Manajemen Kota Urban Revitalization Urban Revitalization

Urban
Revitalization
Mata
Kota

Kuliah

Disusun Oleh :

 Dian Fajar N

3613100036

 Edwin Fahrur R

3613100054

 Laksmita Dwi H

3613100069


JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2016

Manajamen

1|Manajemen

Kota

Urban Revitalization

Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Urban Revitalization” dengan
tepat waktu. Penyusunan makalah Manajemen Kota ini bertujuan untuk mereview
materi dan menjelaskan kasus manajemen kota terkait Urban Revitalization, mulai dari
tinjauan pustaka, studi kasus, hingga kesimpulan.
Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam

pembuatan makalah ini dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada dosen-dosen mata kuliah Manajemen Kota.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan,
baik pada teknis penulisan maupun pembahasan materi. Melalui makalah ini penulis
berharap dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri serta kepada pembaca
mengenai persoalan-persoalan yang terkait dengan Manajemen Kota. Pada akhirnya
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik.

Surabaya,

Penyusun

2|Manajemen

Kota

Urban Revitalization

Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 3
1.2. Tujuan dan Sasaran .................................................................................... 3
1.3. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 3
1.4. Sistematika Penulisan .................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 5
2.1. Tinjauan Kebijakan Urban Revitalization ...................................................... 5
2.2. Definisi Urban Revitalization ........................................................................ 5
2.3. Latar Belakang Revitalisasi .......................................................................... 6
2.4. Tujuan Revitalisasi ....................................................................................... 7
2.5. Sasaran Revitalisasi ..................................................................................... 7
2.6. Manfaat Revitalisasi .................................................................................... 8
2.7. Pendekatan Revitalisasi ............................................................................... 8
2.8. Tahapan Revitalisasi.................................................................................. 10
2.9. Konsep Penataan dan Revitalisasi Kawasan ............................................... 12
2.10.

Penetapan Kriteria Revitalisasi ................................................................ 12


2.11.

Esensi Revitalisasi, Peremajaan, dan Rehabilitasi ..................................... 13

BAB III STUDI KASUS ............................................................................................. 16
Notulensi Hasil Diskusi........................................................................................... 21
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 22

3|Manajemen

Kota

Urban Revitalization

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya usia kawasan di Indonesia, muncul kawasan
yang tidak teratur, terdapat kawasan yang produktivitas ekonominya menurun,
adanya kawasan yang terdegradasi lingkungannya akibat layanan prasarana
sarana tidak memadai, bahkan beberapa warisan budaya perkotaan (urban

heritage) menjadi rusak, dan tidak sedikit kawasan yang nilai lokasinya menurun.
Muncul pula kawasan yang kepemilikan tanah menjadi tidak jelas dan kepadatan
fisiknya rendah. Kondisi di atas diperparah karena komitmen pemda yang rendah
dalam menata kawasan tersebut.
Dilihat dari tipenya, kawasan-kawasan tersebut dapat berupa kota warisan
budaya (heritage town), kota lama (old town), kawasan strategis berpotensi
ekonomi, permukiman kumuh, dan atau kawasan/permukiman yang vitalitasnya
tidak berkembang (stagnant). Agar vitalitas kawasan-kawasan tersebut tidak terus
merosot, maka perlu direvitalisasi yang melibatkan intervensi pemerintah,
peranserta masyarakat dan swasta dari segi keruangan (setting) kawasan
sehingga kawasan tersebut akan lebih terintegrasi dalam satu kesatuan yang utuh
dengan sistem kota, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas
hidup masyarakat.
Dengan adanya revitalisasi kawasan diharapkan dapat memecahkan
permasalahan

perkotaan,

diantaranya


meningkatnya

vitalitas

kawasan

perkotaan, berkurangnya kantong-kantong kawasan kumuh, meningkatnya
pelayanan jaringan sarana dan prasarana, dan meningkatkan nilai lokasi
kawasan.
1.2. Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah mengetahui
konsep urban revitalization secara umum dan praktiknya di Indonesia.
1.3. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
Dari penulisan makalah ini diharapkan membuka wawasan bagi siapa saja yang
membaca dan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam bagi penyusun.

