BAB I PENDAHULUAN - Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran belanja pada satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kota Medan dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah telah memberi kewenangan kepada Pemerintah Daerah
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. Paket regulasi
undang-undang tersebut membuka peluang yang luas bagi daerah untuk membangun
daerahnya sesuai kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Oleh karena itu,
pemerintah daerah diharapkan mampu mengalokasikan dan menggunakan dana-dana
yang dimilikinya secara efektif dan efisien untuk penyelenggaraan pelayanan umum
dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Pemerintah daerah diharapkan dapat
mencapai tujuannya melalui penyerapan anggaran yang maksimal karena setiap
daerah dapat memanfaatkan segala potensi sumber daya yang dimilikinya.
Penyerapan anggaran merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan
pemerintah dalam menjalankan fungsi stabilisasi, alokasi dan distribusi yang
tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyerapan anggaran juga merupakan salah
satu unsur akuntabilitas keuangan pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah


(LAKIP).

Akuntabilitas

keuangan

merupakan

bentuk

pertanggungjawaban dan penjelasan atas penggunaan keuangan yang telah dilakukan

Universitas Sumatera Utara

oleh aparatur pemerintah. Penyerapan anggaran merupakan kajian yang penting
karena setiap belanja pemerintah harus dipertanggungjawabkan untuk pemenuhan
kebutuhan publik.
Salah satu permasalahan utama dalam pelaksanaan anggaran belanja pemerintah
baik nasional, propinsi, maupun kabupaten/kota adalah rendahnya realisasi belanja

pada awal tahun (triwulan pertama) dan umumnya selalu mengalami peningkatan
yang signifikan di akhir tahun anggaran (triwulan keempat). Akibatnya anggaran
yang sudah tersedia di awal tahun dan merupakan hak masyarakat terpaksa tidak bisa
dilaksanakan karena pemerintah cenderung membelanjakannya di akhir tahun. Daya
serap anggaran yang masih rendah menjadi isu besar dalam manajemen keuangan
pemerintahan. Banyak pihak yang menuding bahwa rendahnya daya serap anggaran
tentunya akan berkontribusi terhadap kualitas pelayanan publik dan sulitnya
mencapai target pertumbuhan ekonomi. Penganggaran memiliki peran yang sangat
penting dalam upaya peningkatan penyerapan anggaran, karena jika dilakukan
dengan baik akan memudahkan dalam pelaksanaan anggaran (BPKP, 2011).
Rendahnya penyerapan anggaran tersebut muncul di tengah tuntutan agar pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara dan daerah semakin transparan dan akuntabel
dalam rangka menuju good government governance dan tuntutan untuk efektif dan
efisien.
Penyerapan anggaran belanja dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pandangan
pertama, penyerapan anggaran belanja yang dimaksud adalah realisasi anggaran pada
akhir tahun dibandingkan dengan anggarannya. Pandangan yang kedua, penyerapan

Universitas Sumatera Utara


anggaran belanja yang dimaksud adalah tidak proporsionalnya penyerapan anggaran
yang ditandai dengan lambat di awal tahun dan menumpuk di akhir tahun (Halim,
2014:84).
Dari berbagai literasi terlihat ada beberapa faktor permasalahan rendahnya
penyerapan anggaran. Pertama, adanya ketakutan yang berlebihan (dampak hukum
dari masing-masing aparatur di berbagai institusi terkait dengan penggunaan
anggaran. Ketakutan ini muncul akibat maraknya kasus korupsi dalam bidang
penggunaan anggaran yang berhasil diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Kedua, sejumlah institusi banyak yang tidak memiliki konsep perencanaan
yang matang, jelas dan teratur. Tidak adanya konsep perencanaan penggunaan
anggaran secara riil tentu akan berdampak pada munculnya sejumlah kesulitan dalam
mengarahkan penggunaan anggaran dengan tepat sasaran. Ketiga, kurangnya
pemahaman aparatur di berbagai institusi terkait dengan mekanisme penggunaan
anggaran dan model pertanggungjawabannya.
Perkembangan penyerapan anggaran belanja Pemerintah Kota Medan sesuai
dengan Laporan Realisasi Anggaran (audited) dalam tiga tahun terakhir (2013-2015)
menunjukkan bahwa penyerapan anggaran belanja Kota Medan tahun 2013-2015
belum mencapai penyerapan anggaran yang optimal, daya serap anggaran masih
dibawah 90% yaitu masing-masing hanya mencapai 76.09%, 80.51% dan 80.01%.
Pemerintah Kota Medan juga mengalami permasalahan keterlambatan penyerapan

anggaran belanja. Persentase penyerapan anggaran belanja dalam tiga tahun terakhir
membentuk pola yaitu penyerapan anggaran yang masih rendah pada awal tahun

