Manusia dalam Islam lahar be

Makalah
September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Manusia Dalam Islam

ANGGOTA
Marga Area Refangga (130810201200)
Galih Wahyu Nugroho (130810201059)
Agnes Agnesi Pinky Nuryansa (130810201038)
Hendrik Septi Aji (130810201083)
Luccy Avrindi (130810201116)
Anisa Nurulia Syaftri (130810201019)

UNIVERSITAS JEMBER 2013

1

September 26, 2013


[MANUSIA DALAM ISLAM]

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”Manusia Dalam Islam”.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang
lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.


Jember, September 2013

2

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB I PENDAHULUAN
» Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
BAB II PEMBAHASAN
» Manusia Dalam Antropologi Filsafat . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
» Konsep Manusia Dalam Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
» Penciptaan Manusia Menurut Al-Quran . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
» Penyebutan Manusia Dalm Al-Quran . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
» Manusia Itu Lebih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
» Manusia Dan Tanggung Jawabnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35


BAB III PENUTUP
» Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
» Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37

3

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Allah Swt yang diberikan kelebihan berupa Akal untuk
berfikir dan mengingat apa-apa yang ia pelajari, alami, dan lakukan. Menurut Nurcholis
madjid, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang mengagumkan dan penuh misteri.
Dia tersusun dari perpaduan dua unsur; yaitu segenggam tanah bumi, dan ruh Allah. Maka
siapa yang hanya mengenal aspek tanahnya dan melalaikan aspek tiupan ruh Allah, maka dia
tidak akan mengenal lebih jauh hakikat manusia.[1] Al-Qur’an sendiri juga menyatakan

bahwa manusia memang merupakan makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh
Allah Swt.

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” [At-Tin:
4]

Juga ada banyak sekali kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada manusia yang tidak
diberikan kepada makhluk-makhluknya yang lain.

Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhlluk yang Kami ciptakan.”
[Al-Isra: 70]
Oleh karena itu, manusia perlu menyadari eksistensi dan tujuan penciptaan dirinya,
memahami risalah hidupnya selaku pengemban amanah Allah, mell\alui arahan dan
bimbingan yang berkesinambungan agar kehidupannya menjadi lebih berarti.

4

September 26, 2013


[MANUSIA DALAM ISLAM]

B A B II P E M B A H A S A N

Manusia Dalam Antropologi Filsafat

Dalam Antropologi Filsafat, konsep manusia selalu dirumuskan oleh kelompok
tertentu secara struktural memiliki kemungkinan untuk mengekspresikan ideal budayanya.
Dalam sejarah terlihat bahwa kelompok bawah tidak memperoleh kesempatan secara
struktural untuk merumuskan cita-cita kemanusiaanya secara verbal dan mewujudkannya
secara nyata dalam kehidupannya dalam masyarakat. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak
memiliki kesadaran akan kemanusiaannya tetapi mereka terhambat secara struktural untuk
mengungkapkan gambaran kemanusiaannya.
Hal ini tang dikatakan kebudayaan "diam", seperti yg dikatakan oleh Paulo Freire.
De factonya kelompok bawah hanya menerima formulasi konsep kemanusiaan dari atas,
kelompok yang lebih dominan. Kelompok bawah menginternalisasikan nilai-nilai itu sehingga
cita-cita

kemanusiaan


sama

dengan

cita-cita

kelompok

penentu.

Kelompok elit yg secara ekonomis kuat berusaha menciptakan idea budaya sesuai dengan
kelompoknya. Pola kehidupan mereka adalah pola kemanusiaan yang konsumtif. Mereka
lebih dikenal dengan Humanisme borjuis.
Humanisme borjuis ini mendasarkan diri pada hubungan manusia dengan dunia
material. Namun seringkali hubungan humanisme borjuis ini merusak hubungan sosial : yang
kuat membangun wilayahnya dengan kerja dari yang lemah. Perbedaan cara hidup dari yang
kuat, yaitu kelompok yang mengusai modal, ilmu dan teknologi dan yang lemah teralienasi
dari kerja danhasil kerjanya semakin kentara. Terjadilah proses yang kurang manusiawi
secara eksistensial adalah kelompok yang lemah, mka inisiatif harus muncul dari kelompok

itu sendiri. Jadi humanisme dalam konteks ini bertitik tolak dari pengalaman negatif yang
memperjuangkan kemanusiaanya.

5

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Kita dapat bertanya dengan situasi bangsa kita sekarang ini : Apa Artinya menjadi
manusia yang benar dan baik, yang bahagia dan bebas ?
Kita perlu berhti-hati untuk menerapkan gambaran-gambaran normatif tentang
manusia: Jangan-jangan gambaran manusia ideal tak pernah ada, atau jangan-jangan memuat
unsur-unsur ideologis atau asumsi-asumsi yang akhirnya justru akan menunjang situasi
kurang manusiawi.
Oleh karena itu, untuk membangun manusia bangsa perlu diperhatikan hal-hal antropologis
ini:
Dimensi m
" emiliki"dan "ada"saling berkaitan
"Memiliki"(to have) dan "ada" (to be) merupakan dua kategori fundamental kemanusiaan. Agar

manusia dapat berada, dapat hidup, dapat berkembang sebagai pribadi ia harus memiliki
sesuatu.
"Memiliki" berakar dalam eksistensi manusia sendiri. Fromm menyebut existensial having.
Susah banyak usaha-usaha untuk merumuskan unsur-unsur apa yang minimal harus termuat
dalam " having" dajn "being" itu. Hal ini dapat dirumuskan dalam kerangka kualitas hidup,
nilai-nilai

yang

dituju

manusia,

atau

pemenuhan

kebutuhan

dasar


manusia.