4|Manajemen

Kota


Urban Revitalization

1.4. Sistematika Penulisan
Metode penulisan dalam laporan ini terbagi menjadi 4 (empat) bab sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Berisi mengenai tinjauan kebijakan revitalisasi kawasan perkotaan, landasan
teori, dll
BAB III NOTULENSI
Berisi notulensi presentasi dan diskusi dengan beberapa pertanyaan dari rekan
di kelas.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini berisi lesson learned dan rekomendasi dari materi yang dibahas

5|Manajemen


Kota

Urban Revitalization

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Tinjauan Kebijakan Urban Revitalization
Urban revitalization atau revitalisasi kawasan perkotaan diatur dalam
beberapa kebijakan, yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun
2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan, Undang-Undang No. 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6
Tahun 2007 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, dan UndangUndang No. 11 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya (UUCB).
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2010 tentang
Pedoman Revitalisasi Kawasan merupakan acuan yang digunakan dalam
revitalisasi suatu kawasan. Kebijakan ini berisi tahapan-tahapan dan pedoman
revitalisasi kawasan. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung merupakan dasaran dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18
Tahun 2010, dan diterangkan bahwa pemanfaatan gedung ada kegiatan
pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala.
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6 Tahun 2007 tentang
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, dijelaskan bahwasannya salah satu

konten dari penyusunan dokumen RTBL meliputi kegiatan revitalisasi. Pada
Undang-Undang No. 11 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya (UUCB), dijelaskan
mengenai revitalisasi situs cagar budaya.
2.2. Definisi Urban Revitalization
Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan atau kawasan
melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan
fungsi kawasan sebelumnya. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran,
serta

pemeliharaan

bangunan

gedung

dan

lingkungannya

untuk


mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai
dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki. (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi
Kawasan).
Revitalisasi merupakan

serangkaian

upaya menghidupkan

kembali

kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai – nilai vitalitas yang strategis

6|Manajemen

Kota

Urban Revitalization


dan signifikan dari kawasan yang mempunyai potensi atau mengendalikan
kawasan yang cenderung kacau. (Departemen Kimpraswil, 2002)
Revitalisasi merupakan pemberdayaan daerah dalam usaha menghidupkan
kembali aktivitas perkotaan dan vitalitas kawasan untuk mewujudkan kawasan
layak huni (livable), mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas ekonomi
lokal, berkeadilan sosial, berwawasan budaya serta terintegrasi dalam kesatuan
sistem kota. (Antariksa, 2009)
2.3. Latar Belakang Revitalisasi
Revitalisasi kawasan perlu dilakukan mengingat adanya isu dan permasalahan
antara lain:
1) Isu
a. Kemerosotan vitalitas/produktivitas kawasan terbangun perkotaan.
b. Pentingnya peningkatan ekonomi lokal dalam pembangunan kota dan
pembangunan nasional.
c.

Pemberdayaan pasar dan masyarakat (market & community enablement).

d. Degradasi kualitas lingkungan kawasan.
e. Pentingnya kebhinnekaan budaya terbangun bagi persatuan dan
kesatuan bangsa.
f.

Meningkatnya peran pemangku kepentingan.

g. Pergeseran peran dan tanggung jawab pusat ke daerah.
2) Permasalahan Pembangunan Kawasan Terbangun
a. Penurunan vitalitas ekonomi kawasan terbangun.
b. Kantong kumuh yang terisolir (enclave).
c.

Prasarana sarana kurang memadai.

d. Degradasi kualitas lingkungan (environmental quality).
e. Bentuk dan ruang kota dan tradisi lokal rusak.
f.

Tradisi sosial dan budaya setempat dan kesadaran publik pudar.

g. Manajemen kawasan yang terabaikan.
h. Kurangnya kompetensi dan komitmen Pemda dalam mengembangkan
kawasan perkotaan.

7|Manajemen

Kota

Urban Revitalization

2.4. Tujuan Revitalisasi
Tujuan dari revitalisasi kota adalah meningkatkan vitalitas kawasan terbangun
melalui intervensi perkotaan yang mampu menciptakan pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi lokal, terintegrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan
sosial, berwawasan budaya dan lingkungan.
2.5. Sasaran Revitalisasi
1) Meningkatnya stabilitas ekonomi kawasan melalui intervensi.
2) Mengembangkan penciptaan iklim yang kondusif bagi kontinuitas dan
kepastian usaha
3) Meningkatnya nilai properti kawasan dengan mereduksi berbagai faktor
eksternal yang menghambat sebuah kawasan sehingga nilai properti
kawasan sesuai dengan nilai pasar dan kondusif bagi investasi jangka
panjang.
4) Terintegrasinya kantong-kantong kawasan kumuh yang terisolir dengan
sistem kota dari segi spasial, prasarana, sarana serta kegiatan ekonomi,
sosial dan budaya.
5) Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan dan
jembatan, air bersih, drainase, sanitasi dan persampahan, serta sarana
kawasan seperti pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi informal dan
formal, fasilitas sosial dan budaya, dan sarana transportasi.
6) Meningkatnya kelengkapan fasilitas kenyamanan (amenity) kawasan guna
mencegah proses kerusakan ekologi lingkungan.
7) Terciptanya pelestarian aset warisan budaya perkotaan dengan mencegah
terjadinya "perusakan diri-sendiri“ (self- destruction) dan "perusakan akibat
kreasi baru" (creative-destruction), melestarikan tipe dan bentuk kawasan,
serta mendorong kesinambungan dan tumbuhnya tradisi sosial dan budaya
lokal.
8) Penguatan kelembagaan yang mampu mengelola, memelihara dan merawat
kawasan revitalisasi.

