4. Puskes haji Lakip puskes haji

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah SWT, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pusat Kesehatan Haji Tahun 2017 dapat diselesaikan dengan baik. Apresiasi dan ucapan terima kasih saya haturkan kepada Tim Penyusun dan para Kontributor yang telah menyusun laporan ini secara sistematis, sehingga dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh berbagai

pihak. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas implementasi Tugas Pokok dan Fungsi Pusat Kesehatan Haji. Saya bersyukur, atas kerjasama semua pihak sehingga indikator kinerja Pusat Kesehatan Haji yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dapat dicapai sesuai dengan waktu dan target pencapaian.

Sebagai Kepala Pusat Kesehatan Haji, saya berharap laporan kinerja ini dapat memberikan data dan informasi yang bermanfaat dalam peningkatan kualitas kinerja kami di masa mendatang dan memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian kinerja Kementerian Kesehatan secara komprehensif. Kritik dan saran membangun dengan senang hati akan kami terima dalam rangka perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Jakarta, 23 Januari 2018 Kepala Pusat Kesehatan Haji,

ttd Dr.dr. Eka Jusup Singka, M.Sc

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ……………………………………………....

B. Organisasi, Peran dan Fungsi Pusat Kesehatan Haji dalam Pembangunan Kesehatan …………………………..

4 BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana St rategis Kementerian Kesehatan ………………

11

B. Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Kes ehatan Haji …………

12

C. Tujuan ………………………………………………………....

13

D. Strategi Penyelenggaraan Kesehatan Haji ………………..

13

E. Penetapan Kinerja Pusat Kesehatan Haji ………………….

13

1. Pelayanan Kesehatan Haji ……………………………….

13

a. Pembimbingan Kesehatan Jema ah Haji …………….

15

b. Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji ………..

17

c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji ………………….

17

d. Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji…….

19 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 2017

2. Penyediaan PK HI Selama Operasional Haji …………...

24

A. Akuntabilitas Kinerja Pusat Kesehatan Haji ……………….

25

B. Capaian Kinerja Pus at Kesehatan Haji Tahun 2017 ……...

25

1. Pelayanan Kesehatan Haji ……………………………….

25

a. Pembimbing an Kesehatan Jemaah Haji …………….

32

b. Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji ………..

36

c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji ………………….

37

d. Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji ... ….

38

2. Penyediaan PKHI Selama Operasional Haji …………..

45

C. Analisis Capaian Kinerja ……………………………………..

49

1. Pelayanan Kesehatan Haji ……………………………….

49

a. Pembimbing an Kesehatan Jemaah Haji …………….

50

b. Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji ………..

53

c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji ………………….

54

d. Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji……..

55

2. Penyediaan PKHI Selama Operasional Haji …………...

58 BAB IV PENUTUP ………………………………………………………...

D. Realisasi Anggaran ……………………………………..……

59

59

A. Simpulan ……………………………………………………….

60

B. Saran …………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dimana dalam rangka pertanggungjawaban APBN/APBD, setiap entitas pelaporan wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan (LK) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj).

Kementerian Kesehatan selaku pengguna anggaran menyusun LK sebagai pertanggungjawaban APBN kepada Presiden melalui Menteri Keuangan dan LKj kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang disampaikan paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan harus berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab. Pelaksanaan lebih lanjut didasarkan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Repulik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) Pusat Kesehatan Haji Tahun 2017, merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggung-jawaban kinerja kepada Menteri Kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung sekaligus menyampaikan proses pencapaian hasil, permasalahan utama, upaya pemecahan masalah dan strategi keberhasilan selama kurun waktu 2017 yang dapat dijadikan lesson learn pada perencanaan strategis tahun kedepan.

Selain itu laporan ini merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan/sasaran strategis yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

B. Organisasi, Peran dan Fungsi Pusat Kesehatan Haji dalam Pembangunan Kesehatan

Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Kesehatan Haji adalah unsur pendukung Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Kesehatan Haji adalah unsur pendukung

Pusat Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan haji sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam penyelenggaraan operasional perkantoran, personil Pusat Kesehatan Haji berjumlah 52 orang aparatur sipil negara dan didukung oleh 4 orang tenaga honorer.

Tingkat pendidikan pegawai dengan jenjang S3 sejumlah 2 orang, S2 sejumlah 27 orang, S1 sejumlah 17 Orang, dan Diploma sejumlah 6. Berikut (gambar 1) grafik berdasar tingkat pendidikan:

Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar 1. Pegawai Pusat Kesehatan Haji berdasarkan tingkat pendidikan

Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Kesehatan Haji menyelenggarakan fungsi: • Penyusunan kebijakan teknis di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji;

• Pelaksanaan di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji; • Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji; dan

• Pelaksanaan administrasi Pusat. Susunan organisasi Pusat Kesehatan Haji terdiri atas:

a. Bagian Tata Usaha;

b. Bidang Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji;

c. Bidang Pendayagunaan Sumber Daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji; dan

d. Kelompok Jabatan Fungsional. Organisasi Pusat Kesehatan Haji disajikan pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Haji

1. Bagian Tata Usaha Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi Pusat dan

menyelenggarakan fungsi: • Penyusunan rencana, program, dan anggaran; • Pengelolaan informasi kesehatan haji; • Pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara; • Penataan organisasi dan tata laksana; • Pengelolaan urusan kepegawaian, kearsipan, tata persuratan, rumah

tangga, dan perlengkapan; dan • Pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Bagian Tata Usaha terdiri atas:

a. Subbagian Program dan Informasi Kesehatan Haji; mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program, dan anggaran dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan informasi kesehatan haji.

b. Subbagian Keuangan dan Barang Milik Negara; mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara. dan

c. Subbagian Kepegawaian dan Umum; mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, kearsipan, tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan.