Aspek "pemilikan" berkaitan dengan dimensi kejasmian manusia yang memiliki relasi
dengan alam, lingkungan ekologis yang konstitutif bagi kemanusiaan. Relasi manusia dengan
alam memiliki batas-batas yang harus dihormati bila ia melestarikan hidup. Maka apa yang
secra teknis mungkin, tidak selalu secara etis mungkin. Hal yang sama berlaku bagi batasbatas fisik dan psikis manusia.
Manusia

dikondisikan

oleh

struktur-struktur

kemasyarakatan

Manusia dalam sejarahnya menciptakan struktur-struktur, tetapi pada gilirannya
struktur-struktur menjadi otonom dan mengkondidikan manusia. Tentu saja hidup tidak
mungkin tanpa tingkat institusionalisasi tertentu. Identitas manusia membutuhkan konsensus

sosial, perlu didukung oleh struktur. Tetapi kerap kali struktur yang diperkuat oleh berbagai
macam sistem legitimasi lebih memperbudak manusia daripada melindungi dan menciptakan
kebebasan yang lebih luas. Di sini muncul tuntutan etis untuk mengubahnya.

6

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Hal ini secara khusus masalah pemerataan, keadilan sosial dan partisipasi politik.
Ketiga hal ini merupakan nilai-nilai manusiawi yang perwujudannya tergantung pada struktur
atau relasi-relasi sosial.
Relasi seimbang manusia dengan sesama dan dengan lingkungannya seperti dicitacitakan dalam masyarakat kita hanya dapat terjadi kalau benar-benar seimbang secara
struktur. Tidak mungkin relasi itu seimbang kalau tidak ada pemerataan, keadilan dan
partisipasi kecuali kalau seimbang diartikan sebagai mempertahankan status quo dan
stabilitas.
Kebebasan

manusia


adalah

kebebasan

yang

diperjuangkan

terus

Kebebasan manusia adalah kebeasan historis: harus dicapai dengan jalan mengatasi
berbagai macam hambatan, baik dari dalam diri manusia maupun dari luar, yaitu strukturstruktur yang mengkondisikan manusia. Seorang yang bebas adalah seorang yang mampu
menentukan

diri

sendiri

dan

tidak

merupakan

ciptaan

dari

suatu

sistem.

Kebebasan tidak hanya berarti kebebasan "dari dalam", yang juga selalu terancam oleh
berbagai manipulasi yang dimungkinkan misalnya oleh penemuan ilmu dan teknologi baru,
tetapi kebebasan harus mencakup pembebasan dari struktur yang opresif dalam masyarakat.
Suatu contoh dapat dikemukakan disini, yaitu bagaimana perkembangan ilmu dan teknologi
membatasi atau bahkan menghilangkan kebebasan manusia adalah penemuan-penemuan
dalam behaviour control, hal ini misalnya :
(a) Penemuan teknologi kontrol memungkinkan tata kelakukan dapat secara sengaja diubah
dengan manipulasi otak seperti dalam psychosurgery, electrical stimulation of the brain
(ESB), infus unsur khemis, obat bius dll. Juga teknologi baru, seperti psikoterapi dinamis
mampu memanipulasi simbol affektif dan kognitif yang menstrukturir tata kelakukan
manusia.
(b) Pengertian yang mendalam tentang tata kelakuan manusia memmungkinkan pengendalian
atau manipulasi perbuatan dan sikap manusia misalnya dalam bidang informasi.
(c) Alat-alat media seperti TVdapat dimanfaatkan juga untuk mengendalikan tata kelakuan

7

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

manusia.
(d) Institusi dapat disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan tata kelakuan tertentu.

Behaviour control dapat meliputi tata kelakuan yang bersifat publik bahkan juga tata
kelakuan manusia yang bersifat pribadi; pikiran, emosi, afeksi, perasaan. Dimensi etis dari
"behaviour control" muncil karena tata kelakuan dikendalikan dan bukannya ia sendiri secara
aktual mengendalikannya. Biloa pengendalian itu teknologis maka pengendaliannya
teknologi. Pun bila pengendalian sendiri tidak mempunyai maksud tertentu,
tetapi karena efek terhadap orang itu real maka tetap merupakan soal moral.
Memang beberapa bentuk pengendalian bisa menambah kebebasan lebih besar,
terutama bila membantu pengendalian diri (misalnya untuk menyembuhkan kompulsi atau
beberapa bentuk kontrol sosial) dapat membantu terbentuknya konteks yang memungkinkan
kebebasan lebih besar. "Behaviour control" bisa membuat manusia lebih bebas.
Kesatuan

Aksi

dan

Refleksi

dalam

Praksis

Paulo Freire dalam bukunya pedagogy of the Oppressed, pengguin Books, 1972 mengatakan
bahwa

:

"Secara antropologis untuk mengatakan mahkluk yang praksis Perbedaan antara hewan .....
dan manusia dapat dilihat melalui tindakan mereka atas dunia untuk menciptakan kebudayaan
dan sejarah. Hanya Manusia yang praksis-praksisnya adalah sebagai suatu refleksi dan
tindakannya yang benar-benar mengubah realitas, sebagai sumber pengetahuan dan
menciptakan sesuatu. Sedangkan Aktivitas Hewan, yang terjadi tanpa praksis, tidak
kreatif;

....

"

Jadi manusia adalah praksis. Praksis menjadikan siapa dirinya. Praksis memuat kerja,
aksi: Perubahan dunia meteriil; tetapi praksis adalah terutama transformasi hubungan sosial.
Praksis dalam artinya yang penuh adalah pembebasan untuk menciptakan relasi sosial yang
baru.
8

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

J Comblin dal;am bukunya Humanity and the Liberation of the Oppressed mengatakan
bahwa: "Krisis masyarakat borjuis dan humanisme sekarang ini memaksa kita untuk
melihatke arah yang berbeda untuk menemukan humanisme ke depan. Manusia dipanggil
untuk memenuhi dirinya tidak lagi sesederhana melalui pendidikan diri indiviudal itu, atau
pikiran

untuk

bekerja,

tetapi

melalui

membangun

hubungan

sosial.