Universitas Sumatera Utara

sampai dengan triwulan ketiga kemudian diikuti dengan penyerapan anggaran yang
menumpuk di triwulan keempat, sebagaimana terlihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Realisasi Penyerapan Anggaran Belanja Kota Medan
Tahun 2013-2015
(dalam Rupiah)
Tahun

2013

2014

2015

Pagu Anggaran


Triwulan

Realisasi

%

4.524.737.504.275
4.524.737.504.275
4.237.560.638.891
4.237.560.638.891

I
II
III
IV

443.922.010.440,70
1.215.925.647.357,93
2.012.062.987.940,42

3.224.449.048.408,88

9.81
26.87
47.48
76.09

4.366.467.365.927
4.366.467.365.927
4.625.169.942.881
4.625.169.942.881

I
II
III
IV

518.338.081.701,60
1.183.669.655.926,63
2.099.859.311.416,12

3.723.643.299.085

11.87
27.11
45.40
80.51

4.878.165.637.279
4.878.165.637.279
4.878.165.637.279
5.467.952.757.114

I
II
III
IV

498.097.523.077,76
1.325.649.532.593,50
2.334.362.503.922,84

4.374.968.274.136,94

10.21
27.18
47.85
80.01

Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan (Data di olah)

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kota Medan tahun 2013-2015, dapat
dilihat penyerapan anggaran Kota Medan pada tahun 2015 di triwulan ketiga dengan
total anggaran belanja sebesar Rp. 4.878.165.637.279, hingga akhir September 2015
(akhir triwulan ketiga) realisasi keuangan yang mampu diserap untuk pelaksanaan
program kegiatan adalah sebesar 47.85%. Realisasi anggaran belanja di triwulan
ketiga seharusnya telah mencapai 70% dari total anggaran belanja jika dilihat dari
rencana pencairan anggaran kas dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang
telah ditetapkan Pemerintah Kota Medan tahun 2013-2015 triwulan I-IV masing-

Universitas Sumatera Utara


masing sebesar 20%; 20%; 30%; dan 30%. Begitu juga yang terjadi pada tahun 2013
dan 2014, tingkat penyerapan anggaran per triwulan yang dicapai oleh Pemerintah
Kota Medan tidak mencapai penyerapan anggaran yang optimal.
Minimnya penyerapan anggaran belanja Kota Medan juga terjadi di tahun 2016
sebagaimana yang diungkapkan oleh Wali Kota Medan pada Rapat Koordinasi
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota
Medan 2016 disebutkan bahwa serapan anggaran belanja langsung hingga Juli 2016
baru terealisasi 20,3%. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada Rapat
Koordinasi Nasional TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) tanggal 04 Agustus 2016
di Jakarta mengumumkan daftar propinsi, kabupaten/kota yang dananya masih
banyak mengendap di bank dan belum direalisasikan. Presiden menyampaikan bahwa
Kota Medan menjadi kota yang mengendapkan dana pembangunan tertinggi di
seluruh Indonesia dengan nilai yang mencapai Rp 2,2 triliun. Besarnya dana
pembangunan yang mengendap di bank ini merupakan pertanda penyerapan anggaran
yang sangat rendah dari pemerintah daerah yang bersangkutan. Presiden pun
mengingatkan kepada seluruh pemimpin daerah baik Gubernur, Bupati/Wali Kota
untuk segera menyalurkan dana itu agar perekonomian masyarakat dapat bergulir.
Dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang hanya diendapkan
tidak


akan

dapat

merangsang

perekonomian

daerah

yang

bersangkutan

(www.liputan6.com). Lambatnya penyerapan anggaran atau penumpukan penyerapan
anggaran di triwulan keempat akan menimbulkan risiko akuntabilitas keuangan