2. Bidang Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji Bidang Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko kesehatan haji.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pembimbingan dan Pengendalaian Faktor Risiko Kesehatan Haji menyelenggarakan fungsi: • Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang penyuluhan dan

pembimbingan, dan pengendalian faktor risiko kesehatan haji; dan • Penyiapan pelaksanaan di bidang penyuluhan dan pembimbingan, dan pengendalian faktor risiko kesehatan haji.

Bidang Pembimbingan dan Pengendalaian Faktor Risiko Kesehatan Haji terdiri atas:

a. Subbidang Penyuluhan dan Pembimbingan Kesehatan; mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang Penyuluhan dan Pembimbingan Kesehatan Haji. dan

b. Subbidang Pengendalian Faktor Risiko; mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang pengendalian faktor risiko kesehatan haji dan pemantauan faktor risiko kesehatan umrah.

3. Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang pendayagunaan sumber daya dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji.

Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji menyelenggarakan fungsi: • Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pendayagunaan sumber daya dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji; dan • Penyiapan pelaksanaan di bidang pendayagunaan sumber daya dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji. Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji terdiri atas :

a. Subbidang Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji; mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang pendayagunaan sumber daya kesehatan haji. dan

b. Subbidang Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji. mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang fasilitasi pelayanan kesehatan haji.

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 ditetapkan visi dan misi, yang sama dengan visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- royong” sebagaimana tergambar pada gambar 3 berikut:

Gambar 3. Visi dan Misi Presiden RI sebagai Landasan Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan 2015 –2019

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dengan telah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dengan telah

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan; (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu: (1) paradigma sehat, yaitu pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat;

(2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan;

(3) jaminan kesehatan nasional jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan terdapat 12 program Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dan meningkatkan responsiveness dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial bidang kesehatan seperti gambar 4 berikut:

Gambar 4. Program Kesehatan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Keduabelas program tersebut dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan bersama dengan Pemerintah Daerah, masyarakat dan Lintas Program terkait. Sasaran kegiatan peningkatan kesehatan Jemaah haji

B. Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Kesehatan Haji

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) adalah ukuran keberhasilan unit kerja Pusat Kesehatan Haji dalam mencapai tujuan dan merupakan ikhtiar hasil berbagai Program dan Kegiatan sebagai penjabaran tugas dan fungsi Pusat Kesehatan Haji. Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Kesehatan Haji merupakan indikator Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) adalah ukuran keberhasilan unit kerja Pusat Kesehatan Haji dalam mencapai tujuan dan merupakan ikhtiar hasil berbagai Program dan Kegiatan sebagai penjabaran tugas dan fungsi Pusat Kesehatan Haji. Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Kesehatan Haji merupakan indikator

Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Kesehatan Haji adalah Presentase jemaah haji yang mendapatkan pembinaan istithaah (kemampuan) kesehatan haji dengan definisi operasional Jumlah jemaah haji yg telah mendapat penilaian istithaah kesehatan haji paling lambat 1 (satu) bulan sebelum hari pertama jemaah tiba di embarkasi /quota tahun berjalan x 100%, berdasarkan data siskohatkes. Target tahun 2017 IKK Pusat Kesehatan Haji adalah 70%, dengan sasaran meningkatnya pembinaan kesehatan jemaah haji mencapai istithaah. (Renstra Kemenkes 2015-2019).

C. Tujuan

Dalam penyelenggaraan kesehatan haji seperti yang tercantum dalam Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji terdapat 5 tujuan penyelenggaraan haji, yang meliputi: (1) mencapai kondisi isthithaah kesehatan Jemaah haji; (2) mengendalikan faktor risiko; (3) menjaga kondisi Jemaah haji dalam keadaan sehat selama di Indonesia, di

perjalanan dan di tanah suci; (4) mencegah transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa oleh Jemaah haji dari dan ke luar Indonesia; (5) peran serta masyarakat dengan melibatkan keluarga.

Penyelenggaraan kesehatan haji dilaksanakan dalam bentuk pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan haji.

Gambar 5. Penyelenggaraan Kesehatan Haji

D. Strategi Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Pada tahun 2017 Pusat Kesehatan Haji melaksanakan strategi penyelenggaraan kesehatan haji yaitu :

a. Penguatan penyelenggaraan kesehatan terhadap Jemaah haji,

b. Penguatan kapasitas kepada Petugas kesehatan haji dan

c. Implementasi kebijakan istithaah kesehatan haji.

E. Penetapan Kinerja Pusat Kesehatan Haji

1. Pelayanan Kesehatan Haji

a. Pembimbingan Kesehatan Jemaah Haji Pembinaan kesehatan haji yang tepat guna diperoleh dari serangkaian kegiatan terkait dengan pembinaan kesehatan jemaah haji pada tahun anggaran 2017. Serangkaian kegiatan tersebut telah ditetapkan melalui RKA-KL Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan tahun 2017.

Setiap kegiatan untuk mencapai pembinaan kesehatan haji yang tepat guna memiliki tujuan, sasaran dan output masing-masing yang ditetapkan dalam kerangka acuan kerja atau Terms of Reference (TOR). Sasaran kegiatan pembinaan kesehatan haji pada tahun Setiap kegiatan untuk mencapai pembinaan kesehatan haji yang tepat guna memiliki tujuan, sasaran dan output masing-masing yang ditetapkan dalam kerangka acuan kerja atau Terms of Reference (TOR). Sasaran kegiatan pembinaan kesehatan haji pada tahun

Penetapan kegiatan beserta sasaran, tujuan dan ouputnya secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

1) Pembekalan pembinaan Kesehatan Haji bagi petugas kabupaten/kota.

2) Petunjuk teknis penyuluhan dan pembimbingan kesehatan haji.

3) Penyusunan Permenkes Penyelenggaraan Kesehatan Umrah.

4) Advokasi dan kemitraan dengan asosiasi dan atau praktisi haji umrah (KBIH/PIHK/AKHI/PERDOKHI).

5) Evaluasi nasional penyelenggaraan kesehatan haji.