Manusia Terus Menerus memberi makna pada dunianya
Manusia selalu memiliki model kognitif tentang kenyataan, yang menjelaskan apa
bentuk kemanusiaan yang dipilihnya, untuk apa hidup ini dan apa yang menjadi hidup ini
berharga. Model kognitif ini menafsirkan dunia dan sejarah baik dalam teori maupun praktek,
sehingga dunia dan sejarah dapat dialami sebagai keseluruhan yang bermakna. Termasuk di
dalam model kognitif tentang pandangan hidup, pandangan tentang masyarakat, dunia dan
sejarah.
Di sini pula kita temukan berbagai utopia : masa depan macam apakah yang
dikehendaki ? Konsepsi tentang sejarah dan dunia ini membuat bernakna keterbatasan,
kesementaraan, kegagalan, penderitaan dan sebagainya. Tanpa kerangka arti ini manusia
kehilangan identitasnya atau jatuh dalam keadaan neuroti. Di sini pula manusia mendapatkan
arti dari segala macam mitos memberi makna dan orientasi pada hidup.

9

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Konsep Manusia Dalam Islam

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal
dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,
alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya
menjadi makhluk yang paling sempurna
yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh
karena itu, manusia wajib bersyukur atas
karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian
manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya
saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, AlMukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti
bahwa semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Oleh karena itu
bahan-bahan pembentuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk
manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahanbahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk
kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk”
(mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang
kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar
yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi
pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak
dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada waktu
dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur
rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat
oleh umat islam, abu bakar antara lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah
saya, tetapi apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian
10

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya.
Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia
pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses
terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi,
alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah
berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat
dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang
dengan ilmu pengetahuan.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu
berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah
( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena
ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainnya.
Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam
keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika
kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian
manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).
Pembahasan.
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakan nilai-nilai kemanusia atau
hubungan personal, interpersonal dan masyarakat secara agung dan luhur, tidak
ada perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian yang mengikat
semua aspek manusia. Karena Islam yang berakar pada kata “salima” dapat
diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu
sifatnya fitrah. Kedamaian akan hadir, jika manuia itu sendiri menggunakan dorongan
diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan atau memposisikan
dirinya

sebagai

makhluk

ciptaaan

Tuhan

yang

bukan

saja

unik,

tapi

juga

sempurna, namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan
seiring fitrah, maka janji Tuhan adzab dan kehinaan akan datang.
11

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Fitrah kemanusiaan yang merupakan pemberian Tuhan (Given) memang tidak dapat
ditawar, dia hadir sering tiupan ruh dalam janin manusia dan begitu manusia lahir dalam
bentuk “manusia” punya mata, telinga, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya
sangat

tergantung

pada

wilayah,

tempat,

lingkungan

dimana

manusia

itu

dilahirkan. Anak yang dilahirkan dalam keluarga dan lingkungan muslim sudah
barang tentu secara akidah akan mempunyai persepsi ketuhanan (iman) yang sama,
begitu pun nasrani dan lain sebagainya. Inilah yang sering dikatakan sebagai
sudut lahirnya keberagamanaan seorang manusia yang akan berbeda satu dengan
yang lainnya. Dalam wacana studi agama sering dikatakan bahwa fenomena
keberagamaan manusia tidak hanya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
normativitas melainkan juga dilihat dari historisitas. .
Konsep manusia
Ada 3 teori dalam konsepsi manusia yaitu :
»

Pertama yaitu Teori Evolusi.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang sarjana Perancis J.B de Lamarck
yang

menyatakan

bahwa

kehidupan

berkembang

dari

tumbuh – tumbuhan menuju binatang dan dari binatang menuju manusia. Teori ini
merupakan perubahan atau perkembangan secara berlahan – lahan dari tidak
sempurna menjadi perubahan yang sempurna.
» Kedua yaitu Teori Revolusi
Teori revolusi ini merupakan perubahan yang amat cepat bahkan mungkin dari tidak
ada menjadi ada. Teori ini sebenarnya merupakan kata lain untuk menanamkan
pandangan pencipta dengan kuasa Tuhan atas makhluk-Nya. Pandangan ini gabungan
pemikiran dari umat manusia yang berbeda tentang proses kejadian manusia yang
dihubungkan dengan keMaha Kuasaan Tuhan.
» Ketiga yaitu Teori Evolusi Terbatas.

12

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Teori ini adalah gabungan pemikiran dari pihak-pihak agama yang berlandaskan
dengan alasan-alasan serta pembuktian dari pihak sarjana penganut teori evolusi.
Seperti yang dikemukakan oleh FransDahler, yang mengakui bahwa tumbuhtumbahan, binatang, dan manusia selama ribuan atau jutaan tahun yang benar-benar
mengalami mutasi (perubahan) yang tidak sedikit.
Menurut RHA. Syahirul Alim cendekiawan Muslim ahli kimia menyatakan bahwa kita
sebagai manusia harus merasa terhormat kalau diciptakan dari keturunan kera karena
secara kimia molekul-molekul kera jauh lebih kompleks dibandingkan dengan tanah,
karena tanah molekulnya lebih rendah keteraturannya. Menurut Al-Syaibani manusia
dikelompokkan menjadi delapan definisi,antara lain :

 Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia dimuka bumi
 Manusia sebagai khalifah dimuka bumi.
 Insan manusia sebagai makhluk sosial yang berbahasa.
 Insan yang mempunyai tiga dimensi yaitu badan, akal, dan ruh
 Insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya

adalah hasil pencapaian dua factor, yaitu faktor warisan dan
lingkungan.
 Manusia mempunyai motivasi, kecenderungan, dan kebutuhan

permulaan baik yang diwarisi maupun yang diperoleh dalam proses
sosialisasi.
 Manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang

lainnya.
Manusia Dalam pandangan islam

13

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Dalam pandangan Islam, manusia didefinisikan sebagai makhluk, mukalaf, mukaram,
mukhaiyar, dan mujizat. Manusia adalah makhluk yang memiliki nilai-nilai fitri dan sifat-sifat
insaniah,
72),

seperti

faqir

dha’if

‘lemah’

‘ketergantungan

mengingkari

nikmat’

(an-Nisaa’:

atau

28),

memerlukan’

(al-Israa’:

67),

jahula

(Faathir:

syukur

‘bodoh’

15),

(al-Ahzab:

kafuuro

(al-Insaan:3),

‘sangat

serta

fujur

dan taqwa (asy-Syams: 8).
Selain itu, manusia juga diciptakan untuk mengaplikasikan beban-beban ilahiah yang
mengandung maslahat dalam kehidupannya. Ia membawa amanah ilahiah yang harus
diimplementasikan

dalam

kehidupan

nyata.