8|Manajemen

Kota

Urban Revitalization

9) Penguatan kelembagaan yang meliputi pengembangan SDM, kelembagaan
dan peraturan/ ketentuan perundang-undangan.
10) Membangun kesadaran dan meningkatkan kompetensi Pemda agar tidak
hanya fokus membangun kawasan baru.
2.6. Manfaat Revitalisasi
1) Urban Living Quality
2) Sustainable Urban Form
and Structure

3) Asset Improvement
4) Economic (social/culture)
Development

2.7. Pendekatan Revitalisasi
Pendekatan dalam revitalisasi kawasan perkotaan terdiri dari 3 (tiga)
pendekatan utama, yaitu intervensi fisik, rehabilitasi ekonomi, dan revitalisasi
sosial atau institusional. Intervensi fisik yaitu mengawali kegiatan fisik revitalisasi
dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan
kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, reklame, dan ruang
terbuka kawasan (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya

9|Manajemen

Kota

Urban Revitalization

dengan visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung,
intervensi fisik ini perlu dilakukan.
Pendekatan rehabilitasi ekonomi yaitu revitalisasi yang diawali dengan
proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan
ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa
mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic
development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P.
Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi
campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas
baru).
Pendekatan revitalisasi sosial atau institusional yaitu keberhasilan revitalisasi
sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang
menarik, bukan hanya tempat yang indah. Maksutnya, kegiatan-kegiatan
tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan
kehidupan sosial masyakarat. Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa
kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan
sosial yang berjati diri, dan hal inipun perlu didukung oleh suatu pengembangan
institusi yang baik.

10 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

2.8. Tahapan Revitalisasi
Gambar. Tahapan Revitalisasi

Sumber: Pedoman Revitalisasi Kawasan (Peraturan Menteri PU No. 18 Tahun 2010

Menurut gambaran tahapan di atas, terdapat 2 (dua) jenis kawasan yang
cocok direvitalisasi yaitu kawasan atau permukiman yang vitalitasnya menurun
(decline) dan kawasan atau permukiman yang vitalitasnya akan menurun
(stagnant). Kawasan yang vitalitasnya menurun yaitu berupa heritage town, kota
tua (old town), kawasan strategis berpotensi ekonomi, dan permukiman kumuh.
Sementara, kawasan yang vitalitasnya akan menurun yaitu kawasan atau
perumahan baru yang stagnan.
Pada tahapan tersebut dijelaskan bahwa salah satu penyebab dari suatu
kawasan harus direvitalisasi adalah adanya degradasi lingkungan di kawasan
tersebut. Pihak-pihak yang terlibat dalam urban settlement atau revitalisasi
kawasan perkotaan ini adalah intervensi pemerintah, keterlibatan swasta dan
masyarakat.
Peran pemerintah dalam pelaksanaan revitalisasi kawasan perkotaan
adalah secara umum dititikberatkan kepada fungsi penyusunan pedoman,

11 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

penyusunan kebijakan dan program, diseminasi dan pelatihan di tingkat pusat,
penyediaan rencana tindak baik berupa rencana tindak perencanaan maupun
dana stimulan, koordinasi dan supervisi serta evaluasi kebijakan, strategi dan
manfaat di tingkat nasional. Peran pemerintah provinsi dalam pelaksanaan
revitalisasi kawasan perkotaan adalah Tugas pemerintah provinsi meliputi
penyusunan usulan program ke pusat, diseminasi dan pelatihan di tingkat
provinsi, penyiapan sharing dana provinsi, pelaksanaan kegiatan fisik,
pelaksanaan koordinasi dan supervisi di tingkat provinsi, rencana tindak ke
kabupaten/kota, pemantauan dan evaluasi program dan manfaat di tingkat
provinsi.
Peran pemerintah kota atau kabupaten dalam pelaksanaan revitalisasi
kawasan perkotaan adalah melakukan identifikasi dan penyusunan kegiatan
revitalisasi kawasan ke tingkat provinsi dan pusat, diseminasi dan sosialisasi
kepada masyarakat, penyiapan lahan, koordinasi dan supervisi terhadap proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan, penyiapan sharing pendanaan,
pembentukan organisasi pengelolaan kawasan, dan penyusunan Perda/ SK
Kepala Daerah dan sebagainya. Dunia usaha atau masyarakat penghuni
kawasan berpartisipasi dalam bidang penyediaan lahan, proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengelolaan kawasan.
Menurut