Tabel 1. Kegiatan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji

Rencana Kerja

Output 1. Pembinaan

terpadu jemaah

pengelola

kualitas petugas

Istithaah

haji

kesehatan haji

kesehatan haji

Jemaah Haji

• Lintas Program

• Meningkatkan

Kemenkes RI

pembinaan

• Kementerian

kesehatan secara

Agama

terpadu,

• Jemaah Haji

terintegrasi,

• KBIH

terkoordinasi dengan instansi terkait

kesehatan haji

kesehatan

petugas pengelola pembinaan

bagi petugas

Jemaah haji di

kesehatan haji di

Kesehatan Haji

kabupaten/kota

Puskesmas

Dinas Kesehatan bagi petugas

• Petugas

Kab/Kota dan

kabupaten/kota

pengelola

Puskesmas dalam

kesehatan haji

kesehatan haji

• Kementerian

secara terpadu,

Agama

terintegrasi dan

Rencana Kerja

terkoordinasi dengan instansi terkait

kemitraan dengan dengan Asosiasi • AKHI

• PIHK

partisipasi

masyarakat dalam kelompok

dengan KBIH,

• Perdokhi

penyelenggaraan organisasi

PIHK, AKHI dan

kesehatan haji

masyarakat, KBIH,

Perdokhi

• Mengembangkan PIHK, AKHI dalam kemitraan dengan penyelenggaraan organisasi

pembinaan masyarakat dalam kesehatan haji mendukung

penyelenggaraan kesehatan haji

4. Pengendalian

Pengelola program

• Terpantaunya

Terselenggaranya

Faktor Risiko

monitoring PPFR Kesehatan Haji Kabupaten/kota,

kesehatan haji di

pelaksanaan

pembinaan Jemaah

Puskesmas dan KKP

dan • Teridentifikasinya

faktor risiko kesehatan haji

5. Pemantauan

Rekomendasi Hygiene sanitasi Katering jemaah haji

Asrama haji,

• Terpantaunya

Hygiene sanitasi

penilaian dan

asrma haji dan

asrama haji

perbaikan asrama

katering bagi

• Terpantaunya

haji sesuai dengan

jemaah haji

katering jemaah

standar kesehatan

haji

b. Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji. Kegiatan Pengendalian Faktor Kesehatan Haji terdiri dari :

1) Sosialisasi Haji Sehat. Sosialisasi haji sehat yang dilakukan pada Jemaah haji yang akan berangkat minimal 2 tahun masa tunggu dengan tujuan untuk menyiapkan kondisi kesehatan Jemaah haji agar mencapai istithaah dari sisi kesehatannya.

2) Gelang risti. Penandaan jemaah haji risiko tinggi dengan memberikan gelang yang terdiri dari warna hijau untuk jemaah haji yang ber usia ≥60 tahun, warna kuning untuk jemaah haji yang berusia <60 tahun 2) Gelang risti. Penandaan jemaah haji risiko tinggi dengan memberikan gelang yang terdiri dari warna hijau untuk jemaah haji yang ber usia ≥60 tahun, warna kuning untuk jemaah haji yang berusia <60 tahun

3) Seminar Kesehatan Haji. Seminar kesehatan haji dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya calon cemaah haji dan juga petugas kesehatan tentang kesehatan haji. Seminar membahas isu-isu terkini mengenai kesehatan haji seperti istithaah kesehatan haji, sengatan panas, Mers CoV dan masalah- masalah lain yang mempengaruhi kesehatan jemaah haji. Kegiatan seminar ini direncanakan dilakukan sebanyak 2 kali dengan melibatkan stake holder, organisasi masyarakat dan organisasi profesi dalam upaya meningkatkan kesehatan jemaah haji.

4) Pemantauan Hygiene sanitasi asrama haji dan katering bagi jemaah haji. Pemantauan Hygiene sanitasi asrama haji dan katering bagi jemaah haji 6 bulan dan satu minggu sebelum masa operasional dan masa operasional haji yang dilakukan pada 13 asrama haji embarkasi/debarkasi haji.

5) Monitoring Faktor Risiko Kesehatan Haji di embarkasi dan debarkasi haji. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal kepada jemaah haji dan pengendalian faktor risiko kesehatan baik penyakit menular maupun tidak menular perlu dilakukan monitoring selama masa operasional penyelenggaraan haji di embarkasi dan debarkasi haji, baik embarkasi/debarkasi utama maupun antara. Saat ini ada 13 embarkasi utama yaitu; Aceh, Medan, Batam, Padang, Palembang, Jakarta, Bekasi, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan, Ujung Pandang dan Lombok, sedangkan embarkasi antara ada di 5 lokasi yaitu, Jambi, Bengkulu, Lampung, Palangkaraya dan Gorontalo.

6) Aplikasi Haji Sehat. Pusat Kesehatan Haji meluncurkan Aplikasi Haji Sehat untuk memberikan layanan informasi kesehatan haji yang mudah dan cepat kepada jemaah haji. Jemaah haji dapat menggunakan handphone berbasis android untuk menggunakan aplikasi ini.

7) Kartu Kesehatan Haji Elektronik. Pusat Kesehatan Haji mengembangkan kartu kesehatan haji elektronik yang dipergunakan sebagai identitas jemaah haji dan dapat menampilkan data kesehatan jemaah haji.

c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji. Pelayanan Kesehatan Haji Berbasis Data Siskohatkes

Pelayanan Kesehatan Haji sesuai Permenkes nomor 15 tahun 2016 terdiri dari 3 (tiga) tahap pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya dientry kedalam siskohatkes. Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan tahap II yang dientry ke dalam siskohatkes merupakan indikator kinerja Pusat Kesehatan Haji.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan cakupan hasil pemeriksaan dan pembinaan kesehatan yang dientry ke dalam siskohatkes, dilakukan pertemuan di 34 provinsi. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pengelola program di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