Universitas Sumatera Utara

negara seperti memaksakan pelaksanaan kegiatan yang tidak perlu, lemahnya

perencanaan kegiatan dan menurunnya kualitas pelaksanaan kegiatan (BPKP, 2012).
Sebagai negara yang sedang giat membangun, peran pemerintah sangat
dibutuhkan untuk memberikan dorongan yang lebih kuat dan cepat bagi pergerakan
roda perekonomian (stimulus). Peran pemerintah disini dapat dinyatakan dalam
bentuk mengoptimalkan pengelolaan potensi daerah dan sumber daya manusia yang
memberikan manfaat terhadap masyarakat. Hal tersebut dapat terlaksana jika segala
sesuatunya dilakukan secara efektif dan efisien. Namun kenyataannya masih banyak
hal yang diharapkan oleh masyarakat terhadap pemerintah untuk peningkatan
kesejahteraan tidak dapat terpenuhi.
Pemerintah daerah harus berperan lebih baik terhadap peningkatan daya serap
anggarannya dengan melakukan peningkatan kualitas perencanaan dan sumber daya
manusia (Zarinah, 2015). Perencanaan anggaran yang buruk adalah hambatan yang
signifikan yang mencegah peningkatan penyerapan anggaran. Tidak adanya konsep
perencanaan anggaran yang matang, jelas dan terukur tentu akan berdampak pada
munculnya sejumlah kesulitan dalam mengarahkan penggunaan anggaran dengan
tepat sasaran. Penelitian yang dilakukan oleh Herryanto (2012) menyatakan bahwa
perencanaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keterlambatan
penyerapan anggaran. Hal ini bertentangan dengan penelitian Fitriany (2014) dan
Rifai, dkk (2016) yang manyatakan bahwa perencanaan anggaran tidak berpengaruh
terhadap penyerapan anggaran.

Universitas Sumatera Utara

Selain perencanaan anggaran, kualitas sumber daya manusia dalam hal ini
aparat pengelola keuangan juga menjadi faktor yang mempengaruhi penyerapan
anggaran. Peran pemerintah sebagai SDM dapat diwujudkan dalam prakteknya
melalui kegiatan pemerintah sebagai pengelola keuangan negara dalam penggunaan
anggaran secara efektif dan efisien. Penelitian Herryanto (2012) menunjukkan bahwa
sumber daya manusia merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap
keterlambatan penyerapan anggaran. Namun berbeda dengan penelitian Rifai, dkk
(2016) yang menyatakan bahwa faktor sumber daya manusia tidak berpengaruh
terhadap keterlambatan daya serap anggaran.
Faktor dokumen pengadaan sangat berpengaruh terhadap daya serap anggaran.
Hal ini terlihat dengan adanya keterlambatan proses kualifikasi, pemilihan dan proses
pencairan. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Fitriany (2014) yang
menyimpulkan bahwa faktor dokumen pengadaan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penumpukan penyerapan anggaran.
Faktor ganti uang persedian juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
penyerapan anggaran. Pelaksanaan belanja yang dilakukan untuk melakukan kegiatan
harus

dipertanggungjawabkan

secara

tepat

waktu.

Salah

satu

proses

pertanggungjawaban belanja kegiatan yaitu melalui ganti uang persediaan (GU).
Dalam proses pencairan dana SKPD diperkenankan melakukan pengisian kembali UP
(GU) yang dapat diberikan apabila dana UP dipergunakan sekurang-kurangnya 75%
dari dana UP yang diterima. Ketentuan ini dibuat dengan tujuan agar dana yang
tersimpan pada rekening bendahara pengeluaran tidak banyak yang menganggur

Universitas Sumatera Utara

(iddle cash) apabila tidak digunakan. Dilain pihak, ketentuan ini juga memberatkan
SKPD karena dalam melakukan revolving, SKPD harus menunggu dana UP habis
minimal 75% sehingga dapat menyebabkan penyerapan anggaran menjadi tidak
optimal.
Faktor lainnya yang perlu diperhatikan sebagai penyebab rendahnya penyerapan
anggaran adalah perubahan anggaran. Perubahan anggaran suatu daerah dilakukan
untuk menyesuaikan dan merevisi rencana program dan kegiatan agar rencana dan
kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
kebutuhan. Perubahan anggaran ini tentunya akan mempengaruhi penyerapan
anggaran pada SKPD karena Perubahan anggaran akan mendekatkan jumlah yang
direncanakan dengan jumlah yang direalisasikan, sehingga varian menjadi hilang atau
semakin kecil. Hal ini sesuai dengan penelitian Darma (2014) yang menyatakan
bahwa perubahan anggaran merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap
serapan anggaran.
Penelitian tentang penyerapan anggaran telah dilakukan oleh Priatno dan
Khusaini (2013) menganalisis faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran pada
satuan kerja lingkup pembayaran KPPN Blitar. Hasil penelitian dan analisis data
menunjukkan bahwa faktor administrasi dan SDM mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap penyerapan anggaran satuan kerja, sedangkan faktor perencanaan
dan faktor pengadaan barang dan jasa yang mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap penyerapan anggaran satuan kerja.