Antariksa

(2009)

terdapat

beberapa

hambatan

dalam

pelaksanaan revitalisasi kawasan perkotaan, yaitu:


Ketidakserasian pendapat antara pihak pemerintah dan pihak pemilik
bangunan. Hal ini lebih disebabkan karena pihak pemilik bangunan sering
tidak mempunyai dana untuk pemeliharaan bangunan, sementara pihak
pemerintah belum mampu untuk memberikan subsidi kepada para pemilik
bangunan



Di lapangan seringkali didapati ketidaksesuaian antara harapan dan
keinginan masyarakat. Pengaruh pendidikan, latar belakang budaya, dan
kesadaran akan pemahaman akan kearifan lokal yang dapat dijadikan
aset pemerintah setempat menjadikan sebuah hambatan

12 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization



Mempertahankan budaya dalam sebuah kawasan dengan segala
kearifannya yang akan direvetalisasi belum tentu dapat diterima dengan
baik oleh masyarakat.

Gambar. Sebelum dilakukan revitalisasi (lokasi : Kawasan Museum Goedang Ransoem,
Sawahlunto)

Gambar. Setelah dilakukan revitalisasi (lokasi : Kawasan Museum Goedang Ransoem,
Sawahlunto)

2.9.

Konsep Penataan dan Revitalisasi Kawasan


People and Building (Sprio Kostof)



Content (Man & Society ) And Container (Shell, Network, Nature)
(Constaninos Doxiadis)



Place (Space With Human Value) And Space (Artefact Value) (R. Trancyk)



Pembangunan Kawasan dan Sejarah



Undang Undang Republik Indonesia no 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya.

2.10. Penetapan Kriteria Revitalisasi
Menurut Martokusumo (2008) penetapan kriteria revitalisasi kawasan dapat
dilakukan dengan menelaah penyebab penurunan kinerja kawasan. Dimensi
penurunan kinerja sebuah kawasan kota dapat mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Struktur/fisik: penurunan fisik terjadi karena faktor waktu/usia, cuaca,
gempa bumi, polusi kendaraan ataupun akibat mekanisme perawaran yang
buruk,

13 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

b. Fungsi: pada umumnya diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal
kawasan. Faktor internal disebabkan bangunan karena tidak mampu kagi
mendukung secara teknis/fungsional kebutuhan yang ada, sedangkan
eksternal

kawasan

mengakibatkan

perlunya

modifikasi

ataupun

penambahan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kinerja bangunan.
c. Aspek legal dan institusi/kelembagaan: keduanya berkaitan secara
langsung dengan dimensi fungsional dan fisik. Artinya secara fungsi, fisik,
dan citra dapat juga disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang tidak
tepat ataupun penerapan pemintakan kawasan yang tidak tepat.
d. Citra: umumnya citra bangunan dan lingkungan berkaitan dengan persepsi
publik.
e. Lokasi: degaradasi bangunan dan lingkungan dari segi lokasi umumnya
diakibatkan karena adanya perubahan pola distribusi dan konsumsi barang
serta perubahan sistem aksesibilitas dalam skala luas.
f. Finansial/ekonomi.
2.11. Esensi Revitalisasi, Peremajaan, dan Rehabilitasi
Revitalisasi pada galibnya dilakukan pada daerah yang mengalami
penurunan aktifitas biasanya ditandai dengan turunnya aktifitas ekonomi
(underused). Kegiatan peremajaan, dalam pengertian yang lebih umum,
menyangkut upaya penataan ulang struktur dan morfologi kawasan secara
menyeluruh. Sedangkan rehabilitasi sendiri merupakan upaya peremajaan
untuk mengembalikan kondisi bangunan/artefak/objek atau kawasan kota
yang telah mengalami kerusakan atau degradasi kepada kondisi awal hingga
dapat berfungsi kembali (Martokusumo, 2008).
Secara konseptual, revitalisasi merupakan usaha meningkatkan vitalitas
(kehidupan) kawasan kota melalui peningkatan dan pembaharuan kualitas
lingkungan, dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya dan karakteristik
kawasan. Artinya, pada hakekatnya revitalisasi tidak lain merupakan salah satu
bentuk mekanisme peremajaan. Secara lebih komprehensif, bila dikaitkan
dengan paradigma berkelanjutan, revitalisasi merupakan sebuah upaya untuk
mendaur ulang aset perkotaan dengan tujuan untuk memberikan vitalitas baru,