Keberadaannya

di

alam

mayapada

memiliki arti yang hakiki, yaitu menegakkan khilafah. Keberadaannya tidaklah
untuk

huru-hara

dan

tanpa

hadaf

‘tujuan’

yang

berarti.

Perhatikanlah

ayat-ayat Qur`aniah di bawah ini.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau

dan

mensucikan

Engkau?”

Tuhan

berfirman:

“Sesungguhnya

Aku

mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah: 30)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (adz-Dzariyat: 56)
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gununggunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh.” (al-Ahzab: 72)

Manusia adalah makhluk pilihan dan makkhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT dari
makhluk-makhluk

yang

lainnya,

yaitu

dengan

keistimewaan

yang

dimilikinya,
14

[MANUSIA DALAM ISLAM]

September 26, 2013

seperti akal yang mampu menangkap sinyal-sinyal kebenaran, merenungkannya, dan
kemudian memilihnya. Allah SWT telah menciptakan manusia dengan ahsanu
taqwim, dan telah menundukkan seluruh alam baginya agar ia mampu memelihara dan
memakmurkan serta melestarikan kelangsungan hidup yang ada di alam ini. Dengan
akal

yang

nilai-nilai
para

dimilikinya,
kebenaran,

rasul.

dengan

Dengan

iradah

melahirkan

manusia

kebaikan,

dan

hatinya,

Robbnya

karya-karya

ia

dan
besar

diharapkan

keindahan

mampu

dengan
dan

mampu
yang

memilah

dan

tertuang

dalam

risalah

yang

sesuai

memutuskan

raganya,

ia

tindakan-tindakan

sesuatu

diharapkan
yang

memilih

pro-aktif

benar,

untuk

sehingga

ia

tetap mempertahankan gelar kemuliaan yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya
seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan yang lainnya.
Maka, dengan sederet sifat-sifat kemuliaan dan sifat-sifat insaniah yang berkaitan
dengan keterbatasan dan kekurangan, Allah SWT membebankan misi-misi khusus
kepada

manusia

untuk

menguji

dan

mengetahui

siapa

yang

jujur

dalam

beriman dan dusta dalam beragama.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami
telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orangorang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-Ankabuut:
2-3).
Oleh karena itu, ia harus benar-benar mampu menjabarkan kehendak-kehendak ilahiah
dalam setiap misi dan risalah yang diembannya.
1.Misi Manusia
Manusia di dalam hidup ini memiliki tiga misi khusus: misi utama; misi fungsional; dan
misi operasional.
A. Misi Utama

15

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi utama, yaitu beribadah
kepada Allah SWT. Maka, setiap langkah dan gerak-geriknya harus searah dengan garis yang
telah
ditentukan.

Setiap

desah

nafasnya

harus

selaras

dengan

kebijakan-kebijakan

ilahiah, serta setiap detak jantung dan keinginan hatinya harus seirama dengan
alunan-alunan kehendak-Nya. Semakin mantap langkahnya dalam merespon seruan
Islam dan semakin teguh hatinya dalam mengimplementasikan apa yang telah
menjadi tugas dan kewajibannya, maka ia akan mampu menangkap sinyal-sinyal yang
ada di balik ibadahnya. Karena, dalam setiap ibadah yang telah diwajibkan oleh
Islam memuat nilai filosofis, seperti nilai filosofis yang ada dalam ibadah
shalat, yaitu sebagai ‘aun (pertolongan) bagi manusia dalam mengarungi lautan
kehidupan

(al-Baqarah:153),

dan

sebagai

benteng

kokoh

untuk

menghindari,

menghadang, dan mengantisipasi gelombang kekejian dan kemungkaran (al-Ankabuut: 45).
Adapun nilai filosofis ibadah puasa adalah untuk menghantarkan manusia muslim
menuju

gerbang

ketaqwaan,

dan

ibadah-ibadah

lain

yang

bertujuan

untuk

melahirkan manusia-manusia muslim yang berakhlak mulia (al-Baqarah: 183 dan
aat-Taubah:103). Maka, apabila manusia mampu menangkap sinyal-sinyal nilai
filosofis dan kemudian mengaplikasikan serta mengekspresikannya dalam bahasa
lisan maupun perbuatan, ia akan sampai gerbang ketaqwaan. Gerbang yang
dijadikan satu-satunya tujuan penciptaannya.
Namun, tidak semua manusia di dunia ini mengikuti perintah dan merespon risalah
yang
di bawa oleh para Rasul. Bahkan, banyak di antara mereka yang berpaling dari
ajaran-ajaran suci yang didakwahkan kepada mereka. Ada juga yang secara terang-terangan
mengingkari dan memusuhinya (an-Nahl: 36, al-An’aam: 26, dan al-Baqarah: 91).

Hal ini bisa terjadi pada manusia karena dalam dirinya ada dua kekuatan yang sangat
dominan mempengaruhi setiap pikiran dan perbuatannya, kekuatan taqwa dan
kekuatan fujur. Kekuatan taqwa didorong oleh nafsu mutmainnah (jiwa yang
tenang) untuk selalu menterjemahkan kehendak ilahiah dalam realitas kehidupan,
16

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

dan kekuatan fujur yang di dominasi oleh nasfu ammarah (nafsu angkara murka)
yang senantiasa memerintahkan manusia untuk masuk dalam dunia kegelapan.
Maka, dalam bingkai misi utama ini, manusia bisa diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu

sabiqun

bil

khairat,

muqtashidun,

dan

dzalimun

linafsihi.

Hal

ini

dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagai berikut.
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar.” (Faathiir: 32)
• Sabiqun bil khairat
Hamba Allah SWT yang termasuk dalam kategori ini adalah hamba yang tidak hanya puas
melakukan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh-Nya, namun ia
terus berlomba dan berpacu untuk mengaplikasikan sunnah-sunnah yang telah
digariskan, dan menjauhi hal-hal yang dimakruhkan. Akal sehatnya menerawang
jauh ke depan untuk menggagas karya-karya besar dan langkah-langkah positif.
Hati sucinya menerima pilihan-pilihan akal selama tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Islam. Inilah hamba yang selalu melihat kehidupan dengan cahaya
bashirah. Hamba yang hatinya senantiasa dihiasi ketundukan, cinta, pengagungan,
dan kepasrahan kepada Allah SWT.