Universitas Sumatera Utara

Herryanto (2012) menyebutkan faktor utama yang mempengaruhi penyerapan
anggaran belanja di Kementerian/Lembaga yakni (a) perencanaan, (b) Adminstrasi,
(c) sumber daya manusia, (d) dokumen pengadaan, (e) ganti uang persediaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor perencanaan mempengaruhi keterlambatan
penyerapan anggaran sebesar 42%, faktor administrasi 8,84%, faktor SDM 7,80%,
faktor dokumen pengadaan 6,4%, dan faktor Ganti Uang Persediaan 5,41%.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Fitriany (2014) yang menunjukkan
bahwa hanya variabel faktor sumber daya manusia dan dokumen yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap penumpukan penyerapan anggaran sedangkan faktor
perencanaan, penerapan, unit kerja internal dan administrasi tidak berpengaruh
terhadap penumpukan penyerapan anggaran Kota Pekalongan.
Darma (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor waktu penetapan
anggaran dan perubahan anggaran berpengaruh positif terhadap serapan anggaran
sedangkan faktor sisa anggaran tahun sebelumnya berpengaruh negatif terhadap
penyerapan anggaran.
Penelitian tentang penyerapan anggaran juga dilakukan oleh Rifai, dkk (2016)
yang menganalisis Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan daya serap
anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Kerja Pemerintah Nusa Tenggara Barat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu variabel
perencanaan, regulasi, koordinasi, pelaksanaan, desentralisasi dan sumber daya
manusia tidak berpengaruh terhadap penyerapan anggaran.

Universitas Sumatera Utara

Arthana (2015) melakukan penelitian pada Satuan Kerja di Lingkup
Pembayaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Denpasar menyatakan bahwa
komitmen organisasi mampu memoderasi hubungan kompetensi pegawai dengan
kinerja penyerapan anggaran yang menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwadi (2016) pada Dinas Pemuda dan
Olahraga Propinsi Jawa Tengah yang menyatakan bahwa komitmen organisasi
berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran.
Melihat latar belakang dan inkonsistensi hasil beberapa penelitian terdahulu,
peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi
penyerapan anggaran belanja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pemerintah Kota Medan dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating.
Peneliti mengambil objek penelitian pada SKPD Pemerintah Kota Medan
karena adanya fenomena yang terjadi di Kota Medan mengenai penyerapan anggaran
yang masih rendah dilihat dari sisi belanja, karena dalam perekonomian Indonesia,
salah satu variabel dominan pendorong pertumbuhan ekonomi adalah

faktor

konsumsi sehingga belanja pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut
menjadi penentu pertumbuhan ekonomi nasional.
Peneliti

menggunakan

perencanaan,

sumber

daya

manusia,

dokumen

pengadaan, ganti uang persediaan dan perubahan anggaran karena adanya perbedaan
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti menambah
komitmen organisasi sebagai variabel moderating karena melihat adanya pengaruh
komitmen organisasi terhadap penyerapan anggaran yang dilakukan oleh Arthana

Universitas Sumatera Utara

(2015) dan Purwadi (2016) serta komitmen organisasi merupakan bentuk komitmen
seluruh aparatur SKPD dalam merealisasikan target kinerja agar serapan anggaran
dapat tercapai sesuai target yang telah disepakati.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang penyerapan anggaran belanja dengan judul “Faktorfaktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Belanja pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah Pemerintah Kota Medan dengan Komitmen Organisasi
Sebagai Variabel Moderating”
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1.

Apakah perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang
persediaan, dan perubahan anggaran berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap penyerapan anggaran belanja pada SKPD Pemerintah Kota Medan?

2.