14 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan menghidupkan kembali vitalitas
yang pernah ada. Namun, dapat dipastikan tujuannya adalah untuk
menciptakan kehidupan baru yang produktif serta mampu memberikan
kontribusi positif pada kehidupan sosial-budaya dan terutama kehidupan
ekonomi (kawasan) kota (Martokusumo, 2008).
Dalam mekanisme peremajaan, kegiatan penataan ulang melibatkan
unsur fisik dengan melakukan perubahan terhadap struktur dan morfologi
kawasan, serta aspek nor-fisik (termasuk pengaturan kembali tata guna lahan,
penambahan

ataupun

perubahan

peruntukan

lahan

serta

intensitas

pemanfaatan) (Martokusumo, 2008).
Rehabilitasi

merupakan

upaya

untuk

memperbaiki

kinerja

kawasan/bangunan yang menurun, yang lazimnya diakibatkan oleh penurunan
kualitas lingkungan dan faktor penuaan. Dalam konteks kegiatan konservasi
bangunan pendekatan ini dapat berupa surface rehabilitation, yakni perbaikan
intervensi fisik hanya dilakukan sebatas pada kulit luar bangunan (building’s
envelope), dan dalam konteks kawasan umumnya tidak merubah struktur fisik
kawasan.

Sedangkan

deep

rehabilitation

adalah

pendekatan

dengan

perubahan fisik kawasan kota yang signifikan (Martokusumo, 2008).
Program peremajaan kota memang dapt dilakukan pada dua jenis
perubahan, yaitu perubahan yang bersifat sebagian/kritis atau justru sebaliknya,
total.

Dalam

konteks

kawasan

perubahan

ini

bersifat

total,

artinya

dimungkinkan adanya perubahan struktur fisik dan morfologi kawasan kota.
Pendekatan yang terakhir ini dalam kegiatan kawasan kota dikenal sebagai
urban redevelopmnet. Apabila tidak terkendali, perubahan total ini biasanya
diikuti oleh dampak sosial negatif. Artinya, penataan/pembangunan lingkungan
binaan yang tidak dapat diikuti (dikenali) oleh komunitasnya (tidak akrab) akan
membawa dampak yang destruktif (Sanoff, 1991; Selle, 1991, dalam
Martokusumo, 2008).
Pada dasarnya esensi dari ketiga mekanisme penataan jika ditinjau dari
lingkungan perkotaan adalah (Sujarto, 2002):

15 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization



Peningkatan atau mengembalikan vitalitas kawasan fungsional, terhadap
konteks pertumbuhan dan perkembangan kota.



Penataan kembali elemen rancang kota dan unsur perkotaan secara
kualitatif dan kuantitatif.



Peningkatan kemampuan dan kapasitas sarana dan prasarana kawasan
perkotaan.



Pencegahan terhadap penurunan kualitas lingkungan/kawasan kota
(Kekumuhan, degradasi lingkungan, segregasi sosio-spatial, dll).

Berikut adalah hubungan substansial antara peremajaan, rehabilitasi,
revitalisasi, dan redevelopment.
Bagan Hubungan substansial antara peremajaan, rehabilitasi,
revitalisasi, dan redevelopment

Peremajaan (Renewal)
Perubahan fisik kawasan (melalui penataan fisik) sebagai akibat dari
perubahan pemanfaatan bangunan, lahan, dan kawasan.

Rehabilitasi (rehabilitation)
a. Surface rehabilitation
b. Deep Rehabilitation

Revitalisasi (Revitalization)
upaya untuk memvitalkan kembali
suatu kawasan atau bagian kota
yang dulunya pernah vital hidup
akan
tetapi
mengalami
kemunduran dan degradasi

Redevelopment
Proses peremajaan yang ditandai dengan adanya perubahan total thd struktur
fisik dan morfologi kawawsan fungsional kota untuk peningkatan kualitas
kehidupan (sosio-culture) dan ekonomi (Produktifitas).
Sumber: Jurnal Revitalisasi, Sebuah Pendekatan Dalam Peremajaan Kawasan

16 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

BAB III STUDI KASUS

STRATEGI REVITALISASI KAWASAN PUSAT KOTA BUKITTINGGI
Gejala penurunan kualitas fisik ruang kota dapat dengan mudah diamati pada
kawasan kota bersejarah / tua, karena sebagai bagian dari perjalanan sejarah
(pusat kegiatan perekonomian dan sosial budaya), kawasan kota tersebut umumnya
berada dalam tekanan / pengaruh pembangunan. Proses revitalisasi sebuah
kawasan atau bagian kota mencakup perbaikan aspek fisik dan aspek ekonomi dari
bangunan maupun ruang kota.
Paper ini mencoba melihat sejauhmana peran intervensi fisik dalam kegiatan
revitalisasi kawasan ruang kota. Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya
dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menciptakan kegiatan / fungsi
baru, menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan.
Beberapa isu yang menjadi penekanan dalam pembahasan ini yaitu strategi
revitalisasi yang dilihat dari isu lingkungan (environmental sustainability), rehabilitasi
kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development) serta kegiatan
tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan
sosial masyarakat / warga (public realms) yang selanjutnya dinamakan dengan
revitalisasi sosial / intitusional.
Kondisi Kota Bukittinggi Pada Masa Kolonial