• Muqtashidun
Hamba Allah yang masuk dalam kategori ini adalah manusia muslim yang puas ketika
mampu mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. Dalam benaknya,
tidak pernah terlintas ruh kompetitif dalam memperluas wilayah iman ke wilayah
17

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

ibadah yang lebih jauh lagi, yaitu wilayah sunnah. Imannya hanya bisa menjadi
benteng dari hal-hal yang diharamkan dan belum mampu membentengi hal-hal yang
dimakruhkan.
• Dzalimun linafsihi
Hamba yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang masih mencampuradukkan antara hak
dan batil. Selain ia mengamalkan perintah-perintah Allah SWT, ia juga masih
sering berkubang dalam kubangan lumpur dosa. Jadi, dalam diri seorang hamba ada
dua

kekuatan

dominan,

yang

dan

mendominasi

mempengaruhinya,

dalam

kelompok

ini,

kehidupannya,

tergantung

kekuatan

nampaknya

sehingga

mana

kekuatan

hatinya

yang

syahwat

sakit

lebih
yang

parah.

“Mengikuti syahwat adalah penyakit, sedangkan durhaka kepadanya adalah obat
mujarab dab terapi yang manjur” (Adab ad-Diin wa ad-Dunya, Abu al-Hasan Ali
al-Mawardy)
Apabila manusia mengikuti libido, mengekor nafsu angkara murka, dan menjadi budak
syahwatnya, maka ia akan keluar dari poros yang telah digariskan oleh Allah
SWT. Ia akan mencampakkan dan mensia-siakan amanah yang agung. Bahkan, ia akan
melakukan

konspirasi

bersama

thogut-thogut

kebenaran.

Di

manusia

akan

sini,

untuk

bergeser

dari

memberangus
gelar

nilai-nilai

khairul

barriah

‘sebaik-baik makhluk’ dan ahsanu taqwim ke gelar baru, yaitu syarrul barriah
‘seburuk-buruk

makhluk’,

asfalus

saafilin

‘tempat

yang

paling

rendah’,

al-an’aam ‘binatang ternak’, kera, babi, batu, dan kayu yang berdiri. Inilah
manusia-manusia yang memiliki hati, mata dan telinga, numun ia tidak pernah
berfikir, tidak pernah melihat kebenaran, dan tidak pernah mendengar ayat-ayat
Qur`aniah dan Kauniah dengan tiga faktor tersebut.
Ali bin Abu Thalib ra. berkata, “Ada dua masalah yang saya takutkn menimpa kamu.
Pertama, mengikuti hawa nafsu. Kedua, banyak menghayal. Karena, yang pertama akan
menjadi

tembok

penghalang

antara

dirinya

dan

kebenaran,

dan

yang

kedua

mengakibatkan lupa akan akhirat.” Sebagian ahli hikmah berkata, “Akal merupakan teman
setia, dan hawa nafsu adalah musuh yang ditaati.”Sebagian ahli hikmah yang lain

18

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

berkata,“Hawa nafsu adalah raja yang bengis dan penguasa yang lalim.” (Adab ad-Diin wa
ad-Dunya)
B. Misi Fungsional
Selain misi utama yang harus diemban manusia, ia juga mempunyai misi fungsional
sebagai khalifah. Manusia tidak mampu memikul misi ini, kecuali ia istiqamah di
atas rel-rel robbaniah. Manusia harus membuang jauh bahasa khianat dari kamus
kehidupannya.
‘kekuasan’,

Khianat
syahwat

lahir

dari

syaithaniah,

rahim
maupun

syahwat,
syahwat

baik

syahwat

bahaimiah

mulkiah
‘binatang

ternak’.(al-Jawab al-Kaafi, Ibnu Qaiyim al-Jauziah)
Ketika jiwa manusia di kuasai oleh syahwat mulkiah, maka ia akan mempertahankan
kekuasaan dan kedudukannya, meskipun dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh
Islam.
Adapun ketika jiwa manusia terbelenggu oleh syahwat syaithaniah dan bahaimiah,
maka

ia

akan

selalu

menciptakan

permusuhan,

keonaran,

tipuan-tipuan,

dan

menjadi rakus serta tamak akan harta. Tidak ada sorot mata persahabatan dan
sentuhan kasih dalam dirinya. Ia bersenang-senang di atas penderitaan rakyat
dan tak pernah berhenti mengeruk kekayaan rakyat.

C.Misi Operasional
Manusia diciptakan di bumi ini—selain untuk beribadah dan sebagai khalifah, juga
harus bisa bermain cantik untuk memakmurkam bumi (Huud: 61). Kerusakan di
dunia, di darat, maupun di lautan bukan karena binatang ternak yang tidak tahu
apa-apa, tetapi ia lahir dari tangan-tangan jahil manusia yang tidak pernah
19

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

mengenal rambu-rambu Tuhannya. Benar, semua yang ada di bumi ini diciptakan untuk
manusia, namun ia tidak bebas bertindak diluar ketentuan dan rambu ilahi
(ar-Ruum:

41).

Oleh

karena

itu,

bumi

ini

membutuhkan

pengelola

dari

manusia-manusia yang ideal. Manusia yang memiliki sifat-sifat luhur sebagaimana
disebutkan di bawah ini. Syukur (Luqman: 31) Sabar (Ibrahim: 5) Mempunyai belas kasih (atTaubah:

128)Santun

(at-Taubah:

114)Taubat

(Huud:

75)

Jujur

(Maryam:

54)

Terpercaya (al-A’raaf: 18)
Maka, manusia yang sadar akan misi sucinya harus mampu mengendalikan nafsu dan
menjadikannya

sebagai

tawanan

akal

sehatnya

dan

tidak

sebaliknya,

diperbudak hawa nafsu sehingga tidak mampu menegakkan tonggak misi-misinya.
Hanya dengan nafsu muthmainnahlah, manusia akan sanggup bertahan mengibarkan
panji-panji

kekhilafahan

mengaplikasikan
seruan-seruan

di

simbol-simbol

langit,

dan

antara
ilahi

awan
dalam

merekonstruksi

jahiliah

realitas

peradaban

modern,

kehidupan,
manusia

sanggup
membumikan

kembali.