Apakah komitmen organisasi dapat memoderasi hubungan antara perencanaan,
sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang persediaan, dan
perubahan anggaran dengan penyerapan anggaran belanja pada SKPD
Pemerintah Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.

Untuk menganalisis pengaruh perencanaan, sumber daya manusia, dokumen
pengadaan, ganti uang persediaan, perubahan anggaran secara simultan dan
parsial terhadap penyerapan anggaran belanja pada SKPD Pemerintah Kota
Medan

2.

Untuk menganalisis komitmen organisasi sebagai pemoderasi hubungan antara
perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang persediaan,
perubahan anggaran dengan penyerapan anggaran belanja pada SKPD
Pemerintah Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1.

Bagi Peneliti, untuk mengetahui dan menganalisis kondisi rill mengenai
penyerapan anggaran belanja SKPD Pemerintah Kota Medan.

2.

Bagi Pemerintah Kota Medan diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam
mengevaluasi penyerapan anggaran belanja daerah dan menjadi masukan dalam
pengambilan keputusan strategis dalam menjalankan roda pemerintahan daerah.

3.

Bagi akademis/ peneliti selanjutnya, sebagai pertimbangan untuk melakukan
penelitian selanjutnya mengenai penyerapan anggaran belanja daerah.

1.5.Originalitas Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Herriyanto (2012) dengan
judul: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan Anggaran
Belanja pada Satuan Kerja Kementerian/Lembaga di Wilayah Jakarta. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ada pada tabel 1.2 berikut :

Tabel 1.2
Originalitas Penelitian
Uraian

Penelitian Terdahulu

Penelitian Saat Ini

Variabel
Independen

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.

Variabel Dependen

Penyerapan
belanja
Tidak ada

Variabel
Moderating
Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian

1.

Perencanaan
Administrasi
Sumber Daya Manusia
Dokumen Pengadaan
Ganti Uang Persediaan

Perencanaan
Sumber Daya Manusia
Dokumen Pengadaan
Ganti Uang Persediaan
Perubahan Anggaran

anggaran

Penyerapan
anggaran
belanja
Komitmen Organisasi

Satuan
Kerja
di
Kementerian/Lembaga
di Wilayah Jakarta
2012

Satuan Kerja Perangkat
Daerah Pemerintah Kota
Medan
2016

Penelitian sebelumnya menggunakan perencanaan, administrasi, SDM,
dokumen pengadaan dan ganti uang persediaan sebagai variabel independen,
dan penyerapan anggaran belanja sebagai variabel dependen. Sementara
penelitian ini menggunakan perencanaan, SDM, dokumen pengadaan, ganti

Universitas Sumatera Utara

uang persediaan dan perubahan anggaran sebagai variabel independen,
komitmen organisasi sebagai variabel moderating dan penyerapan anggaran
belanja sebagai variabel dependen.
2.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi dan
waktu yang berbeda, pada penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2012
dengan objek observasi pada Satuan Kerja di tingkat kementerian/ lembaga di
Wilayah Jakarta sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 dengan
objek observasi pada SKPD Pemerintah Kota Medan.

3.

Peneliti mengurangi variabel administrasi karena berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya menunjukan bahwa administrasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap penyerapan anggaran serta menambah variabel perubahan anggaran
yang diduga memiliki pengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja karena
perubahan anggaran akan mendekatkan jumlah yang direncanakan dengan
jumlah yang direalisasikan sehingga pada akhirnya program dan kegiatan dapat
terlaksana dengan baik.

4.

Penelitian sebelumnya tidak menggunakan variabel moderating. Sementara
penelitian ini menambahkan komitmen organisasi sebagai variabel moderating.
Komitmen organisasi dijadikan sebagai variabel moderating karena komitmen
organisasi yang tinggi di duga memiliki pengaruh yang positif terhadap
penyerapan anggaran. Keterlibatan para pihak di dalam SKPD yang memiliki
komitmen organisasi yang tinggi dalam penetapan target anggaran akan
menjadikannya lebih paham terkait sasaran yang akan dicapai, bagaimana usaha

Universitas Sumatera Utara

pencapaiannya dan kemudian target yang disusun dapat sesuai dengan sasaran
yang akan dicapai. Kondisi tersebut akan mengarahkan untuk melakukan upaya
terbaik untuk mencapai tujuan organisasi dan tentunya akan berimplikasi pada
tingkat penyerapan anggaran yang optimal.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22