Output dari keputusan tersebut adalah terselenggaranya pertemuan di 34 provinsi, untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan dan kapasitas pengelola program kesehatan haji yang dapat mendongkrak cakupan entry hasil pemeriksaan dalam siskohatkes.

d. Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji. Pelayanan kesehatan haji sangat tergantung dengan ketersediaan sumber daya kesehatan. Sumber daya kesehatan adalah segala d. Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji. Pelayanan kesehatan haji sangat tergantung dengan ketersediaan sumber daya kesehatan. Sumber daya kesehatan adalah segala

1) Pertemuan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan. Kegiatan pertemuan sumber daya pelayanan kesehatan menghasilkan usulan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan haji. Untuk meningkatkan mutu dan kecukupan sediaan farmasi dan logistik kesehatan haji diperlukan perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan (perbekkes) haji, sehingga tersedia obat esensial dan perbekalan kesehatan yang aman, bermanfaat, bermutu dalam jumlah dan jenis yang cukup. Proses penyediaan obat dan perbekkes bekerja sama dengan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes melaksanakan proses pengadaan berdasarkan usulan Pusat Kesehatan Haji.

Berkaitan dengan peningkatan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan haji di Arab Saudi, maka dilakukan pertemuan integrasi dan koordinasi sistem pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan haji. Pertemuan bertujuan mendapatkan masukan dan usulan sistem pelaporan obat dan perbekkes sesuai dengan situasi dan kondisi pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi.

2) Pertemuan Revisi Permenkes Rekutmen PKHI. Untuk mendukung pelaksanaan rekrutmen petugas kesehatan haji maka diperlukan revisi Permenkes 25 Tahun 2013 tentang Pedoman Rekrutmen PKHI, karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan pelayanan kesehatan haji.

2. Penyediaan PKHI selama Operasional Haji

Petugas Kesehatan Haji Indonesia (PKHI) harus memenuhi persyaratan kompetensi, pengalaman, integritas, dan dedikasi yang dilakukan melalui seleksi secara professional. Oleh karena itu pelaksanaan rekrutmen PKHI dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, transparan, profesionalitas dan akuntabilitas.

PKHI terdiri dari Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menyertai jemaah di kelompok terbang (kloter) dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan kepada jemaah haji di Arab Saudi. TKHI terdiri dari dokter dan perawat, sedangkan PPIH Bidang Kesehatan terdiri dari Tim Promotif dan Preventif (TPP) yang akan fokus pada proses pembinaan kesehatan, Tim Gerak Cepat (TGC) yang fokus bertugas pada perlindungan terhadap jemaah haji, dan Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR), fokus bertugas pada pelayanan kesehatan.

Jumlah dan komposisi PKHI haruslah tepat dan sesuai, guna menunjang pelayanan kesehatan haji yang baik. Kebutuhan akan PKHI Tahun 2017 disajikan pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Distribusi & Kebutuhan Tenaga TKHI dan PPIH Tahun 2017

TKHI

KUOTA NO.

EMBARKASI

PROVINSI

Dokter Perawat

1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM BTJ

2 SUMATERA UTARA

MES

3 SUMATERA BARAT

5 SUMATERA SELATAN

PLM

6 BANGKA BELITUNG 3 6

8 DKI JAKARTA

10 JAWA TENGAH

SOC

11 DAISTA YOGYAKARTA

12 KALIMANTAN SELATAN

BDJ

13 KALIMANTAN TENGAH

14 KALIMANTAN TIMUR

BPN

15 KALIMANTAN UTARA

16 SULAWESI TENGAH

17 SULAWERI UTARA

18 GORONTALO

UPG

19 SULAWESI SELATAN

20 SULAWESI TENGGARA

21 MALUKU

22 MALUKU UTARA

23 PAPUA

24 PAPUA BARAT

25 SULAWESI BARAT

26 NUSA TENGGARA BARAT

LOP

27 JAWA BARAT

29 KALIMANTAN BARAT

30 KEPULAUAN RIAU

31 JAMBI

32 JAWA TIMUR

34 NUSA TENGGARA TIMUR

1 2 JUMLAH

JENIS TENAGA

KKH

TOTAL KKHI SEKTOR KKHI SEKTOR MOBILE

1 Ahli Gizi

2 Ahli Rekam Medik

3 Analis Kesehatan

6 Dokter Gigi

7 Dokter Spesialis Anastesi

8 Dokter Spesialis Bedah Umum

1 0 1 0 0 2 Dokter Spesialis Jantung dan

2 0 1 0 0 3 Pembuluh Darah

10 Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

11 Dokter Spesialis Paru

12 Dokter Spesialis Penyakit Dalam

13 Dokter Spesialis Rehab Medis

14 Dokter Spesialis Saraf

15 Penata Roentgen

16 Perawat

17 Sanitarian/Surveilans Epidemiolog

18 Siskohatkes

19 Teknisi Elektromedik

20 Tenaga Lainnya

21 Tenaga Teknis Kefarmasian

Subtotal

55 57 20 14 247 Tim Manajerial

JENIS TENAGA

KKH

TOTAL KKHI SEKTOR KKHI SEKTOR MOBILE

1 PENANGGUNG JAWAB

2 KABID KESEHATAN/ PPK

3 SEKRETARIS/SANSUR

4 KASI TGC

5 KASI TPP

6 KASI DAKER MAKKAH

7 KASI DAKER MADINAH

8 KASI PERBEKALAN KESEHATAN

9 BENDAHARA/PUM JEDDAH

10 PUM MADINAH

11 PUM MAKKAH

12 ADMINISTRASI UMUM

Subtotal

Tim Asistensi

TIM NO.