Inilah

sebenarnya hakikat risalah insan di muka bumi ini.

20

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Penciptaan Manusia Menurut Al-Quran

 Manusia diciptakan Allah bukan secara main-main,

Artinya:“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada
maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” [Al-Mu’minun: 115]
 Untuk mengemban amanah atau tugas keagamaan;

Artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung;
tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir tidak dapat
melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu
sangat dzalim dan sangat bodoh.” [Al-Ahzab; 72]

 Untuk Mengabdi atau Beribadah

Artinya :

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu”.
[Adz-Dzariyat: 56]
Ayat ini mengindikasikan tentang tujuan penciptaan manusia sebagai hamba Allah.
Indikasi ini dapat dipahami dari klausa kata “Li ya’budun” yang berarti agar mereka
mengabdi kepada-Ku.[2]Maksudnya Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk
menyuruh mereka beribadah kepada Allah, bukan karena Allah membutuhkan manusia. Ali
bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: Atinya, melainkan supaya mereka mau
tunduk beribadah kepada-Ku, baik secara sukarela maupun terpaksa”. Dan itu pula yang
menjadi pilihan Ibnu Jarir. Sedangkan Ibnu Juraij menyebutkan: “Yakni supaya mereka
mengenal-Ku.[3]
21

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Seorang hamba perlu taat dan patuh kepada semua arahan tuannya, lebih-lebih lagi
jika diberi dan dikurniakan dengan segala macam bantuan, kemudahan dan keamanan oleh
tuannya. Oleh itu, kita mesti melakukan segala arahan dengan penuh pengertian bahwa kita
menyerahkan segala-galanya kepada tuan kita.

Kata kunci ‘penyerahan’ ini yang menjadi intipati kepada Islam yaitu penyerahan
secara keseluruhan terhadap Allah SWT. Mereka yang dipandang oleh Allah dengan pangkat
‘Hamba’ ini pasti beroleh keuntungan di dunia dan di akhirat.
Tanggungjawab sebagai abdi merupakan suatu tanggungjawab individu atau fardhu
ain. Ia meliputi kepada kemestian untuk memahami lapangan akidah dan tauhid, syariat dan
akhlak.[4]
 Untuk menjadi Khalifah
Dari segi bahasa, khalifah bermaksud pengganti. Ia menjelaskan bahawa Allah
mengamanahkan manusia sebagai ‘pengganti’ untuk mentadbir bumi dengan merujuk kepada
manual dan panduan daripadaNya. Mengingat kejadian yang diabadikan dalam Al-Qur’an,
ketika Allah Swt berdialog dengan malaikat soal rencana menciptakan khalifah di bumi.

Artinya:“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
mensucikan nama-mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” [Al-Baqarah: 30]

Dan Allah menjadikan kita (manusia) di muka bumi, yang dibedakan derajat satu dengan
yang lain, untuk menguji manusia.
22

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Artinya:“Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi, dan Dia mengangkat derajat
sebagian kamu diatas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat member hukuman, dan sungguh, Dia Maha
pengampun, Maha penyayang .” [Al-An-‘Am: 165]
Amanah ini sangat besar dan berat. Perkara ini merupakan suatu tanggungjawab sosial
atau fardhu kifayah yang perlu dilaksanakan bagi menjamin kehidupan yang harmoni, aman
dan adil. Ia meliputi segala aspek kehidupan seperti cabang seperti memberi peluang
pendidikan, memastikan bidang pertanian dan penghasilan bahan makan yang halal lagi baik,
menyediakan kemudahan kesehatan serta tempat kediaman yang baik. “Setiap dari kamu
merupakan pemimpin dan setiap dari kamu akan ditanya mengenai apa yang kamu pimpin.”
(hadis riwayat Bukhari no. 893 dan Muslim no. 1829).
 Untuk menjadi da’i

Artinya:

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli kitab beriman, tentu itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada
yang beriman, namun kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang fasik.” [Ali Imran:
110]

23

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Penyebutan Manusia Dalam AL-Quran

Manusia sebagai Al-Basyar
Penamaan manusia dengan kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36
kali dalam 26 surat. Secara etimologi al-basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang
menjadi tempat tumbuhnya rambut. secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada
kulitnya, dibanding rambut atau bulunya, yang membedakan manusia dengan hewan
Al-Basyar, juga dapat diartikan mulasamah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki
dengan perempuan. Makna etimologi dapat dipahami adalah bahwa manusia merupakan
makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan sebagai gambaran manusia secara materi
dengan keterbatasannya,seperti dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan kehidupannya. Penunjukan kata al-basyar ditujukan Allah kepada
seluruh manusia tanpa terkecuali, termasuk eksistensi Nabi dan Rasul.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian manusia dengan menggunakan
kata basyar, artinya anak keturunan adam (banu adam) , mahkluk fisik atau biologis yang
suka makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang menyebut pengertian basyar
mencakup anak keturunan adam secara keseluruhan. Al-Basyar mengandung pengertian
bahwa manusia mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya untuk
memenuhi semua kebutuhan biologisnya, memerlukan ruang dan waktu, serta tunduk
terhadap hukum alamiahnya, baik yang berupa sunnatullah (sosial kemasyarakatan), maupun
takdir Allah (hukum alam). Semuanya itu merupakan konsekuensi logis dari proses
pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah swt. memberikan kebebasan dan kekuatan
kepada manusia sesuai dengan batas kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola
dan memanfaatkan alam semesta, sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di muka bumi.