Pada kawasan pusat kota Bukittinggi, secara fisik masih menyisakan jejak-jejak
sejarah yang mempunyai arti dalam pembentukan ruang kota Bukittinggi. Seperti
pada daerah perbukitan yang sekarang berfungsi sebagai Pasar Atas Bukittinggi,
Jam Gadang, Benteng Fort de Kock, Istana Negara dan Kebun Binatang. Daerahdaerah ini merupakan daerah awal yang memiliki tingkat perkembangan fisikspasial yang tinggi sebagai daerah perdagangan dan akomodasi pariwisata.



Berkembangnya Pasar Atas di Bukit Kubangan Kabau merupakan alasan dalam
memilih pendirian benteng di Bukit Jirek (benteng Fort de Kock) selain untuk
strategi pertahanan, juga untuk memudahkan dalam mendapatkan kebutuhan
bagi para tentaranya.



Los Saudagar merupakan deretan rumah - toko (ruko) yang menjadi bagian dari
Pakan Kurai (Pasar Kurai / Pasar Atas Bukittinggi) berdasarkan catatan tahun yang
ada di salah satu sisinya didirikan sekitar tahun 1917-an. Deretan ruko ini pada
mulanya menjual barang-barang kodian, minyak tanah, minyak goreng dan
kapuk. Jalan diantara deretan blok bangunan ini dikenal dengan nama Jalan
Saudagar dan Jalan Kumango, yaitu tempat menjual barangbarang kelontong.
Deretan blok bangunan peninggalan Belanda ini masih bertahan sampai
sekarang. Beberapa diantaranya sudah dihancurkan dan mengalami kerusakan.

17 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

Kondisi Kota Bukittinggi Sebelum Revitalisasi (Degradasi)
 Kondisi saat ini sudah mengalami perubahan. Orang tidak dapat lagi berjalan
menyusuri koridor bangunan karena sudah tertutup / terhalangi oleh barang
dagangan dan dinding yang sengaja dibuat untuk perluasan dari petak toko.
 Letak Los Saudagar berada dalam rangkaian potensi sejarah dan budaya yang
ada di sekitarnya seperti Pasar Atas, Jenjang 40, Taman Jam Gadang, Gedung
Istana Bung Hatta, daerah Pecinan, Kebun Binatang Kinantan, dan Benteng Fort
de Kock. Potensi-potenasi ini belum termanfaatkan secara optimal guna
meningkatkan kualitas fungsional dan visual dari kawasan Pasar Atas dan
sekitarnya.
 Kondisi sekarang menunjukkan kecenderungan perkembangan yang mengarah
kepada penurunan kualitas lingkungan, penghancuran bangunan, tidak adanya
perawatan bangunan dan belum ada perencanaan kegiatan yang dapat
menunjang potensi-potensi yang ada di sekitar kawasan.
Pendekatan Program Pelestarian Kawasan Pusaka Kota Bukittinggi
Dalam melakukan revitalisasi, dilakukan pendekatan program sebagai berikut:
 Adanya organisasi yang mengelola langsung revitalisasi. Melalui organisasi ini
dibangun kesepakatan dan kerja sama antar kelompok dan perseorangan yang
berperan serta tahapan pelaksanaan kegiatan di masa depan.
 Dokumentasi dan presentasi yang selalu terbarui, adalah mutlak dilakukan
inventarisasi secara menyeluruh potensi dan masalah kawasan. Termasuk fisik dan
non fisik, baik pusaka atau tidak. Hasil inventarisasi disusun dalam dokumentasi
yang terus diperbarui dan mudah diakses oleh publik. Dokumentasi menjadi dasar
pertimbangan aksi revitalisasi. Termasuk memanfaatkan pula sebagai materi
promosi.
 Promosi. Pendekatan ini perlu dimulai sebelum revitalisasi. Awalnya ditujukan
pada masyarakat lokal, pemerintah dan berbagai pihak terkait. Promosi dan
pemasaran selanjutnya kepada pembeli, pengembang potensial, pelaku bisnis
baru dan wisatawan.
 Mewujudkan roh / kegiatan kawasan pusaka yang akan membuat vitalitas
kawasan tumbuh kembali. Bahkan bila perlu mencangkokkan roh baru. Ini
merupakan hakiki upaya revitalisasi yang justru sering terabaikan.
 Meningkatkan rancangan fisik kawasan (desain). Dilaksanakan melalui rehabilitasi
bangunan pusaka dan membangun desain pengisi (infill design) yang tepat. Juga
memformulasikan arahan desain (design guidelines) tanpa merusak kualitas
tatanan yang ada. Justru meningkatkan serta mewadahi kebutuhan kontemporer.