JENIS TENAGA

TOTAL MOBILE

1 KETUA

2 SEKRETARIS

3 KOORDINATOR TGC

4 ASISTENSI TPP DAN TGC

5 KOORDINATOR TPP

6 ASISTENSI TPP

Rekrutmen Tenaga Pendukung Kesehatan (TPK)

Salah satu tenaga pelayanan kesehatan yang diperlukan pada saat operasional haji di Arab Saudi adalah TPK. Pengaturan pengadaan TPK dalam penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi bertujuan untuk memperoleh TPK yang berintegritas, profesional, jujur, dan bertanggungjawab sesuai dengan tugas yang diberikan, guna menjamin kualitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi. TPK terdiri atas:

a. Tenaga penghubung rumah sakit;

b. Tenaga pendamping orang sakit;

c. Tenaga kebersihan;

d. Tenaga evakuasi;

e. Tenaga gerak cepat;

f. Tenaga pendukung penyuluh kesehatan;

g. Tenaga perbekalan kesehatan;

h. Tenaga pengemudi;

i. Tenaga administrasi; dan j. TPK lainnya. Langkah awal pengadaan TPK ini dengan melakukan pengumuman penerimaan TPK terlebih dahulu secara online melalui website Pusat Kesehatan Haji. Selanjutnya calon pendaftar TPK melakukan registrasi secara online pada aplikasi rekrutmen PKHI di website Pusat Kesehatan

Haji, dengan alamat www.puskeshaji.kemkes.go.id/rekrutmen . Kemudian mengisi formulir registrasi yang telah disediakan, membuat nomor akun dan mengupload berkas kelengkapan dokumen.

Seleksi administrasi online dilaksanakan oleh tim pengadaan TPK dengan melakukan verifikasi dokumen sesuai dengan persyaratan, nominasi calon peserta ujian tertulis, tes EBA, wawancara dan ujian praktek.

Hasil seleksi calon TPK diumumkan melalui website rekrutmen. Penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan oleh satuan kerja pada Kementerian Kesehatan yang memiliki tugas dan fungsi di bidang pelatihan berkoordinasi dengan unit/satuan kerja Kementerian Kesehatan yang menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan haji.

Tabel 3. Daftar Tenaga Pendukung Kesehatan (TPK) 2017

NO

JENIS TUGAS

JUMLAH

1. Pendamping Orang Sakit

5. Pengemudi Ambulance

6. Pengemudi Operasional

7. Pengemudi TPP

8. Administrasi Perhajian

6 10.. Tenaga Kebersihan

9. Tenaga Perbekalan Kesehatan

11. Tenaga Rekam Medis

12. Tenaga Administrasi Perbekes

13. Tenaga Administrasi Bidang

14. Mekanik

1 TOTAL

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA 2017

A. Akuntabilitas Kinerja Pusat Kesehatan Haji

Presentase jemaah haji yang mendapatkan pembinaan istithaah (kemampuan) kesehatan haji satu bulan sebelum masa operasional pada tahun 2017 sebesar 84,90%. Hal ini melebihi target indikator yaitu sebesar 70%. Capaian hasil pemeriksaan tahap II jemaah haji perpropinsi sebagaimana gambar 6 berikut:

Gambar 6. Capaian hasil pemeriksaan tahap II kesehatan jemaah haji berdasarkan tempat

pemeriksaan

Pencapaian indikator kegiatan peningkatan kesehatan jemaah haji adalah persentase jemaah haji yang telah mendapatkan penilaian istitaah kesehatan haji dan dientry kedalam siskohatkes satu bulan sebelum operasional. Persentase diperoleh dari total jumlah Jemaah haji regular yang diperiksa dan di-entry dalam siskohatkes pada satu bulan sebelum operasional dengan denominator sebesar 204.000 orang (jumlah jemaah haji reguler). Capaian terbesar diperoleh provinsi Yogyakarta.

Dari hasil pemeriksaan kesehatan, status istithaah kesehatan jemaah haji dikelompokkan sebagai berikut :

1. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji sebesar 70,60%.

2. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji Dengan Pendampingan sebesar 29,02%.

3. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji Untuk Sementara sebesar 0,30%.

4. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji sebesar 0,08%.

Dari seluruh jemaah haji yang diperiksa terdapat 128.666 (63,4%) jemaah risiko tinggi.

B. Capaian Kinerja Pusat Kesehatan Haji tahun 2017

1. Pelayanan Kesehatan Haji

a. Pembimbingan Kesehatan Jemaah Haji. Persiapan kesehatan Jemaah Haji sebelum berangkat ke tanah suci dilakukan dengan pembimbingan dan pembinaan yang dilakukan secara terpadu dengan melibatkan lintas sektor dan program.

Pembimbingan merupakan proses penyampaian informasi, komunikasi, dan edukasi secara terencana, sistematis dan berkesinambungan terhadap jemaah haji sehingga dapat meningkatkan kondisi kesehatan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan; sedangkan pembinaan merupakan serangkaian kegiatan deteksi dini penyakit, pembimbingan kesehatan, penyuluhan kesehatan, konseling yang terpadu, terencana, terstruktur, dan terukur baik di Indonesia maupun di Arab Saudi.

i) Kebijakan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji Kegiatan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji harus didukung oleh kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaannya.

dan pembinaan terstandarisasi dari pusat hingga ke tingkat kabupaten/kota sehingga diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kegiatan

pemeriksaan

Terdapat beberapa Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) yang telah ditetapkan dan diimplementasikan dalam program kesehatan haji, antara lain:

a. Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.

b. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Jemaah Haji.

c. Permenkes Nomor 21 Tahun 2017 tentang pengadaan Tenaga Pendukung Kesehatan dalam operasional kesehatan haji di Arab Saudi.

