Budaya organisasi siswanya. Peran tersebut akan dalam melaksanakan tugas pokok dan membawa kemampuan guru dalam fungsinya, maka hal tersebut dapat mempengaruhi, membimbing, mempengaruhi Motivasi Kerja Guru mengarahkan, dan menggerakkan para secara langsung. Hal ini didasarkan siswanya, memperhatikan dan kepada nilai koefisien jalur pengaruh membantu guru dalam mengatasi antara variabel Kepemimpinan segala permasalahan dalam tugas Partisipatif Kepala Sekolah terhadap mengajarnya agar terbentuk budaya Budaya organisasi yang bernilai 0,759 organisasi yang kondusi yang berarti signifikan (karena >
DAFTAR PUSTAKA 0,05).
Alwi, S. 2001. MSDM Strategi Keunggulan Kompetitif .
Yogyakarta: BPFE.
Saran
Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine dan a. Hasil penelitian ini menunjukkan Michael J. Wesson, 2009. pentingnya Motivasi Kerja guru, maka Organizational Behavior:
Improving Performance and
disarankan bagi kepala sekolah untuk
Commitment in the Workplace, lebih meningkatkan serta New York: McGraw-Hill,.
Flippo, Edwin B. 2003. Manajemen menumbuhkan Motivasi Kerja
Personalia. Dialihbahasakan oleh Gurunya dengan lebih Moh.Masud. Rajawali Press.
Jakarta.
- – mengembangkan kemampuan
Greenberg, Jerald dan Robert A. Baron, kemampuan keilmuan dan pola 2007. Behavior in Organizations,
- – pola New Jersey: Prentice-Hall.
pemberian Kepemimpinan Partisipatif Gibson, James L., John M. Ivancerich dan
Jarnes H. Donneily, 2006. Kepala Sekolah yang didasarkan pada
Organisasi. Terjemahan:
kebijaksanaan serta peraturan yang Djarkasih. Jakarta: Erlangga. ada. Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen
Personalia dan Sumber Daya b.
Kepemimpinan Partisipatif yang Yogyakarta : BPFE Manusia. demokratis hendaknya lebih Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen diperhatikan lagi oleh para kepala
Sumber daya Manusia . Jakarta: sekolah. Kepala sekolah hendaknya PT. Haji Mas Agung. Ivancevich, John M. and Michael T.
Matteson, Organizational
Behavior and Management (Texas:
Business Publications, Inc, 2008) Kuntjoro, Zainuddin S. 2002. Komitmen
Organisasi . e-psikologi,
Luthans, Fred. 2005. Organizational
Behavior/ Singapore: McGraw- Hill Book Co.