18 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

 Mengembangkan dan menciptakan ekonomi kawasan setempat melalui berbagai
terobosan dan kesempatan baru tanpa merusak tatanan kehidupan lokal.
Program Revitalisasi Kota Bukittinggi
Kegiatan revitalisasi kawasan yang diselenggarakan oleh Departemen Pekerjaan
Umum dengan dana APBN telah mendorong Pemerintah Kota Bukittinggi (Kimpraswil,
2005) untuk melanjutkan kegiatan tersebut melalui :
a. Revitalisasi kawasan benteng Fort de Kock dan Taman Margasatwa dan Budaya
Kinantan pada tahun 2002- 2004, menghabiskan dana Rp. 10 Milyar.
b. Revitalisasi Taman Panorama dan Lubang Jepang pada tahun 2004,
menganggarkan dana Rp. 9 Milyar namun baru terealisasi Rp. 4,49 Milyar.
c. Relokasi Kantor Walikota ke Kawasan Bukit Gulai Bancah pada tahun 2002
mengahabiskan dana Rp. 35,75 Milyar.
d. Pembangunan Monumen Bung Hatta di Kawasan Istana Bung Hatta pada tahun
2003 menghabiskan dana APBN Rp. 5 Milyar.
e. Pembangunan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta pada tahun 2003,
menganggarakan dana Rp 30 Milyar namun baru terealisasi Rp. 5,2 Milyar.
f. Revitalisasi Lapangan Sudirman (di Jl. Jendral Sudirman, Belakang Balok)
menghabiskan dana Rp 675 Juta.
g. Revitalisasi Pasar banto pada tahun 2004 dengan rencana biaya sebesar Rp. 131
Milyar.
h. Revitalisasi kawasan terminal Aur Kuning ke Kawasan Tambuo dengan rencana
biaya Rp. 300 Milyar.
i. Rencana Pembangunan Gedung Kesenian dengan rencana biaya Rp. 14 Milyar.
j. Bantuan Teknis Perencanaan Penataan dan Revitalisasi Kawasan Pasar Atas
Bukittinggi yang berlangsung pada tahun 2005 dan kegiatan pembangunan
fisiknya pada tahun 2006.
Tahapan Revitalisasi
1) Intervensi Fisik
Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap,
meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata
hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan
(urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi
visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi
fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi
penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks
lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.
2) Intervensi Ekonomi

19 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus
mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang
bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi
informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan
nilai tambah bagi kawasan kota. Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan
fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial
(vitalitas baru).
3) Revitalisasi Sosial/ Institusional
Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan
lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful
place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat
meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms).
Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan
pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place
making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan
institusi yang baik.
Tahap Pengelolaan
 Tahap pengelolaan pada revitalisasi Bukittinggi menggunakan Cultural Quarter.
Merupakan suatu strategi bagi kota untuk melakukan suatu intervensi yang
proaktif, yang melibatkan proses regenerasi kawasan perkotaan. Tidak semua
bagian atau area perkotaan dapat diubah menjadi cultural quarter.
 Hanya daerah yang memiliki karakter dan image yang unik terutama di sektor
kultural, yang berpotensi menjadi cultural quarter. Untuk mengembangkan suatu
area menjadi cultural quarter, kota membutuhkan flagship project yang melibatkan
regenerasi kawasan tidak bernilai (derelict) menjadi area yang lebih dinamis dan
bernilai ekonomis. Cultural quarter juga melibatkan orang-orang yang bekerja di
bidang seni dengan menyediakan tempat bekerja (working space) di dalam
kawasan tersebut.
 Strategi pengembangan cultural quarter ini diharapkan mampu menarik investor
luar bagi pengembangan area tersebut pada khususnya dan bagi kota pada
umumnya.
Pemasaran Kota Bersejarah
1) Menjual dengan kerangka “spasial”. Kawasan kota terdiri atas berbagai kawasan
– kawasan bagian yang dapat distrukturkan dalam satu satuan manajemen
kawasan
2) Menjual dengan kerangka “sektoral”. Kehidupan urban terbagi atas berbagai
sektor yang merupakan satuan manajemen

20 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

3) Menjual layanan urban dengan prinsip “cost recovery”; “produksi” dan “deliveri”.
Layanan urban harus dilakukan dengan dasar menghasilkan kembali biaya
produksi untuk layanan yang lebih baik di kemudian hari
4) Menyiapkan “satuan pengelola” kawasan yang memadai dan dapat menerima
limpahan sebagai urusan sektor-sektor; kekayaan kota yang potensial harus
dilimpahkan kepada satuan manajemen kawasan profesional agar “penjualan”
nya dapat menghasilkan konstrribusi pendapatan kota untuk membiayaai layanan
perkotaan