Selain kedua Permenkes diatas, juga telah disusun:

1. Juknis Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji sebagai penjelasan dari Permenkes Nomor 15 Tahun 2016.

2. Juknis Vaksin Meningitis Meningokokus.

3. Juknis Penatalaksanaan penyakit kardiovaskuler pada jemaah haji.

4. Juknis Penatalaksanaan penyakit paru dan saluran pernafasan pada jemaah haji.

5. Media advokasi dan promosi istithaah kesehatan jemaah haji.

6. Media rilis kesehatan haji tahun 2017.

ii) Pembinaan terhadap petugas Pembinaan terhadap petugas dilaksanakan dengan kegiatan pembekalan operasional pembinaan kesehatan haji kepada petugas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas. Pesertanya terdiri dari pengelola program kesehatan haji, pengelola program penyakit tidak menular dan pengelola kesehatan olah raga di dinkes kabupaten/kota serta KBIH yang tergabung di kabupaten/kota. Kegiatan ini sudah dilaksanakan di 3 lokasi, yaitu wilayah barat (Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI jakarta), wilayah tengah (Provinsi Jawa tengah dan DI Yogyakarta) dan wilayah timur (Provinsi Jawa timur) dengan jumlah ii) Pembinaan terhadap petugas Pembinaan terhadap petugas dilaksanakan dengan kegiatan pembekalan operasional pembinaan kesehatan haji kepada petugas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas. Pesertanya terdiri dari pengelola program kesehatan haji, pengelola program penyakit tidak menular dan pengelola kesehatan olah raga di dinkes kabupaten/kota serta KBIH yang tergabung di kabupaten/kota. Kegiatan ini sudah dilaksanakan di 3 lokasi, yaitu wilayah barat (Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI jakarta), wilayah tengah (Provinsi Jawa tengah dan DI Yogyakarta) dan wilayah timur (Provinsi Jawa timur) dengan jumlah

Tabel 4. Distribusi Pembekalan Operasional Petugas Pembina Kesehatan Haji

di Kabupaten/Kota

1 Jawa Barat

2 Banten

3 DKI Jakarta

4 Jawa tengah

5 DI Yogyakarta

6 Jawa Timur

Total

iii) Pembinaan terhadap jemaah haji. • Pembinaan di Indonesia Pembinaan kesehatan Jemaah haji dilaksanakan berdasarkan

hasil pemeriksaan kesehatan. Pembinaan kesehatan dilaksanakan kepada seluruh Jemaah haji, baik yang resiko tinggi (risti) maupun non risti. Pembinaan yang dilakukan setelah pemeriksaan tahap pertama adalah pembinaan masa tunggu.

Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan tahap pertama, dilanjutkan pemeriksaan kesehatan tahap kedua yang dilaksanakan setelah diumumkan kuota keberangkatan pada tahun berjalan. Rekomendasi pemeriksaan kesehatan tahap kedua menghasilkan rekomendasi/penetapan kriteria istithaah. Jemaah haji yang tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan, diusulkan untuk ditunda atau tidak perlu diberangkatkan. Pembinaan kesehatan setelah pemeriksaan kesehatan tahap kedua ini adalah pembinaan kesehatan masa keberangkatan. Pembinaan masa keberangkatan adalah pembinaan yang dilakukan setelah jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan tahap kedua sampai keberangkatan. Pembinaan kesehatan di masa keberangkatan dilakukan pada Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan tahap pertama, dilanjutkan pemeriksaan kesehatan tahap kedua yang dilaksanakan setelah diumumkan kuota keberangkatan pada tahun berjalan. Rekomendasi pemeriksaan kesehatan tahap kedua menghasilkan rekomendasi/penetapan kriteria istithaah. Jemaah haji yang tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan, diusulkan untuk ditunda atau tidak perlu diberangkatkan. Pembinaan kesehatan setelah pemeriksaan kesehatan tahap kedua ini adalah pembinaan kesehatan masa keberangkatan. Pembinaan masa keberangkatan adalah pembinaan yang dilakukan setelah jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan tahap kedua sampai keberangkatan. Pembinaan kesehatan di masa keberangkatan dilakukan pada

1) Konseling. Konseling dilaksanakan di puskesmas atau rumah sakit oleh

tenaga kesehatan berupa pemberian nasehat dan informasi terkait penyakit yang diderita oleh jemaah haji. Salah satu tujuan konseling adalah mengendalikan faktor risiko penyakit yang terdapat pada jemaah haji sehingga jemaah haji menyadari faktor- faktor risiko yang ada pada dirinya dan ikut berperan aktif menjaga kesehatannya.

2) Latihan Kebugaran. Latihan kebugaran dilaksanakan oleh puskesmas bekerjasama

dengan organisasi masyarakat. Bentuk latihan kebugaran antara lain:

a. Jalan Sehat;

b. Senam Haji Sehat;

c. Senam Lansia;

d. Senam Jantung Sehat;

e. Senam Kesegaran Jasmani;

f. Aklimatisasi.

3) Pemanfaatan Posbindu. Jemaah haji dapat mengikuti program Posbindu (Pos

Pembinaan Terpadu) yang dibentuk oleh masyarakat dan dibina oleh Puskesmas. Posbindu akan memberikan pembinaan kesehatan, cek tekanan darah, test gula darah, lingkar perut, berat badan, tinggi badan dan Index Massa Tubuh. Jemaah haji akan dipantau kondisi kesehatannya secara berkala.

4) Kunjungan rumah. Pembinaan istithaah kesehatan haji dilaksanakan melalui

kegiatan kunjungan rumah oleh petugas kesehatan secara berkala melakukan pembinaan kepada Jemaah haji dan memberdayakan keluarganya sehingga tercapai peningkatan status kesehatan Jemaah haji. Kunjungan rumah dapat diintegrasikan dengan program keluarga sehat dan program perawatan kesehatan masyarakat.

5) Bimbingan Manasik kesehatan Haji. Manasik haji diselenggarakan oleh Kementerian Agama.

Pemerintah daerah cq Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat bekerjasama dalam pelaksanaan manasik kesehatan. Manasik kesehatan haji berisi pesan kepada Jemaah haji agar berperilaku hidup bersih dan sehat antara lain istirahat cukup, tidak merokok, makan makanan bergizi, mengelola stress dan cuci tangan pakai sabun serta memahami kondisi perjalanan, cuaca dan lingkungan di Arab Saudi.