24

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Manusia sebagai An-Nas
Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dalam 53 surat. Kata alnas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial, secara
keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya, atau suatu keterangan yang
jelas menunjuk kepada jenis keturunan nabi Adam.
. Kata al-Nas dipakai al-Qur’an untuk menyatakan adanya sekelompok orang atau
masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan (aktivitas) untuk mengembangkan
kehidupannya. Dalam menunjuk makna manusia, kata al-nas lebih bersifat umum bila
dibandingkan dengan kata al-Insan. Keumumannya tersebut dapat di lihat dari penekanan
makna yang dikandungnya.
Manusia sebagai Al-Insan
Adapun penamaan manusia dengan kata al-insan yang berasal dari kata al-uns,
dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali dalam 43 surat. Secara etimologi, al-insan dapat
diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata insan digunakan al-Qur’an
untuk menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitas, jiwa dan raga. Manusia berbeda
antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasannya dan
sebagai makhluk dinamis
Perpaduan antara aspek fisik dan psikis telah membantu manusia untuk
mengekspresikan dimensi al-insan dan al-bayan, yaitu sebagai makhluk berbudaya yang
mampu berbicara, mengetahui baik dan buruk, dan lain sebagainya. Kata al-insan juga
digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses kejadian manusia sesudah adam.
Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam di
dalam rahim dan mengandung pengertian makhluk mukallaf (yang dibebani tanggung jawab)
mengemban amanah, makhluk yang mulia sebab memiliki ilmu, al-bayan (pandai bicara),
al-‘aql (mampu berpikir), al-tamyiz (mampu menerapkan dan mengambil keputusan),
melampaui batas karena telah merasa puas dengan apa yang ia miliki dan memiliki
kedudukan, derajat dan martabat yang tinggi dibanding makhluk-makhluk lainnya.
25

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Dengan demikian, makna manusia dalam al-Qur’an dengan istilah al-basyar, al-insan,
al-nas dan bani adam mencerminkan karakteristik dan kesempurnaan penciptaan Allah
terhadap makhluk manusia, bukan saja sebagai makhluk biologis dan psikologis melainkan
juga sebagai makhluk religius, makhluk sosial dan makhluk bermoral serta makhluk kultural
yang kesemuanya mencerminkan kelebihan dan keistimewaan manusia daripada makhlukmakhluk Tuhan lainnya.
Keistimewaan manusia dari makhluk lainnya :
1. Manusia sebagai ciptaan yang tertinggi dan terbaik ( at-Tin 4 ).
2. Manusia dimuliakan dan diistimewakan oleh Allah ( al-Isra' 70 ).
3. Mendapatkan tugas mengabdi ( adz-Dzariyat 56 ), oleh karenanya manusia disebut abdi
Allah.
4. Mempunyai peranan sebagai khalifah ( wakil Allah ) ( al-An'am 165 ), dengan berbagai
tingkatan.
5. Mempunyai tujuan hidup, yaitu mendapatkan ridho Allah ( al-An'am 163 ), dan bahagia
didunia-akhirat.
Sifat-sifat manusia antara lain :
1. Bersifat tergesa-gesa ( al-Isra' 11 ).
2. Sering membantah ( al-Kahfi 54 ).
3. Ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhan ( al-‘Adiyat 6 ).
4. Keluh kesah dan gelisah serta kikir ( al-Ma'arij 19 ).
5. Putus asa bila ada kesusahan ( al-Ma'arij 20 ).
6. Kadang-kadang ingat Tuhan karena penderitaan ( Yunus 12 ).

Penggolongan Manusia
a. Yang dicintai Allah

b. Yang dimurkai Allah

26

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

1. Muhsinin
2. Mutawakkilan
3. Muttaqin
4. Shobirin
5. Muqsithin
6.Tawwabin,

1. Fasiqin
2. Mufsidin
3. Zholimin
4. Kafirin
5. Musrifun Kadzab
6. Khowwanin Kafur

Mutathohhirin
7. Mustakbirin
8. Musrifin
9. Kadzibun Kaffar

Macam-macam manusia di dalam Al quran
1. Mukminun
2. Orang kafir
3. Orang yang lalai
4.Orang munafiq
5.Muhibbuna liddunya (orang yang mencintai dunia)
6. orang yang tersesat dari kebenaran

27

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Manusia Itu Lebih !

Manusia dihiasi dengan Hati.
Penciptaan manusia semakin sempurna dengan dilengkapinya manusia dengan segumpal
daging yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila buruk, maka
buruklah seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah Hati.
Dalam berfikir, Allah menyuruh manusia bukan hanya dengan ‘aqal, tetapi agar hasil dari
pemikirannya itu dekat dengan kebenaran dan jauh dari kesalahan maka hendaklan juga
dengan mengiringinya dengan hati. Dengan kata lain manusia harus berfikir menggunakan
‘aqal dan hatinya secara beriringan. Sebab, penelitian juga menunjukkan bahwa terkadang
hati manusia itu dapat mengambil suatu langkah cepat dan depat dari ada otak (‘aqal), inilah
yang sering disebut dengan intuisi.
Kita tidak bisa memastikan apakah hati yang dimaksud dalam pandangan agama ini sama
dengan organ hati yang sering disebut dengan hepar, salah satu dari organ itestinal manusia.
Namun, hal ini bukanlah suatu hal yang harus menjadi bahan perdebatan di antara kita,
namun lebih kepada suatu yang harus kita yakini sebagai salah satu bentuk kekuasaan Allah
yang menjadikan penciptaan manusia begitu sempurna. Hati harus kita jaga, dan harus kita
pergunakan sesuai dengan aturan Allah. Semoga Allah menjadikan hati kita menjadi hati
yang diridhai-Nya.
Berbicara mengenai hati, sangat erat kaitannya dengan iman. Iman manusia kepada Allah,
Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada
takdir baik maupun buruk.
Manusia sebagai makhluk Allah, berbeda dengan makhluk Allah yang memiliki iman
yang kuat, yaitu Malaikat. Sebab perbedaan itu, ada pula pembagian jenis iman yang ada pada
makhluk Allah, sebagai mana berikut ini:
1.

Iman para Malaikat Allah : Yajiidu wa La Yanqush (bertambah dan tidak berkurang)
28

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

2.

Iman manusia : Yajiidu wa Yanqush (bertambah dan berkurang)

3.