Gambar.
Kota
Bukittinggi
dilakukan revitalisasi

sebelum

Gambar. Kota Bukittinggi setelah dilakukan
revitalisasi

21 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

Notulensi Hasil Diskusi
Hari/Tanggal : Senin, 7 Maret 2013
Tempat: PWK ruang 205
Agenda

: Presentasi Materi “Revitalisasi Kawasan Perkotaan”

PERTANYAAN 1
Luqman Rahardjo: Dokumen apa yang mencakup daerah mana saja yang akan direvitalisasi?
Lalu, apakah ada kriteria khusus tentang daerah mana saja yang harus direvitalisasi?
Kelompok Kami (KK): Dokumen yang mencakup daerah mana saja yang akan direvitalisasi
ada di dokumen RTBL. Kriteria khusus mengenai daerah mana saja yang harus direvitalisasi
ada di Pedoman Revitalisasi Kota dari Peraturan Menteri PU.
Pak Aris (PGA): Dokumen yang mencatumkan daerah mana saja yang akan direvitalisasi
seharusnya ada di dokumen rencana tata ruang masing-masing wilayah, atau ada dokumen
di Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu Rencana Tindak Revitalisasi
(action plan).
PERTANYAAN 2
Inas Aishariya: Bagaimana sebenarnya revitalisasi itu? Kalau kota sudah menjadi besar dan
padat maka kawasan bagaimana yang layak untuk direvitalisasi? Lalu, apakah perbedaan
antara pendekatan fisik dan pendekatan ekonomi?
KK: Revitalisasi tidak hanya menyangkut masalah konservasi bangunan dan ruang kawasan
bersejarah saja, namun juga lebih kepada upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan
kembali kawsan yang dalam konteks kota tidak berfungsi atau menurun.
PGA: Revitalisasi yang dimaksud itu tidak hanya bangunan yang sudah catnya pudar lalu
direvitalisasi, Judul dari materi ini revitalisasi kawasan perkotaan, sehingga revitalisasi bukan
hanya revitalisasi bangunan, namun juga revitalisasi kawasannya. Revitalisasi yang
dimaksudkan yaitu revitalisasi fungsi perkotaan, misalnya fungsi suatu kawasan yaitu kawasan
perdagangan dan jasa, namun pada dokumen rencana tata ruang, kawasan tersebut
diperuntukkan sebagai kawasan perumahan, maka dilakukan revitalisasi untuk mengubah
fungsi kawasan tersebut.
KK: untuk pertanyaan kedua, pendekatan fisik yaitu untuk mengawali kegiatan revitalisasi,
maka akan dilakukan intervensi fisik secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan
kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, dll. Sementara pendekatan
ekonomi yaitu untuk mengawali kegiatan revitalisasi, maka diawali dengan proses peremajaan
artefak kota yang harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi sehingga bisa
mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal dan bisa memberikan nilai tambah
bagi kawasan kota.
PERTANYAAN 3
Afif Arsyad: Adakah batasan mengenai kawasan yang direvitalisasikan?
KK: Batasan-batasan tersebut semuanya disebutkan dalam Pedoman Revitalisasi Kota dari
Peraturan Menteri PU.
PGA: Batasan-batasan yang ada dalam Pedoman Revitalisasi Kota tersebut contohnya
maksimal luasan kawasan yang direvitalisasi yaitu sebesar 30 Ha.

22 | M a n a j e m e n

Kota

Urban Revitalization

Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2010
Kimpraswil, 2002. Pedoman Umum Program Penataan dan Revitalisasi Kawasan,
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Tata Perkotaan
dan Tata Perdesaan, Jakarta.
Wongso, J., Alvares, E. & Zulherman. Strategi Revitalisasi Kawasan Pusat Kota Bukittinggi
Sumatera Barat.
Antariksa, 2009. Budaya Dalam Revitalisasi Perkotaan
Martokusumo, Widjaja. 2008. Revitalisasi, Sebuah Pendekatan Dalam Peremajaan Kawasan.
SAPPK ITB: Bandung:Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2011
Wongso, Jonny. 2010. Strategi Revitalisasi Kawasan Pusat Kota Bukittinggi. Universitas Bung
Hatta Padang: Padang.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Produktivitas sekolah : penelitian di SMK al-Amanah Serpong

20 218 83

Manajemen Masjid Ibnu Sina Pamulang dalam pengembangan kegiatan dakwah pada anak usia dini

10 155 83

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6