6) Pembinaan Terpadu Jemaah Haji. Merupakan bentuk pembinaan yang terintegrasi antara

Kementerian

Kementerian Agama. Kementerian kesehatan sendiripun merupakan integrasi dari berbagai program yaitu program posbindu, latihan kebugaran, dan kesehatan haji. Kegiatan sehari dilaksanakan di luar ruangan dan di dalam ruangan. Kegiatan di luar ruangan dimulai di pagi hari yaitu deteksi dini penyakit tidak menular yang dilanjutkan dengan pengukuran kebugaran dan senam haji sehat. Acara kemudian berpindah ke dalam ruangan yang diisi dengan materi terkait ibadah dari Kementerian Agama dan materi penyuluhan kesehatan dari Kementerian Kesehatan.

Kesehatan

dengan

Pembinaan terpadu Jemaah haji merupakan kegiatan yang menyatukan kegiatan Pemeriksaan Kesehatan (Tekanan Darah, Gula Darah, dan Kolesterol) yang merupakan kegiatan dari Pembinaan terpadu Jemaah haji merupakan kegiatan yang menyatukan kegiatan Pemeriksaan Kesehatan (Tekanan Darah, Gula Darah, dan Kolesterol) yang merupakan kegiatan dari

Kegiatan advokasi dan kemitraan dengan organisasi masyarakat dan organisasi profesi. Telah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pusat Kesehatan Haji dengan:

a. Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

b. Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI).

Selain kerjasama dengan organisasi profesi, Pusat Kesehatan Haji juga melakukan pembinaan kesehatan kepada jemaah haji. Pembinaan kesehatan jemaah haji dilaksanakan dengan kegiatan di luar ruangan dan di dalam ruangan. Kegiatan di luar ruangan dengan melaksanakan pengukuran kebugaran bagi jemaah haji yang sebelumnya dilaksanakan pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, gula darah dan kolesterol. Apabila ada hasil dari pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang tidak memungkinkan mengikuti pengukuran kebugaran dengan metode Rockport, maka jemaah haji tersebut dilakukan pengukuran kebugaran dengan metode six minutes walking test.

Setelah melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan pengukuran kebugaran, maka jemaah haji masuk ke ruang pertemuan untuk pembimbingan dan penyuluhan kesehatan di dalam ruangan pertemuan. Penyuluhan kesehatan meliputi perilaku hidup bersih dan sehat, aklimatisasi, cara memelihara kesehatan sebelum, selama dan setelah melaksanakan ibadah haji.

Pembinaan kesehatan Jemaah Haji di Indonesia sudah dilaksanakan di 65 lokasi dengan jumlah jemaah haji sebanyak 11.130 jemaah haji. Terlampir pada lampiran I lokasi dengan Pembinaan kesehatan Jemaah Haji di Indonesia sudah dilaksanakan di 65 lokasi dengan jumlah jemaah haji sebanyak 11.130 jemaah haji. Terlampir pada lampiran I lokasi dengan

Merupakan bentuk pembinaan yang terintegrasi antara Kementerian

Agama. Kementerian kesehatan sendiripun merupakan integrasi dari berbagai program yaitu program posbindu, latihan kebugaran, dan pusat kesehatan haji. Tujuan dari pembinaan Kesehatan jemaah haji untuk Mencapai Istithaah Kesehatan.

Kesehatan

dengan Kementerian

Adapun hasil dari pembinaan yang telah dilaksanakan dapat terlihat dalam bentuk grafik pada gambar 7 dibawah ini, bahwa kriteria yang memenuhi Syarat lebih banyak jika dibandingkan dengan Kriteria Tidak Memenuhi Syarat Sementara.

Gambar 7. Jemaah Haji berdasarkan kriteria Istithaah Kesehatan

• Pembinaan Kesehatan di Arab Saudi Pembinaan kesehatan di Arab Saudi adalah pembinaan

yang dilakukan sejak jemaah haji tiba di Arab Saudi, selama melaksanakan ibadah haji sampai dengan keberangkatan kembali ke Indonesia. Pembinaan kesehatan dilaksanakan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang Kesehatan bekerjasama dengan pihak terkait di Arab Saudi.

Pembinaan kesehatan haji selama di Arab Saudi diselenggarakan di KKHI, Sektor, Pemondokan jemaah haji, fasilitas lain yang memungkinkan perluasan jangkauan layanan, dan di perjalanan.

Pembinaan kesehatan haji di Arab Saudi dilaksanakan oleh TKHI, PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan, dan Tenaga Pendukung Kesehatan.

b. Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji.

1. Sosialisasi Haji Sehat. Sosialisasi Haji Sehat merupakan upaya Pemerintah dalam mempersiapkan

Haji sekaligus melaksanakan implementasi Istithaah Kesehatan Jemaah Haji sehingga Jemaah Haji tetap sehat dan dapat melaksanakan ibadah haji sesuai dengan Rukun Haji, Wajib Haji dan Syarat Haji.

Jemaah

Selama tahun anggaran 2017 telah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Haji Sehat di 65 kabupaten/kota dengan jumlah jemaah sebanyak 11.130 orang.

2. Gelang Risti. Penandaan risiko tinggi kepada jemaah haji dengan memberikan gelang yang terdiri gelang warna hijau, kuning dan merah. Gelang warna hijau diberikan kepada jemaah haji yang berumur lebih dari 60 tahun dan tidak memiliki risiko penyakit tertentu, gelang warna kuning diberikan kepada jemaah haji yang berumur kurang dari 60 tahun tetapi memiliki risiko penyakit tertentu dan Gelang warna merah diberikan kepada jemaah haji yang berumur lebih dari 60 tahun dan memiliki risiko penyakit tertentu.