Iman para Iblis : La Yajiidu wa Yanqush (tidak bertambah dan berkurang)
Berdasarkan hal ini, kita pahami bahwa sebaik-baik iman kepada Allah adalah imannya
para Malaikat. Dan masalahnya kita bukan Malaikat, walaupun ada yang bernama Malik,
Ridhwan, dll. imannya para Malaikat terus bertambah sebab mereka diciptakan untuk selalu
menghamba kepada Allah sesuai dengan tugas yang Allah berikan. Berbeda dengan manusia,
Malaikat tidak punya nafsu. Itulah yang menjadikan Iman manusia berubah-ubah, naik-turun.
Namun, meskipun demikian bukan lah serta-merta kita mengatakan wajar-wajar saja saat
melihat seorang manusia yang shalatnya jalan terus tetapi maksiatnya juga jalan terus. Jangan
pernah beranggapan begitu! Itu artinya manusia yang seperti itu adalah manusia yang gagal,
gagal dalam mengendalikan nafsunya. Ingatlah! Iblis dilaknat oleh Allah itu karena Iblis lebih
memperturutkan nafsunya daripada melaksanakan perintah Allah. Dan saya yakin, tidak ada
diantara kita yang mau disamakan dengan Iblis. Sebab Iblis itu tempatnya di neraka, dan saya,
juga anda pasti ingin ke surga.
Manusia dihiasi dengan Nafsu.
Salah satu perbedaan lain yang lain yang paling menandakan sifat manusia adalah Nafsu.
Berbeda dengan Malaikat, hamba Allah yang imannya selalu bertambah dan selalu berbakti
kepada Allah, menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan Allah.
Malaikat tidak diberikan Nafsu, seperti manusia.
Berbeda pula dengan hewan, hakikinya manusia memilik Nafsu, hewan juga memiliki
Nafsu, namun manusia tidak lah sama dengan hewan yang hanya menuruti nafsunya tanpa
memikirkan bagaimana menggunakan nafsu itu dan kapan waktu yang tepat untuk
memperturutkannya. Jadi, kalau ada manusia yang saat ini hanya memperturutkan Nafsunya
tanpa berfikir panjang mengenai benar atau salahnya yang ia lakukan, tidak ada lah bedanya
dengan hewan. Manusia seperti ini lah yang nantinya statusnya akan disamakan dengan
binatang ternak, sebab hanya memperturutkan nafsunya belaka, bahkan bisa lebih sesat lagi
daripada binatang ternak itu.

29

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Pengertian sederhana yang dapat dengan mudah kita pahami tentang Nafsu adalah sesuatu
faktor internal yang mendorong seorang manusia untuk bertingkahlaku (baik itu perbuatan
yang baik maupun yang buruk).
Ada beberapa macam pembagian nafsu oleh para ulama, diantaranya adalah mereka
membagi nafsu yang dimiliki oleh manusia itu menjadi 3 jenis, yaitu :
1.

Nafsu yang tenang (An-nafsul Muthmainnah)
Mereka yang memilik nafsu yang tenang (muthmainnah), adalah mereka yang dalam
hidupnya selalu berusaha untuk mengerjakan yang diperintahkah oleh Allah dan
meninggalkan yang di larang oleh Allah. Nafsu bukan lah sesuatu yang harus diperturutkan
sebagaimana mereka yang mempertuhankan nafsunya. Tetapi, lebih mempergunakannya
untuk mencari kesenangan dibawah naungan aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kelak Allah
akan memberikan penghargaan bagi manusia yang memiliki nafsu yang tenang sebagaimana
firman Allah dalam Surah Al-Fajr 27-30 :
Artinya :
“Wahai jiwa (Nafsu) yang tenang !. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah
ke dalam surga-Ku. (QS. Al-Fajr : 27-30).

2.

Nafsu yang lemah ( An-Nafsul Lawwamah)
Nafsu yang lemah adalah Nafsu yang terkadang berbuat baik, namun terkadang kembali
berbuat kejahatan (keburukan) dan dosa. Hati manusia memang kadang berbolak-balik.
Namun, sepatutnya manusia itu berusah menjaga dengan sekuat hatinya agar tak lebih banyak
dalam berbuat keburukan. Sebab, nafsu yang lebih banyak ingin berbuat buruk dan diperturuti
yang memilikinya adalah Nafsu yang lemah. Dan apabila sampai pada akhir hidupnya ia
masih dalam keadaan berbuat keburukan (dosa) maka ia akan ditempatkan dalam tempat
orang yang dimurkai oleh Allah, yaitu Neraka.
Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam menerangkan dalam haditsnya bahwa
“manusia ada yang selama hidupnya selalu berbuat amalan ahli surga, namun ketetapan Allah
mendahuluinya, ia beramal dengan amalan ahli neraka dan ia pun dimasukkan ke dalam
30

September 26, 2013

[MANUSIA DALAM ISLAM]

Neraka. sebaliknya, ada pula manusia yang selama hidupnya selalu beramal dengan amalan
ahli neraka, namun ketetapan Allah mendahuluinya sehingga ia beramal dengan amalan ahli
surga dan ia pun masuk ke dalam surga Allah.
Kita adalah manusia yang tidak memiliki sedikit ilmu pun tentang kapan kita akan
dipanggil oleh Allah, sehingga kita diwajibkan beramal sesuai yang diperintahkan oleh Allah
dan tidak menenggelamkan hati kita dalam kenikmatan hidup di dunia dan terlena di
dalamnya sehingga kita hanya sedikit berbuat baik dan sangat sering berbuat dosa. Semoga
Allah menunjuki kita ke dalam golongan orang yang memiliki nafsu yang diridhai Allah dan
menghindarkan kita dari golongan orang yang memilik nafsu yang lemah (Lawwamah).

3.

Nafsu yang selalu mendorong kepada kejahatan ( An-nafsu Ammaratun bissu’i)
Macam nafsu yang dimiliki oleh manusia yang terakhir adalah Nafsu yang Ammaratun
bissu’I, atau Nafsu yang selalu mendorong untuk berbuat kejahatan atau dosa. Mengenai hal
ini, dalam Al-Qur’an Allah mengisahkan perkatan N