Jumlah gelang penanda jemaah risti berwarna hijau sebanyak 12.570 buah, warna kuning sebanyak 61.653 dan warna merah sebanyak 55.777 buah. Gelang-gelang tersebut Jumlah gelang penanda jemaah risti berwarna hijau sebanyak 12.570 buah, warna kuning sebanyak 61.653 dan warna merah sebanyak 55.777 buah. Gelang-gelang tersebut

3. Monitoring Faktor Risiko Kesehatan Haji di embarkasi dan debarkasi haji.

Monitoring faktor risiko kesehatan haji bertujuan mengidentifikasi dan mengendalikan serta mengeleminasi faktor risiko yang terjadi di embarkasi dan debarkasi haji baik saat pra operasional maupun pada saat operasional haji.

dan operasional penyelenggaraan kesehatan haji telah dilakukan monitoring sebanyak 26 kali. Monitoring dilakukan ke 13 embarkasi utama, yaitu embarkasi Banda Aceh, Batam, Medan, Padang, Palembang, Jakarta pondok gede, Jakarta bekasi, Solo, Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan, Makasar, dan Lombok.

4. Pemantauan Hygiene sanitasi asrama haji. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dilaksanakan dengan berkoordinasi Kantor kesehatan Pelabuhan, Balai Teknis Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Agama.

Kegiatan Inspeksi kesehatan lingkungan tahap pertama adalah melakukan pemantauan hygiene sanitasi asrama haji pada saat 6 bulan sebelum jemaah haji masuk asrama haji.

Sasaran kegiatan terdiri dari 13 embarkasi utama dan 5 embarkasi antara dengan total 18 embarkasi, adapun capaiannya 88,9% (16 embarkasi).

Kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan tahap kedua dan ketiga dilaksanakan pada saat satu minggu sebelum jemaah masuk asrama haji untuk memastikan kesiapan embarkasi jemaah Kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan tahap kedua dan ketiga dilaksanakan pada saat satu minggu sebelum jemaah masuk asrama haji untuk memastikan kesiapan embarkasi jemaah

5. Seminar Kesehatan Haji. Sebagai upaya mengingkatkan pengetahuan dan pemahaman petugas kesehatan dan jemaah haji, telah dilakukan seminar kesehatan sebanyak 2 kali, yaitu seminar kesehatan lanjut usia dan seminar menghadapi wabah kolera dengan melibatkan WHO.

Seminar kesehatan lanjut usia dilaksanakan di Bandung pada tanggal 13 Juli 2017 dengan mengundang jemaah haji usia lanjut. Selain kegiatan seminar kesehatan juga dilakukan pemeriksaan kesehatan dan senam lansia.

Seminar menghadapi wabah kolera dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2017 di Jakarta. Seminar ini dilaksanakan sebagai bentuk antisipasi dan kesiapsiagaan pemerintah dalam menghadapi wabah kolera yang terjadi di Yaman menjelang operasional haji tahun 1438 H/ 2017 M.

6. Aplikasi Haji sehat. Aplikasi haji sehat dimaksudkan untuk memberikan layanan informasi kesehatan haji yang mudah dan cepat kepada jemaah haji. Materi-materi penyuluhan kesehatan dapat diakses oleh jemaah haji dalam aplikasi ini. Materi penyuluhan antara lain:

a. pencegahan penularan penyakit,

b. mencegah kelelahan dan sengatan panas,

c. tips antisipasi MersCov,

d. panduan sehat berhaji,

e. pembinaan dan pemeriksaan kesehatan haji. Aplikasi ini dapat digunakan dengan memanfaatkan handphone berbasis android. Untuk mengakses aplikasi ini dapat didownload dari playstore dengan kata kunci “Haji Sehat”. Terobosan aplikasi e. pembinaan dan pemeriksaan kesehatan haji. Aplikasi ini dapat digunakan dengan memanfaatkan handphone berbasis android. Untuk mengakses aplikasi ini dapat didownload dari playstore dengan kata kunci “Haji Sehat”. Terobosan aplikasi

Gambar 8. Aplikasi Haji Sehat

7. Kartu Kesehatan Jemaah Haji. Sejak Tahun 2017, dikembangkan kartu kesehatan haji elektronik. kartu tersebut berisi data kesehatan jemaah haji yang terkoneksi dengan sistem komputerisasi haji terpadu bidang kesehatan (SISKOHATKES). Terdapat efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan kartu kesehatan haji elektronik tersebut. Hal ini dilakukan sebagai pengembangan teknologi informasi dalam penyelenggaraan kesehatan haji.

Gambar 9. Kartu Kesehatan Jemaah Haji Indonesia Elektronik Gambar 9. Kartu Kesehatan Jemaah Haji Indonesia Elektronik

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Haji Berbasis Data Siskohatkes telah dilaksanakan di 20 provinsi dengan rata-rata peserta per-provinsi sekitar

20 orang. Adapun Indikator Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji yang diinput kedalam Siskohatkes tercapai sebesar 84,9%, artinya berhasil mencapai diatas target tahun 2017 sebesar 70%.

Kendala selama pelaksanaan adalah: • Perubahan siskohatkes dari Gen 3 menjadi Siskohatkes SHAR ’I untuk menyesuaikan dengan Permenkes nomor 15 tahun 2016. • Data estimasi keberangkatan Jemaah haji dari Kanwil Kemenag terlambat diterima oleh dinkes kabupaten/kota, sehingga pemeriksaan kesehatan dan pembinaan Jemaah haji belum bisa dilaksanakan.

• Sebagian besar pengelola program kesehatan haji di dinkes kabupaten/kota merupakan petugas yang baru (mengalami rotasi pegawai) dan belum mendapat pelatihan input data dan pengelolaan data Siskohatkes.

Adapun upaya antisipasi yang dilaksanakan untuk mengatasi kendala tersebut adalah sebagai berikut: • Melakukan penyegaran pelatihan siskohatkes SHAR ’I kepada pengelola program kesehatan haji di dinkes kabupaten/kota. • Menyiapkan data jemaah haji yang akan diberangkatkan, dan menjalin hubungan

baik dengan Kantor Kemenag kabupaten/kota, sehingga bila ada kendala mengenai data jemaah dapat langsung dikoordinasikan.